Share

Chapter 6

Author: Widya Karima
last update Last Updated: 2021-05-26 17:05:12

31 Desember 2019

Virus Covid-19 yang menyerupai SARS dan MERS menyebar di seluruh Wuhan, China. Ilmuwan yang berselisih tak sengaja mengeluarkan virus percobaan dari sarangnya. Seluruh kota terkena dampak sifat virus itu, hidup pada inang makhluk hidup yang memberi makan mereka. 

Seluruh mahasiswa terkepung di dalam rumah inap mereka masing-masing, terutama yang kita sorot adalah mahasiswa asal Indonesia. Mereka terkepung virus itu di dormitori masing-masing tanpa bisa pulang ke Indonesia. Kampus di Wuhan meliburkan mereka sementara waktu, sampai waktu yang belum ditetapkan. Seluruh kampus di Wuhan meliburkan perkuliahan. 

Lama-lama seluruh Wuhan dan China melakukan lock-down karena laju penularan virus sialan itu sangat cepat.

"Ini bukan seperti virus influenza yang bersifat air soluble." Prof. Ling Chu menjelaskan pada publik. 

"Maksudnya apa, Pak?" Ketika siaran tivi menanyakan hal itu lebih jelas secara daring menggunakan zoom.

"Virus influenza dapat ditularkan melalui udara. Seperti juga dengan virus TB paru, sedangkan virus covid-19 tidak, dia akan menularkan satu sama lain lewat droplet virus yang menempel pada benda." Prof. Ling Chu menjelaskan lebih detail. "Jadi, apabila orang lain terinfeksi virus itu, lalu cairan batuk atau bersinnya menempel pada gagang pintu, siapa saja yang memegang gagang pintu tadi, kemungkinan sangat besar pasti tertular apabila yang memegang gagang pintu tadi memegang mata, mulut, dan hidungnya tanpa mencuci tangan." Profesor botak berkaca mata itu menutup penjelasannya.

"Baik pak, pertemuan kita pada hari ini." Penyaji berita di tivi menutup percakapan yang online itu.

Banyak para reporter berkeliling Wuhan dengan mobil untuk menyaksikan kota Wuhan yang kosong melompong akibat lock down. Hanya beberapa orang saja yang boleh keluar, seperti petugas yang memberikan makanan dari pintu ke pintu. Tampak universitas di Wuhan tutup dan sepi. Jalan-jalan setapak yang dulu penuh dengan pejalan kaki, kini persis seperti sepinya kuburan. Rumah sakit di Wuhan akhirnya penuh. Virus itu melumpuhkan perekonomian di sana dan menginfeksi hampir seluruh masyarakat, termasuk tenaga medis, paramedis, dan penunjang medis. Tenaga medis sangat kewalahan. Bingung karena peralatan tidak sebanyak jumlah pasien, sedangkan pasien yang sesak nafas sangat banyak, melebihi jumlah ruangan rawat dan jumlah alat bantu nafas. Halaman rumah sakit penuh. Perawat bingung memilih pasien mana yang paling butuh alat bantu nafas. Akhirnya berujung kematian yang tak terkira.

Kematian ratusan orang terjadi di China. Merambat ke Italia, Perancis, India, dan Amerika. Kematian massal setiap hari sudah tidak terkira jumlahnya. Kuburan sudah tidak muat lagi. Jalan-jalan umum mendadak menjadi tempat kematian. Burung-burung yang semula memenuhi jalan dengan riang ke sana kemari, awan putih berhias langit biru yang selalu setia menghembuskan kegembiraan hari-hari, mendadak ikut lockdown juga. Inilah duniaku. Sedang berduka.

"Kampus saya, Sher." Dokter Susan yang melihat tivi IGD memerhatikan berita terkini dari satu stasiun ke stasiun lainnya yang menyajikan berita yang sama dari seluruh dunia. Dokter Susan menonton tivi bersama perawat jaga hari itu. Ia yang merupakan dokter umum lulusan beasiswa dari Fakultas Kedokteran di Wuhan University merasa bernostalgia lewat berita yang mencengangkan itu.

"Jauh amat kuliah FK-nya, Dok." Kata Vivi yang juga perawat IGD. Mereka sedang menunggu bakso mercon kesukaan mereka.

Selang beberapa menit kemudian, datanglah seorang lelaki tak bermasker mengantar bakso mercon.

"Selamat siang, dok, sus." Sapa lelaki tua, kurir bakso mercon usahanya itu. "Ini baksonya." Katanya lagi sambil menyerahkan tiga bungkus bakso mercon kepada si penunggu ruangan. Kontan Dokter Susan beserta perawat jaga IGD berbahagia, bersorak sorai gegar gempita mengalahkan suara penyaji berita di tivi itu karena bakso terpedas di dunia itu telah hadir di tengah-tengah mereka.

