“Kupikir aku yang akan pulang terlambat, ternyata kamu lebih lambat. Apa kamu bersenang-senang semalaman?” Kepulangan Bitna yang sangat berhati-hati pagi-pagi sekali, tidak membuat ia tidak ketahuan oleh Dalmi. Begitu ia masuk ke apartemen, Dalmi sudah menyambutnya di sofa. “Eonni, kamu sudah pulang?” tanya Bitna berbasa-basi. “Kalau aku belum pulang aku tidak akan ada di sini.” Bitna tertawa meringis mendengar jawaban Dalmi. “Aku akan bersiap-siap untuk bekerja,” ucap Bitna mengubah topik pembicaraan. “Santai saja, kita mulai jam 8 pagi. Ini masih jam 6 pagi,” timpal Dalmi yang membuat Bitna tak memiliki pilihan selain duduk bersama Dalmi, sesuai permintaannya secara tidak langsung. Sebelum duduk, Bitna mengambil botol air dingin di dalam kulkas, “Bagaimana dengan kencan kalian?” Begitu duduk, itu pertanyaan pertama Bitna. “Kamu selalu mengatakan itu kencan!” sahut Dalmi dengan nada kesal guna menutupi rasa malunya. “Karena kamu membuatku kesal, tadinya aku ingin memberi
“Aigoo, ck, ck, ck…” Bitna sampai berdecak beberapa kali melihat tingkah Yohan. “Dia benar-benar ahlinya membuatmu tidak bisa berkutik, Eonni,” lanjutnya. Dalmi tidak menjawab apapun dan hanya memperhatikan dalam diam Yohan yang masih bercengkrama dengan para kru di lokasi syuting Bitna setelah membagikan kopi pada mereka. Ini sudah pukul 9 malam dan Bitna masih ada di tempat kerjanya bersama Dalmi. Yohan datang bersama coffe truck dan membagikan kopi pada tim di lokasi syuting. Sudah pasti hanya demi bertemu dengan Dalmi setelah manajer dari Bitna itu memutuskan berhubungan dengannya. Yohan menghampiri Dalmi dan Bitna dengan dua cangkir kopi di tangannya. Ia dengan senyum hangatnya yang tentu ditunjukkan pada Dalmi–tapi menutupinya pada Bitna–memberikan kopi yang dibawanya pada dua wanita tersebut. “Apa menyenangkan melakukan ini?” tanya Bitna menyindir Yohan. “Ya! Sangat menyenangkan,” balas Yohan angkuh. “Berapa lama lagi kamu akan di sini? Apa kamu tidak butuh uang lagi
Hari sudah cukup larut, menunjukkan waktu pukul tengah malam. Seperti biasanya Kenzo menjemput Bitna selepas bekerja, tapi untuk kali ini Bitna tampaknya tidak berniat untuk pulang sama sekali. Memang benar apa yang dikatakan oleh orang-orang, jika dimabuk cinta membuat seseorang melupakan sekitarnya. Tak berbeda jauh dengan pasangan Kenzo Bitna, setelah mengantar Dalmi ke apartemen, Yohan sama sekali tidak berniat untuk pulang. Yohan benar-benar memanfaatkan hingga kering kesempatan emasnya selama di Indonesia. Paparazzi, fans, bahkan sasaeng, tidak banyak mengganggunya selama dirinya berada di Indonesia. Itulah mengapa, Yohan terlihat sangat santai pergi keluar masuk apartemen Bitna tanpa memperhatikan durasi. Menyenangkannya hidup seperti orang-orang normal lainnya. “Permisi, Mbak!” Suara seorang pria bersamaan dengan bunyi bel apartemen membuat Dalmi berjalan untuk membuka pintu. “Ini pesanan makanannya sudah sesuai aplikasi ya, Mbak.” Kurir pengantar makanan itu menyodorkan
