Home / Romansa / Cinta CEO dalam Jebakan / S2| 6. Tantangan Pertama

Share

S2| 6. Tantangan Pertama

Author: Pixie
last update Last Updated: 2021-09-12 10:39:18

“Kenapa terkejut seperti itu? Apakah kedatanganku tidak diharapkan?” tanya Herbert, sukses membuat Gabriella beranjak. Dengan sigap, wanita itu menarik kursi di sampingnya untuk sang mertua.

“Kami justru senang karena Papa datang. Lihatlah, Cayden bahkan mengabaikan buburnya,” ujar Gabriella sembari tersenyum ke arah bayi yang melonjak-lonjak kesenangan. Tawa Pangeran Kecil semakin kencang saat sang kakek membelai kepalanya.

“Seharusnya Papa memberi kabar kalau mau datang kemari. Kita bisa makan malam bersama,” celetuk Max sembari memberi sinyal kepada pelayan untuk menyiapkan piring tambahan.

Sambil duduk di kursi yang disediakan, Herbert terkekeh. “Tidak perlu, Max. Aku memiliki janji makan malam setelah ini. Hanya mampir sebentar untuk melihat Cayden,” terang pria tua itu sebelum mencondongkan badan, membalas tatapan bayi yang mengintipnya dari balik tubuh sang ibu. “Jadi, apa yang sedang kalian bahas?&rdq

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta CEO dalam Jebakan   S2| 7. Apakah Dia Pingsan?

    “Kalau Anda tidak bisa menuruni tangga, berarti Anda harus melompat, Tuan,” ujar sang instruktur dengan lengkung bibir yang kaku. Ia takut jika Julian merasa tersinggung dan marah.Mengakui kebenaran dari ucapan itu, tiba-tiba saja, Julian mencengkeram lengan sang petugas. “Apakah ada yang pernah mati ketika melompat dari sini?” tanyanya tanpa intonasi.Bibir si pria berseragam seketika terancam melepaskan tawa. Sebisa mungkin, ia menahan kegelian dalam hatinya. “Tidak ada, Tuan. Fasilitas dan perlengkapan di sini sudah dipastikan aman.”“Bukan itu, tapi serangan jantung. Apakah ada kasus seseorang tewas karena terlalu takut saat melompat?” desah Julian sembari memegangi dada yang serasa dipukul-pukul oleh palu.“Sepanjang pengetahuan saya, tidak ada, Tuan,” sahut sang instruktur dengan anggukan meyakinkan.Sekali lagi, Julian memandang ke arah. Orang-orang yang menanti pendaratannya kini

    Last Updated : 2021-09-12
  • Cinta CEO dalam Jebakan   S2| 8. Nyawa yang Tertinggal

    “Sepertinya, dia benar-benar tidak sanggup,” gumam Gabriella sembari meluruskan leher. Ia sudah terlalu lama mendongak. Melihat punggung Julian yang tak kunjung meluncur mulai terasa membosankan.“Benar. Batas keberaniannya hanya sampai bungee jumping saja,” angguk Max sambil terus menyangga Cayden dengan kedua tangan. Sang bayi masih sabar melihat pamannya yang menggantung di puncak wahana.Sementara itu, gadis yang berdiri di samping mereka sama sekali tidak bersuara. Bibir yang semula pucat memang sudah kembali berwarna. Namun, jantungnya masih berdetak kencang, sama seperti saat ia dijatuhkan ke jaring pengaman.“Bagaimana ini? Ketakutan di atas sana memang luar biasa. Tuan Julian pasti sangat kesulitan,” batinnya dengan alis berkerut.Belum sempat ketegangan memudar, tiba-tiba, Cayden mengoceh sambil menunjuk ke atas. Dalam sekejap, semua mata kembali memperhatikan tubuh yang bergerak-gerak.“

    Last Updated : 2021-09-13
  • Cinta CEO dalam Jebakan   S2| 9. Terhipnotis

    Mia mengetuk-ngetuk meja dengan jari. Tatapannya sesekali mengarah ke pintu masuk. Setiap kali melihat tak ada seorang pun berlalu, helaan napas berembus cepat dari mulutnya. “Ke mana Tuan Julian? Kenapa dia belum datang juga? Apakah nyawanya masih belum terkumpul seutuhnya?” gumam gadis itu sebelum menyangga kepala dengan tangan. Alisnya tidak bisa lagi menahan kerutan. “Tapi, kemarin keadaannya sudah membaik. Dia seharusnya kembali normal hari ini,” batin sang sekretaris, menenangkan diri. Namun, ketika pandangannya tertuju pada jam, keresahan kembali memberatkan pikiran. “Tapi, Tuan Julian tidak pernah terlambat seperti ini. Apakah jangan-jangan ... dia kesulitan mempersiapkan diri?” Selang keheningan sejenak, Mia akhirnya menggeleng cepat. “Sudahlah! Jangan terlalu banyak kata ‘tapi’. Memikirkan laki-laki itu hanya membuang waktu saja,” gerutu sang gadis sembari memfokuskan pikiran pada tablet di atas meja. Namun, baru beberapa detik ia me