"Makan yuuuk!" Teriak Vivi. "Pas banget siang-siang hujan di bulan Desember ini, saat malam tahun baru seperti ini, bakso mercon menemani kita yang tetap dinas 24 jam." Kemudian dianggukkan dr. Susan tanda setuju dengan pernyataan itu.

***

29 Maret 2020

Sudah tiga bulan virus covid-19 menguasai seluruh dunia. Maret 2020 virus itu pun akhirnya bertandang ke Indonesia. Tak bisa dipungkiri, Jakarta merupakan pusat perdagangan di Indonesia sehingga Jakarta jadi persinggahan pertama virus itu. Baru berapa hari korban virus psikopat itu sudah ribuan. Setelah bertandang ke Jakarta, tak sungkan-sungkan virus itu mendatangi lokasi lainnya yang tak kalah hebatnya. Virus itu mendatangi Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dan akhirnya naik pesawat keliling Indonesia, tak terkecuali ke Sumatera. Termasuk Bengkulu yang jumlah pasien positif corona baru empat orang. Mereka dirawat di RSUD Muhammad selama dua minggu. Berawal dari manager bank konvensional, lalu merambat kepada aktivis agama, dan masyarakat sipil lainnya.

Masyarakat gempar dengan masuknya virus ini ke Indonesia. Bukan hanya melumpuhkan perekonomian yang berefek pada pengurangan jumlah karyawan, tetapi lebih kepada cara menguburkan jenazah yang kematiannya tidak boleh ditakziahkan, alih-alih dibantu masyarakat, keluarga inti pun tidak boleh berkumpul memandikan jenazah. Jenazah harus diurus oleh petugas khusus dari rumah sakit dan Dinas Kesehatan setempat yang memakai APD lengkap level 3 dengan hazmat, disholatkan oleh tenaga khusus berseragam hazmat, serta dikuburkan juga oleh petugas tersebut. Pada intinya waktu itu, bila ada keluargamu hari itu terinfeksi virus corona, mungkin terakhir kali kamu akan bertemu dengannya adalah hari itu juga, detik itulah perpisahanmu dengan mereka yang meninggal dunia dan dinyatakan positif.

Seru sedu sedan tangisan membanjiri kota dengan air mata keluarga yang tak sempat bertemu lagi dengan ayah mereka, ibu mereka, nenek kakek mereka, adik kakak mereka, dan sanak saudara mereka yang dinyatakan positif covid-19.

Dokter Susan merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Hanya dokter Susan yang sudah bekerja, empat lainnya sedang kuliah dan merantau ke Cairo-Mesir, Bandung, dan Jakarta.

"Dokter Andi, saya tukeran jaga dong. Harusnya hari ini, tapi bisa ganti dengan dr. Andi yang besok?" Tanya dr. Susan lewat telepon pagi-pagi sekali. Dokter Andi yang sudah terbiasa bangun subuh, mengiyakan permintaan rekan kerjanya.

"Ada apa dokter Susan?" Tanya dokter Andi untuk meminta penjelasan dokter Susan.

"Adik saya yang di Mesir Lockdown. Tapi karena Jakarta dan Bandung sebentar lagi harus lockdown, Adi dan Mira pulang siang ini pakai Garuda Indonesia. Saya harus jemput mereka ke Bandara dok." Jawab dr. Susan.

"Bukannya Jakarta dan Bandung sudah lockdown, Dok?" Tanya Dokter Andi. Kok bisa naik pesawat.

"Bisa naik pesawat, Dok. Bandara belum ditutup." jawab Dokter Susan lagi.

"Oia, jangan lupa Dok Andi kalau hari ini kita bakal kedatangan tamu, yaitu dokter internship yang baru. Jumlahnya 10 orang. Mohon dibantu dok." Dokter Susan mengingatkan.

"Baik Dok Susan. Titidije ya!" Kata Dokter Andi.

"Makasih lho Dok Andi sudah berkenan gantiin saya hari ini." Kata Dokter Susan lagi.

"Ya, gak papa dok. Sama-sama. Lain kali mungkin saya yang butuh minta gantiin jadwal." Ujar Dokter Andi lagi, lalu menutup telepon setelah mengucapkan salam.

***

2 April 2020

Suasana langit pagi hari ini cerah. Tenda darurat covid-19 biru, putih, dan orange kini mulai menghiasi lahan parkir mobil depan rumah sakit di samping tiga buah mobil ambulance yang siap siaga setiap hari mengantarkan jenazah atau melayani pasien rujuk ke rumah sakit umum daerah Bengkulu. Hari ini rumah sakit kedatangan tamu dari arah selatan. Dokter umum hari ini Dokter Susan, sedangkan dokter iship hari ini Dokter Rissa dan beberapa perawat bersiap-siap mengambil brankar IGD untuk menolong wanita paruh baya itu turun dari mobil kompong hitam. Ia ditemukan di jalan dengan nafas berat dan sesak, tanpa batuk dan pilek. 

