"Dokter Fahri …!" seru kami berdua
"Dokter Fahri jangan berani ganggu Dokter Elsa ya, saya mau calonkan dia dengan kakak saya," sambung Nita."Sebelum janur kuning melengkung, Nit, kenapa enggak, ya, ‘kan Dokter El?""Sudah … sudah, stop, ya. Sekarang waktunya pulang, ayo Dokter Nita, Dokter Fahri kita pulang sudah gak sabar nih pengen rebahan.""Gitu sudah kalau jomblo fi sabilillah, bawaannya mau rebahan saja!" ledek Nita.Kalau ada Dokter Nita hidup terasa lebih berwarna. Teman-teman sejawat bilang kalau dia “Miss rame”. Di mana saja selalu heboh kalau ada dia.****Hari terus berlalu, sudah lima hari Rey di sini, tetapi tak pernah sekalipun menyapa Elsa. Elsa sempat berpiki untuk menyapanya duluan, meminta maaf atas ucapannya 10 tahun yang lalu. Mungkin dia masih marah, tetapi tak sekalipun ada kesempatan, selalu saja terhalang. Rey juga sepertinya memang menjauh.Hari ini adalah jadwal bulanan rumah sakit mengirim dokter sukarelawan ke luar kota, bisa dikatakan ini kegiatan bulanan rumah sakit. Rumah sakit akan mengirim “Doksemangat” untuk melayani masyarakat, terutama lansia yang sangat membutuhkan. Dokter yang dikirim hanya membawa peralatan medis sendiri karena bis dan lokasi yang dituju semuanya sudah diatur pihak rumah sakit. Sebagai dokter bedah, ini pertama kalinya Elsa mengikuti kegiatan tersebut. Saat diacak namanya keluar dalam satu kelompok, padahal dia sudah janji dengan orang tuanya untuk weekend di rumah. Profesi sebagai dokter membuat mereka jarang berkumpul."Dokter Elsa kita satu kelompok ‘kan, jangan jauh-jauh, ya." Tiba-Tiba Dokter Fahri sudah berada di samping Elsa."Ciye … yang sudah mulai pendekatan," sahut Nita."Hm, mulai deh."Tiba-tiba Rey juga muncul, stelan kemeja yang rapi dan cool membuat siapa saja terpana. Sepertinya dia memang totalitas menjadi kepala rumah sakit. Usia mudanya memang cemerlang, kesan kharisma sungguh melekat pada dirinya."Rey!" panggilku.Tak didengar, dia berjalan begitu saja."Lo manggil siapa, El? Wadidau ada My Oppa, jiwa jombloku mulai meronta." Ekspresi Nita bikin siapa saja terkekeh."Mulai deh ratu lebay. Yuk, kita berkemas nanti ketinggalan bis.""Maumu apa sih, Rey!" Elsa terus membatin karena Rey benar-benar menjauh darinya.***2 Bis sudah siap untuk berangkat ke lokasi tujuan sukarelawan bulanan. Semua rombongan naik sesuai kelompok, baik dokter dan perawat yang bertugas. Tak disangka Rey juga berada di bis yang sama.Bikin deg-degan saja ini doi."Hi, Dokter El, kita duduk deketan, ya." Tiba-tiba Dokter Fahri sudah berada di samping Elsa."Oh, boleh.""Asyik dibolehin." Bahagia sekali Dokter Fahri hanya sekedar duduk di dekat Elsa."Ciye … yang mulai pendekatan bakal kalah cepat nih kamu, Fan," Ledek Nita, kebetulan Irfan ada di sana, dari dulu dia naksir, tapi gak pernah Elsa lirik.Rey duduk pas di depan sambil baca buku, terlihat asyik dengan bacaannya, sesekali tersenyum, sebagai tanda menyapa para dokter yang masuk ke dalam bis."Wow satu bis dengan kepala rumah sakit sesuatu banget, makin semangat nih melayani masyarakat." Nita selain jujur, ceplas-ceplosnya bikin semua tertawa."Dokter El, beneran gak lagi pedekate dengan siapa saja, kan?" Dokter Fahri sepertinya mulai memperjelas.Elsa semakin salah tingkah dibuatnya. Kenapa juga Dokter