Beranda / Romansa / Cinta Dalam Hati / Kepindahan Tania ke rumah barunya

Share

Kepindahan Tania ke rumah barunya

Penulis: Syafridawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di kediaman keluarga Rangga, Yudi membolak-balik kertas denah pekerjaannya. Akan tetapi pikirannya tidak luput akan Tania, Tania dan Tania lagi.

Seakan-akan Tania berlarian di pikiran, hati dan di ruangan kamarnya dengan senyuman, cemberut serta omelannya.

Akh, sialan .., kenapa sih? Wajah Si Xena ini, ga bisa hilang sedikit pun,” bantah batinnya. Yudi beranjak dari tempat tidurnya, meraih jaket, helm dan kunci sepeda motornya.

Di sinilah ia sekarang, di depan apartemen Tania.

Yudi dengan jelas melihat Tania, di balik tirai jendela kamar apartemen lantai 2.

Dengan bahagianya memeluk bunga matahari plastik yang diberikannya, lewat kurir yang sengaja dia kirimkan. Yudi tersenyum akan tingkah lucu kekanak-kanakan Tania,

Yudi tidak pernah menyangka, begitu mudahnya menyenangkan hati wanita wonder women yang satu ini. Yudi terus mengawasi tingkah laku Tania hingga lampu kamar itu pun padam, Tania telah tertidur.

Selamat tidur, semoga bermimpi indah Xenaku .... “ batinnya, ia kembali ke rumah ada sedikit lega di hatinya.

*****

Matahari mulai meninggi, Tania bersiap-siap menuju kantornya. Meraih tas kerja, draf-draf kasus yang sedang ditanganinya.

Merapikan jas kerjanya, make-up naturalnya, menggulung rambutnya, tidak lupa menyentuh bunga matahari plastiknya. Dengan senyuman yang indah, Tania menyongsong hari ini .

"Wah, wah! Ada yang lagi, falling in love kayaknya!"Jules melirik dari balik kaca matanya, tepat di sebelah meja kerja Tania.

"Pagiiii, Juless! Kayak anak ABG aja pakai falling-falingan ini mah paling kalee," jawab Tania menyembunyikan semburat rona merah di pipinya.

"Tuh, buktinya! Pagi-pagi sudah ada yang ngirimin sekeranjang apel merah. Di mana-mana, orang yang lagi jatuh cinta. Pasti ngirimin seikat mawar merah, ini mah beda! Apel .... " goda Jules.

Ia begitu senangnya mengganggu Tania pagi ini, Tania melirik sekeranjang apel segar. Seakan-akan mengundang ingin dimakan, tidak lupa sepucuk surat terselip

"Mau ngerujak kali, Jules!" ucap Tania asal bicara dengan datarnya.

Padahal jauh di lubuk hatinya, ia merasa ingin menari ke bulan dengan berjingkrak-jingkrak. Jiwanya menari-nari bersama Dewi Cupid, hanya saja egonya yang tinggi menekan segalanya.

Tangannya meraih dan membuka surat kecil yang terselip, di antara apel merah yang menawan.

Dear Xena

Aku harap, sekeranjang apel ini menemani hari indahmu hari ini ....!

Dariku

Yudi

"Akhh, Kulkasss .... " tanpa sadar Tania bergumam mesra, memeluk selembar kecil surat cinta yang begitu menggelora di pagi yang cerah. Secerah setelan dan senyuman Tania, ia telah jatuh cinta tanpa ia sadari.

"Apa ...? Kamu butuh kulkas buat naruh nih apel, Nia?" Jules menimpali.

"Apaa! Ngaco, tolong jangan dimakan. Entar, kalau kalian mau. Aku beliin, deh! Tolong, jangan makan yang ini!" pesan Tania.

Ia sendiri pun hanya ingin memandangi apel itu tanpa berniat untuk memakannya.

"Cie, cieee ... posesif nih, yeee! Dari sapa, sih?" Jules penasaran.

"Ada, deh! Mau tahu, apa maau taaahhuuuu??" Tania pun mulai bermain kucing-kucingan dengan Jules.

"Tahu, tempe. Serius, siapa sih, Nia?" Jules sudah nangkring di sebelah Nia dan mencomot satu apel.

"Yeee! Sudah dibilangin jangan dimakan? Malah dimakan." Tania meraih apelnya menyembunyikan di laci kerjanya.