“Yohan mengatakan kalau Jin sudah tiba di Indonesia beberapa hari lalu,” ucap Dalmi memulai pembicaraan. Bitna tampak masih santai sambil meminum kopi yang baru diantarkan oleh pelayan. “Aku tahu,” timpalnya yang tak kalah santai. “Semalam juga dia berusaha menemuimu lagi di apartemen,” lanjut Dalmi memberikan informasi, memperhatikan bagaimana respon Bitna. “Aku juga mengetahuinya, Eonni.” Bitna mulai terdengar bosan mendengarnya. “Sejak dia tiba di Indonesia saja sudah terang-terangan. Dia juga menunjukkan dengan tindakannya ini, membuatku kesal saja,” lanjutnya dengan suara yang frustasi. “Maka dari itu kau terus menghindarinya?” tanya Dalmi yang diangguki Bitna pelan. “Cepat atau lambat kalian pasti akan bertemu juga, apalagi setelah ia mengetahui jadwal kegiatanmu. Paling dalam beberapa hari lagi atau bahkan sekarang.” Ekspresi wajah Bitna semakin terlihat tidak begitu baik. "Menurutmu, bagaimana aku harus berekspresi saat kami bertemu nanti?" tanya Bitna. "Yang pa
Baru saja Yohan keluar dari mobilnya, ia mendapati Kenzo bersama dengan Bitna berjalan beriringan ke mobil Kenzo. Yohan berniat untuk menyapa dan berbasa basi dengannya sebentar, tapi melihat bagaimana ekspresi wajah Bitna membuat ia mengurungkan niatnya. Kenzo terlihat berusaha menghiburnya, tapi Bitna sama sekali tidak bergeming dengan perasaannya yang terlihat sangat buruk. Jadi, ia membiarkan begitu saja berlalu dan melanjutkan langkahnya. Yohan berjalan santai sambil memainkan kunci mobil yang dipegangnya. Sesekali menundukkan kepala sambil tersenyum ramah pada beberapa kru yang menatap dan menyapanya. Saat netranya menangkap dimana Dalmi berada, ia segera mengetahui alasan wajah Bitna tadi yang berpapasan dengannya tidak begitu bagus. ‘Jadi, ada dia?’ tanya Yohan dalam batinnya sembari terus melanjutkan langkahnya yang tinggal beberapa meter lagi ke arah mereka. Semakin dekat ia, tampaknya mereka tengah berbicara. Entah Jin yang terlihat mendesak Dalmi. “Jin, kamu sudah ada
Bitna terbangun dari tidurnya dan masih dalam setengah sadar mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk. Hal pertama yang ia cari ketika membuka matanya adalah air putih yang biasanya Dalmi siapkan. Namun, belakangan yang memenuhi kebiasaannya itu adalah Kenzo karena ia sekarang ada di rumah pria itu. Setelah meneguk air putih tersebut, Bitna merasa semakin segar dan mendapatkan kesadaran sepenuhnya. Ia beranjak meninggalkan tempat tidurnya yang sudah ia tempati di kamar ini beberapa hari belakangan. Sambil meregangkan tubuhnya, Bitna menuruni anak tangga menuju ke meja makan yang terdapat tak jauh dari dapur, tempat biasanya Kenzo menunggunya untuk menikmati sarapan bersama. Bitna sudah mengatakan berkali-kali untuk tidak menunggunya atau dengan cara membangunkannya, tapi Kenzo bersikeras hanya ingin menunggunya dengan alasan tidak ingin mengganggunya. Perlakuannya begitu manis hingga siapapun pasti akan jatuh hati pada pria ini. Ketika tiba di meja makan, kali ini pemandangan yang ia
Dari sikap Kenzo yang memperlihatkan langsung hubungan mereka di depan Jin saat sebelumnya Bitna sudah menceritakan masalah ini sekaligus membuat perjanjian dengannya. Kenzo mengingkarinya begitu saja seolah tidak menghargai apa yang sudah mereka sepakati. Bitna cukup kecewa dengan keputusan yang diambil oleh Kenzo, meski didasari oleh rasa cemburu sekalipun. Maka dari itu, ia membawa Jin keluar dari cafe untuk berbicara di tempat lain. Untuk membawa pembicaraan ini menjadi lebih serius tanpa hambatan. “Jangan ikuti aku kalau tidak ingin aku lebih marah,” bisik Bitna ketika ia yang tengah menarik tangan Jin, melewati meja yang diduduki Kenzo. Tanpa menunggu jawaban lagi, Bitna kembali menarik tangan Jin hingga mereka keluar. Jika Kenzo tetap mengikutinya, tidak menuruti apa yang menjadi keputusannya lagi, maka ia akan benar-benar marah padanya. Terlihat Jin di belakangnya yang begitu senang, merasa mendapat suara dari Bitna langsung. Kenzo cukup terkejut dengan nada suaranya yang
