Home / Romansa / Cinta CEO dalam Jebakan / 144. Menyambut Pangeran Kecil

Share

144. Menyambut Pangeran Kecil

Author: Pixie
last update Last Updated: 2021-08-31 11:28:46

“Ingat, Nyonya. Kalau ternyata bayi dalam kandungan itu adalah perempuan, Anda tidak boleh kecewa.”

Tangan sang wanita spontan meremas jemari Max lebih kencang. Kata-kata Minnie yang terngiang-ngiang dalam benaknya telah menambah sesak dalam dada. Sambil terpejam, Gabriella mencoba menarik napas dalam.

“Jangan khawatir, Gaby,” bisik Max sembari balas menggenggam, memberi sinyal bahwa dirinya mengirimkan dukungan.

“Kenapa Nyonya tegang sekali? Pemeriksaan USG tidak menimbulkan rasa sakit,” ucap sang dokter sembari tersenyum.

Gabriella tidak mampu menjawab. Ia hanya mengembalikan pandangan sambil terus mengatur napas.

Gemas melihat sang istri, Max tiba-tiba mendengus ringan. Sambil menggenggam jemari yang terasa dingin itu, ia membelai kepala sang wanita dengan tangan lain.

“Gaby,” bisik pria itu mencuri perhatian. Begitu sang istri membalas tatapannya, secepat kilat ia membentangkan senyum dan mengangguk. “Tidak apa-apa,” ucapnya hanya

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta CEO dalam Jebakan   145. Cayden Evans

    Max berulang kali menarik napas lalu mengembuskannya dengan konstan. Ia berharap sang istri dapat mengikutinya. Akan tetapi, si wanita berwajah pucat tidak bisa lagi mengendalikan paru-paru. Rasa sakit telah melilit perutnya. “Sakit, Max,” rintih Gabriella sembari mencengkeram tangan sang suami lebih kuat. “Sabar, Gaby. Kamu belum boleh mendorong. Tunggu aba-aba dari dokter. Mengerti?” terang sang pria sembari mengusap keringat yang membanjiri wajah istrinya. “Sekarang, atur napas bersamaku.” Dengan air mata yang hampir tumpah, sang wanita terus menatap suaminya. “Tarik, embuskan ... tarik, embuskan.” Gabriella berusaha untuk patuh. Akan tetapi, lima detik berlalu, ia menggeleng, menyatakan dirinya sudah di ambang kesabaran. “Aku tidak bisa lagi, Max. Tidak bisa,” desah wanita itu sambil meringis. Merasa tak tega, pria itu mengecup kening sang istri. “Bertahanlah, Gaby. Demi Pangeran Kecil kita,” bisiknya. Sambil memeja

    Last Updated : 2021-08-31
  • Cinta CEO dalam Jebakan   BONUS: Jalan-Jalan Pertama

    “Yeay! Hari ini, Pangeran Kecil jalan-jalan ke taman,” seru Gabriella sembari memakaikan tudung jumpsuit panda di kepala putranya.Seolah mengerti dengan apa yang diucapkan oleh sang ibu, Cayden tersenyum sambil menyatukan tangan. Mata bulatnya terlihat berbinar-binar.Menyaksikan respon semacam itu, sang ayah yang memperhatikan putranya sedari tadi pun tertawa. “Dia terlihat sangat senang,” ucap Max sambil membiarkan Cayden menggenggam telunjuknya.“Tentu saja. Ini jalan-jalan pertamanya,” sahut Gabriella sembari memeriksa perlengkapan di sisi ranjang. Selang beberapa saat, ia menutup tas lalu menyandangnya. “Semua sudah siap. Ayo berangkat.”“Apakah Bibi jadi ikut?” tanya Max seraya mengangkat Cayden dalam dekapan.“Tidak. Bibi mengeluh kalau lututnya sakit. Jadi, Lena yang menemani kita,” jawab Gabriella sambil membukakan pintu kamar dan menutupnya ketika sang suami sudah le

    Last Updated : 2021-09-02
  • Cinta CEO dalam Jebakan   BONUS: Di Mana Cayden?