"Eh, maaaff! Habis nih, apel menggoda banget. Ayolah, Nia cowok mana? Aku kenal gak?" Jules mulai kepo.

"Apaan sih? Sudah akh, kerja-kerja  jam 10.00 sidang. Sudah dikelarinkan semuanya?" tanya Tania. Ia berusaha agar Jules tidak semangkin kepo.

"Sipp, sudah beres! Sekali ini, pria brengsek, cabul, pemerkosa itu. Harus mendekam di penjara," ujar Jules. Ia sudah sangat geram saat memperbal semua draf bukti dari si korban.

"Semua saksi dan bukti-bukti, untuk memberatkannya sudah terkumpul. Mereka tidak akan punya alibi lagi," ucap Tania.

Ia begitu penuh semangatnya, bila menyangkut keadilan. Ia sangat jijik melihat si pelaku yang dengan arogannya di rusng sidang.

"Kali ini, ia tidak akan berkutik lagi." Tania menatap berkas di tangannya.

****

Yudi sudah merampungkan kamar tamu, yang sementara dijadikan kamar utama buat Tania di lantai bawah karena hari ini Tania akan pindah.

Mobil pick up yang mengangkut perabotan Tania, seperti tempat tidur lipat, lemari dua pintu, meja kerja Tania sudah tiba. Yudi dan beberapa kru-nya membantu si supir,

untuk memindahkan dan menata perabot-perabot tersebut, hanya hitungan menit perabot yang hanya seperlunya saja sudah tersusun rapi.

Tania datang dengan mobilnya dan membawa beberapa koper pakaiannya, Yudi membantu tania. Keduanya hanya saling diam, akan tetapi selalu saling tersenyum, saling lirik dan melempar wajah bila pandangan mereka bertemu.

"Kalau ada perlu yang lain lagi, kamu ngomong saja! Aku ada di bagian dapur. Kamar mandimu sudah selesai," ucap Yudi memperhatikan wajah Tania,

“bagian ruangan kamar ini sudah selesai semua, bila butuh yang lain  lagi. Kamu ngomong saja!” Entah mengapa, Yudi bersikap manis dan lembut.

“He-em, iya. Yerima kasih, Yud!“ Balas Tania.

Yudi pun mundur keluar dari kamar Tania, ia berusaha mendamaikan suara drum band di hatinya. Tania mulai mencari aktivitas lainnya, membongkar semua pakaiannya menyusun ke dalam lemari hanya pakaian-pakaian seperlunya.

Ia begitu menghayalkan Yudi dengan segala kelembutan yang diperlihatkannya, membuat Tania benar-benar mabuk kepayang setengah mati.

Aku sudah mulai gila! Batinnya.

"Nia!" ucap Yudi memasuki

"Aaauuwww .... " Tania terkejut dan hampir jatuh ke dalam lemari, untung Yudi menarik lengannya.

"Maaf, mengagetkanmu!" ucap Yudi.

"Tidak apa-apa, ada apa?” ujar Tania mulai sesak karena Yudi memeluk pinggang, sementara Tania memegang bra berenda warna hitamnya.

"Bentuknya besar juga!" ucap Yudi memperhatikan kedua cup bra warna hitam menggoda

Secera repleks Tania menyembunyikannya di balik pinggangnya, ia merasa sangat malu.

"Kamu selalu saja omes! Dasar mesum," Tania mulai kesal. Ia malu akan semua kelakuan Yudi.

"Aku hanya melihat, wajarkan? Aku normal. Tiba-tiba, otakku traveling entah ke zona mana." Yudi beringsut dari sisi Tania mencoba mencari tempat duduk.

Akan tetapi yang ada hanya tempat tidur, Yudi menghempaskan pantatnya di tempat tidur.

"Siapa yang nyuruh kamu seenaknya duduk di situ?" tanya Tania, ia sudah mulai marah. Ia kesal mengapa selalu saja Yudi memergokinya di saat yang tidak pernah tepat.

"Lha! Terus aku duduk di mana, Nia? Jangan berpikir aneh-aneh, aku hanya duduk. Kecuali kamu yang ingin mengundangku tidur di tempat tidur ini?" seringai Yudi.

Yudi mulai nakal menggoda Tania, karena Yudi tahu sedikit bensin Tania akan terbakar. Entah sejak kapan Yudi senang melihat cemberutan atau sumpah serapah Tania.

