Akhirnya weekend tiba, Fahri memenuhi janjinya untuk duet dengan Reihan. Reihan ternyata tipe anak yang tidak bisa dijanjikan."Mi, jadi gak, Om Dokter ganteng ngajak duet?""Biasanya Om Dokter kalau sudah janji selalu ditepati.""Oke, kalau gitu, Reihan siap-siap."Baru saja membicarakan dokter Fahri ternyata dia sudah ada didepan menjemput Reihan."El, bukannya itu Dokter Fahri?" Mamanya Elsa heboh, karena baru kali ini melihat dokter Fahri setelah sekian tahun."Iya, Ma, mau jemput Reihan."Reihan sudah siap dengan kostumnya, hari ini dia begitu fresh menggunakan kaos, wajah blasteran Reihan memang buat siapa saja merasa dia anak yang menggemaskan. Jadi, wajar dia juga idola orang tua dikompleknya."Mi, Rei berangkat?""Wow, cucu Eyang sudah keren, mau duet sama Om Dokter ganteng?""Iya, dong Eyang, Mami gak usah ikut biar jaga Eyang di rumah.""Astaga, anak ini, Hahaha ...." Mamanya yang paling heboh."Siyap, sonoh, sama Om Dokter gantengnya biar Mami gak jadi nyamuk."Reihan dan
"Kenapa, Ri?" Fahri ke ruangan tantenya yang kebetulan sebagai dokter umum di kliniknya."Fahri gak kuat, Tan." Fahri menangis sesenggukan, dia sudah terbiasa curhat dengan tantenya, saudara dari Mamanya."Dengan wanita yang sama, Ri?" Fahri mengangguk, buliran air mata terus mengalir di pipinya."Apa aku harus menyerah, Tan? Sepertinya aku sudah gak kuat, cinta ini begitu menyiksaku.""Bukannya Dia sudah punya suami, Ri? Apa tidak ada perempuan yang lain selain dia." Tantenya heran karena keponakannya ini laki-laki yang dari dulu hanya mencintai wanita yang sama."Justru itu, Tan. Dia kembali tiba-tiba dan memiliki seorang putera yang tampan sekali, dan kabarnya, suaminya Elsa sudah meninggal akibat kecelakaan pesawat 5 tahun yang lalu." Ya Allah, sedih sekali melihat dokter Fahri seperti ini. Bercerita sambil berlinang air mata. "Lalu masalahnya apa?""Masalahnya ada Dokter bedah dari luar negeri yang kemarin datang mirip dengan Rey, dia juga merasakan hal yang sama, layaknya seora
Fahri masih memegang tangannya Elsa dan masih dalam keadaan berjongkok. Ini seperti mimpi bagi mereka berdua, Fahri terus mengeluarkan air mata. Lebih tepatnya air mata bahagia."Ayo, bangun calon Papanya Reihan." Reihan memeluk Fahri untuk segera bangun, suasana semakin haru. Elsa berkali-kali menitikkan air mata, ini juga seperti mimpi baginya. Mimpi menjadi istri dari dokter Fahri."Selamat untuk kalian, ya." Papa dan mamanya bergabung, Fahri memeluk Papanya Elsa. Jangan ditanya kebahagiaan dokter Fahri, Elsa sampai dibuat salah tingkah dengan keadaan ini. Mamanya juga memeluk Elsa, meski terkesan mendadak, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mereka.Tiba-tiba semua tamu undangan mulai berdatangan, kabar cepat beredar. Semua dokter yang bekerja di klinik juga hadir. Elsa sampai dibuat kaget dan terlihat malu. Mendadak mungkin hanya baginya, tetapi persiapan acara ini sebenarnya sangat matang. Yang menyaksikan akad nikahnya memang hanya dari keluarga saja."Selamat, Bosku!" Do