Fahri ngomong begitu?"Nggak," jawab Elsa."Jangan bohong Dokter El, masak ratu universitas gak ada yang deketin?" Elsa diam, bingung mau jawab apa."Kalau gitu, boleh dong aku dekat denganmu?"Lagi-lagi Elsa diam, tapi reaksi Rey bikin panas hati, dia sepertinya menikmati pembicaraan kami. Nggak peduli sama sekali, padahal posisinya pas di depan Elsa dan Fahri."Boleh." Waduh kok jadi polos begini."Maksudmu?" Fahri sepertinya tidak main-main."Temui saja papaku kalau berani," sambung Elsa."Siap, Dokter El!" Suara Dokter Fahri membuat semua memandang kami."Wah, Dokter Fahri kayaknya gerak cepat, nih, sudah naik bintang lima." Ledek Nita pakai oktaf 5 segala.Rey diam seolah tidak mendengar."Maaf, Dokter Fahri saya duduk di belakang, ya. Agak gerah di sini."Entahlah yang kuhindari Rey atau Dokter Fahri, tapi ekspresi Rey yang datar bikin suasana benar-benar gerah.***Bis mulai melaju, duduk di belakang ternyata lebih asyik. Pak sopir pun mulai memutar musiknya. Ah, lagunya kok bikin mellow banget, dada dibuat makin sesak.Tuhan ku cinta diaKu ingin bersamanyaKu ingin habiskan nafas ini berdua dengannyaJangan rubah takdirku, satukanlah hatiku dengan hatinya (reff, Andmesh. Lirik lagu Jangan Rubah Takdirku.)Tetiba Rey bangun dan mata kami beradu.Berharap dia punya rasa yang sama denganku.Sampai di lokasi kami semua berkemas ke stand yang sudah disiapkan pihak rumah sakit. Semakin tua usia seseorang semakin banyak keluhan penyakit yang diderita. Usia 50-an ke atas memang rentan dengan penyakit kolesterol, asam urat dan hipertensi."Mulai hari ini jaga pola makan, ya, Bu. Olahraga juga yang teratur, gula darah Ibu tinggi. Jadi, mulai sekarang ubah pola makan yang lebih sehat, ini sudah saya tuliskan resep untuk Ibu dan diminum sehari-hari, jadi Ibu ikuti, ya. Sayangi diri, sayangi keluarga dengan hidup sehat." Begitu telatennya Rey menjelaskan pada pasien yang berusia 60-an ke atas yang datang ke stand-nya."Dia begitu keren," batin Elsa.Sepertinya Rey begitu kewalahan, pasien di stand-nya tiba-tiba membludak, banyak yang ingin diperiksa oleh Rey. Wajah blasteran Rey membuat siapa saja ingin diobati."Hi, El. Sudah dapat pasien berapa?" tanya Nita."Ini yang kelima." Elsa menjawab sambil memeriksa pasien. Kebetulan pasien ter
Aku akan selalu menunggumu sampai waktu tak terbatas.Kegiatan amal bakti rumah sakit akhirnya selesai juga. Semua dokter dan perawat yang bergabung mulai membereskan perlengkapannya. Fahri sepertinya tidak main-main, dia menunggu Elsa membereskan perlengkapannya. Fahri selain berbadan tinggi, dia punya lesung pipit yang manis sekali. Wajah tampannya yang mirip orang arab juga sangat memesona. Fahri dikenal sebagai dokter yang rapi, dia juga lumayan memiliki karier yang cemerlang dan berasal dari keluarga yang berkecukupan. Terlihat sekali dari mobilnya yang selalu ganti setiap hari. Dia selalu memperhatikan setiap penampilannya. Walaupun begitu, dia tetap santun dan friendly dengan siapa saja. "Dokter Fahri langsung ke bis aja." "Gak apa-apa El, biar sekalian bareng."Dokter Fahri masih setia menunggu."Oh … oke, sebentar, ya.""Perlu aku bantu, El?" Dokter Fahri bertanya lagi karena Elsa sibuk dengan bawaannya.Kami berdua ke bis dan semua sudah siap untuk kembali ke rumah sakit.
