Seharian penuh kemarin Bitna menghabiskan waktunya di rumah Kenzo. Tidak cukup bosan saat pagi hari ia masih melihat bagaimana pria itu bersiap-siap ke kantor. Menyenangkan melihat bagaimana transformasinya dari seorang pria rumahan yang imut, menjadi seorang bos besar yang dihormati dan dikagumi oleh banyak orang. Wibawa dan karismanya terpancar secara alami begitu ia mengenakan jas lengkap beserta sepatu pantofel hitam yang mengkilap, tidak lupa jam tangan mahal merek ternama terpasang di pergelangan tangan kirinya. Begitu berbanding terbalik saat disandingkan dengan Bitna yang pada waktu itu masih bergelung di bawah selimutnya. Meski telah berpakaian rapi, pria itu tanpa ragu menaiki ranjang kembali demi mendapatkan satu ciuman Bitna. Padahal ia sudah mengatakan tidak mau ketika Kenzo memintanya sebelum pergi ke kantor. Katanya, bibir manis dirinya adalah penyemangat terbaik bagi pria itu sekaligus pengisi daya energi kehidupannya. Siapapun yang mendengar hal tersebut pasti akan m
“Bitna udah mulai dapat ingatan masa lalu dengan mimpinya karena trigger perasaan dia yang sama seperti sebelum dia menghilang dulu tentang kesalahpahaman kita berdua.” Suara Kenzo terdengar jelas tidak senang atas apa yang ia katakan, tangannya mengepal kuat di atas mejanya. Dengan ragu dan nada yang rendah, Vanessa memperkirakan jawaban yang sesuai atas suasana hati pria itu sekarang. “Itu… bagus, kan? Semakin cepat dia ingat kembali dengan sendirinya.” Entah apa yang dipikirkan oleh Kenzo. Setelah Vanessa menimpali perkataannya, tidak ada komentar yang keluar dari mulut pria tersebut. Saat melihat sekilas bagaimana ekspresinya, di dahinya terdapat beberapa guratan kerutan menandakan jika pria itu tengah berpikir. Melihat tangan yang masih mengepal di atas meja, Vanessa tidak berani untuk bertanya. Tidak, ini tidak bagus. Kenzo masih saja berpikir jika ingatan Bitna yang kembali dalam waktu dekat ini belumlah tepat. Pikirannya menjadi rumit dan berantakan saat yang ia perkiraka
Kenzo berlari ke basement menuju mobilnya yang terparkir. Tidak berpikir lagi, ia menginjak pedal gas untuk mencari keberadaan Bitna yang ia kira masih berjalan di sekitaran kantornya. Dengan wajah cemas dan panik, netranya mencoba lebih teliti menelusuri setiap trotoar jalan. Setelah beberapa kali ia memutari lingkungan kantornya, hasil pencarian tetap nihil. Kenzo mengambil ponselnya dan menelpon nomor wanita itu. Tentu saja harapannya akan diangkat cukup kecil, mengingat alasan dari kepergian dia adalah karena kesalahpahaman lagi pada dirinya. Beberapa kali ia menelponnya, tapi beberapa kali juga hanya suara operator yang menjawab panggilannya. Tidak hilang harapan, Kenzo menelpon nomor lain di ponselnya sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih sekitar 15 menit yang lalu ia menerima kabar tunangannya yang ke kantor, tapi tidak menemuinya. Sampai sekarang mungkin cukup waktu sampai ia sampai kembali ke apartemen. Begitu mendengar suara jawaban dari seberang