Kamu semangkin cantik bila sedang marah Tania! Batin Yudi.

Tania berkacak pinggang, ia melupakan bra hitam berenda itu yang sudah melambai-lambai menyangkut di daun pintu. Entah sejak kapan benda itu sudah nangkring di sana.

"Jangan ngimpi kamu Yud? Bila itu terjadi, surga sudah berubah jadi neraka!" ujar Tania tidak kalah sengit. Tanpa sadar ia mendekati Yudi yang duduk di tempat tidurnya.

"Dan aku mengharapkan neraka yang akan jadi surga, karena cepat atau lambat kamu jadi milikku." Tatapan Yudi mengunci ke dalam retina matanya.

Yudi semangkin mendekati Tania, ia meraih lengan Tania, ia ingin menciumnya. Namun, ia tahan.

Yudi semangkin bergerak maju, membuat jarak keduanya semangkin dekat. Yudi kembali duduk di tempat tidur Tania.

Tania berusaha untuk menghindari kedekatan mereka, namun Yudi tetap memajukan punggungnya dan semangkin menarik tubuh Tania merapat kepadanya.

"Emang kamu siapa? Memang kamu pikir aku mau? Apa lagi pria omes kayak kamu!“ umpat Tania. Ia berusaha untuk mempertahankan harga dirinya, ia tidak suka didominasi.

"Kita lihat saja! Bila dalam sebulan aku tidak bisa membuat kamu jadi milikku, jangan pernah sebut namaku Yudi. Ingat itu!" ancam Yudi.

Namun ia masih saja terus memeluk pinggang Tania.

"Dan aku ... tidak akan pernah jatuh cinta denganmu, bila aku jatuh cinta denganmu. Itu berarti neraka sudah bersalju." Tania semangkin berang, ia benar-benar marah.

Debaran di hatinya, masih saja terus mengganggunya. Ia bingung dengan perasaannya sendiri yang mengganggunya antara mendamba dan membenci.

Tania benar-benar merasa semangkin gila, karena Yudi. Namun ia berusaha untuk melawannya. Ia tidak ingin kalah dengan Yudi, ia tidak ingin tersungkur di kakinya. Tania tidak ingin Yudi berteriak menang,

"Pegang saja kata-kataku, Tania sayang! Mari kita buktikan, aku atau kamu yang akan bertekuk lutut." Yudi bangkit dari duduknya mendekati Tania, memandangnya sekilas lalu menuju pintu.

"Simpan, bra berendamu ini! Jangan asal kamu letakkan sembarangan, karena anggotaku semuanya pria. Aku tidak ingin mereka menghayalkan kamu memakainya. Cukup aku saja yang mengaguminya," cengir Yudi sebelum ke luar pintu kamar.

"Dasarr, gila!!" Tania membantingkan pintu namun, membukanya lagi karena pintu tersangkut bra miliknya dan tidak bisa ditutup.

”Aku tidak akan memakaimu lagi ... gara-gara kamu?!“ kesal Tania sambil meremas-remas bra dan memasukkan ke sudut lemari yang paling dalam.Tania berjanji akan mengunci pintunya bila ia akan memasuki kamarnya.

Yudi dengan kesal menuangkan air dari galon dan meminumnya, sekalian membasahi kepalanya. Pikiran nakalnya mulai menjelajahi zona terlarang.

Yudi mulai kesal akan pikiran kotornya dan entah sejak kapan, dia mulai berani berbicara agak aneh pada Tania. Yudi sadar bukan sosok pria yang alim, tapi paling tidak. Ia selalu menjaga adab juga sopan santun kepada wanita.

Yudi juga menghormati wanita karena ia terlahir dari seorang wanita, akan tetapi entah mengapa dengan Tania? Yudi mulai oleng. Entah hilang ke mana semua kesopanan, akalnya juga mulai tak beraturan.

Lama-lama, aku bisa kacau kalau begini. Sialan! Padahal aku hanya ingin membicarakan letak dapur dan teras belakang. Gara-gara benda sialan itu hadeh .... Yudi memejamkan matanya berusaha membuang pikiran mesum.

Mungkin Tania benar, aku mulai mesum. Aku harus berlibur, besok aku harus cuti. Aku rasa ... karena selalu berdekatan dengan Tania membuat otakku mulai kacau. Yudi membatin

Yudi mulai melangkah mengurungkan niatnya, untuk membicarakan letak teras belakang dan dapur. Ia melangkah pergi meninggalkan semua kru-nya, mengendarai sepeda motor CBR tahun tingginya.