"Cepat, Bonar tolong pindahkan segera pasien ke ruangan pemeriksaan." Uar dr. Susan yang didampingi dr. Rissa. 

Empat roda brankar berputar cepat menuju ruangan yang dituju. Pengantar pasien hilir mudik sambil menangis berdoa agar ibu mereka terselamatkan. Para perawat mengambil alat bantu nafas dan meletakkan pada hidung pasien, sedangkan perawat jaga yang lain sibuk menulis rekam medis pasien ke buku register. Para dokter sibuk dengan stetoskopnya, terutama dr. Susan yang merupakan penanggung jawab dokter pada hari itu.

"Keadaan umunnya tidak begitu jelek." Ujar dr. Susan yang dianggukkan dr. Rissa tanda setuju. 

"Kita observasi dulu Dok Rissa." Kata Dokter Susan lagi. "Tolong bantu saya screening pasien apakah covid atau tidak." Kata Dokter Susan lagi.

Dokter Rissa yang sejak tadi telah menggunakan APD level 2 lengkap dengan celemeknya menyanggupi permintaan rekan seniornya.

Dokter Rissa duduk di tepi pasien yang pernafasannya sudah kembali normal karena dibantu dengan alat bantu nafas.

"Maaf Bu, saya minta izin minta datanya ya." Kata dokter Rissa dengan sopan santun. Pasien itu mengangguk. Kini di sisi kiri pasien datang anak pasien yang telah berhenti menangis.

"Gimana keadaan ibu saya, dok?" Tanya anak gadis itu.

"Sedang diobservasi ya. Saat ini baik-baik saja. Sebentar lagi kita rontgen." Kata Dokter Rissa lagi. Kini Dokter Rissa memulai screening.

"Bu, ibu semenjak dua minggu terakhir ini adakah melakukan perjalanan, misalnya pergi ke daerah zona merah penyebaran covid-19 yang telah ditetapkan dunia menjadi pandemi saat ini?" Tanya Dokter Rissa.

Pasien menggeleng, tetapi tampak ragu. Mungkin belum mengerti apa arti daerah merah. Lalu Dokter Rissa mengulangi.

"Ibu dua minggu terakhir ini pergi ke Luar Negeri seperti China misalnya, Italia, India?"Tanya Dokter Rissa secara rinci.

Pasien menggeleng.

"Ibu dari luar kota antara dua minggu terakhir ini?"

Pasien menggeleng dengan ragu.

"Ibu batuk pilek?" Tanya Dokter Rissa lagi setelah menandai kertas screening pasien.

Pasien menggeleng.

"Ibu tinggal serumah dengan orang yang sejak dua minggu terakhir ini hilir mudik ke luar negeri?"

Pasien menggeleng.

"Ibu serumah dengan penderita covid?"

Pasien menggeleng.

Dokter Rissa kembali ke ruang pendaftaran IGD memberikan hasil screeningnya pada Dokter Susan. 

"Pasien ini aman. Tolong rekan perawat antar ibu itu ke ruang radiologi untuk diambil foto paru-parunya." Perintah Dokter Susan meminta tolong kerja sama para perawat.

Pasien tadi dirontgen di ruang radiologi dan hasilnya beberapa jam lagi baru bisa keluar.

"Alhamdulillah pasien kita aman semua, Dok." Kata Dokter Susan kepada Dokter Rissa. Dokter Rissa tersenyum di balik maskernya.

Malam ini Dokter Rissa sudah mandi. Ia terbiasa mandi malam di kota yang baru dipijakinya ini karena hendak melepas APD Level dua itu setelah menangani anak kecil usia dua tahun yang dehidrasi karena mencret tiga hari.

Dokter iship muda nan jelita itu masih dengan maskernya memandang tenda biru, putih, dan orange yang masih setia menunggu pasien covid. Tim covid RSUD Gading Cempaka Tipe D masih siap siaga di depan pos satpam dan tenda-tenda itu. Sebuah mobil kompong hitam melaju kencang dari pos satpam. Ia mengeluarkan pasien sesak nafas dari dalam bak di belakang mobil.

"Pasien yang siang tadi, dok!" Seru seorang perawat yang berlari-lari hendak mengambil brankar lagi.

Dokter Susan sedikit mematung. "Pasien siang tadi?"Lirihnya.

Dokter Rissa yang sudah mandi dan melepas APD level duanya, dengan gerakan gesit kembali mencari APD level dua yang baru di lemari jaga, yang stoknya tinggal satu-satunya. Dokter Susan yang juga sudah mandi kalah gesit dari Dokter Rissa dalam mengambil APD. 