    “Kira-kira rasa apa yang akan disukai Cayden? Vanila atau teh hijau? Atau jangan-jangan, dia memiliki selera yang berbeda dari orang tuanya?” gumam Gabriella seraya melihat sekotak es krim yang penuh dengan warna.“Ah, semoga saja perutnya tidak apa-apa. Dia hanya boleh mencicipi seujung sendok saja kalau rasanya sebanyak ini,” pikir wanita itu sebelum mempercepat langkah. Ia tidak sabar ingin melihat wajah bahagia Pangeran Kecil.Namun, ketika pandangannya terarah pada bangku, lengkung bibir Gabriella mendadak hilang. Ia hanya melihat seorang pelayan duduk di sana. Dengan hati yang berdebar, wanita itu berlari menghampiri sambil memeriksa sekeliling.“Lena, di mana Cayden?” desahnya dengan napas yang tak beraturan.Tanpa sedikit pun beban, sang pelayan menurunkan ponsel dari depan wajahnya. “Di si ... ni.”Hanya dalam sekejap, mata gadis muda itu terbuka lebar. “Astaga! Di mana Tuan Muda? Semen

    Last Updated : 2021-09-03
  • Cinta CEO dalam Jebakan   BONUS: Kuat dan Tangguh

    Begitu memasuki kamar, Max langsung menghampiri sang istri yang berbaring bersama Cayden. Wanita itu masih mengerutkan alis walau matanya terpejam. Tangan yang mendekap hangat sang bayi, tampak begitu waspada.“Syukurlah,” desah Max sembari mengelus kepala Pangeran Kecil.Hanya dalam sekejap, Gabriella tersentak dan memeluk putranya lebih erat.“Tenanglah, Gaby. Ini aku,” bisik Max, takut membangunkan sang bayi.“Kau sudah pulang?” desah wanita yang masih dilanda keterkejutan.“Ya. Aku memesan tiket paling awal begitu mendapat kabar,” terang sang pria dengan lengkung bibir kaku.Selang keheningan sejenak, bola mata yang gemetar mulai menampakkan keharuan. “Maafkan aku, Max. Aku sudah lalai menjaga putramu.”Melihat istrinya menangis, hati sang pria mendadak teriris. Setelah membelai rambut wanita itu, ia pun memberikan kecupan penenang di kening.“Yang penting, C

    Last Updated : 2021-09-04
  • Cinta CEO dalam Jebakan   BONUS: Lagi

    “Cayden!” seru Max saat baru membuka pintu kamar. Bayi yang hampir terlelap seketika tersentak dan menoleh ke arah ayahnya. “Kenapa kau berteriak begitu?” tegur Gabriella seraya meringis. “Padahal, aku hampir berhasil menidurkannya.” Merasa bersalah, sang pria tersenyum kecil. “Maaf. Aku tidak sabar ingin menunjukkan ini kepadanya. Tada!” Begitu melihat sekotak es krim di tangan sang ayah, Pangeran Kecil langsung meronta-ronta, mencoba bangkit dari dekapan ibunya. “Lihatlah! Sekarang, dia tidak akan tidur. Kenapa tidak nanti saja, Max? Lagipula, ini bukan waktu yang tepat untuk Cayden menikmati es krim.” “Tidak apa-apa, Gaby. Dia baru saja mengalami peristiwa yang menakutkan. Tidak ada salahnya memanjakan Cayden hari ini,” ujar Max seraya duduk di tepi ranjang. Tanpa menunggu perintah, sang bayi merangkak ke pangkuan ayahnya. Ketika Max menempelkan tangan Pangeran Kecil ke penutup kotak, tawa ceria sontak terdengar. Cayden terl

    Last Updated : 2021-09-04
  • Cinta CEO dalam Jebakan   BONUS: Bayi Jenius

    Mia dan Julian kebingungan melihat wajah panik semua pelayan. Wanita-wanita itu sibuk mencari dan mengekspresikan kekhawatiran. “Apa yang terjadi?” tanya Mia setelah berhasil mencegat salah satu wanita berseragam. “Tuan Muda hilang lagi, Nona.” Dalam sekejap, Julian dan Mia kompak terbelalak. “Hilang lagi? Bukankah dia sedang di rumah?” selidik sang pria dengan alis masih melengkung tinggi. “Ya, Tuan. Terakhir, Tuan Muda masih berada di kamarnya. Lalu tiba-tiba saja, dia menghilang.” Mendengar penjelasan yang terkesan mustahil, Julian pun menatap sekretarisnya. Setelah mendapati kecurigaan yang sama, ia kembali menoleh ke arah pelayan. “Di mana Max dan Gabriella sekarang?” Telunjuk sang pelayan seketika meruncing. “Di lantai atas, Tuan.” “Baiklah, terima kasih.” Tanpa membuang waktu, Julian dan Mia menderapkan langkah menuju tangga. “Bukankah ini aneh?” desah sang pria yang dijawab oleh anggukan sa