Mencoba mencari ketenangan, menghilangkan pikirannya akan Tania. Namun, ke mana pun ia pergi bayangan Tania selalu menghantuinya.

Beberapa hari kemudian, sejak kejadian pertengkaran kecil tersebut. Tania dan Yudi jarang berinteraksi apalagi berkomunikasi, kebanyakan melalui Tigor, Andi atau Fikri, kadang melalui ayahnya Rangga.

Yudi tahu dia sangat merindukan wanita keras kepala itu, akan tetapi egonya selalu mengalahkan logika. Ia malu untuk mengakui bahwa ia sangat merindukannya.

Bab terkait

  • Cinta Dalam Hati   Gara-gara si hitam berenda

    Begitu juga Tania, dia selalu dengan diam-diam mencuri-curi pandang akan kehadiran Yudi. Akan tetapi, seminggu sudah berlalu, Yudi juga tidak pernah muncul. Ada rasa kehilangan, kerinduan dan kecewa menyatu."Ke mana si Kulkas ya? Mau tanya kok, rasanya malu." Tania membatin, ia dirundung dilema menggigit bibir bawahnya.Ia melihat setiap ruangan yang selalu dipenuhi canda tawa Yudi beserta kru-nya, kini sepi lengang tanpa ada canda tawa Yudi.Tania kembali keruangannya, memandang bunga matahari yang masih saja dengan indahnya di sudut jendela kamarnya.Saat Tania memutuskan pindah ke rumah barunya, entah mengapa hal pertama yang ada di benaknya adalah bunga matahari ini. Baginya seakan Yudi selalu ada di sisi menemaninya,"Maafkan aku, seharu

  • Cinta Dalam Hati   Cinta dan Benci

    Yudi pergi meninggalkan Tania, dengan sejuta perasaan amarah yang mau meledak di kepalanya. Ia tidak ingin mereka semangkin terpuruk seperti masa kanak-kanak dulu. Tania pun balik kanan ke ruangan kamarnya, ia segara menutup pintu dan membanting dirinya ke kasurnya. Ia menangis sesenggukan, "Dasar Kulkas, bodoh! Kenapa ga ada sedikit pun pengertiannya. Hiks hiks .... " Tania menangis di atas bantalnya. Ia merasakan sedikit rasa kesal dan benci juga rindu, yang menjadi satu di relung hati dan jiwanya. Ia tidak mengerti entah sejak kapan, ia menjadi sedikit cengeng. Sejak Yudi kembali di kehidupannya,

  • Cinta Dalam Hati   Cinta yang tidak pernah lekang oleh waktu

    "Apa yang kau lakukan di sini, Yud?" tanya Tania heran. "Apa?! Enak saja kalau ngomong. Bukankah kamu yang merengek kepada Ayahku, untuk memasangkan pegangan pintu malam ini juga?" sanggah Yudi kesal. "Apa?!" Tania memijat keningnya, ia merasa ada kesalahan di dalam semua ini. "Ya ampun! Aku hanya membawa pegangan pintu kepada Om Rangga, hanya untuk berdiskusi mengenai pegangan pintu yang unik dan indah ini. Bukan untuk memintanya segera memasangkannya?" jelas Tania. Ia berusaha naik ke lantai atas, ke ruangannya mengambil aspirin dan menelannya sebutir. Ia benar-benar pusing akan semua kejadian semalaman ini. Kolega yang membuat pusing, Martin yang menyebalkan, semua b

  • Cinta Dalam Hati   Skenario Rangga

    Ditempat lain .... "Bagaimana kemajuan Anak-Anak Kita, Zah?" tanya Rangga. Ia menelepon Hamzah dengan berbisik-bisik, tidak lupa menghisap rokok cerutu dan berusaha mengibas-ngibaskan kertas, agar Rini sang istri tidak mengetahuinya. "Akh, keduanya sama-sama keras kepala, aku tidak yakin. Apakah keduanya akan bersatu?" jawab Hamzah. Ia menerawang mengingat Tania dan Yudi "Jangan menyerah, kita harus memberikan sedikit dorongan pada mereka, agar mereka benar-benar menyadari bahwa keduanya sedang jatuh cinta." Rangga menjawab, ia tidak mau kalah. Ia begitu yakinnya bila suatu saat nanti Tania akan menjadi menantunya,