Sesampai di rumahnya Elsa, Dokter Fahri terlihat bingung, Elsa juga terlihat lebih banyak diam. Dokter Fahri sadar ini mendadak bagi Elsa. "Tidak apa-apa El, saya tidur di ruang tamu saja." Elsa berhenti mendengar ucapan dokter Fahri. Tiba-tiba Elsa menuntun dokter Fahri untuk ke kamarnya. Dokter Fahri sangat canggung sekali, jantungnya berdetak lebih kencang. Karena Elsa lebih banyak diam, perasaan Fahri semakin tidak enak."Kamar mandinya disana, Dokter bisa membersihkan diri dulu." Elsa terlihat tenang, sementara dokter Fahri sangat canggung."Makasih, El." Fahri tidak ingin banyak bicara, karena Elsa juga irit bicara. Elsa sebenarnya lebih pengalaman karena dia pernah menikah sebelumnya. Setelah membersihkan diri, dokter Fahri bersiap untuk sholat Isya, Fahri lebih memilih untuk sholat di masjid komplek perumahan, lebih tepatnya memberi ruang waktu untuk Elsa."Om Dokter ganteng mau kemana?""Kok Om, panggil Ayah ya, Nak?" Fahri kalau sama anak kecil, santun sekali."Kenapa buk
Akhirnya Elsa bersedia tinggal di rumahnya Fahri. Reihan juga tidak mau ketinggalan. Mereka diantar oleh papa dan mamanya Elsa menuju rumahnya Fahri. Rumah Fahri sangat besar, bangunannya seperti mengusung konsep Mediterania yang kental dengan pilar-pilar tinggi dan berwarna putih. Saat masuk ke dalam, semua akan semakin terpukau dengan pemilihan interiornya yang apik."Rumah sebesar ini Nak Fahri sendiri yang tinggal?" Mamanya Elsa membuka percakapan."Iya, Ma. Ada pelayan juga disini."Reihan sangat bahagia sekali, karena kamarnya sangat luas dan dipenuhi mainan. Entah kapan dokter Fahri menyiapkan mainan untuk Reihan."Yah, mainannya banyak banget." Reihan tak berhenti tersenyum karena kamarnya selain besar, lengkap dengan fasilitas di dalamnya."Iya, kan, pangeran harus banyak mainan biar tidak kesepian. Di situ sudah ayah buatkan tempat untuk Reihan melukis, kata Mami Reihan hoby melukis seperti Papi." Elsa terharu, segitu detailnya dokter Fahri menyiapkan kebutuhan Reihan."Ruma
Kehamilan Elsa kali ini benar-benar harus dijaga, kondisinya semakin hari semakin lemah sangat penuh perjuangan, usia kehamilan Elsa masuk trimester ketiga, meski masih terus keluar masuk rumah sakit, tapi Elsa masih semangat menjalaninya. Fahri dan Reihan tetap setia menemani Elsa, kesetiaan dan ketulusan dokter Fahri membuat hati Elsa semakin luluh, cinta mulai bersemi dihatinya. ”Jangan panik, aku baik-baik saja.” Elsa dibuat baper karena Fahri terus setia menemaninya, lebih tepatnya merawatnya dengan tulus. Tidak peduli capek dan lelah Fahri sangat totalitas dalam menjaga istrinya, tak ada momen yang tertinggal oleh dokter Fahri.“Maunya apa, Dik? Mas akan carikan kemana saja, asal istri Mas ini tetap sehat dan kuat.” Siapa yang tidak baper, disaat cinta mulai bersemi dihati mereka, justru kini mereka sedang diuji, ini mungkin yang namanya ujian kesetiaan. Elsa bahkan tidak pernah melayani kebutuhan Fahri, kehamilannya sedikit berbeda ketika hamil Reihan. Kondisinya sekarang, be
Elsa dilarikan ke rumah sakit, dokter Fahri memang sudah menyiapkan kemungkinan hal yang terjadi, dilihat dari ambulance yang sudah stand by di dekat pantai."Bagaimana, Dok?""Elsa pendarahan hebat."Dokter yang sudah di warning dokter Fahri menunggu di depan IGD. Belakangan ini dokter Fahri sibuk mengurus kemungkinan hal-hal yang terjadi. "Semua sudah siap, Dok!" dokter yang diutus mengurus semuanya menghampiri dokter Fahri."Dokter Rayyan apakah sudah bisa dihubungi?""Belum bisa, Dok!"Elsa sudah siap untuk dioperasi hari ini, dokter Fahri terlihat deg-degan, tapi masih tetap tenang melihat istrinya. "Kantong darah yang Dokter Fahri minta satu minggu yang lalu sudah siap." Tidak tanggung-tanggung dokter Fahri menyiapkan 20 kantong darah untuk dokter Elsa, menjaga kemungkinan hal yang terjadi."Terima kasih atas bantuannya, Dok." Fahri terlihat tegang karena dokter Rayyan belum bisa dihubungi, hari ini adalah jadwal keberangkatan dokter Rayyan kembali ke luar negeri karena kontra
