Beranda / Romansa / Cinta CEO dalam Jebakan / Extra Chapter 15. Singkirkan Tanganmu Dariku

Share

Extra Chapter 15. Singkirkan Tanganmu Dariku

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-16 22:01:12

Tanpa membuang waktu, Max mengumpulkan semua keperluan putranya ke dalam ransel. Sebotol susu dari kulkas, sebotol air putih, bubur yang terbengkalai, celemek bayi, pakaian ganti, popok, tisu, selimut, dan bahkan sunscreen. Sang pria telah mengingat dengan baik apa saja yang biasa disiapkan oleh sang istri.

Terakhir, sebelum mulai beraksi, ia menyelipkan boneka beruang cokelat mungil ke dalam genggaman sang bayi. Max tahu, Cayden pasti akan merasa jauh lebih baik jika temannya ikut bersama mereka.

“Apakah kau sudah siap, Pangeran Kecil?”

Masih dengan mata terselimuti ketakutan, sang bayi berkedip. Tanpa memberikan jawaban, Cayden menyandarkan kepala sambil mendekap teman beruang yang tadi sempat ia tinggalkan.

“Tidak apa-apa, Pangeran Kecil. Papa akan selalu bersamamu,” desah Max sebelum mengembuskan napas penuh tekad.

Sedetik kemudian, tanpa basa-basi lagi, sang pria memotret pintu yang rusak dan memeriksa rekaman

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 16. Sangat Lembut dan Menantang

    “Ada apa, Nyonya Craig? Apakah kau terkesan dengan keromantisan suami barumu ini?” tanya Axel sambil mendongkrak sebelah sudut bibir dengan kepercayadirian yang terlampau tinggi.“Aku memang selalu mencatat setiap kata yang kau ucapkan dan menghafal setiap gerakan yang kau buat, Sayang. Karena itulah, aku mengingat keinginanmu ini dan mewujudkannya ... untuk diculik dan dicekoki dengan obat perangsang. Bukankah kau harus berterima kasih kepadaku?”Alih-alih menjawab, Gabriella malah mempertahankan raut tegasnya. Meski jantung telah terisi oleh kekhawatiran, sebisa mungkin ia menahannya agar tidak tersebar ke setiap sel dalam tubuh.“Kau benar-benar tidak waras,” ucapnya dengan nada rendah dan bergetar.“Ya ..., aku memang sudah tergila-gila oleh kecantikanmu, Gabriella,” sahut Axel sembari duduk di hadapan sang wanita dengan kaki terbuka lebar, memperlihatkan apa yang sudah tidak sabar untuk menunjukkan keku

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 17. Axel Craig Menculik Istriku

    Menyadari kebenaran dari ucapan Abdul, kerut alis Max sontak bertambah dalam. Sambil tertunduk, ia mengamati betapa erat Pangeran Kecil mencengkeram bajunya. Bayi mungil itu pasti sangat takut terpisah dari sang ayah.“Maafkan Papa, Cayden,” bisik pria itu sembari menyeka pipi merah putranya. “Papa sedang tidak bisa berpikir jernih. Tidak seharusnya Papa memaksamu untuk ikut dengan Tuan Abdul.”Sambil terus menempelkan diri pada sang ayah, Cayden menumpahkan lebih banyak air mata. Kepedihan dalam hatinya terasa begitu menyiksa. Ia belum pernah merasakan penderitaan sebesar itu sepanjang hidupnya.Berulang kali, Max mengecup kepala sang bayi. Akan tetapi, jeritan hati Cayden tidak kunjung mereda. Menyadari bahwa ia sudah mencungkil luka batin putranya, penyesalan sang pria bertambah tebal.“Maafkan Papa, Pangeran Kecil. Papa berjanji tidak akan mendesakmu lagi. Kita akan terus bersama. Kau mau ikut mencari Mama, bukan? Kalau b

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 18. Mendesak Masuk

    Dengan sekuat tenaga, Gabriella menendang-nendang udara. Meski sudah lelah, ia tidak akan memberi Axel Craig kesempatan untuk melucuti celananya.“Ck, seharusnya aku tidak membuka ikatan itu,” gerutu sang penculik sebelum mendengus. Matanya masih belum lepas dari tali di dekat kaki kursi yang tidak lagi mengekang sang wanita.Setelah membuang napas kasar, pria itu kembali memaksakan diri untuk mendekati Gabriella. Namun, tendangan yang mengenai paha membuatnya mundur secara tak sadar. Dalam sekejap, kesabaran Axel lenyap tak bersisa.“Cukup! Aku sudah lelah bermain-main denganmu!” hardiknya sembari meraih gelas di atas meja. Demi meminimalkan perlawanan, ia mencekoki sang wanita dari samping. “Minum!”Akan tetapi, Gabriella bukanlah lawan yang mudah. Mulut wanita itu terkatup rapat seolah ada lem yang menyegel celahnya.“Ayo! Buka mulutmu! Biar kubuktikan bahwa performaku jauh lebih baik dibandingkan laki-l