  • Cinta Dalam Hati   Cemburu

    Yudi masih sempat-sempatnya menghampiri Hamzah dan Rangga, yang masih terbengong di kursi meja makan hanya untuk permisi, membawa Tania. Tania memejamkan matanya, gulungan rambutnya sudah lepas dan dia masih saja terus memukul-mukul punggung Yudi. Rini dan Noni pun masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Yudi, "Ya, Allah. Ini anak kok, semakin kurang ajar. Maaf ya, Jeng. Kita harus menikahkan mereka secepatnya, apa kata orang-orang?" ucap Rini. Ia malu setengah mati melihat kelakuan putranya, "Iya, Mbak. Aku juga bingung," jawab Noni. Sementara Hamzah dan Rangga malah saling tos,

  • Cinta Dalam Hati   Kepergian Tania

    Yudi menuju rumah Tania mengetuk pintu kamar Tania tetapi, tidak ada sahutan. Yudi memberanikan diri, ia membuka kamar Tania. Di dalam kamar ia tidak menemukan Tania, ia telah pergi meninggalkan segalanya.Kesedihan tiba-tiba menyeruak di jiwanya, ia merasakan kekosongan yang dalam. Ia tidak menyangka Tania akan pergi meninggalkannya.Yudi hanya tertegun menyaksikan semua kehampaan itu, ingin rasanya Yudi menjerit sekuat tenaga. Ia sangat menyesali segala perbuatannya, ia begitu bodohnya telah menyia-nyiakan Tania, "Betapa bodohnya, aku!" umpat batinnya."Tania .... " lirihnya. Yudi tanpa sadarnya, menyebut satu nama yang terucap dari bibirnya yang setajam silet.Ia masih saja termenung, men

  • Cinta Dalam Hati   Derita cinta tiada akhir

    "Hmm, sebaiknya begitu. Biar mereka semua, jadi gembel!" omel Kakek Jatmiko."Apakah Kakek akan tenang di Alam Baka? Bila mereka jadi gembel? Jangan- jangan, Kakek akan jadi hantu penasaran dan kembali menghantuiku. Untuk merevisi ulang surat warisan lagi, dan aku tidak mau Kakek!" jawab Tania bercanda."Hahaha, dasar kamu ini! Baiklah, tidak usah revisi ulang lagi. Besok Kita bertemu di cafe X saja, Nak! Assalamu'alaikum," ucap Kakek Jatmiko riang."Wa'alaikumsalam!" balas Tania tersenyum simpul. Ia sedikit lega, ia memandang sinar bulan yang indah di balik tirai kamarnya. Kesedihan bergelayut mesra di sanubari, mengenang seraut wajah yang sudah menorehkan luka di sana.Namun, Tania masih s

  • Cinta Dalam Hati   Sebuah nasihat

    Tania semangkin dilema dan bingung, ada ketakutan di jiwanya. Ia takut harga dirinya akan dipandang rendah oleh Yudi,"Bagaimana bila dia menolakku, Kek?" tukas Tania.Ia sangat takut bila Yudi, menertawakannya juga mengejeknya. Tania takut bila hanya dialah yang setengah gila mencintai Yudi seorang. Sementara Yudi sendiri, tidak memiliki rasa apa pun kepadanya.Ia tidak percaya diri, ia takut akan banyak hal. Ia semangkin lekat menatap sang kakek, ia ingin sebuah pencerahan dari yang lebih tua yang telah banyak memakan asam dan garam kehidupan.Tania percaya bahwa yang tua lebih berpengalaman di dalam banyak hal, mereka ditempa oleh kehidupan yang telah mereka jalani.

Bab terbaru

  • Cinta Dalam Hati   Bertemu seorang nenek

    Seorang wanita tua membawa bakul di punggungnya ingin mengutip sayuran, hujan deras telah mengguyur semalaman hingga pagi inilah ia berniat akan menjual sayurannya. Namun, saat ia ingin memetik kacang tanah ia melihat tiga anak yang terbaring di sana, "Anak siapa pagi buta di sini?" batinnya. Ia langsung berlari menggapai ketiganya dan memeriksa, "Mereka demam!" batinnya, ia berusaha membangunkan ketiganya dengan memberinya air minum, "Uhuk! Uhuk!" Adrian terbangun dan melihat seorang nenek tua melihat ke arahnya ia berusaha untuk beringsut dan menjauh, "Si-siapa kau! Tolong, jangan ganggu kami! Kami tidak mau dijadikan bakso!" ujar Adrian. "Hehehe, siapa yang mau jadikan kalian bakso? Ikan dan ayam masih lebih enak dari daging kalian!" cibir si nenek dengan gulungan tembakau fi mulutnya. Adrian beringsut sedikit berusaha untuk m