"Ketersediaan APD ini sangat bermasalah!" Teriak Dokter Susan yang tetap berlari menuju ke arah pasien untuk menolong pasien tadi tanpa APD.

"Dok, biar Rissa yang tanganin. Dok Susan tidak pakai APD dan face shield." Ujar Dokter Rissa. Dokter Susan pergi ke ruang depan setelah mengucapkan terima kasih pada juniornya.

"Bu, ibu sesak lagi?" Tanya dokter Rissa kembali men-screening ulang pasiennya pagi tadi.

"Ibu tolong yang jujur ya bu. Apakah ibu ke daerah merah kah dalam kurun dua minggu terakhir?" 

Pasien mengangguk. 

"Emak saya baru pulang dari Jakarta seminggu yang lalu, dok. Beli baju di Tanah Abang untuk perlengkapan toko baju kami." Jawab anak gadis ibu tadi. 

Dag, dig, dug.

Dokter Rissa segera berkonsul dengan petugas radiologi dan dokter radiologi.

"Hasil bacaan rontgen Thoraxnya Bronchopneumonia." Jawab dokter radiologist malam itu secara teleradiologi. Setelah dicrosscheck di laboratorium, pasien positif bronchopneumonia dan hasil rapid testnya positif.

Rumah sakit gempar.

Pasien ini merupakan pasien PDP (Pasien Dalam Pengawasan) pertama di RSUD GadingCempaka. Hal yang membuat gempar adalah catatan yang dibicarakan Dokter Susan. Satu, seluruh petugas IGD yang menangani pasien ini kontak erat. Dua, setelah kontak erat dengan PDP, tenaga medis dan paramedis, serta penunjang medis radiologi merupakan orang yang berkontak erat dan menangani pasien yang lain. Ketiga, petugas yang menangani pasien ini pagi tadi di radiologi juga jadi orang yang terpapar. Keempat, petugas rumah sakit yang pulang ke rumah juga terpapar dan memapari keluarga mereka. "Aaarrgh! Sudah berapa banyak orang yang terpapar oleh ibu yang tidak jujur itu?!" Geram Dokter Susan. Ibu tadi tidak mengaku sebelumnya bahwa dia seorang yang baru pulang dari Jakarta seminggu yang lalu?

Related chapters

  • Cinta Berengseklicious   Chapter 7

    8 April 2020Dokter Susan menangis di telepon. Ia kembali menghubungi Dokter Andi."Dok, hari ini bisa ganti hari jaga lagi?" Tanya Dokter Susan mencoba menenangkan diri sendiri."Dokter Susan, mohon maaf tapi saya dinas di RSUD Muhammad 24 jam ke depan." Jawab Dokter Andi tak enak."Ada apa Dokter Susan?" Tanya Dokter Andi lagi."Kami sekeluarga diisolasi di RSUD Muhammad." Jawab Dokter Susan lagi.Dokter Andi terbelalak. Itu RSUD tempatnya kini ia akan dinas 24 jam ke depan. Dokter Andi yang berperawakan gemuk dan berkacamata itu mencoba menenangkan dan memberikan semangat kepada rekan kerjanya agar segera sembuh walaupun Dokter Susan dengannya pernah mengalami peristiwa hitam, ketika di SMA dulu wanita gemuk putih berambut keriting panjang itu pernah ditolaknya. Tapi kini mereka malah menjadi rekan kerja baru di RSUD Gading Cempaka. Dokter Susan ditempatkan di RSUD yang alatnya lebih lengkap daripada RSUD Tipe D Gading Cempaka."Kenapa

    Last Updated : 2021-05-27
  • Cinta Berengseklicious   Chapter 8

    Lelaki itu akhirnya memunggungi kolam air mancur di taman Fakultas Kedokteran swasta milik Apaknya itu. Satu persatu ia menuruni anak tangga taman menuju ke parkiran mobilnya. Lalu ia menaiki Alphard hitamnya dan kembali ke rumah.Langit siang ini cerah. Richi membelah jalanan Kota Padang. Kanan kiri kota itu sangat indah karena setiap bangunan pemerintahan maupun swasta selalu memiliki atap melengkung ke kanan dan ke kiri seperti tanduk kerbau. Sama seperti kampus kedokteran swasta tadi. Namanya atap gonjong. Seperti sejarah Minangkabau, yaitu berasal dari kata Minang yang berarti menang dan Kabau yang berarti kerbau. Kerbau yang menang. Terinspirasi dari tanduk kerbau, Minangkabau menjadi ranah yang memesona dan terkenal budayanya hingga ke pelosok dunia.Richi telah sampai di rumahnya. Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Negeri terkenal di Jakarta itu, kampus kuning, ia pulang ke Padang. Apaknya memang membuka Fakultas Kedokteran swasta di Padang, tet