    Last Updated : 2021-09-14
  • Cinta CEO dalam Jebakan   S2| 10. Pesona yang Pudar

    “Apa gunanya memiliki tubuh kekar kalau tidak ada nyali? Kau tidak akan berbeda dari kacang tanpa isi,” celetuk Max setelah mendengarkan cerita Julian tentang bagaimana sang sekretaris terhipnotis olehnya.“Benar. Aku jatuh cinta kepada suamiku juga bukan karena tubuh yang kekar ini, melainkan hatinya,” celetuk Gabriella sembari tersenyum ke arah pria yang menggenggam tangannya.Melihat kekompakan suami istri itu, Julian otomatis menghentikan langkah dan memutar tumpuan agar keseriusannya terlihat lebih jelas. “Tapi aku tidak berbohong. Begitu Mia memegang dadaku, dia memang terdiam. Matanya terlihat berbinar-binar.”“Mungkin dia kebingungan harus menamparmu atau tidak. Kau adalah bosnya yang kurang ajar,” ledek Gabriella, sukses membuat napas Julian menderu.“Sekarang katakan dengan jujur. Terlepas dari apa yang membuatmu mencintai Max. Bukankah kau pernah terpesona oleh tubuhnya?”Dengan

    Last Updated : 2021-09-14
  • Cinta CEO dalam Jebakan   S2| 11. Tantangan Kedua

    “Ya Tuhan, mohon berikan hamba-Mu ini keberanian. Semoga aku bisa melewati tantangan ini dengan selamat,” ucap Julian sambil merapatkan tangan dan memejamkan mata.Melihat tingkah pria itu, sepasang suami istri diam-diam tersenyum.“Mau berapa lama kau berdoa? Mia sudah bosan menunggu,” celetuk Max seraya mempertahankan pose santainya di bangku panjang. Ia sudah nyaman merangkul sang istri yang sedang memangku putra mereka.“Benar, Julian. Masuklah. Tuhan pasti sudah mendengar doamu. Kalau kau takut, genggam saja tangan Mia,” ujar Gabriella sambil menemani Cayden bermain dengan boneka barunya. Bayi itu sudah tidak peduli dengan sang paman.Mendengar saran dari adik iparnya, Julian pun membuka mata. “Apakah menurutmu Mia mengizinkanku untuk menggenggam tangannya?” bisik pria itu sebelum melirik ke arah gadis yang menunggu di dekat pintu masuk. “Tanyakan saja kepadanya,” sahut Gabriel

    Last Updated : 2021-09-15
  • Cinta CEO dalam Jebakan   S2| 12. Menginginkan Privasi

    “Astaga! Ada apa dengan Mia?” seru Gabriella dengan mata terbelalak. Setelah menyerahkan bayi di pangkuannya kepada sang suami, ia bergegas membantu Julian untuk membawa sang sekretaris ke kursi.“Mia mengatakan ada yang mencengkeram kakinya, padahal tidak ada. Mungkin, dia terlalu takut sehingga berhalusinasi,” terang Julian sebelum mengambil posisi berlutut di hadapan sang sekretaris. Setelah memperhatikan tatapan hampa gadis itu, ia mendesah. “Sepertinya, aku harus membeli minuman untuknya.”“Biar aku yang membelinya. Kau di sini saja menjaga Mia,” ujar Gabriella seraya menepuk diri sendiri. Tanpa menunggu persetujuan, wanita itu meluncur menuju deretan stan makanan.Seperginya Gabriella, pandangan Julian kembali tertuju pada wajah pucat Mia. Gadis itu masih kesulitan mengatur napas. Kerutan yang jarang ditampilkan, kini terlihat jelas di pangkal alisnya.“Hei, kita sudah aman. Tidak ada yang perlu

    Last Updated : 2021-09-15
  • Cinta CEO dalam Jebakan   S2| 13. Penyerangan di Kincir Ria