Kenzo segera mengalihkan atensinya dari ponsel pada pintu masuk cafe yang berbunyi, menandakan seseorang masuk. Menunggu dengan bosan sekaligus tidak nyaman karena membiarkan Bitna bersama Jin, sambil hanya memainkan ponselnya yang membosankan. Selalu memastikan seseorang yang masuk lewat bel yang terdengar ketika pintu masuk dibuka. Kali ini harapannya terkabul, Bitna yang masuk membuat ekspresi wajah Kenzo tak dapat dipungkiri begitu senang. Bahkan mengalahkan rasa cemasnya sendiri karena takut Bitna akan marah padanya sebab ia sudah melanggar janji mereka. “Apa pembicaraan kalian lancar?” tanya Kenzo setelah Bitna duduk di sampingnya. “Begitulah …” jawab Bitna tanpa mengatakan informasi lebih lainnya yang membuat Kenzo kecewa. Namun, Kenzo tidak menanyakannya lebih dalam. “Bukankah kita sudah berjanji sebelumnya, Ken?” Pertanyaan yang akhirnya ia takutkan terdengar. “Maaf,” ucap Kenzo pelan. “Kalau kamu tidak bersikap seperti ini, aku dan Jin bisa berbicara di sini dengan
Berbeda dengan hubungan jarak jauh mereka sebelumnya, kali ini justru Kenzo lebih sering menghubungi Ariana. Itu bagus karena Ariana memiliki motivasi tinggi. Namun, di sisi lain ia harus kerepotan karena Kenzo selalu menghubungi kapanpun tanpa mengingat waktu. Di saat Ariana bekerja, dirinya lah yang memegang ponsel Ariana. Sehingga mau tidak mau, atas permintaan aktrisnya juga, ia harus membalas pesan Kenzo. Setidaknya mengabari bagaimana kegiatannya. Maka ia juga harus membaca pesan masuk yang dikirimkan oleh pria itu. Sangat menjengkelkan. Meski tidak dipungkiri, Yohan juga terkadang mengirim pesan yang manis padanya. Untuk tahun-tahun awal atau saat peristiwa baru-baru itu terjadi, merupakan saat tersulit bahkan sangat sulit. Berbeda dengan saat Ariana terkena skandal waktu itu, Dalmi memanfaatkan keadaan yang juga bagus saat keretakan hubungan mereka berdua, dan membuat skandal antara Ariana dan Jin semakin bagus. Sekarang, keadaan sangat tidak bagus, tidak ada yang bisa dimanf
Bagaimanapun juga, acara besar sekelas pemberian penghargaan formal itu pasti mendapatkan banyak sorotan karena disiarkan secara langsung. Termasuk Ariana di dalamnya yang mendapatkan penghargaan paling bergengsi. Semua warga sudah mengetahuinya dan mengetahui apa yang dibicarakan oleh wanita itu. Tentu saja keputusan itu memberikan dampak besar pada Ariana. Ia kali ini mendapatkan kecaman dari warga internet Korea, meski pendukungnya tidak kalah banyak. Ini pertama kalinya dalam sejarah, pemenang award paling bergengsi adalah sosok yang paling kontroversi. Banyak yang menyuarakan protesnya untuk membatalkan Ariana sebagai pemenang. Ditambah kehadiran Kenzo di acara tersebut yang mau tidak mau diketahui oleh para wartawan, menambahkan imej buruk pada namanya. Namun, di titik itu Ariana sama sekali tidak menyesal telah mengungkapkan semua rahasianya kepada publik. Ia merasa selama ini dirinya telah banyak berbohong pada fans-nya, karena itulah meski ia dibenci karena jujur, setidaknya