    Last Updated : 2021-05-28
  • Cinta Berengseklicious   Chapter 9

    5 Januari 2020Richi terbangun dari tidurnya. Rupanya sejak dari Jakarta ia belum menemukan Apak dan Amak di rumah. Letih dari perjalanan Jakarta - Padang membuatnya tertidur pulas beberapa jam di kamarnya."Bang Richi?" Seorang gadis SMP menepuk bahu abangnya."Ama?" Tanya Richi tak kuasa memeluk adiknya yang paling kecil, sedangkan adiknya mencium tangan abangnya penuh rasa rindu dan hormat. "Ama tambah besar ya, dan cantik." Puji Richi. ""Ah, Bang Richi bisa aja." Ucap Rahmah yang memanggil dirinya dengan sebutan Ama."Sudah kelas berapa Ama kini?" Tanya Richi lagi bukan basa-basi. Dia lupa adiknya kelas berapa SMP."Ih abang, masa kelas adiknya sendiri gak tahu." Kata Rahmah sebal."Mana yang lain? Rahmi, Fitri, dan Echa?" Tanya Richi lagi."Masih di sekolah, Bang." Jawab Rahmah. "Ama di sini cuma pulang sebentar ke rumah mau mengambil buku PR Ama yang tinggal." Jawab Rahmah manja."Oke." Jawab Ric

    Last Updated : 2021-05-28
  • Cinta Berengseklicious   Chapter 10

    Rissa memintaku mengantar Bakso Mercon lagi malam nanti. Kutelepon Mak Siti yang tidak tampak batang hidungnya di kegiatan swab PCR massal karyawan Rumah Sakit Gading Cempaka sejak siang tadi. Kususuri lorong Ruang Mawar yang berdekatan dengan kantin. Tak ada Mak Siti di sana. Gerobak di kantin tutup semua. Gelap. Sepi. Semilir angin malam membuat bulu kuduk Cecep merinding. Sejak tracing covid-19 di RSUD Gading Cempaka, banyak gerobak kantin menutup diri. Bahkan pasien jika tidak terpaksa, tak akan pergi berobat ke RS. Apalagi kabar di tivi, banyak perawat dan dokter tertular covid. "Sepi banget kantinnya." Lirih Cecep sebal. Lalu ia mengorek saku celananya mencari hand phone untuk menelepon Mak Siti. "Mak di rumah, Cep. Kamu mau ke rumah?" Ujar Mak Siti. "Iya, Mak. Rissa mesan bakso Emak." Jawab Cecep. "Tapi tadi Mak lihat kamu berdua Rissa duduk di tangga antrean swab PCR ya, Cep?" Tanya Mak Siti lagi. "Kamu kan tahu Kalau Dokter Susan kini

    Last Updated : 2021-06-02
  • Cinta Berengseklicious   Chapter 11

    1 Februari 2020 Lalu lalang kendaraan Jakarta membuat macet jalanan. Asap knalpot motor dan mobil beradu brutal di udara. Suara bajaj merah dan biru memekakkan telinga. Terkadang Abang Bajaj menggiling tepi batas antara jalan umum dan jalan khusus busway. Ia giling kembali ketika jauh di depan sana ada busway yang akan melintas datang. Biasanya Abang Bajaj itu berebut jalan dengan pengendara lainnya agar mengalah pada bajaj yang merasa akan terlindas busway. Pengendara lainnya diminta memaklumi bajaj agar selamat, daripada dilindas busway yang tetap melaju kencang dan hanya berhenti di halte-halte. Pemandangan ini sudah biasa bagi Richi yang sudah tujuh tahun menjadi mahasiswa di Jakarta. Terkadang bila bernasib buruk, polisi akan menghukum bajaj yang nakal dengan memintai denda ratusan ribu agar kapok. Pagi itu Richi ke kampus Rissa di Jakarta. Ia sempatkan perjalanan terbang dari Padang ke Jakarta kembali. Dimasukinya kantor Fakultas Kedokteran itu. Ia ingin tahu k

    Last Updated : 2021-06-02
  • Cinta Berengseklicious   Chapter 12

    "Hari ini dokter jaga siapa ya, Mas?" Tanya Mitha yang berdiri di depan pintu ruang loket radiologi klinik itu kepada perawat Poli Umum yang mengantar pasien. "Dokter Richi, Mbak." Jawab Alexander si perawat bertubuh tinggi langsing bagai bambu kuning karena kulitnya kuning langsat seperti artis iklan Citra. Mitha mengangguk. Lalu ia bersuara lagi. "Mohon maaf, Mas Alex, ini amprah permintaan dokternya belum diconteng mau rontgen apa ya?" Tanya Mitha lagi pada rekan kerjanya yang dipanggil Mas Alex itu. Alexander pun memeriksa kertas amprah yang berisi daftar pemeriksaan radiologi yang sudah tertulis sebagaimana format yang sudah ditetapkan. Tapi kotak-kotak itu kosong. Seharusnya seorang dokter yang menyontengnya. "Oia, belum diconteng ya, Mbak?" Mitha mengangguk. Pasien yang tampak sehat itu hanya pasrah duduk di kursi tunggu tepat di depan Mitha berdiri itu diam saja karena tidak mengerti. Dipikirnya dia berobat ke klini