POV Bitna Seorang gadis kecil berdiri di balik semak-semak. Tidak terlalu jauh dari sebuah ayunan yang tengah dinaiki oleh seorang anak laki-laki. Gadis kecil tersebut menatap penasaran punggung anak laki-laki itu. Anak laki-laki yang ditunjuk ayahnya sebagai temannya. Kala itu, ia masih tidak mengetahui apa artinya teman, tapi setelah dijelaskan oleh sang ibu, ia mencoba memberanikan diri untuk mendekatinya. Rasa ingin tahu gadis kecil tersebut membawanya pada pengamatan anak laki-laki ini. Karena didorong oleh rasa itu juga, sang gadis berjalan pelan mendekat padanya hingga berdiri di sampingnya. “Apa kamu temanku?” tanyanya dengan polos begitu ia bisa melihat wajah anak laki-laki itu yang dinilai otak kecilnya begitu tampan. “Aku tidak punya teman,” jawabnya pelan masih tidak menatap wajah sang gadis. “Papa bilang kamu adalah temanku, jadi kita berdua adalah teman satu sama lain.” Tidak membiarkan anak laki-laki tersebut berkata, ia bertanya, “Siapa namamu?” “Kenzo.” Dia m
“Apa?!” “Jadi, selama ini kamu adalah Ariana?” Setelah mendapatkan penjelasan panjang lebar dari Bitna, Yohan yang terheboh merespon cerita tersebut. Sementara Dalmi seperti biasanya, tidak ada yang istimewa atau ekspresi apapun yang bisa dibaca dari raut wajahnya. Sesekali ia hanya mengangguk dan mengelus bahunya ketika dirinya bercerita sambil menangis. Mungkin karena selama hilang ingatan dan menjadi Bitna, ia bersama dengan Dalmi yang memiliki pembawaan dewasa dan bertindak seperti kakak baginya. Secara tidak sadar dirinya yang diperlakukan seperti adik, menjadi bertingkah layaknya adik di depan Dalmi. Semua kegundahan yang membebani hatinya terasa sedikit terangkat dan terbantu ketika ia berhadapan dengan Dalmi. Memunculkan sikap layaknya anak kecil di depan orang dewasa. Bitna rasa ini lebih baik dari pada di masa lalu ketika seorang Ariana hanya mengenal Kenzo sebagai sahabat, kekasih, sekaligus suaminya. Tidak ada orang lain yang benar-benar bisa disebutnya teman. Setidakny
Kenzo tidak bisa untuk tidak mengecek ponselnya barang lebih dari 30 menit sekali ketika di kantor. Tubuhnya secara alam bawah sadar seolah sudah dirancang untuk membuka ponselnya setiap 30 menit sekali. Tidak lebih, tapi bisa kurang dari itu. Ketika di rumah, kebiasaan baru itu bahkan lebih parah. Ia tidak melepaskan ponselnya, walau selama berkegiatan sekalipun. Selama ia belum jatuh tertidur dengan sendirinya akibat obat, pria itu akan memandangi ponselnya lama. Memandangi sebuah foto seorang gadis kecil yang tersenyum lebar, merangkul seorang anak laki-laki berwajah datar. Itu semua karena dirinya menunggu seseorang menghubunginya sejak satu minggu yang lalu. Padahal tanpa repot-repot Kenzo melakukan itu, sebuah notifikasi pasti akan terdengar. Memang pada dasarnya sebagian dirinya yang tidak sabar, ingin sekali menekan nomor yang ia beri nama ‘Endless Love’ lebih dulu. Namun, terus berulang kali berpikir dan berakhir kembali dengan penantian. Sudah cukup lama sejak pria itu ter
Entah mengapa untuk hari ini, semua pelajaran yang sudah dipelajarinya selama training di Korea, lenyap tidak bersisa. Itu semua karena netra bak elang tersebut yang terus mengintai setiap kali ia mengganti pose. Bitna tidak bisa berhenti melirik ke arah Kenzo yang hanya fokus memperhatikannya. Tatapan itu begitu membebaninya, dan tidak bisa membuat ia bersikap profesional. Padahal sudah beberapa kali Kenzo datang dan melihat bagaimana dirinya bekerja. Lewat tatapan itu, Kenzo seolah memberitahunya untuk segera menghadap padanya. Sebenarnya yang membutuhkan penjelasan adalah dirinya. Namun, pria itu bertindak seolah dia yang menjadi korban dan membutuhkan penjelasan. Pemotretan yang seharusnya bisa selesai dalam 30 menit, menjadi dua kali lipat lebih lama. Jika ia berkonsentrasi dan tidak menghiraukan Kenzo, maka ia pasti sudah ada di apartemen dan beristirahat sekarang. Yang terpenting, pada akhirnya pemotretan yang lebih berat dari biasanya itu selesai. Mulutnya sudah gatal ingin m