    Last Updated : 2021-09-05
  • Cinta CEO dalam Jebakan   PENGUMUMAN SPIN OFF

    Halo, Wise Reader ... Terima kasih telah mengikuti cerita Max Gaby, dan juga Pangeran Kecil. Pixie sangat berharap pembaca dapat terhibur dan mengambil pelajaran dari cerita ini. Hari ini, Pixie ingin berbagi tentang ide awal ketika menulis kisah Max dan Gaby. Dulu, sewaktu masih jadi anak rantauan, Pixie tinggal di sebuah rumah kos. Tempatnya nyaman, sampai Pixie betah selama 7 tahun di sana. Waktu itu, ketika lagi cinta-cintanya sama kosan, tiba-tiba, ada sebuah perusahaan ingin membeli rumah itu dengan harga tinggi. Mereka ingin meratakan rumah itu untuk dijadikan lahan bisnis. Rasanya sedih sekali ketika tahu tentang kabar tersebut. Beruntung, pemilik kosan Pixie orangnya teguh pendirian. Beliau tidak mau melepas rumah kosan yang sudah puluhan tahun menampung banyak mahasiswa. Meskipun harga penawaran sudah dinaikkan, beliau tetap menolak tawaran. Padahal, pemilik kosan

    Last Updated : 2021-09-08
  • Cinta CEO dalam Jebakan   S2| 1. Ledakan Emosi

    “Mia, bolehkah aku menanyakan sesuatu kepadamu?” ucap Julian sukses membuat sang sekretaris menghentikan langkah. Dua detik kemudian, gadis yang semula berjalan menuju pintu itu, berbalik menghadapnya.“Ada apa, Tuan?”Sambil menyempalkan tangan ke dalam saku, sang CEO mengitari meja kerja dan berhenti tepat di hadapan sekretarisnya.“Max, kau, dan aku tumbuh bersama sejak kecil. Dengan kata lain, kau pasti sudah sangat mengenal kami,” ujarnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Baru kali ini Mia mendapati raut semacam itu. “Menurutmu, adikku itu orang yang seperti apa?”Mendapat pertanyaan yang terkesan konyol, sang sekretaris hampir saja mengerutkan alis. Namun, demi menghargai bosnya, ia terpaksa mempertahankan tampang datar.“Tuan Max orang yang cerdas dan penuh perhatian. Meskipun dia tegas dan ambisius, dia tetap bisa menempatkan keluarga sebagai prioritasnya. Tipikal pria idaman banyak wa

    Last Updated : 2021-09-09

Latest chapter

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 20. Bahagia Selama-lamanya

    “Woah!” desah Cayden saat sang ayah menempatkannya di atas punggung seekor kuda poni. Dengan mata bulat, ia mengamati ketinggiannya dari tanah. Meski tidak seberapa, balita bertopi koboi itu tetap menunjukkan senyum semringah. “Bagaimana, Evans Kecil? Apakah kau senang?” tanya wanita yang memegang tali kekang si kuda. Tak berani banyak bergerak, Cayden pun mengangguk dalam sudut terbatas. “Ya, Greta. Ini mendebarkan!” sahutnya antusias. “Mendebarkan?” gumam Gabriella seraya mengerutkan sebelah alis. Sambil terus menimang keponakannya, wanita itu mengungkapkan keheranan. “Dari mana kau mempelajari kata itu, Pangeran Kecil?” “Papa sering menyebutnya,” jawab sang balita, sukses membuat sang ayah meringis. “Papa berkata kalau malam yang dilewati bersama Mama selalu mendebarkan.” Selagi Gabriella melotot ke arah sang suami, Greta tertawa terbahak-bahak. “Astaga, Max. Kurasa, kau harus lebih berhati-hati sekarang. Putramu yang jenius ini bisa menyer

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 19. Ayo Kita Pulang

    “Kalau Kakek benar-benar menghindar, aku benar-benar akan berhenti dari perusahaan,” ujar Julian, sukses membekukan langkah Tuan Hunt. Pria tua itu kini berkedip-kedip mencerna perkataan yang ia kira salah dengar. “Posisiku sebagai CEO sedang terancam karena suatu hal. Aku berusaha merahasiakannya dari kalian semua. Bahkan Mia saja tidak kubiarkan tahu. Tapi ternyata, itu sama sekali tidak mudah. Pikiranku menjadi terombang-ambing. Dan karena beban yang terlampau berat, emosiku akhirnya meledak. Aku sangat menyesal hal itu harus terjadi di hadapanmu.” Mendengar nada yang terkesan jujur itu, Tuan Hunt perlahan memutar tumpuan. Dua detik kemudian, ia melihat butiran bening meluncur dari mata sang cucu. “Aku sudah berusaha kuat dan tegar, Kek. Kupikir, aku bisa mengatasi semua masalah. Tapi ternyata, sampai detik ini pun, aku belum menemukan solusinya. Karena itu pula, aku marah saat gagal menemukan Grace dan dirimu di pemakaman. Rasanya, aku ini laki-laki yang