“Aku melihat Kenzo di atas panggung, aku melihatnya dengan jelas. Tunggu sebentar, aku akan memastikan pada Chakra apa sebenarnya yang terjadi …” Ekspresi Dalmi berubah dan arah pandangannya juga berubah. Ia ditujukan kepada sosok yang ada di belakang Ariana pastinya. Ariana sudah menduga pasti ada seseorang di belakangnya. Ia membeku beberapa detik, tidak siap dengan siapa seseorang di belakangnya. Mungkin itu Chakra dan pandangannya yang melihat Kenzo salah sebab perasaan depresinya. Jika itu memang Chakra, entah kabar apa yang dibawanya sampai membawa pria itu kemari. Ariana perlahan dengan gerakan slow motion, berbalik menatap sosok di belakangnya. Beberapa detik Ariana terpaku kembali melihatnya, lagi-lagi tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Entah mengapa dan bagaimana hari ini bisa penuh dengan kejutan. “Hai, Cutie.” Suaranya bahkan sangat mirip. Ariana mundur beberapa langkah, masih tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Begitu juga dengan Dalmi. Sementara orang di seki
Ariana melangkah ke arah panggung dengan masih menjadi pusat atensi semua orang yang ada di sana. Ia mengingat semua pelajaran trainingnya, bagaimana seseorang berjalan agar terlihat percaya diri. Dari luar, ia memang telah terlihat seperti sosok yang penuh percaya diri, tapi berbagai macam pikiran memenuhi kepalanya. Pelajaran training, kabar Kenzo, kerja keras, dan sepanjang dirinya berkarir, semua berputar memenuhi kepalanya. Ariana menjadi sedikit merasa bersalah karena tidak merasa dirinya telah bekerja sangat keras sehingga pantas untuk sampai di titik ini dengan cepat. Namun, pada kenyataannya sekarang ia berada di atas panggung, menerima piala yang tidak pernah ia pegang sebelumnya, yang diberikan oleh pembawa acara tersebut. Tangannya sedikit berkeringat dan gemetar saat menyentuh piala tersebut. Ia menatap lama piala tersebut dan menyadari bahwa tidak ada sebuah kebanggaan atau kebahagiaan yang meluap-luap menyerupai euforia. Seharusnya ini adalah sesuatu yang selama ini men
Korea Selatan memiliki sebuah acara nominasi penghargaan paling bergengsi untuk menghargai keunggulan dalam film, televisi, dan teaternya. Karena itulah acara ini diadakan setiap tahun untuk menghargai drama dan perfilman yang menghiasi layar kaca. Setiap setelah memerankan tokoh, para aktor dan aktris, khususnya yang masuk ke dalam kategori, akan menghadiri acara ini. Tidak hanya itu, tetapi juga para sutradara di dalamnya. Ariana sendiri termasuk di dalamnya karena ia telah memerankan drama yang cukup baik hingga mampu masuk ke dalam nominasi ini. Ini bukan pertama kalinya Ariana masuk ke dalam nominasi, tapi ini pertama kalinya Ariana masuk ke dalam kategori aktris terbaik yang akan menerima hadiah utama. Itu adalah sebuah pencapaian yang luar biasa di dalam karirnya yang akan menginjak usia 7 tahun. Baik Ariana maupun Dalmi tentu saja sangat bangga ketika mengetahui itu. Mereka, khususnya Dalmi yang lebih bersemangat, berharap bahwa Ariana lah yang akan memenangkan piala utama te
Ketika mendengar pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh agensi, para pecinta drama tentu terkejut. Seperti biasa, pendapat condong ke dua orang. Banyak dukungan dan tak lepas juga kritik juga hujatan. Orang-orang yang menginginkan kejatuhan Ariana, seolah didukung oleh foto Ariana yang tiba-tiba tersebar saat berada di bandara hendak pergi ke Indonesia. Namun, foto itu terbantahkan karena kebenaran bahwa Ariana yang memang ada di apartemen saat dikunjungi. Ditambah dengan kesaksian kru drama, bahwa Ariana memang terlihat kurang sehat saat pertemuan terakhir mereka. Juga didukung oleh argumen bahwa tidak mungkin seseorang dengan cepat pergi ke luar negeri dan kembali lagi. Meski itu untuk berlibur sekalipun. Jadi, tetap ada banyak orang yang mendukung terus dan menunggu drama yang dibintanginya selesai. Satu minggu telah berlalu dan Ariana tentu kembali bekerja lagi sesuai jadwal yang telah diatur oleh Dalmi. Beberapa hari terakhir sebelum bekerja, Ariana mengurung diri terus menerus