Semua pertanyaan muncul di pikiran Elsa. Setelah melihat undangan itu ternyata di luar dugaanUNDANGAN PERESMIAN KLINIK CINTA IBU.Begitu bunyi undangan yang dikirim Rey."Syukurlah," batin Elsa."Kenapa El, kok senyum begitu?""Gak ada, Ma.""Undangan apa itu, El?""Undangan peresmian klinik barunya Rey.""Oh, iya, El. Tadi Mama ketemu temenmu, siapa ya tadi namanya?""Maksud mama Dokter Fahri?""Oh, iya, betul Fahri, kaget Mama dia pagi banget nyari kamu." Mama menahan tawanya."Ada udang di balik bakwan, Ma.""Hahaha … ada aja kamu, El. Tapi cakep juga sih kayak orang arab, kayak artis kesayangan Mama, Mas Al." Ya sallam, bakal naik daun telinganya Dokter Fahri kalau tahu."Tapi Rey kok bisa seganteng itu ya, El?"Waduh mama ini kok jadi yang lebih alay, sebenarnya dia di tim yang mana? Dokter Fahri atau Rey? (Kalian pilih yang mana, hahaha)."Kayak pemain korea itu lho El, yang Mama nonton di TV," sambung mama lagi."Pagi-pagi lihat dua cowok keren pikiran Mama ke mana-mana, penge
"Istirahatlah, aku yang akan menggantikanmu!" Elsa diam, bingung mau jawab apa."Jangan ragu, aku akan berusaha yang terbaik untuk pasien ini. Dokter Fahri, bawa Dokter Elsa ke ruangannya, jangan sampai dia pingsan di sini."“Ya sallam ada Dokter Fahri juga di sana, apa dia mendengar aku memanggil Rey?” Dokter Fahri terlihat begitu terkejut, entah apa yang akan dia pikirkan setelah ini."Baik dokter. Ayo Dokter Elsa kita ke ruangan, aku akan menginfusmu biar suhu badanmu segera normal." Dokter Fahri dengan sabar dan telaten mengajak Elsa, Rey hanya diam melihat Dokter Fahri menuntun Elsa.Sesampai di ruangan, Fahri merawat Elsa seperti pasien, dia panik. Sesekali dia menatap Elsa seperti ingin bertanya apa hubungannya dengan Rey, tapi sepertinya dia tidak ingin mengganggu privasi Elsa. Sifat sabarnya membuat hati Elsa terenyuh. Dokter cantik itu khawatir kalau Fahri akan terluka seperti Rey, lalu menjauh dan pergi.***Elsa terbangun, sepertinya dia tertidur cukup lama. Badan terasa l
Andai waktu bisa kembali, aku tidak akan mengecewakanmu.Sudah baikan Dokter Elsa?" Rey memperjelas pertanyaannya.Nita menyenggol Elsa supaya menjawab pertanyaan Rey."Sudah, dok. Alhamdulillah.""Syukurlah." Setelah mengucap begitu, Rey pergi."Sebentar, dok!" Rey berhenti."Terima kasih sudah membantuku kemarin.""Sama-sama." Rey pergi dan tidak menoleh sedikit pun. Si Nita langsung bereaksi."Ciyeee ….""Apanya, cie, cie?""Sepertinya saingan Mas Fahri sungguh berat.""Hm, mulai deh, yuk balik! Nanti sore kita berangkat.""Asiyap, Bu Dokter."***Tamu undangan sudah mulai berdatangan, wartawan juga banyak yang hadir. Hati Elsa sungguh berdebar, apakah Rey akan resmi tunangan hari ini atau tidak. Menyemangati diri sendiri untuk tetap berpikir positif, supaya hati tenang, jangan sampai pingsan di sini."Kok menyendiri, El." Irfan datang menyapa Elsa."Iya, Fan. Hari ini sama siapa? Gak piket?""Sendiri juga El, kebetulan jadwal piketnya besok, jadi bisa dateng.""Oh." Elsa hanya ber