    Dengan kedipan kaku, Mia melirik ke arah Julian yang duduk di hadapannya. Pria itu sedang mengamati pemandangan di luar jendela. Kedua tangannya saling menggenggam di atas pangkuan. Tidak ada hal berarti yang ia lakukan. Namun, sang gadis merasa bahwa dirinya sedang terancam.“Ck, kenapa aku bisa berada di ruang sesempit ini bersama dengan Tuan Julian?” batin sang sekretaris sambil menarik napas yang terasa sangat berat. “Apa yang harus kami lakukan sekarang?”Tiba-tiba, sang pria berpaling dari jendela. Hanya dalam sekejap, Mia terbelalak dan memutar kepala ke arah yang berbeda.“Ah, kenapa aku jadi salah tingkah begini?” sesal gadis itu, berusaha mempertahankan tampang datarnya.“Padahal, kita belum mencapai puncak. Tetapi, pemandangannya sudah mengagumkan,” ujar Julian dengan senyum semringah.Bukannya membalas dengan hangat, Mia malah menegakkan punggung yang sekaku wajahnya. “Ini sudah mala

    Last Updated : 2021-09-16
  • Cinta CEO dalam Jebakan   S2| 14. Kejadian di Kamar Julian

    Lima tahun yang lalu ....“Sudah memiliki rumah sendiri, tapi masih saja merepotkan orang lain,” gerutu Mia sembari berjalan cepat menuju sebuah pagar hitam. Jika saja sang ibu tidak mendesaknya, ia tidak akan menembus angin di penghujung musim gugur yang membuatnya menggigil.“Jika dia tidak sanggup mengurus diri sendiri, kenapa tidak mempekerjakan pelayan saja? Dan kenapa juga Tuan Julian mencari tempat tinggal di dekat apartemenku? Ck, sungguh menyusahkan,” gerutu gadis itu sembari memencet bel.Selang beberapa detik, tiba-tiba, sebuah mobil berhenti di dekat pagar. Tak lama setelah itu, seseorang turun dan memapah Julian yang berjalan sempoyongan. Menyaksikan hal itu, semua kekesalan Mia mendadak lenyap dilahap kekhawatiran. “Tuan Evans?”“Apakah kau pelayannya?” tanya pria yang mengernyitkan dahi.Tanpa berpikir panjang, Mia mengangguk.“Kalau begitu, cepat urus majikanmu! Dia sangat

    Last Updated : 2021-09-17

Latest chapter

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 20. Bahagia Selama-lamanya

    “Woah!” desah Cayden saat sang ayah menempatkannya di atas punggung seekor kuda poni. Dengan mata bulat, ia mengamati ketinggiannya dari tanah. Meski tidak seberapa, balita bertopi koboi itu tetap menunjukkan senyum semringah. “Bagaimana, Evans Kecil? Apakah kau senang?” tanya wanita yang memegang tali kekang si kuda. Tak berani banyak bergerak, Cayden pun mengangguk dalam sudut terbatas. “Ya, Greta. Ini mendebarkan!” sahutnya antusias. “Mendebarkan?” gumam Gabriella seraya mengerutkan sebelah alis. Sambil terus menimang keponakannya, wanita itu mengungkapkan keheranan. “Dari mana kau mempelajari kata itu, Pangeran Kecil?” “Papa sering menyebutnya,” jawab sang balita, sukses membuat sang ayah meringis. “Papa berkata kalau malam yang dilewati bersama Mama selalu mendebarkan.” Selagi Gabriella melotot ke arah sang suami, Greta tertawa terbahak-bahak. “Astaga, Max. Kurasa, kau harus lebih berhati-hati sekarang. Putramu yang jenius ini bisa menyer

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 19. Ayo Kita Pulang

    “Kalau Kakek benar-benar menghindar, aku benar-benar akan berhenti dari perusahaan,” ujar Julian, sukses membekukan langkah Tuan Hunt. Pria tua itu kini berkedip-kedip mencerna perkataan yang ia kira salah dengar. “Posisiku sebagai CEO sedang terancam karena suatu hal. Aku berusaha merahasiakannya dari kalian semua. Bahkan Mia saja tidak kubiarkan tahu. Tapi ternyata, itu sama sekali tidak mudah. Pikiranku menjadi terombang-ambing. Dan karena beban yang terlampau berat, emosiku akhirnya meledak. Aku sangat menyesal hal itu harus terjadi di hadapanmu.” Mendengar nada yang terkesan jujur itu, Tuan Hunt perlahan memutar tumpuan. Dua detik kemudian, ia melihat butiran bening meluncur dari mata sang cucu. “Aku sudah berusaha kuat dan tegar, Kek. Kupikir, aku bisa mengatasi semua masalah. Tapi ternyata, sampai detik ini pun, aku belum menemukan solusinya. Karena itu pula, aku marah saat gagal menemukan Grace dan dirimu di pemakaman. Rasanya, aku ini laki-laki yang