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 19. Efek Obat Perangsang

    Sembari membiarkan sang istri menenangkan diri dalam dekapan, Max mengamati kondisi di sekitarnya. Satu setel pakaian pria yang berceceran, beberapa potongan tali yang berserakan, gelas yang tak lagi tegak di atas meja, serta tubuh Gabriella yang mulai menghangat. Setelah memberikan beberapa tepukan ringan di punggung sang wanita, pria itu akhirnya memecah keheningan.“Gaby, apakah kau sungguh baik-baik saja? Kenapa detak jantungmu begitu cepat?”Sambil beringsut menjauh, Gabriella menjawab lirih. “Laki-laki itu mencekokiku dengan obat perangsang. Aku sudah berusaha melawan, tapi ada sedikit yang terminum olehku.”Mendengar pengakuan semacam itu, alis Max sontak melengkung tinggi. Sekali lagi, ia mengangkat wajah sang istri agar tidak terbebani penyesalan.“Lalu sekarang, kau mau bagaimana? Haruskah kita melakukannya? Apakah efeknya sudah mulai bekerja?” tanya pria itu seraya memeriksa sorot mata Gabriella dengan saksam

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 20. Mengaku Rindu

    “Hei, Pangeran Kecil, apakah kau masih belum mengantuk? Kau sudah berjam-jam tidak istirahat. Sekarang lebih baik kau tidur,” celetuk Max sambil menepuk-nepuk popok empuk putranya.Alih-alih menanggapi, Cayden Evans hanya berkedip-kedip. Ia masih betah menyandarkan diri di atas perut Gabriella. Kedua tangan mungilnya bahkan enggan melepas baju yang dikenakan sang ibu.“Biarkan saja, Max,” desah sang wanita seraya melirik dengan senyum yang penuh makna. “Pangeran Kecil pasti sangat merindukanku. Dia takut jika kami terpisah lagi. Jadi, wajar saja jika dia ingin menikmati setiap detiknya bersamaku.”“Lalu, bagaimana denganku? Kau sudah berjanji akan menyuguhkan makan malam yang lezat untukku,” ambek sang pria, terdengar seperti anak kecil.Mengetahui bahwa sang suami sengaja melebih-lebihkan ekspresi, Gabriella otomatis tertawa samar. Sedetik kemudian, ia mengelus pipi pria yang agak pucat itu.“M

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter| 1. Berlibur ke Peternakan Kuda

    “Woah!” desah Cayden sambil menempelkan telapak tangan mungilnya pada kaca jendela di sisi kanan mobil. Matanya yang berbinar-binar sibuk menyoroti satu per satu hewan pemakan rumput di tepi jalan.Selang beberapa saat, balita berusia tiga tahun lebih itu menoleh ke belakang. Dengan alis terangkat maksimal, ia menekan ujung telunjuknya pada kaca.“Lihat itu, Mama! Mereka persis seperti yang ada dalam buku cerita. Kuda memang suka bermain di halaman luas. Mereka pasti sedang bergembira sebelum pulang ke kandang.”Mendengar celotehan yang penuh semangat itu, Gabriella sontak mengembangkan senyum dan membelai rambut putranya. “Apakah kau gembira?”“Tentu saja,” sahut Cayden sembari mengangguk tegas. “Ada banyak kuda di sini. Jumlah mereka bahkan lebih dari sepuluh.”Merasa terkesima, pria yang duduk di jok lebih depan sontak berbalik menatap keponakannya. “Hei, Pangeran Kecil. Sejak kap

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18
  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter| 2. Menyapa Kakek Hunt