Saat Ariana meninggalkan Dalmi begitu saja di rumah sakit, ia pergi ke hotel bersama barang bawaan mereka. Tidak sedikitpun ia merasa kesal, tapi justru sedikit merasa bersalah. Ia bukan tidak peduli atau tidak mau tahu pada masalah Ariana, mungkin karena ketakutannya pada masalah Ariana yang bisa berdampak pada pekerjaan. Pekerjaannya cukup berat belakangan, mereka baru saja memulai kembali. Jika semua hancur, ia jugalah yang bisa terkena imbasnya, bukan hanya Ariana. Tujuannya hanya ingin meminimalisir suatu hal buruk yang nanti bisa terjadi. Namun, karena emosi Ariana, ia salah menanggapi pada dirinya dan menganggap bahwa itu bentuk ketidakpedulian. Ariana mungkin berpikir bahwa sekarang yang hanya dipikirkan olehnya adalah pekerjaan dan karir Ariana. Tidak ada yang bisa dikerjakan oleh Dalmi selama satu hari penuh di hotel hari itu selain bekerja. Jadwal-jadwal Ariana yang tertunda, harus ditata ulang lebih dulu. Ia menduga jika mereka di sini akan satu minggu penuh, apalagi meng
Setelah selesai dengan urusan mereka di penjara, keduanya berada di dalam mobil sekali lagi. Ariana meminta Chakra untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat Kenzo. Ia belum juga menghubungi Dalmi yang ditinggalkannya begitu saja kemarin di rumah sakit. Chakra sudah mengetahui apa tujuan sebenarnya Ariana menemui mereka berdua. Melihat bagaimana reaksi Daris dan meluapkan amarahnya pada Nadine. Setidaknya Ariana tidak berbuat sesuatu yang naif dengan memaafkan Daris yang telah membunuh anggota keluarganya dan mencelakai pria yang dicintainya. Justru sekarang wanita itu tampak lebih baik sekarang daripada kemarin atau bahkan hari ini. Apalagi keputusan yang akan diambilnya selanjutnya? “Wartawan-wartawan itu sudah dipastikan tidak akan berani mendekati Kenzo, kan?” tanya Ariana memecah keheningan. “Iya, Nona, saya sudah mengurusnya.” Ariana mengangguk. “Aku tidak mau saat Kenzo beristirahat, dia terganggu oleh orang-orang yang haus akan berita gosip itu. Lakukan dengan tenang, jangan s
“Nona, apa Anda yakin dengan keputusan Anda?” Chakra berulang kali bertanya pertanyaan yang sama, meragukan apa yang ia dengar sekaligus keputusan Ariana. Ariana telah selesai bersiap dan membawa tasnya. Ia mengambil sepatu dan memakainya ketika hendak keluar rumah. “Apa perkataanku masih kurang jelas sejak tadi, Chakra? Antarkan aku ke tempat Om Daris dan sekretaris Kenzo.” Melihat bagaimana sekarang pembawaan Ariana yang telah lebih tenang daripada kemarin, Chakra bisa sedikit bernapas lega. Namun, apa yang akan dilakukan olehnya justru mengembalikkan emosi yang tidak stabil seperti kemarin wanita itu terguncang. Ia rasa menemui kedua penjahat itu sekaligus penyebab Kenzo ada di situasi ini, bukanlah keputusan yang bagus dan justru cenderung berat. Siapapun tidak akan sanggup bertemu atau bahkan melihat mereka. Alih-alih menghindari, Ariana justru ingin bertemu dengan mereka berdua. “Apalagi yang kamu tunggu, Chakra?” Tanpa sadar karena lamunan itu, Ariana telah mengganti sandaln