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 18. Aku Lebih Baik Menghilang

    “Ck, kenapa Kakek kabur seperti ini? Membuatku semakin merasa bersalah saja,” gerutu Julian di sela desah napas yang terengah-engah. Sambil terus menggenggam pesan dari Tuan Hunt, ia melangkah menyusuri jalan setapak yang dipagari barisan pepohonan. “Apa yang harus kulakukan jika Kakek tidak ada di sana? Ke mana aku harus mencarinya?” pikir pria yang tak mampu menghapus kerutan dari wajahnya. Beban yang menekan jantung terlampau berat untuk diabaikan. Selang beberapa saat berkutat dengan kebisingan dalam telinga, Julian akhirnya menggeleng cepat dan mengerjap kuat. “Tidak, tidak. Kakek pasti ada di sana. Aku akan membawanya pulang dan keadaan otomatis kembali menjadi seperti semula,” angguk pria itu, memupuk harapan. Tanpa menghiraukan keresahan yang terus berputar dalam otaknya, ia melaju lebih cepat. Begitu melewati gerbang pemakaman, langkah Julian spontan tertahan. Pelupuk mata yang semula berat kini terangkat maksimal. Apa yang ia harapkan lagi-l

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 17. Kau Seharusnya Bersyukur

    “Papa,” panggil Cayden pelan. Sedetik kemudian, balita itu menyodorkan sepotong roti yang telah ia bersihkan dari selai. “Aku sudah kenyang,” lanjutnya dengan senyum penuh makna. Memahami maksud hati sang putra, Max sontak menaikkan alis. “Kau ingin Papa menghabiskan rotimu lagi?” Sembari memperlihatkan deretan gigi mungilnya, Cayden mengangguk. Selang satu embusan napas samar, sang ayah mulai menggetarkan udara dengan tawa. “Astaga, Gaby. Lihatlah kelakuan Pangeran Kecil! Aku bisa menggendut jika dia terus menyodorkan makanan kepadaku,” tutur pria itu seraya menunjukkan roti kedua yang ia terima dari sang putra. “Habiskan saja, Max. Kau membutuhkan tenaga lebih untuk membantu Pangeran Kecil merawat Hasty,” timpal wanita yang sedang membersihkan piring dengan spons. Mendengar tanggapan sang ibu, mata Cayden langsung membulat. “Apakah aku boleh ke kandang kuda sekarang? Aku sudah selesai sarapan, Mama.” “Ya, tapi kau harus mencuci wajah

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 16. Aku Akan Meminta Maaf

    Tiba-tiba, Julian menjatuhkan wajah ke tangkupan tangannya. Setelah mengembuskan napas berat, ia kembali menegakkan kepala dan menunjukkan ekspresi yang tak terdiskripsikan. “Kau tahu? Aku sama sekali tidak bermaksud menakuti ataupun menggertak. Aku hanya tidak ingin kejadian tadi terulang,” tegas pria itu dengan wajah mengernyit. “Ya, aku tahu,” timpal Mia dengan penekanan yang tak kalah dalam. “Tapi kau bisa melakukannya tanpa harus menyakiti perasaan Kakek, Julian. Masalah ini bisa dibicarakan secara baik-baik.” Sembari menggertakkan geraham, Julian menggeleng samar. Kebingungan mulai menggetarkan bola matanya. “Lalu apa yang harus kulakukan sekarang? Aku sudah telanjur membuat Kakek sedih.” “Meminta maaf?” timpal Mia seolah tak yakin dengan jawabannya. “Apakah itu saja cukup?” tanya sang pria, ragu. Ia mulai sadar bahwa kemarahannya tadi memang sudah melewati batas. Sembari menimbang-nimbang, sang wanita mengangguk-angguk. “Asalkan