  • Cinta Dalam Hati   Kabur dari penculik

    Adrian masih memeluk Salmi dengan tangan mungilnya, "Apakah kalian anak baru?" tanya seorang anak perempuan kecil yang tidak jauh dari Adrian. "Iya, kalian tahu ini di mana?" tanya Adrian penasaran menoleh ke setiap ruangan. "Aku tidak tahu! Kami dibawa kemari dengan keadaan pingsan! Apakah itu Adikmu?" tanyanya. "Iya, ini Adikku!" balas Adrian. "Namamu siapa?" tanyanya lagi. "Aku Adrian, ini Salmi!" balas Adrian. Entah mengapa ia banyak bicara, ingin rasanya dirinya mengurangi sedikit bebannya, "Oh, aku Rani," ujar Rani. "Ooo, apakah kau tahu ke mana mereka akan membawa kita?" tanya Adrian pena

  • Cinta Dalam Hati   Amy koma

    Kedua sahabatnya masih menyusuri TKP bersama para polisi, mereka hanya menemukan jejak mobil dengan meninggalkan lokasi, keadaan menjadi heboh para wartawan Meliput berita dan memasukkan ke televisi dan laman media sosial lainnya. Sementara Amy menjalani operasi, Soleh menunggu di depan pintu ruang operasi. Tania dan Yudi langsung menuju ke rumah sakit begitu dengan seluruh keluarga Rangga, Hamzah, dan Basri juga Sudirman pergi ke rumah sakit. Mereka tidak menyangka dengan segala malapetaka yang sudah menimpa keluarga mereka Ibra masih menyelidiki seluruh rangkaian peristiwa ketiganya berpelukan menangis, "Bagaimana dengan Amy?" tanya Tania. "Dokter masih mengusahakan pengangkatan peluru di kepalanya, bagaimana dengan anak-anak?" tanya Soleh, ia memandang kedua sahabatnya berharap ada keajaiban untuk kedua buah hati mereka.Keduanya menggelengkan kepala, "Tapi, aku sudah mengerahkan segala yang aku bisa! Aku yakin kita pasti menemukan anak kita," kata Yudi.

  • Cinta Dalam Hati   Ditodong di tengah jalan

    "Ya, kamu benar, aku harus hati-hati! Bagaimanapun kita tidak tahu apa keinginan mereka yang sebenarnya, kamu hati-hati juga!" ucap Tania mengingatkan Amy. "Eh, besok beneran ada acara ulang ya, di rumah Dion? Sepertinya aku tidak bisa ikut ke sana, kamu mau 'kan bawa anak-anak ke sana. Besok aku ada sidang!" ucap Tania. "Iya, jangan khawatir. Aku pasti akan bawa anak-anak, lagian aku rasa besok aku libur, rasanya lelah jika terus-terusan bekerja," ujar Amy, "besok aku akan bawa anak-anak kesana! Sekalian bawa mereka berenang," lanjutnya. "Sip, aku titip anak-anak ya?" ujar Tania. "Iya, tenang saja!" balas Amy. Keduanya berpisah setelah makan siang.

  • Cinta Dalam Hati   Salmy dan Andrian

    Yudi di depan pintu bersalin sudah tidak sabar ingin melihat buah cintanya dengan Tania, "Selamat telah lahir bayi lelaki dengan berat 3,5 kg, panjang 50 cm. Putra pertama dari Bapak Yudi dan Ibu Tania," ujar Siska dengan menggendong seorang bayi dan memberikanya kepada Yudi, ia menerimanya dengan tetes air mata bahagia, "Selamat datang, putraku! Aku harap engkau menjadi pemenang di dalam kehidupan fana dan baka kelak," lirihnya diiringi rasa syukur seluruh keluarga. Rangga dan Hamzah saling rangkul begitu pun dengan Noni dan Rini, "Anak-anak yang hebat, cucuku pasti, luar biasa!" ujar Rangga bahagia menggendong cucunya setelah Yudi mengadzaninya. Yudi langsung menemui Tania yang masih lemah, "Terima kasih, Sayang! Aku tidak bisa mengatakan dengan apa pun rasa syukur dan cinta kasihku kepada kalian berdua," ucap Yudi, memeluk istrinya dengan penuh kasih sayang.