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 18. Aku Lebih Baik Menghilang

    “Ck, kenapa Kakek kabur seperti ini? Membuatku semakin merasa bersalah saja,” gerutu Julian di sela desah napas yang terengah-engah. Sambil terus menggenggam pesan dari Tuan Hunt, ia melangkah menyusuri jalan setapak yang dipagari barisan pepohonan. “Apa yang harus kulakukan jika Kakek tidak ada di sana? Ke mana aku harus mencarinya?” pikir pria yang tak mampu menghapus kerutan dari wajahnya. Beban yang menekan jantung terlampau berat untuk diabaikan. Selang beberapa saat berkutat dengan kebisingan dalam telinga, Julian akhirnya menggeleng cepat dan mengerjap kuat. “Tidak, tidak. Kakek pasti ada di sana. Aku akan membawanya pulang dan keadaan otomatis kembali menjadi seperti semula,” angguk pria itu, memupuk harapan. Tanpa menghiraukan keresahan yang terus berputar dalam otaknya, ia melaju lebih cepat. Begitu melewati gerbang pemakaman, langkah Julian spontan tertahan. Pelupuk mata yang semula berat kini terangkat maksimal. Apa yang ia harapkan lagi-l

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 17. Kau Seharusnya Bersyukur

    “Papa,” panggil Cayden pelan. Sedetik kemudian, balita itu menyodorkan sepotong roti yang telah ia bersihkan dari selai. “Aku sudah kenyang,” lanjutnya dengan senyum penuh makna. Memahami maksud hati sang putra, Max sontak menaikkan alis. “Kau ingin Papa menghabiskan rotimu lagi?” Sembari memperlihatkan deretan gigi mungilnya, Cayden mengangguk. Selang satu embusan napas samar, sang ayah mulai menggetarkan udara dengan tawa. “Astaga, Gaby. Lihatlah kelakuan Pangeran Kecil! Aku bisa menggendut jika dia terus menyodorkan makanan kepadaku,” tutur pria itu seraya menunjukkan roti kedua yang ia terima dari sang putra. “Habiskan saja, Max. Kau membutuhkan tenaga lebih untuk membantu Pangeran Kecil merawat Hasty,” timpal wanita yang sedang membersihkan piring dengan spons. Mendengar tanggapan sang ibu, mata Cayden langsung membulat. “Apakah aku boleh ke kandang kuda sekarang? Aku sudah selesai sarapan, Mama.” “Ya, tapi kau harus mencuci wajah

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 16. Aku Akan Meminta Maaf

    Tiba-tiba, Julian menjatuhkan wajah ke tangkupan tangannya. Setelah mengembuskan napas berat, ia kembali menegakkan kepala dan menunjukkan ekspresi yang tak terdiskripsikan. “Kau tahu? Aku sama sekali tidak bermaksud menakuti ataupun menggertak. Aku hanya tidak ingin kejadian tadi terulang,” tegas pria itu dengan wajah mengernyit. “Ya, aku tahu,” timpal Mia dengan penekanan yang tak kalah dalam. “Tapi kau bisa melakukannya tanpa harus menyakiti perasaan Kakek, Julian. Masalah ini bisa dibicarakan secara baik-baik.” Sembari menggertakkan geraham, Julian menggeleng samar. Kebingungan mulai menggetarkan bola matanya. “Lalu apa yang harus kulakukan sekarang? Aku sudah telanjur membuat Kakek sedih.” “Meminta maaf?” timpal Mia seolah tak yakin dengan jawabannya. “Apakah itu saja cukup?” tanya sang pria, ragu. Ia mulai sadar bahwa kemarahannya tadi memang sudah melewati batas. Sembari menimbang-nimbang, sang wanita mengangguk-angguk. “Asalkan