    Last Updated : 2021-06-08
  • Cinta Berengseklicious   Chapter 13

    Rissa yang masih memakai gaun tidur itu kebingungan karena ketika baru saja hendak membisikkan sesuatu ke telinga Cecep sambil menginjitkan kakinya, lelaki tinggi gagah itu langsung pingsan. Cecep tergeletak di lantai depan tivi."Duh Cecep. Gimana nih Rissa bisa angkat Cecep?" Tanya Rissa pada dirinya sendiri yang melihat betapa besar dan tingginya lelaki yang ada di hadapannya itu.Karena tidak bisa memindahkan lelaki itu ke atas ranjang, Rissa segera memeriksa nadinya."Masih berdenyut." kata Rissa setelah menempelkan kedua jarinya pada leher Cecep.Rissa berjalan cepat mencari tasnya di atas ranjang, menggeledahnya untuk menemukan stetoskop hitamnya. Wanita itu melepaskan hijabnya karena ujungnya terkulai-kulai di atas muka Cecep. Itu agak mengganggu Rissa yang akan memeriksa Cecep dengan stetoskopnya. Dibukanya kancing baju Cecep satu per satu untuk meletakkan stetoskop itu di atas dadanya. Lalu Rissa terpaksa melepas masker Cecep

    Last Updated : 2021-06-08
  • Cinta Berengseklicious   Chapter 14

    Papi Rissa menerima telepon dari sahabatnya di Padang. Pak Sutan Syahrial yang berhasil membangun sarana pendidikan dari TK hingga universitas swasta di ranah minang. Suatu hasil yang sangat membanggakan. Semua itu berawal dari nol. Papi Rissa senang sekali berbincang-bincang dengan sahabatnya yang sudah sukses dan memiliki harta yang berlimpah itu. Begitu juga dengan Pak Sutan Syahrial yang bangga dan bahagia menelepon sahabatnya yang sudah menjadi pengusaha Pabrik Levis yang sukses di ibu kota Jakarta dan Bandung. Semua pencapaian ini sangatlah membahagiakan jika mengingat pahit getir kehidupan mereka dulu sebelum sekaya kini. "Assalamualaikum Pak Darmansyah sahabatku. Apa kabar sobat?" kata Pak Sutan Syahrial dari jauh. "Wah, Alhamdulillah baik sekali sahabat terbaikku." jawab Papi Rissa penuh suka cita dan semangat bicara yang membara. "Ba a kaba?" Apa kabarmu, tanya papi Rissa pada sahabatnya itu. "Alhamdulillah rancak-rancak se nyo, Pak Da

    Last Updated : 2021-06-09

Latest chapter

  • Cinta Berengseklicious   Chapter 45

    "Delapan tahun yang lalu Amak meninggalkan kami semua. Enam tahun yang lalu Amak datang lagi menemui kami bersama Gibran yang berusia lima tahun." Mitha melamun mengenang kenangan buruk itu."Artinya kini usia Gibran 11 tahun. Emm, sudah sekitar kelas 6 SD." Mitha membayangkan Gibran yang sudah hampir menginjak masa SMP, masa remaja muda. Masa yang secara ilmu psikologi sangat 'membutuhkan' sosok 'ayah', masa remaja muda umur 11, 12 tahun.Mitha masih duduk di sofa malas di rumah besar Rissa di Jakarta. Walaupun besar, ia tetap merasa kesepian. Selagi di Jakarta, Rissa banyak urusan di luar."Mumpung kamu lagi di Jakarta." kata Misce, sepupu Rissa yang rumahnya juga di Jakarta, sedangkan Wanda dan Tomi sudah balik ke Cianjur, sedangkan Rara baru saja mulai iship di Rumah Sakit Jakarta Muda karena tahun lalu ia ikut suaminya melanjutkan kuliahnya di Seoul, Korea Selatan."Ayo kak, Misce anterin milih baju pernikahan lu. Gue bakal ajak lu ke butik terkenal