  • Cinta Dalam Hati   Kelahiran sang putra

    Tiga bulan kemudian Soleh dan Amy pulang dari bulan madu, Amy pun sudah hamil. Selama mereka di Papua berbulan madu, keduanya kerap berhubungan dengan Tania dan Yudi mereka saling bercerita banyak hal dan berbagi tawa dan duka mengenai pengalaman menjadi calon orang tua. Kedua pasangan tersebut mengunjungi Siska pun sudah menikah dengan Ibra sepupu Yudi seorang polisi.Mereka kerap berkumpul, cinta yang pernah ada di hati Amy kepada Yudi sudah terbang entah ke mana, begitu pun rasa cinta Siska kepada Soleh. Kini, ketiga pasangan bahagia itu sedangkan menantikan buah cinta mereka untuk pertama kalinya. Soleh dan Yudi selalu bersabar dan mengalah terhadap semua kemanjaan dan semua sensitif ibu hamil yang luar biasa.Namun, mereka begitu bahagia menjalani peran tersebut, tiada pernah mengeluh dan tak pernah sedikit pun menyakiti h

  • Cinta Dalam Hati   Ladang pahala dan dosa

    "Aku akan menjadi, ayah! Oh Tania, kita akan menjadi orang tua! Aku sangat bahagia, sekali! Terima kasih sayang," ucap Yudi dengan bahagia dan sumringah. Ia langsung memeluk Tania dengan penuh kasih sayang. Mencium seluruh wajah Tania, "Aku sangat bahagia, Yank! Tapi, tolong ... menjauhlah. Aku ingin muntah mencium, baumu!" balas Tania mengernyitkan hitungnya. Yudi tercekat, ia tidak menyangka akan mendapatkan balasan demikian dari istri tercintanya. Siska tertawa dan menepuk bahu Yudi, "Terkadang seorang istri yang sedang hamil muda mengalami sindrom demikian. Mengertilah, emosinya naik turun. Berusahalah untuk mengalah," ujar Siska. "Kayak kamu sudah pernah, saja" balas Yudi. Siska langsung berkacak pinggang, "Aku memang belum pernah, hamil! Menikah saja belum. Tapi,

  • Cinta Dalam Hati   Kabar Bahagia

    Sementara Yudi dan Tania pun tidak mau kalah. Keduanya pun mengarungi lautan berlayar di tengah samudra cinta milik mereka berdua. Keduanya saling berpelukan dengan mesranya,"Semoga kita semua bahagia, ya Mas!" ujar Tania.Yudi menoleh ke arah istrinya mengecup sekilas kening Tania, "Amin. Pastilah, setiap doa dan usaha selalu diijabah Allah. Walaupun dengan berbagai liku dan rintangan tidak instan," balas Yudi dewasa."Mas, ngomong-ngomong instan. Kok aku jadi pengen mie instan, nih!" ucap Tania."Ya udah, masaklah! Apa perlu mas yang masak?" tanya Yudi."He-em!" balas Tania sedikit manja. Ia sendiri pun tidak mengetahui mengapa ia merasa sangat ingin makan mie instan

  • Cinta Dalam Hati   Ramuan cinta

    Acara pernikahan Amy dan Soleh digelar di sebuah hotel mewah milik keluarga Amy. Keluarga Soleh dari kampung pun berbondong-bondong datang. Sudirman, Aisyah, dan Santi juga Ipah menginap di rumah Soleh yang baru. Acara pernikahan begitu meriahnya. Semua teman, kolega, handai taulan semuanya berkesempatan datang dan bersilaturahmi. Tania dan Yudi sebagai WO, mengatur dan membantunya membuat acara berjalan dengan sangat baik. Tania mengerahkan semua kemampuanya untuk memperlancar semua acara pesta. Acara pernikahan keduanya begitu bahagia. Amy begitu cantik di saat ijab kabul dan Soleh begitu gagah dan tampan. Kedua keluarga Basri dan Dahlan sangat bahagia dan cepat akrab. Basri begitu senang dengan besa

DMCA.com Protection Status