    Begitu mendengar suara mobil, Jack bergegas keluar dari kandang dan menutup pintu. Seraya membersihkan kotoran yang menempel di baju, ia melangkah menuju para tamu yang sudah dinanti-nantikan. “Selamat datang di peternakan kami, keluarga Evans!” serunya sambil merentangkan tangan dan memasang wajah ramah.gra Selagi para laki-laki menurunkan barang dari bagasi, para wanita berjalan lebih dulu menuju si penyapa, bersama dengan anak masing-masing. “Halo, Paman Jack. Senang dapat bertemu denganmu lagi,” ucap Mia dengan suara pelan. Bayi dalam gendongannya masih tertidur nyenyak. “Halo, Mia. Bagaimana kabarmu? Lama tak berjumpa membuatmu gagal mengingat panggilan terhadapku, hm?” Mendapat balasan semacam itu, sang wanita sontak terkesiap dan ikut melepas tawa walau samar. “Maaf, Jack.” “Nah, benar begitu! Jack saja. Bukan hanya Greta yang ingin melupakan umurnya,” bisik pria berbadan subur itu sebelum terkekeh dan beralih kepada Gabriella.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-19
  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter| 3. Terlupakan

    Setelah berkedip-kedip canggung, Julian akhirnya mencoba untuk melebarkan senyuman. Dengan hati-hati, ia melangkah maju, mendekati celah pintu. “Apakah Kakek tidak mengingatku? Ini aku ... Julian, putra James, cucumu.” Alih-alih berubah ramah, wajah Tuan Hunt malah memperbanyak kerutan. Tampak jelas bahwa otaknya masih gagal mengenali sang cucu. “Apakah kalian ini penipu? Mana mungkin putraku sudah memiliki anak? Dia bahkan belum memiliki kekasih. Fokusnya saat ini hanyalah mencari uang. Dia ingin menjadi orang sukses. Karena itulah dia pergi ke negara bagian lain,” terang Tuan Hunt, menyoroti ingatan yang salah. Mendapat respon sekukuh itu, Julian sontak menghela napas. Sambil mengernyitkan dahi, ia berusaha mencari celah untuk memasukkan dirinya ke dalam pikiran sang kakek. Namun, selang beberapa saat, pria itu belum juga memecah keheningan. Mengetahui kebingungan sang suami, Mia akhirnya mendesah samar dan ikut maju satu langkah. “Halo, Tua

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-19

Bab terbaru

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 20. Bahagia Selama-lamanya

    “Woah!” desah Cayden saat sang ayah menempatkannya di atas punggung seekor kuda poni. Dengan mata bulat, ia mengamati ketinggiannya dari tanah. Meski tidak seberapa, balita bertopi koboi itu tetap menunjukkan senyum semringah. “Bagaimana, Evans Kecil? Apakah kau senang?” tanya wanita yang memegang tali kekang si kuda. Tak berani banyak bergerak, Cayden pun mengangguk dalam sudut terbatas. “Ya, Greta. Ini mendebarkan!” sahutnya antusias. “Mendebarkan?” gumam Gabriella seraya mengerutkan sebelah alis. Sambil terus menimang keponakannya, wanita itu mengungkapkan keheranan. “Dari mana kau mempelajari kata itu, Pangeran Kecil?” “Papa sering menyebutnya,” jawab sang balita, sukses membuat sang ayah meringis. “Papa berkata kalau malam yang dilewati bersama Mama selalu mendebarkan.” Selagi Gabriella melotot ke arah sang suami, Greta tertawa terbahak-bahak. “Astaga, Max. Kurasa, kau harus lebih berhati-hati sekarang. Putramu yang jenius ini bisa menyer

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 19. Ayo Kita Pulang

    “Kalau Kakek benar-benar menghindar, aku benar-benar akan berhenti dari perusahaan,” ujar Julian, sukses membekukan langkah Tuan Hunt. Pria tua itu kini berkedip-kedip mencerna perkataan yang ia kira salah dengar. “Posisiku sebagai CEO sedang terancam karena suatu hal. Aku berusaha merahasiakannya dari kalian semua. Bahkan Mia saja tidak kubiarkan tahu. Tapi ternyata, itu sama sekali tidak mudah. Pikiranku menjadi terombang-ambing. Dan karena beban yang terlampau berat, emosiku akhirnya meledak. Aku sangat menyesal hal itu harus terjadi di hadapanmu.” Mendengar nada yang terkesan jujur itu, Tuan Hunt perlahan memutar tumpuan. Dua detik kemudian, ia melihat butiran bening meluncur dari mata sang cucu. “Aku sudah berusaha kuat dan tegar, Kek. Kupikir, aku bisa mengatasi semua masalah. Tapi ternyata, sampai detik ini pun, aku belum menemukan solusinya. Karena itu pula, aku marah saat gagal menemukan Grace dan dirimu di pemakaman. Rasanya, aku ini laki-laki yang