Padahal ini bukan kali pertama ia menginjakkan kaki di rumah keluarga Kenzo saat dirinya masih hanya sebagai Bitna. Namun, lagi-lagi perasaan penuh kenangan dan tanpa sadar bernostalgia, memenuhi setiap sudut di memorinya. Sama seperti di kantor dimana Kenzo dan ayahnya selama ini menghabiskan waktu bekerja, dan dia juga pernah menempatinya. Di rumah ini juga, ia dan Kenzo sering menghabiskan waktu. Setelah ayahnya meninggal, ia bahkan lebih memilih tinggal di sini. Perasaannya menjadi sedikit merasa bersalah pada sang ayah karena sudah berbohong tentang hubungannya dan Kenzo. Ia sudah menjadi anak pembangkang karena tidak menuruti perkataan ayahnya bahkan hingga beliau di akhir hayatnya. Ariana akan menarik pendapatnya tentang menjadi Bitna yang membawa perubahan pada perasaannya ke Kenzo. Baik di masa lalu atau masa kini, cintanya untuk Kenzo tetap sama besar. Bahkan saat dirinya tidak mengetahui apapun tentang masa lalu, ia seolah sudah diprogram secara alami untuk jatuh cinta pad
Berbeda dengan hubungan jarak jauh mereka sebelumnya, kali ini justru Kenzo lebih sering menghubungi Ariana. Itu bagus karena Ariana memiliki motivasi tinggi. Namun, di sisi lain ia harus kerepotan karena Kenzo selalu menghubungi kapanpun tanpa mengingat waktu. Di saat Ariana bekerja, dirinya lah yang memegang ponsel Ariana. Sehingga mau tidak mau, atas permintaan aktrisnya juga, ia harus membalas pesan Kenzo. Setidaknya mengabari bagaimana kegiatannya. Maka ia juga harus membaca pesan masuk yang dikirimkan oleh pria itu. Sangat menjengkelkan. Meski tidak dipungkiri, Yohan juga terkadang mengirim pesan yang manis padanya. Untuk tahun-tahun awal atau saat peristiwa baru-baru itu terjadi, merupakan saat tersulit bahkan sangat sulit. Berbeda dengan saat Ariana terkena skandal waktu itu, Dalmi memanfaatkan keadaan yang juga bagus saat keretakan hubungan mereka berdua, dan membuat skandal antara Ariana dan Jin semakin bagus. Sekarang, keadaan sangat tidak bagus, tidak ada yang bisa dimanf
Bagaimanapun juga, acara besar sekelas pemberian penghargaan formal itu pasti mendapatkan banyak sorotan karena disiarkan secara langsung. Termasuk Ariana di dalamnya yang mendapatkan penghargaan paling bergengsi. Semua warga sudah mengetahuinya dan mengetahui apa yang dibicarakan oleh wanita itu. Tentu saja keputusan itu memberikan dampak besar pada Ariana. Ia kali ini mendapatkan kecaman dari warga internet Korea, meski pendukungnya tidak kalah banyak. Ini pertama kalinya dalam sejarah, pemenang award paling bergengsi adalah sosok yang paling kontroversi. Banyak yang menyuarakan protesnya untuk membatalkan Ariana sebagai pemenang. Ditambah kehadiran Kenzo di acara tersebut yang mau tidak mau diketahui oleh para wartawan, menambahkan imej buruk pada namanya. Namun, di titik itu Ariana sama sekali tidak menyesal telah mengungkapkan semua rahasianya kepada publik. Ia merasa selama ini dirinya telah banyak berbohong pada fans-nya, karena itulah meski ia dibenci karena jujur, setidaknya