Reihan Baskoro tumbuh menjadi Dokter yang hebat, mengikuti jejak Papi, Mami dan ayahnya, Reihan menjadi dokter yang keren. Prestasi jangan diragukan lagi.Wajah tampan blasteran mirip seperti Papinya membuat semua perempuan tergila-gila dengannya. Cuek dan dingin itulah Reihan. Tidak sedikit surat cinta yang ditemukan di tasnya setiap selesai praktik, tapi tak satupun yang mengena dihatinya. Ada satu nama yang selalu mengganggu pikirannya. Nama yang membuat dia jatuh cinta berkali-kali, meski sulit diraih.Hari ini adalah jadwal pulangnya Reihan setelah menyelesaikan spesialisnya, tanpa didampingi ayah dan maminya, itupun karena Reihan yang meminta untuk tidak didampingi."Besok Mami hadir, ya, Rei." Maminya sampai memohon agar Reihan mau didampingi."Gak usah, Mi. Rei udah besar bukan anak labil, menghindari omongan juga karena yayasan ini 'kan milik Ayah.""Terus ayah gak datang juga?" Ayahnya ikut nimbrung video call sama Reihan."Gak usah, Yah. Biar pemilik yayasan gak usah hadir
Reihan Baskoro tumbuh menjadi Dokter yang hebat, mengikuti jejak Papi, Mami dan ayahnya, Reihan menjadi dokter yang keren. Prestasi jangan diragukan lagi.Wajah tampan blasteran mirip seperti Papinya membuat semua perempuan tergila-gila dengannya. Cuek dan dingin itulah Reihan. Tidak sedikit surat cinta yang ditemukan di tasnya setiap selesai praktik, tapi tak satupun yang mengena dihatinya. Ada satu nama yang selalu mengganggu pikirannya. Nama yang membuat dia jatuh cinta berkali-kali, meski sulit diraih.Hari ini adalah jadwal pulangnya Reihan setelah menyelesaikan spesialisnya, tanpa didampingi ayah dan maminya, itupun karena Reihan yang meminta untuk tidak didampingi."Besok Mami hadir, ya, Rei." Maminya sampai memohon agar Reihan mau didampingi."Gak usah, Mi. Rei udah besar bukan anak labil, menghindari omongan juga karena yayasan ini 'kan milik Ayah.""Terus ayah gak datang juga?" Ayahnya ikut nimbrung video call sama Reihan."Gak usah, Yah. Biar pemilik yayasan gak usah hadir
Elsa dilarikan ke rumah sakit, dokter Fahri memang sudah menyiapkan kemungkinan hal yang terjadi, dilihat dari ambulance yang sudah stand by di dekat pantai."Bagaimana, Dok?""Elsa pendarahan hebat."Dokter yang sudah di warning dokter Fahri menunggu di depan IGD. Belakangan ini dokter Fahri sibuk mengurus kemungkinan hal-hal yang terjadi. "Semua sudah siap, Dok!" dokter yang diutus mengurus semuanya menghampiri dokter Fahri."Dokter Rayyan apakah sudah bisa dihubungi?""Belum bisa, Dok!"Elsa sudah siap untuk dioperasi hari ini, dokter Fahri terlihat deg-degan, tapi masih tetap tenang melihat istrinya. "Kantong darah yang Dokter Fahri minta satu minggu yang lalu sudah siap." Tidak tanggung-tanggung dokter Fahri menyiapkan 20 kantong darah untuk dokter Elsa, menjaga kemungkinan hal yang terjadi."Terima kasih atas bantuannya, Dok." Fahri terlihat tegang karena dokter Rayyan belum bisa dihubungi, hari ini adalah jadwal keberangkatan dokter Rayyan kembali ke luar negeri karena kontra