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 18. Aku Lebih Baik Menghilang

    “Ck, kenapa Kakek kabur seperti ini? Membuatku semakin merasa bersalah saja,” gerutu Julian di sela desah napas yang terengah-engah. Sambil terus menggenggam pesan dari Tuan Hunt, ia melangkah menyusuri jalan setapak yang dipagari barisan pepohonan. “Apa yang harus kulakukan jika Kakek tidak ada di sana? Ke mana aku harus mencarinya?” pikir pria yang tak mampu menghapus kerutan dari wajahnya. Beban yang menekan jantung terlampau berat untuk diabaikan. Selang beberapa saat berkutat dengan kebisingan dalam telinga, Julian akhirnya menggeleng cepat dan mengerjap kuat. “Tidak, tidak. Kakek pasti ada di sana. Aku akan membawanya pulang dan keadaan otomatis kembali menjadi seperti semula,” angguk pria itu, memupuk harapan. Tanpa menghiraukan keresahan yang terus berputar dalam otaknya, ia melaju lebih cepat. Begitu melewati gerbang pemakaman, langkah Julian spontan tertahan. Pelupuk mata yang semula berat kini terangkat maksimal. Apa yang ia harapkan lagi-l

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 17. Kau Seharusnya Bersyukur

    “Papa,” panggil Cayden pelan. Sedetik kemudian, balita itu menyodorkan sepotong roti yang telah ia bersihkan dari selai. “Aku sudah kenyang,” lanjutnya dengan senyum penuh makna. Memahami maksud hati sang putra, Max sontak menaikkan alis. “Kau ingin Papa menghabiskan rotimu lagi?” Sembari memperlihatkan deretan gigi mungilnya, Cayden mengangguk. Selang satu embusan napas samar, sang ayah mulai menggetarkan udara dengan tawa. “Astaga, Gaby. Lihatlah kelakuan Pangeran Kecil! Aku bisa menggendut jika dia terus menyodorkan makanan kepadaku,” tutur pria itu seraya menunjukkan roti kedua yang ia terima dari sang putra. “Habiskan saja, Max. Kau membutuhkan tenaga lebih untuk membantu Pangeran Kecil merawat Hasty,” timpal wanita yang sedang membersihkan piring dengan spons. Mendengar tanggapan sang ibu, mata Cayden langsung membulat. “Apakah aku boleh ke kandang kuda sekarang? Aku sudah selesai sarapan, Mama.” “Ya, tapi kau harus mencuci wajah

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 16. Aku Akan Meminta Maaf

    Tiba-tiba, Julian menjatuhkan wajah ke tangkupan tangannya. Setelah mengembuskan napas berat, ia kembali menegakkan kepala dan menunjukkan ekspresi yang tak terdiskripsikan. “Kau tahu? Aku sama sekali tidak bermaksud menakuti ataupun menggertak. Aku hanya tidak ingin kejadian tadi terulang,” tegas pria itu dengan wajah mengernyit. “Ya, aku tahu,” timpal Mia dengan penekanan yang tak kalah dalam. “Tapi kau bisa melakukannya tanpa harus menyakiti perasaan Kakek, Julian. Masalah ini bisa dibicarakan secara baik-baik.” Sembari menggertakkan geraham, Julian menggeleng samar. Kebingungan mulai menggetarkan bola matanya. “Lalu apa yang harus kulakukan sekarang? Aku sudah telanjur membuat Kakek sedih.” “Meminta maaf?” timpal Mia seolah tak yakin dengan jawabannya. “Apakah itu saja cukup?” tanya sang pria, ragu. Ia mulai sadar bahwa kemarahannya tadi memang sudah melewati batas. Sembari menimbang-nimbang, sang wanita mengangguk-angguk. “Asalkan