Elsa terbangun dan melihat ada infus ditangannya, ternyata dia berada di IGD. Ada mama dan papa yang menunggunya."Alhamdulillah El, kamu sudah sadar, Nak." Sang mama memeluk Elsa erat."Kecapean ya, Nak?” tanya sang papa."Iya, Pa, Elsa capek batin." Elsa hanya bisa menjawab di dalam hati."Papa sudah mengajukan kamu untuk istirahat 2 hari El, jadi kita pulang, ya, setelah kondisimu pulih.""Elsa sudah baikan, Ma. Elsa istirahat di rumah saja." Entah mengapa tidak ingin melihat rumah sakit dulu, rasanya malu, pingsan di depan banyak orang.***Sesampai di rumah, Elsa benar-benar istirahat total, menata hati dan pikiran supaya lebih fresh. Mungkin saat ini profesional lebih diutamakan."Gimana Nak, udah baikan?" tanya mama."Iya, Ma, sudah terasa lebih baik.""Tumben kamu drop kayak gitu." Elsa penasaran bagaimana mamanya bisa tahu kalau dirinya pingsan."Ada masalah, Nak?" Mama memang lebih peka dengan perasaan Elsa."Gak ada masalah Ma, cuma kayaknya aku pengen resign dari rumah saki
Hari ini Elsa sudah mulai aktivitas lagi dengan semangat baru. Yang terpenting baginya saat ini, Rey masih sama seperti yang dulu, masih perhatian itu cukup bagi Elsa.Entah mengapa hari ini dia ingin menggunakan jilbab pink dengan polesan bedak dan lipstik yang merah merona. Seperti abege labil hatinya sungguh berbunga-bunga. Berkali-kali dia bercermin untuk memastikan penampilannya yang sempurna hari ini. Tak lupa musik pun diputar sebagai penyemangat diri.Buka kita buka hari yang baruSebagai semangat langkah ke depanJadi pribadi baruBuka kita buka jalan yang baruTebarkan senyum wajah gembiraDamai suasana baruBukalah bukalah semangat baruBukalah bukalah semangat baruBukalah bukalah semangat baru(Reff lagu buka semangat baru)"El, gak salah penampilanmu?"Mamanya heran melihat tampilan Elsa yang sedikit power full hari ini."Emang kenapa, Ma?""Aneh aja."Anaknya berubah feminim malah Emaknya keheranan. Eh, kepala anaknya malah disentuh."Gak ke sambet kan, Nak?" Mama terke
Fahri Haris Hermanto, siapa yang tidak kenal dengan keluarga Hermanto, keluarga terpandang yang perusahaannya di mana-mana. Fahri anak tunggal dari keluarga Hermanto. Dia anak yang cerdas, papanya berharap dia dapat mewarisi seluruh aset perusahaan. Namun, nyatanya dia lebih memilih menjadi dokter.Elsa Wijaya gadis yang mampu mencuri hatinya selama kuliah. Elsa gadis cantik dan cerdas karena kecerdasannya membuat dirinya terkenal di seluruh kampus. Satu hal yang membuat Fahri semakin jatuh hati pada Elsa, dia tidak pernah sekalipun terlihat bersama laki-laki. Gadis impian yang ramah, tapi sulit didekati karena Elsa terlalu pandai menjaga jarak dengan teman laki-laki.Sebagai kakak kelas yang usianya 2 tahun lebih tua dari Elsa, Fahri menyimpan kekaguman di hatinya. Rasa kagum yang merajai hati membuat Fahri tak bisa berhenti memikirkan Elsa. Elsa tidak pernah menyadari kalau Fahri selalu mengikuti langkahnya. "Masih suka dengan gadis itu, bro?" Rio—salah satu teman Fahri yang tahu b