Kehamilan Elsa kali ini benar-benar harus dijaga, kondisinya semakin hari semakin lemah sangat penuh perjuangan, usia kehamilan Elsa masuk trimester ketiga, meski masih terus keluar masuk rumah sakit, tapi Elsa masih semangat menjalaninya. Fahri dan Reihan tetap setia menemani Elsa, kesetiaan dan ketulusan dokter Fahri membuat hati Elsa semakin luluh, cinta mulai bersemi dihatinya. ”Jangan panik, aku baik-baik saja.” Elsa dibuat baper karena Fahri terus setia menemaninya, lebih tepatnya merawatnya dengan tulus. Tidak peduli capek dan lelah Fahri sangat totalitas dalam menjaga istrinya, tak ada momen yang tertinggal oleh dokter Fahri.“Maunya apa, Dik? Mas akan carikan kemana saja, asal istri Mas ini tetap sehat dan kuat.” Siapa yang tidak baper, disaat cinta mulai bersemi dihati mereka, justru kini mereka sedang diuji, ini mungkin yang namanya ujian kesetiaan. Elsa bahkan tidak pernah melayani kebutuhan Fahri, kehamilannya sedikit berbeda ketika hamil Reihan. Kondisinya sekarang, be
Akhirnya Elsa bersedia tinggal di rumahnya Fahri. Reihan juga tidak mau ketinggalan. Mereka diantar oleh papa dan mamanya Elsa menuju rumahnya Fahri. Rumah Fahri sangat besar, bangunannya seperti mengusung konsep Mediterania yang kental dengan pilar-pilar tinggi dan berwarna putih. Saat masuk ke dalam, semua akan semakin terpukau dengan pemilihan interiornya yang apik."Rumah sebesar ini Nak Fahri sendiri yang tinggal?" Mamanya Elsa membuka percakapan."Iya, Ma. Ada pelayan juga disini."Reihan sangat bahagia sekali, karena kamarnya sangat luas dan dipenuhi mainan. Entah kapan dokter Fahri menyiapkan mainan untuk Reihan."Yah, mainannya banyak banget." Reihan tak berhenti tersenyum karena kamarnya selain besar, lengkap dengan fasilitas di dalamnya."Iya, kan, pangeran harus banyak mainan biar tidak kesepian. Di situ sudah ayah buatkan tempat untuk Reihan melukis, kata Mami Reihan hoby melukis seperti Papi." Elsa terharu, segitu detailnya dokter Fahri menyiapkan kebutuhan Reihan."Ruma
Sesampai di rumahnya Elsa, Dokter Fahri terlihat bingung, Elsa juga terlihat lebih banyak diam. Dokter Fahri sadar ini mendadak bagi Elsa. "Tidak apa-apa El, saya tidur di ruang tamu saja." Elsa berhenti mendengar ucapan dokter Fahri. Tiba-tiba Elsa menuntun dokter Fahri untuk ke kamarnya. Dokter Fahri sangat canggung sekali, jantungnya berdetak lebih kencang. Karena Elsa lebih banyak diam, perasaan Fahri semakin tidak enak."Kamar mandinya disana, Dokter bisa membersihkan diri dulu." Elsa terlihat tenang, sementara dokter Fahri sangat canggung."Makasih, El." Fahri tidak ingin banyak bicara, karena Elsa juga irit bicara. Elsa sebenarnya lebih pengalaman karena dia pernah menikah sebelumnya. Setelah membersihkan diri, dokter Fahri bersiap untuk sholat Isya, Fahri lebih memilih untuk sholat di masjid komplek perumahan, lebih tepatnya memberi ruang waktu untuk Elsa."Om Dokter ganteng mau kemana?""Kok Om, panggil Ayah ya, Nak?" Fahri kalau sama anak kecil, santun sekali."Kenapa buk
Fahri masih memegang tangannya Elsa dan masih dalam keadaan berjongkok. Ini seperti mimpi bagi mereka berdua, Fahri terus mengeluarkan air mata. Lebih tepatnya air mata bahagia."Ayo, bangun calon Papanya Reihan." Reihan memeluk Fahri untuk segera bangun, suasana semakin haru. Elsa berkali-kali menitikkan air mata, ini juga seperti mimpi baginya. Mimpi menjadi istri dari dokter Fahri."Selamat untuk kalian, ya." Papa dan mamanya bergabung, Fahri memeluk Papanya Elsa. Jangan ditanya kebahagiaan dokter Fahri, Elsa sampai dibuat salah tingkah dengan keadaan ini. Mamanya juga memeluk Elsa, meski terkesan mendadak, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mereka.Tiba-tiba semua tamu undangan mulai berdatangan, kabar cepat beredar. Semua dokter yang bekerja di klinik juga hadir. Elsa sampai dibuat kaget dan terlihat malu. Mendadak mungkin hanya baginya, tetapi persiapan acara ini sebenarnya sangat matang. Yang menyaksikan akad nikahnya memang hanya dari keluarga saja."Selamat, Bosku!" Do