  • Cinta Berengseklicious   Chapter 44

    Presiden Republik Indonesia baru saja memperpanjang masa PPKM pembatasan kegiatan masyarakat selama masa pandemi ini, terutama di Jakarta. Jalanan depan rumah Rissa tampak sepi. Mitha melihat pemandangan pagi ini dari kaca rumah di depan kamarnya di lantai dua. Tiba-tiba ia melihat seorang lelaki yang memang datang ke acara pertunangan Rissa dan Yusuf berada di depan pintu pagar depan rumah.Mitha hanya sendirian di kamar. Barusan Yusuf dan keluarganya pulang ke Bengkulu diantar Rissa dan keluarganya, Rissa, Mami, dan Papinya. Mitha tidak ikut, ia bilang biarlah ia menunggu di rumah saja. Oleh karena itu, ia hanya seorang diri di dalam kamar tamu di lantai dua di samping kamar Rissa itu. Ia mengetik alamat yang berada di kartu nama bernamakan Maemunah itu pada aplikasi peta di internet, Google Map. Lalu ia klik sekali untuk melihat seberapa jauh jarak alamat itu dari rumah Rissa."Jalan kaki cuma 2 menit. Naik motor cuma 30 detik, dan naik mobil hanya 35 detik."

  • Cinta Berengseklicious   Chapter 43

    Dokter Steven adalah seorang psikoterapis dengan spesialisasi dalam seks dan hubungan. Ia dokter pertama yang terekam dalam benak Yusuf saat memanaskan air untuk menyeduh kopinya sendiri. Ia adalah kakak kelas Yusuf saat di kampus dulu. Tapi terpaut lumayan jauh darinya, terpaut sekitar 5 tahun.Pagi itu pikirannya hanya tertuju pada kesembuhannya. Masokis yang dialaminya lebih karena diakibatkan trauma masa kecilnya. Trauma masa lampau membuatnya ingin mati saja. Ayahnya yang sangat suka menghardik ibunya dan dirinya saat masih kecil dulu dengan kasar membuat otaknya terngiang-ngiang dalam lamunannya."Jangan tendang ibu, pak." kata Yusuf.Yusuf kecil yang sedang memeluk kaki kiri bapaknya menangis tersedu-sedu. Ibunya ditendang bapaknya lantaran ketahuan selingkuh di rumahnya sendiri. Padahal ibunya tidak selingkuh. Itu hanya asumsi bapaknya saja. Hanyalah kesalahpahaman.Paman Danang yang dari Korea Selatan datang ke rumah sahabatnya itu membelik

  • Cinta Berengseklicious   Chapter 42

    Mempersiapkan pernikahan ditambah lagi mempersiapkan ujian iship dan ujian akhir profesi dokter membuat Rissa sangat kewalahan. Ditambah jumlah pasien di RSUD Gading Cempaka Bengkulu tidak pernah usai. Malah jumlahnya tambah meningkat tajam dan jenis klaster baru terjadi terus, dari klaster keluarga, klaster kantor, klaster sekolah, klaster restoran/tempat makan, klaster pernikahan, klaster obyek pariwisata, dan banyak lagi."Saturasi oksigennya hanya 70%, Dok." lapor Vivi pada Dokter Rissa yang masih mengenakan hazmatnya. Panas sekali rasanya. Rasanya Rissa ingin segera mencemplungkan dirinya di kolam renang sekarang juga."Oke," jawab Rissa pada Vivi. Peluh keringatnya sudah menetes-netes di kelopak matanya."Tolong siapkan ruangan satu lagi, tolong pasang catheter urin, sama pasang infus ya." kata Dokter Susan menimpali. Lalu ia berbisik pada Dokter Rissa."Ris, kamu ganti hazmat sana. Mandi aja. Kamu gak takut sama janin kamu?" kata Dokter Susan

  • Cinta Berengseklicious   Chapter 41

    Bunga-bunga melati dan mawar putih bermekaran di latar papan cream pelaminan kecil, mendominasi back ground lamaran pernikahan malam ini. Ditambah aksen pink pastel warna kesukaan Rissa sejak remaja. Lampu-lampu hias tergantung di antara bunga-bunga itu. Warnanya cerah kekuningan. Berkerlap-kerlip menambah semarak hiasan pada papan tinggi di belakangnya. Dua bangku bersandar berwarna putih bersih terdiam di depan pelaminan kecil itu. Berpasangan dengan hiasan pita emas di sandaran kursinya. Persis di samping standing roll berbentuk hati merah. Bertuliskan "Happy Engagement, Rissa & Yusuf" besar-besar berwarna emas. Terkesan akan kemewahan yang sempurna. PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di Indonesia semenjak pandemi covid-19, khususnya di Jakarta membuat acara pertunangan antara Rissa dan Yusuf di dalam rumah besar itu hanya disaksikan oleh keluarga besar saja dan beberapa teman dekat Rissa dan Yusuf. "Hei Rissa, kamu cantik sekali memaka