Reihan Baskoro tumbuh menjadi Dokter yang hebat, mengikuti jejak Papi, Mami dan ayahnya, Reihan menjadi dokter yang keren. Prestasi jangan diragukan lagi.Wajah tampan blasteran mirip seperti Papinya membuat semua perempuan tergila-gila dengannya. Cuek dan dingin itulah Reihan. Tidak sedikit surat cinta yang ditemukan di tasnya setiap selesai praktik, tapi tak satupun yang mengena dihatinya. Ada satu nama yang selalu mengganggu pikirannya. Nama yang membuat dia jatuh cinta berkali-kali, meski sulit diraih.Hari ini adalah jadwal pulangnya Reihan setelah menyelesaikan spesialisnya, tanpa didampingi ayah dan maminya, itupun karena Reihan yang meminta untuk tidak didampingi."Besok Mami hadir, ya, Rei." Maminya sampai memohon agar Reihan mau didampingi."Gak usah, Mi. Rei udah besar bukan anak labil, menghindari omongan juga karena yayasan ini 'kan milik Ayah.""Terus ayah gak datang juga?" Ayahnya ikut nimbrung video call sama Reihan."Gak usah, Yah. Biar pemilik yayasan gak usah hadir
Elsa dilarikan ke rumah sakit, dokter Fahri memang sudah menyiapkan kemungkinan hal yang terjadi, dilihat dari ambulance yang sudah stand by di dekat pantai."Bagaimana, Dok?""Elsa pendarahan hebat."Dokter yang sudah di warning dokter Fahri menunggu di depan IGD. Belakangan ini dokter Fahri sibuk mengurus kemungkinan hal-hal yang terjadi. "Semua sudah siap, Dok!" dokter yang diutus mengurus semuanya menghampiri dokter Fahri."Dokter Rayyan apakah sudah bisa dihubungi?""Belum bisa, Dok!"Elsa sudah siap untuk dioperasi hari ini, dokter Fahri terlihat deg-degan, tapi masih tetap tenang melihat istrinya. "Kantong darah yang Dokter Fahri minta satu minggu yang lalu sudah siap." Tidak tanggung-tanggung dokter Fahri menyiapkan 20 kantong darah untuk dokter Elsa, menjaga kemungkinan hal yang terjadi."Terima kasih atas bantuannya, Dok." Fahri terlihat tegang karena dokter Rayyan belum bisa dihubungi, hari ini adalah jadwal keberangkatan dokter Rayyan kembali ke luar negeri karena kontra
Kehamilan Elsa kali ini benar-benar harus dijaga, kondisinya semakin hari semakin lemah sangat penuh perjuangan, usia kehamilan Elsa masuk trimester ketiga, meski masih terus keluar masuk rumah sakit, tapi Elsa masih semangat menjalaninya. Fahri dan Reihan tetap setia menemani Elsa, kesetiaan dan ketulusan dokter Fahri membuat hati Elsa semakin luluh, cinta mulai bersemi dihatinya. ”Jangan panik, aku baik-baik saja.” Elsa dibuat baper karena Fahri terus setia menemaninya, lebih tepatnya merawatnya dengan tulus. Tidak peduli capek dan lelah Fahri sangat totalitas dalam menjaga istrinya, tak ada momen yang tertinggal oleh dokter Fahri.“Maunya apa, Dik? Mas akan carikan kemana saja, asal istri Mas ini tetap sehat dan kuat.” Siapa yang tidak baper, disaat cinta mulai bersemi dihati mereka, justru kini mereka sedang diuji, ini mungkin yang namanya ujian kesetiaan. Elsa bahkan tidak pernah melayani kebutuhan Fahri, kehamilannya sedikit berbeda ketika hamil Reihan. Kondisinya sekarang, be