“Aku melihat Kenzo di atas panggung, aku melihatnya dengan jelas. Tunggu sebentar, aku akan memastikan pada Chakra apa sebenarnya yang terjadi …” Ekspresi Dalmi berubah dan arah pandangannya juga berubah. Ia ditujukan kepada sosok yang ada di belakang Ariana pastinya. Ariana sudah menduga pasti ada seseorang di belakangnya. Ia membeku beberapa detik, tidak siap dengan siapa seseorang di belakangnya. Mungkin itu Chakra dan pandangannya yang melihat Kenzo salah sebab perasaan depresinya. Jika itu memang Chakra, entah kabar apa yang dibawanya sampai membawa pria itu kemari. Ariana perlahan dengan gerakan slow motion, berbalik menatap sosok di belakangnya. Beberapa detik Ariana terpaku kembali melihatnya, lagi-lagi tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Entah mengapa dan bagaimana hari ini bisa penuh dengan kejutan. “Hai, Cutie.” Suaranya bahkan sangat mirip. Ariana mundur beberapa langkah, masih tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Begitu juga dengan Dalmi. Sementara orang di seki
Ariana melangkah ke arah panggung dengan masih menjadi pusat atensi semua orang yang ada di sana. Ia mengingat semua pelajaran trainingnya, bagaimana seseorang berjalan agar terlihat percaya diri. Dari luar, ia memang telah terlihat seperti sosok yang penuh percaya diri, tapi berbagai macam pikiran memenuhi kepalanya. Pelajaran training, kabar Kenzo, kerja keras, dan sepanjang dirinya berkarir, semua berputar memenuhi kepalanya. Ariana menjadi sedikit merasa bersalah karena tidak merasa dirinya telah bekerja sangat keras sehingga pantas untuk sampai di titik ini dengan cepat. Namun, pada kenyataannya sekarang ia berada di atas panggung, menerima piala yang tidak pernah ia pegang sebelumnya, yang diberikan oleh pembawa acara tersebut. Tangannya sedikit berkeringat dan gemetar saat menyentuh piala tersebut. Ia menatap lama piala tersebut dan menyadari bahwa tidak ada sebuah kebanggaan atau kebahagiaan yang meluap-luap menyerupai euforia. Seharusnya ini adalah sesuatu yang selama ini men
Korea Selatan memiliki sebuah acara nominasi penghargaan paling bergengsi untuk menghargai keunggulan dalam film, televisi, dan teaternya. Karena itulah acara ini diadakan setiap tahun untuk menghargai drama dan perfilman yang menghiasi layar kaca. Setiap setelah memerankan tokoh, para aktor dan aktris, khususnya yang masuk ke dalam kategori, akan menghadiri acara ini. Tidak hanya itu, tetapi juga para sutradara di dalamnya. Ariana sendiri termasuk di dalamnya karena ia telah memerankan drama yang cukup baik hingga mampu masuk ke dalam nominasi ini. Ini bukan pertama kalinya Ariana masuk ke dalam nominasi, tapi ini pertama kalinya Ariana masuk ke dalam kategori aktris terbaik yang akan menerima hadiah utama. Itu adalah sebuah pencapaian yang luar biasa di dalam karirnya yang akan menginjak usia 7 tahun. Baik Ariana maupun Dalmi tentu saja sangat bangga ketika mengetahui itu. Mereka, khususnya Dalmi yang lebih bersemangat, berharap bahwa Ariana lah yang akan memenangkan piala utama te
Ketika mendengar pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh agensi, para pecinta drama tentu terkejut. Seperti biasa, pendapat condong ke dua orang. Banyak dukungan dan tak lepas juga kritik juga hujatan. Orang-orang yang menginginkan kejatuhan Ariana, seolah didukung oleh foto Ariana yang tiba-tiba tersebar saat berada di bandara hendak pergi ke Indonesia. Namun, foto itu terbantahkan karena kebenaran bahwa Ariana yang memang ada di apartemen saat dikunjungi. Ditambah dengan kesaksian kru drama, bahwa Ariana memang terlihat kurang sehat saat pertemuan terakhir mereka. Juga didukung oleh argumen bahwa tidak mungkin seseorang dengan cepat pergi ke luar negeri dan kembali lagi. Meski itu untuk berlibur sekalipun. Jadi, tetap ada banyak orang yang mendukung terus dan menunggu drama yang dibintanginya selesai. Satu minggu telah berlalu dan Ariana tentu kembali bekerja lagi sesuai jadwal yang telah diatur oleh Dalmi. Beberapa hari terakhir sebelum bekerja, Ariana mengurung diri terus menerus