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 15. Sudah Keterlaluan

    “Greta, apakah kau sudah menyiapkan roti panggang yang lezat untuk kami?” tanya Cayden saat si pemilik rumah membuka pintu lebih lebar untuk menyambutnya.Melihat sang ayah masih sanggup berjalan, wanita dengan lengkung alis tinggi itu sontak mengembuskan napas lega. Setelah menggeleng-geleng sesaat, barulah ia membalas tatapan balita yang masih menggenggam tangan Tuan Hunt dan menunggu responnya.“Tentu saja sudah. Apakah kau lapar?” tanya Greta sembari memalsukan senyuman.“Bukan aku, tapi Kakek. Aku mendengar suara napasnya sangat lelah di sepanjang jalan. Kakek harus makan roti yang banyak,” sahut Cayden dengan ekspresinya yang khas—mata bulat dan bibir mengerucut.Sambil mengelus kepala putranya, Gabriella menekuk lutut. Setelah berhasil menyejajarkan pandangan, wanita itu memiringkan kepala. “Bagaimana kalau sekarang kau mengajak Kakek makan? Kau tahu di mana Greta meletakkan piring rotinya, bukan?&rdq

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 14. Penyesalan Tuan Hunt

    “Maaf, Julian. Tadi aku mengajak Grace menemui nenekmu sebentar. Sekarang, aku bermaksud untuk membawanya pulang. Kami tidak berkeliaran,” terang Tuan Hunt dengan ekspresi yang tak terdeskripsikan. Meski begitu, suara paraunya mampu menyentuh hati orang-orang, selain sang cucu. “Tapi jalan pulang ada di sebelah sana, Kek!” sambar Julian, masih dengan alis terangkat maksimal. Ia sama sekali tidak iba melihat punggung bungkuk yang semakin terbebani oleh rasa bersalah. “Apa yang sebenarnya ada dalam pikiranmu? Apakah kau tidak sadar bahwa kenekatanmu ini bisa mendatangkan masalah? Bukankah kita sudah sepakat untuk pergi bersama? Kenapa malah diam-diam membawa Grace pergi?” lanjutnya, mempertebal kerutan di dahi sang kakek. Merasakan kemarahan sang ayah, Putri Kecil mulai mengerutkan alis. Ia belum pernah mendengar suara selantang itu. Ketika matanya tertuju pada wajah murung Tuan Hunt, bayi itu pun mencebik. Sedetik kemudian, tangisnya mulai menjadi-jadi. Sambil

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 13. Keputusasaan Seorang Ayah

    Setibanya di pemakaman, Julian spontan tercengang. Apa yang ia lihat benar-benar di luar ekspektasi. Tidak ada keberadaan pria tua ataupun bayi di antara batu-batu nisan. Sang kakek dan Grace sama sekali tidak meninggalkan jejak. “Tidak mungkin,” gumam Julian sembari mempercepat langkah. Tanpa memedulikan upaya awalnya untuk tetap tenang, pria itu melaju ke arah blok yang sempat disebutkan oleh Greta. Setelah mencari-cari beberapa saat, ia akhirnya menemukan nama sang nenek di salah satu batu. “Benar, inilah tempatnya. Mereka seharusnya di sini,” desah Julian, terdengar putus asa. Dengan kerut alis yang dalam, ia berputar-putar, berusaha menemukan jejak sang putri ataupun Kakek Hunt. Malangnya, sejauh apa pun mata memandang, dua orang itu tetap berada di luar radar. “Ck, kenapa bisa begini?” gerutunya sembari mencengkeram kepala. Mengendus kekesalan yang teramat pekat, Mia sontak meraih lengan suaminya. Ia tahu bahwa sang pria telah gagal meng

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 12. Grace dan sang Kakek

    Sembari mengambil napas, Tuan Hunt menyeka pipi cucu buyutnya. Mata merah Grace memang tidak lagi menumpahkan kesedihan. Akan tetapi, pria tua itu masih merasa bersalah karena telah membuat sang bayi menangis. “Maafkan aku, Grace. Aku seharusnya berjalan lebih tenang agar kau tidak terbangun,” bisik sang kakek di sela desah napas yang tidak beraturan. Setelah wajahnya mengering, Grace menyandarkan kepala di pundak Tuan Hunt. Sambil berkedip lambat, ia mengerucutkan bibir. Kerut alisnya menyatakan bahwa dirinya masih ingin bergulung dengan selimut di tempat tidur. Bayi itu heran mengapa ia malah bersama sang kakek buyut, duduk di sebuah bangku panjang di tepi jalan setapak. “Padahal sewaktu masih muda, aku hanya memerlukan lima belas menit untuk tiba di pemakaman nenek buyutmu. Tapi sekarang, kenapa rasanya sangat melelahkan dan lama sekali?” gerutu Tuan Hunt seraya menyeka jidat dengan sebelah tangan. Selang satu embusan napas cepat, pria tua itu kemb

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status