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 15. Sudah Keterlaluan

    “Greta, apakah kau sudah menyiapkan roti panggang yang lezat untuk kami?” tanya Cayden saat si pemilik rumah membuka pintu lebih lebar untuk menyambutnya.Melihat sang ayah masih sanggup berjalan, wanita dengan lengkung alis tinggi itu sontak mengembuskan napas lega. Setelah menggeleng-geleng sesaat, barulah ia membalas tatapan balita yang masih menggenggam tangan Tuan Hunt dan menunggu responnya.“Tentu saja sudah. Apakah kau lapar?” tanya Greta sembari memalsukan senyuman.“Bukan aku, tapi Kakek. Aku mendengar suara napasnya sangat lelah di sepanjang jalan. Kakek harus makan roti yang banyak,” sahut Cayden dengan ekspresinya yang khas—mata bulat dan bibir mengerucut.Sambil mengelus kepala putranya, Gabriella menekuk lutut. Setelah berhasil menyejajarkan pandangan, wanita itu memiringkan kepala. “Bagaimana kalau sekarang kau mengajak Kakek makan? Kau tahu di mana Greta meletakkan piring rotinya, bukan?&rdq

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 14. Penyesalan Tuan Hunt

    “Maaf, Julian. Tadi aku mengajak Grace menemui nenekmu sebentar. Sekarang, aku bermaksud untuk membawanya pulang. Kami tidak berkeliaran,” terang Tuan Hunt dengan ekspresi yang tak terdeskripsikan. Meski begitu, suara paraunya mampu menyentuh hati orang-orang, selain sang cucu. “Tapi jalan pulang ada di sebelah sana, Kek!” sambar Julian, masih dengan alis terangkat maksimal. Ia sama sekali tidak iba melihat punggung bungkuk yang semakin terbebani oleh rasa bersalah. “Apa yang sebenarnya ada dalam pikiranmu? Apakah kau tidak sadar bahwa kenekatanmu ini bisa mendatangkan masalah? Bukankah kita sudah sepakat untuk pergi bersama? Kenapa malah diam-diam membawa Grace pergi?” lanjutnya, mempertebal kerutan di dahi sang kakek. Merasakan kemarahan sang ayah, Putri Kecil mulai mengerutkan alis. Ia belum pernah mendengar suara selantang itu. Ketika matanya tertuju pada wajah murung Tuan Hunt, bayi itu pun mencebik. Sedetik kemudian, tangisnya mulai menjadi-jadi. Sambil

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 13. Keputusasaan Seorang Ayah

    Setibanya di pemakaman, Julian spontan tercengang. Apa yang ia lihat benar-benar di luar ekspektasi. Tidak ada keberadaan pria tua ataupun bayi di antara batu-batu nisan. Sang kakek dan Grace sama sekali tidak meninggalkan jejak. “Tidak mungkin,” gumam Julian sembari mempercepat langkah. Tanpa memedulikan upaya awalnya untuk tetap tenang, pria itu melaju ke arah blok yang sempat disebutkan oleh Greta. Setelah mencari-cari beberapa saat, ia akhirnya menemukan nama sang nenek di salah satu batu. “Benar, inilah tempatnya. Mereka seharusnya di sini,” desah Julian, terdengar putus asa. Dengan kerut alis yang dalam, ia berputar-putar, berusaha menemukan jejak sang putri ataupun Kakek Hunt. Malangnya, sejauh apa pun mata memandang, dua orang itu tetap berada di luar radar. “Ck, kenapa bisa begini?” gerutunya sembari mencengkeram kepala. Mengendus kekesalan yang teramat pekat, Mia sontak meraih lengan suaminya. Ia tahu bahwa sang pria telah gagal meng

  • Cinta CEO dalam Jebakan   Extra Chapter 12. Grace dan sang Kakek

    Sembari mengambil napas, Tuan Hunt menyeka pipi cucu buyutnya. Mata merah Grace memang tidak lagi menumpahkan kesedihan. Akan tetapi, pria tua itu masih merasa bersalah karena telah membuat sang bayi menangis. “Maafkan aku, Grace. Aku seharusnya berjalan lebih tenang agar kau tidak terbangun,” bisik sang kakek di sela desah napas yang tidak beraturan. Setelah wajahnya mengering, Grace menyandarkan kepala di pundak Tuan Hunt. Sambil berkedip lambat, ia mengerucutkan bibir. Kerut alisnya menyatakan bahwa dirinya masih ingin bergulung dengan selimut di tempat tidur. Bayi itu heran mengapa ia malah bersama sang kakek buyut, duduk di sebuah bangku panjang di tepi jalan setapak. “Padahal sewaktu masih muda, aku hanya memerlukan lima belas menit untuk tiba di pemakaman nenek buyutmu. Tapi sekarang, kenapa rasanya sangat melelahkan dan lama sekali?” gerutu Tuan Hunt seraya menyeka jidat dengan sebelah tangan. Selang satu embusan napas cepat, pria tua itu kemb

DMCA.com Protection Status