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 15. Sudah Keterlaluan

    “Greta, apakah kau sudah menyiapkan roti panggang yang lezat untuk kami?” tanya Cayden saat si pemilik rumah membuka pintu lebih lebar untuk menyambutnya.Melihat sang ayah masih sanggup berjalan, wanita dengan lengkung alis tinggi itu sontak mengembuskan napas lega. Setelah menggeleng-geleng sesaat, barulah ia membalas tatapan balita yang masih menggenggam tangan Tuan Hunt dan menunggu responnya.“Tentu saja sudah. Apakah kau lapar?” tanya Greta sembari memalsukan senyuman.“Bukan aku, tapi Kakek. Aku mendengar suara napasnya sangat lelah di sepanjang jalan. Kakek harus makan roti yang banyak,” sahut Cayden dengan ekspresinya yang khas—mata bulat dan bibir mengerucut.Sambil mengelus kepala putranya, Gabriella menekuk lutut. Setelah berhasil menyejajarkan pandangan, wanita itu memiringkan kepala. “Bagaimana kalau sekarang kau mengajak Kakek makan? Kau tahu di mana Greta meletakkan piring rotinya, bukan?&rdq

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 14. Penyesalan Tuan Hunt

    “Maaf, Julian. Tadi aku mengajak Grace menemui nenekmu sebentar. Sekarang, aku bermaksud untuk membawanya pulang. Kami tidak berkeliaran,” terang Tuan Hunt dengan ekspresi yang tak terdeskripsikan. Meski begitu, suara paraunya mampu menyentuh hati orang-orang, selain sang cucu. “Tapi jalan pulang ada di sebelah sana, Kek!” sambar Julian, masih dengan alis terangkat maksimal. Ia sama sekali tidak iba melihat punggung bungkuk yang semakin terbebani oleh rasa bersalah. “Apa yang sebenarnya ada dalam pikiranmu? Apakah kau tidak sadar bahwa kenekatanmu ini bisa mendatangkan masalah? Bukankah kita sudah sepakat untuk pergi bersama? Kenapa malah diam-diam membawa Grace pergi?” lanjutnya, mempertebal kerutan di dahi sang kakek. Merasakan kemarahan sang ayah, Putri Kecil mulai mengerutkan alis. Ia belum pernah mendengar suara selantang itu. Ketika matanya tertuju pada wajah murung Tuan Hunt, bayi itu pun mencebik. Sedetik kemudian, tangisnya mulai menjadi-jadi. Sambil

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 13. Keputusasaan Seorang Ayah

    Setibanya di pemakaman, Julian spontan tercengang. Apa yang ia lihat benar-benar di luar ekspektasi. Tidak ada keberadaan pria tua ataupun bayi di antara batu-batu nisan. Sang kakek dan Grace sama sekali tidak meninggalkan jejak. “Tidak mungkin,” gumam Julian sembari mempercepat langkah. Tanpa memedulikan upaya awalnya untuk tetap tenang, pria itu melaju ke arah blok yang sempat disebutkan oleh Greta. Setelah mencari-cari beberapa saat, ia akhirnya menemukan nama sang nenek di salah satu batu. “Benar, inilah tempatnya. Mereka seharusnya di sini,” desah Julian, terdengar putus asa. Dengan kerut alis yang dalam, ia berputar-putar, berusaha menemukan jejak sang putri ataupun Kakek Hunt. Malangnya, sejauh apa pun mata memandang, dua orang itu tetap berada di luar radar. “Ck, kenapa bisa begini?” gerutunya sembari mencengkeram kepala. Mengendus kekesalan yang teramat pekat, Mia sontak meraih lengan suaminya. Ia tahu bahwa sang pria telah gagal meng

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 12. Grace dan sang Kakek

    Sembari mengambil napas, Tuan Hunt menyeka pipi cucu buyutnya. Mata merah Grace memang tidak lagi menumpahkan kesedihan. Akan tetapi, pria tua itu masih merasa bersalah karena telah membuat sang bayi menangis. “Maafkan aku, Grace. Aku seharusnya berjalan lebih tenang agar kau tidak terbangun,” bisik sang kakek di sela desah napas yang tidak beraturan. Setelah wajahnya mengering, Grace menyandarkan kepala di pundak Tuan Hunt. Sambil berkedip lambat, ia mengerucutkan bibir. Kerut alisnya menyatakan bahwa dirinya masih ingin bergulung dengan selimut di tempat tidur. Bayi itu heran mengapa ia malah bersama sang kakek buyut, duduk di sebuah bangku panjang di tepi jalan setapak. “Padahal sewaktu masih muda, aku hanya memerlukan lima belas menit untuk tiba di pemakaman nenek buyutmu. Tapi sekarang, kenapa rasanya sangat melelahkan dan lama sekali?” gerutu Tuan Hunt seraya menyeka jidat dengan sebelah tangan. Selang satu embusan napas cepat, pria tua itu kemb

DMCA.com Protection Status