Saat Ariana meninggalkan Dalmi begitu saja di rumah sakit, ia pergi ke hotel bersama barang bawaan mereka. Tidak sedikitpun ia merasa kesal, tapi justru sedikit merasa bersalah. Ia bukan tidak peduli atau tidak mau tahu pada masalah Ariana, mungkin karena ketakutannya pada masalah Ariana yang bisa berdampak pada pekerjaan. Pekerjaannya cukup berat belakangan, mereka baru saja memulai kembali. Jika semua hancur, ia jugalah yang bisa terkena imbasnya, bukan hanya Ariana. Tujuannya hanya ingin meminimalisir suatu hal buruk yang nanti bisa terjadi. Namun, karena emosi Ariana, ia salah menanggapi pada dirinya dan menganggap bahwa itu bentuk ketidakpedulian. Ariana mungkin berpikir bahwa sekarang yang hanya dipikirkan olehnya adalah pekerjaan dan karir Ariana. Tidak ada yang bisa dikerjakan oleh Dalmi selama satu hari penuh di hotel hari itu selain bekerja. Jadwal-jadwal Ariana yang tertunda, harus ditata ulang lebih dulu. Ia menduga jika mereka di sini akan satu minggu penuh, apalagi meng
Setelah selesai dengan urusan mereka di penjara, keduanya berada di dalam mobil sekali lagi. Ariana meminta Chakra untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat Kenzo. Ia belum juga menghubungi Dalmi yang ditinggalkannya begitu saja kemarin di rumah sakit. Chakra sudah mengetahui apa tujuan sebenarnya Ariana menemui mereka berdua. Melihat bagaimana reaksi Daris dan meluapkan amarahnya pada Nadine. Setidaknya Ariana tidak berbuat sesuatu yang naif dengan memaafkan Daris yang telah membunuh anggota keluarganya dan mencelakai pria yang dicintainya. Justru sekarang wanita itu tampak lebih baik sekarang daripada kemarin atau bahkan hari ini. Apalagi keputusan yang akan diambilnya selanjutnya? “Wartawan-wartawan itu sudah dipastikan tidak akan berani mendekati Kenzo, kan?” tanya Ariana memecah keheningan. “Iya, Nona, saya sudah mengurusnya.” Ariana mengangguk. “Aku tidak mau saat Kenzo beristirahat, dia terganggu oleh orang-orang yang haus akan berita gosip itu. Lakukan dengan tenang, jangan s
“Nona, apa Anda yakin dengan keputusan Anda?” Chakra berulang kali bertanya pertanyaan yang sama, meragukan apa yang ia dengar sekaligus keputusan Ariana. Ariana telah selesai bersiap dan membawa tasnya. Ia mengambil sepatu dan memakainya ketika hendak keluar rumah. “Apa perkataanku masih kurang jelas sejak tadi, Chakra? Antarkan aku ke tempat Om Daris dan sekretaris Kenzo.” Melihat bagaimana sekarang pembawaan Ariana yang telah lebih tenang daripada kemarin, Chakra bisa sedikit bernapas lega. Namun, apa yang akan dilakukan olehnya justru mengembalikkan emosi yang tidak stabil seperti kemarin wanita itu terguncang. Ia rasa menemui kedua penjahat itu sekaligus penyebab Kenzo ada di situasi ini, bukanlah keputusan yang bagus dan justru cenderung berat. Siapapun tidak akan sanggup bertemu atau bahkan melihat mereka. Alih-alih menghindari, Ariana justru ingin bertemu dengan mereka berdua. “Apalagi yang kamu tunggu, Chakra?” Tanpa sadar karena lamunan itu, Ariana telah mengganti sandaln