  • Cinta Berengseklicious   Chapter 40

    Februari 2011Aku berpamitan dengan Apak. Liburan kuliahku selama dua minggu telah usai. Kini kami harus masuk kuliah semester genab."Pak, Mitha berangkat dulu ya." kataku pada Apak di depan pintu rumah sambil mencium punggung tangannya. Adi, Shinta, dan Puspa juga menyalamiku satu-satu. Jika melihat Adi, aku ingat kalau sebentar lagi dia tamat SMA dan mungkin harus kuliah."Iya, Mitha. Hati-hati di jalan ya. Kalau sudah sampai, tolong telepon bapak atau Adi." pesan Apak padaku.Orang yang punya Hp waktu itu hanyalah Adi dan Apak. Itu pun hand phone harga minimalis. Belum ada wasap atau wechat seperti sekarang. Masih pakai sms.Setelah pertemuan kami dengan Amak yang kini kami harus memanggilnya dengan sebutan mama, Apak sering murung. Kadang matanya berkaca-kaca sambil berkata, "Maemunah, maafkan saya yang belum bisa membahagiakan kamu selama ini." Apak telah dikhianati, tetapi beliau malah mengupat dirinya sendiri.Aku berdiri di depan go

  • Cinta Berengseklicious   Chapter 39

    Aku pertama kali bertemu dengannya satu tahun terakhir. Masih satu tahun kurang. Waktu itu aku sudah genab 17 tahun berumah tangga. Selama 17 tahun, aku memiliki lima anak: Mitha, Adi, Shinta, Puspa, dan Gibran, tetapi dalam keadaan ekonomi yang pas-pasan dan malah terkadang kurang.Jika kurang, aku bisa memetik daun singkong di kebun, bahkan di depan rumah saja. Daun singkong itu bisa dibuat sayur daun singkong, sayur santan daun singkong, sambal daun singkong yang daunnya dipotong-potong, dan buahnya bisa dibikin macam-macam olahan makanan, seperti tapai singkong (bahasa Sundanya peyeum), keripik singkong, singkong rebus, singkong bakar, dan singkong goreng, kini pun bisa dibuat dadu-dadu keripik singkong yang dijual ke seluruh Indonesia dan mancanegara.Kadang kalau singkong tidak ada, aku bisa mengambil buah pepaya muda. Kalau di sini bahasanya kates muda. Kates muda itu bisa kami buat isian pempek kates, dan isian pempek kates pun sering dijadikan lauk pauk.

  • Cinta Berengseklicious   Chapter 38

    "Bagaimana ibu?" tanya Yusuf pada ibunya pagi itu yang sedang menyeruput teh hangat di meja makan."Rissa maksud kamu?" tanya ibunya balik pada Yusuf yang masih belum menghabiskan salad buahnya."Iya, bu." jawab Yusuf."Ya, kalau kamu yakin, nikahi saja dia. Lagian biar ibu ada temannya. Ke mana-mana bisa sama dia yang orang dewasa. Masa sama anak kecil terus." jawab ibunya lagi yang seolah membuka kesempatan besar pada anak lelaki semata wayangnya ini. Ibunya tersenyum penuh."Baik, Bu. Sebentar lagi Yusuf akan melamar Rissa pada orang tuanya." kata Yusuf lagi."Bagaimana dengan Alya dan Anisa? Apa kamu sudah nanya sama kedua anak gadismu itu bahwa mereka bakal punya mama baru?" tanya neneknya dengan suara serius."Ya, bu. Yusuf akan tanya Alya dan Anisa dulu." jawab Yusuf mantap. Lalu ia tersenyum. Sudah empat tahun lebih ia menahan kejantanannya berdiri sendiri. Hal itu karena ia menyesali penyakitnya sendiri. Terkadang ada perasaan ingin

  • Cinta Berengseklicious   Chapter 37

    Pasien covid-19 terus bertambah. Ruang isolasi covid di RSUD Gading Cempaka full."Di mana lagi kita harus meletakkan pasien ini?" tanya Dokter Susan sebagai ketua tim covid.Semua perawat dan dokter terdiam. Tak tahu lagi mau ngomong apa. Atau bisa jadi sudah kewalahan alias tak peduli. Ah, bukan tak peduli, tetapi rasa capek itu luar biasa. Jika memakain hazmat, baru setengah jam saja rasanya sangat gerah, rasanya ingin membuka baju saat itu juga. Harus ada rasa sabar yang lebih."Bagaimana semuanya? Apakah ada yang mau komen?" tanya Dokter Susan lagi di ruang aula kecil tempat mereka rapat itu, juga bersama esselon rumah sakit yang juga bingung."IGD belakang bisa, dok?" kata Pak Budi si esselon 4."Maaf, Pak. IGD belakang kita khususkan untuk pejabat daerah, Pak. Gitu pesan Pak Amir (esselon 2)." jawab Dokter Susan.IGD belakang merupakan bangunan yang dibuat luas. Awalnya memang untuk memindahkan IGD depan ke belakang. Jadi pintu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status