Akhirnya Elsa bersedia tinggal di rumahnya Fahri. Reihan juga tidak mau ketinggalan. Mereka diantar oleh papa dan mamanya Elsa menuju rumahnya Fahri. Rumah Fahri sangat besar, bangunannya seperti mengusung konsep Mediterania yang kental dengan pilar-pilar tinggi dan berwarna putih. Saat masuk ke dalam, semua akan semakin terpukau dengan pemilihan interiornya yang apik."Rumah sebesar ini Nak Fahri sendiri yang tinggal?" Mamanya Elsa membuka percakapan."Iya, Ma. Ada pelayan juga disini."Reihan sangat bahagia sekali, karena kamarnya sangat luas dan dipenuhi mainan. Entah kapan dokter Fahri menyiapkan mainan untuk Reihan."Yah, mainannya banyak banget." Reihan tak berhenti tersenyum karena kamarnya selain besar, lengkap dengan fasilitas di dalamnya."Iya, kan, pangeran harus banyak mainan biar tidak kesepian. Di situ sudah ayah buatkan tempat untuk Reihan melukis, kata Mami Reihan hoby melukis seperti Papi." Elsa terharu, segitu detailnya dokter Fahri menyiapkan kebutuhan Reihan."Ruma
Sesampai di rumahnya Elsa, Dokter Fahri terlihat bingung, Elsa juga terlihat lebih banyak diam. Dokter Fahri sadar ini mendadak bagi Elsa. "Tidak apa-apa El, saya tidur di ruang tamu saja." Elsa berhenti mendengar ucapan dokter Fahri. Tiba-tiba Elsa menuntun dokter Fahri untuk ke kamarnya. Dokter Fahri sangat canggung sekali, jantungnya berdetak lebih kencang. Karena Elsa lebih banyak diam, perasaan Fahri semakin tidak enak."Kamar mandinya disana, Dokter bisa membersihkan diri dulu." Elsa terlihat tenang, sementara dokter Fahri sangat canggung."Makasih, El." Fahri tidak ingin banyak bicara, karena Elsa juga irit bicara. Elsa sebenarnya lebih pengalaman karena dia pernah menikah sebelumnya. Setelah membersihkan diri, dokter Fahri bersiap untuk sholat Isya, Fahri lebih memilih untuk sholat di masjid komplek perumahan, lebih tepatnya memberi ruang waktu untuk Elsa."Om Dokter ganteng mau kemana?""Kok Om, panggil Ayah ya, Nak?" Fahri kalau sama anak kecil, santun sekali."Kenapa buk
Fahri masih memegang tangannya Elsa dan masih dalam keadaan berjongkok. Ini seperti mimpi bagi mereka berdua, Fahri terus mengeluarkan air mata. Lebih tepatnya air mata bahagia."Ayo, bangun calon Papanya Reihan." Reihan memeluk Fahri untuk segera bangun, suasana semakin haru. Elsa berkali-kali menitikkan air mata, ini juga seperti mimpi baginya. Mimpi menjadi istri dari dokter Fahri."Selamat untuk kalian, ya." Papa dan mamanya bergabung, Fahri memeluk Papanya Elsa. Jangan ditanya kebahagiaan dokter Fahri, Elsa sampai dibuat salah tingkah dengan keadaan ini. Mamanya juga memeluk Elsa, meski terkesan mendadak, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mereka.Tiba-tiba semua tamu undangan mulai berdatangan, kabar cepat beredar. Semua dokter yang bekerja di klinik juga hadir. Elsa sampai dibuat kaget dan terlihat malu. Mendadak mungkin hanya baginya, tetapi persiapan acara ini sebenarnya sangat matang. Yang menyaksikan akad nikahnya memang hanya dari keluarga saja."Selamat, Bosku!" Do