"Kenapa, Ri?" Fahri ke ruangan tantenya yang kebetulan sebagai dokter umum di kliniknya."Fahri gak kuat, Tan." Fahri menangis sesenggukan, dia sudah terbiasa curhat dengan tantenya, saudara dari Mamanya."Dengan wanita yang sama, Ri?" Fahri mengangguk, buliran air mata terus mengalir di pipinya."Apa aku harus menyerah, Tan? Sepertinya aku sudah gak kuat, cinta ini begitu menyiksaku.""Bukannya Dia sudah punya suami, Ri? Apa tidak ada perempuan yang lain selain dia." Tantenya heran karena keponakannya ini laki-laki yang dari dulu hanya mencintai wanita yang sama."Justru itu, Tan. Dia kembali tiba-tiba dan memiliki seorang putera yang tampan sekali, dan kabarnya, suaminya Elsa sudah meninggal akibat kecelakaan pesawat 5 tahun yang lalu." Ya Allah, sedih sekali melihat dokter Fahri seperti ini. Bercerita sambil berlinang air mata. "Lalu masalahnya apa?""Masalahnya ada Dokter bedah dari luar negeri yang kemarin datang mirip dengan Rey, dia juga merasakan hal yang sama, layaknya seora
Akhirnya weekend tiba, Fahri memenuhi janjinya untuk duet dengan Reihan. Reihan ternyata tipe anak yang tidak bisa dijanjikan."Mi, jadi gak, Om Dokter ganteng ngajak duet?""Biasanya Om Dokter kalau sudah janji selalu ditepati.""Oke, kalau gitu, Reihan siap-siap."Baru saja membicarakan dokter Fahri ternyata dia sudah ada didepan menjemput Reihan."El, bukannya itu Dokter Fahri?" Mamanya Elsa heboh, karena baru kali ini melihat dokter Fahri setelah sekian tahun."Iya, Ma, mau jemput Reihan."Reihan sudah siap dengan kostumnya, hari ini dia begitu fresh menggunakan kaos, wajah blasteran Reihan memang buat siapa saja merasa dia anak yang menggemaskan. Jadi, wajar dia juga idola orang tua dikompleknya."Mi, Rei berangkat?""Wow, cucu Eyang sudah keren, mau duet sama Om Dokter ganteng?""Iya, dong Eyang, Mami gak usah ikut biar jaga Eyang di rumah.""Astaga, anak ini, Hahaha ...." Mamanya yang paling heboh."Siyap, sonoh, sama Om Dokter gantengnya biar Mami gak jadi nyamuk."Reihan dan
Sesuai arahan Fahri, akhirnya Elsa ikut bergabung dengan Dokter Rayyan, mematahkan segala yang ada. Elsa kali ini harus lebih kuat, bahwa dia bisa mengatasi semuanya, Elsa terus menyiapkan mentalnya dan berkata bahwa dia bukan Rey --- suaminya.Semua tim sudah bersiap, Elsa harus membuktikan bahwa dia bisa menjalankan operasi ini dengan baik. Dokter Rayyan juga sudah siap di ruang operasi.Drrrt ... tiba-tiba dokter Fahri menelpon."Halo, El, semangaatt!" ya Allah Fahri, kenapa sosweet banget, Fahri yang dulu bangkit kembali dengan nuansa yang lebih berbeda. Elsa dibuat senyum-senyum sendiri."Siyap, Pak Dokter!" dokter Rayyan hanya sekilas memandang.Mereka sudah siap, Elsa juga sudah bersiap dengan segala persiapannya, disemangatin Fahri ternyata memiliki rasa yang berbeda, entah mengapa Elsa seperti bangkit kembali."Mari kita mulai!" dokter Rayyan memberi instruksi, Elsa sudah tidak berdebar lagi, dia terlihat lebih rileks.Elsa mulai dengan sayatan pisaunya, dokter Rayyan memang