"Kenapa, Ri?" Fahri ke ruangan tantenya yang kebetulan sebagai dokter umum di kliniknya."Fahri gak kuat, Tan." Fahri menangis sesenggukan, dia sudah terbiasa curhat dengan tantenya, saudara dari Mamanya."Dengan wanita yang sama, Ri?" Fahri mengangguk, buliran air mata terus mengalir di pipinya."Apa aku harus menyerah, Tan? Sepertinya aku sudah gak kuat, cinta ini begitu menyiksaku.""Bukannya Dia sudah punya suami, Ri? Apa tidak ada perempuan yang lain selain dia." Tantenya heran karena keponakannya ini laki-laki yang dari dulu hanya mencintai wanita yang sama."Justru itu, Tan. Dia kembali tiba-tiba dan memiliki seorang putera yang tampan sekali, dan kabarnya, suaminya Elsa sudah meninggal akibat kecelakaan pesawat 5 tahun yang lalu." Ya Allah, sedih sekali melihat dokter Fahri seperti ini. Bercerita sambil berlinang air mata. "Lalu masalahnya apa?""Masalahnya ada Dokter bedah dari luar negeri yang kemarin datang mirip dengan Rey, dia juga merasakan hal yang sama, layaknya seora
Akhirnya weekend tiba, Fahri memenuhi janjinya untuk duet dengan Reihan. Reihan ternyata tipe anak yang tidak bisa dijanjikan."Mi, jadi gak, Om Dokter ganteng ngajak duet?""Biasanya Om Dokter kalau sudah janji selalu ditepati.""Oke, kalau gitu, Reihan siap-siap."Baru saja membicarakan dokter Fahri ternyata dia sudah ada didepan menjemput Reihan."El, bukannya itu Dokter Fahri?" Mamanya Elsa heboh, karena baru kali ini melihat dokter Fahri setelah sekian tahun."Iya, Ma, mau jemput Reihan."Reihan sudah siap dengan kostumnya, hari ini dia begitu fresh menggunakan kaos, wajah blasteran Reihan memang buat siapa saja merasa dia anak yang menggemaskan. Jadi, wajar dia juga idola orang tua dikompleknya."Mi, Rei berangkat?""Wow, cucu Eyang sudah keren, mau duet sama Om Dokter ganteng?""Iya, dong Eyang, Mami gak usah ikut biar jaga Eyang di rumah.""Astaga, anak ini, Hahaha ...." Mamanya yang paling heboh."Siyap, sonoh, sama Om Dokter gantengnya biar Mami gak jadi nyamuk."Reihan dan
Sesuai arahan Fahri, akhirnya Elsa ikut bergabung dengan Dokter Rayyan, mematahkan segala yang ada. Elsa kali ini harus lebih kuat, bahwa dia bisa mengatasi semuanya, Elsa terus menyiapkan mentalnya dan berkata bahwa dia bukan Rey --- suaminya.Semua tim sudah bersiap, Elsa harus membuktikan bahwa dia bisa menjalankan operasi ini dengan baik. Dokter Rayyan juga sudah siap di ruang operasi.Drrrt ... tiba-tiba dokter Fahri menelpon."Halo, El, semangaatt!" ya Allah Fahri, kenapa sosweet banget, Fahri yang dulu bangkit kembali dengan nuansa yang lebih berbeda. Elsa dibuat senyum-senyum sendiri."Siyap, Pak Dokter!" dokter Rayyan hanya sekilas memandang.Mereka sudah siap, Elsa juga sudah bersiap dengan segala persiapannya, disemangatin Fahri ternyata memiliki rasa yang berbeda, entah mengapa Elsa seperti bangkit kembali."Mari kita mulai!" dokter Rayyan memberi instruksi, Elsa sudah tidak berdebar lagi, dia terlihat lebih rileks.Elsa mulai dengan sayatan pisaunya, dokter Rayyan memang