Dahlan benar-benar marah besar, saat melihat Tante Umi aseek jalan bergandengan tangan dengan kekasih brondongnya di sebuah mall.
Setelah mengantar ayahnya Turangga ke apartemen Radin, Dahlan bermaksud bertemu dengan pentolan preman yang selama ini dia bina, dan dia berencana akan gunakan tenaga mereka untuk mengobrak-abrik musuh-musuhnya.
Namun, rencana itu buyar saat dia melihat istrinya malah bersama pemuda brondong di mall mewah tersebut.
“Racimi…bangsat kamu, di saat keluarga kita di terpa masalah besar, kamu malah asekk dengan pemuda brengsek ini!” Tante Umi yang merupakan keturunan India, hingga Ratih anak kesayangannya memiliki hidung dan mata tajam turunan dari dia, tentu saja kaget bukan main, tak dia sangka akan bertemu dan kepergok suaminya di Mall ini.
Remaja yang jadi selingkuhan Tante Umi tak kalah kagetnya, dia langsung melepas pegangan tangan dari tangan Tante Umi, lalu kabur ketakutan dan tidak memperdulikan Tante Umi
Saat melihat Kakek Brono dalam posisi tembak yang berjarak 35 meteran dari tempatnya bersembunyi dan yang terus di jaga tiga pengawalnya, Dahlan yang bersembunyi di body sebuah mobil di parkiran kantor milik mediang Darwis lalu membidik tepat di dada Brono.Pistol pun menyalak nyaring dan kakek Brono langsung terkapar begitu peluru menembus dadanya, 3 pengawal kakek Brono langsung merunduk dan melepaskan tembakan balasan ke arah Dahlan bersembunyi. Warga yang berada di halaman parkir itu langsung heboh mendengar bunyi tembakan sahut menyahut.Dahlan tak pernah memperhitungkan kalau pengawal kakek Brono ternyata aparat kepolisian dan merupakan penembak jitu, setelah 5 tembakan berhasil dia hindari, saat ingin berlari dan bermaksud kabur dari persembunyiannya, satu peluru menerjang bahunya, Dahlan pun terkapar, 3 pengawal tadi langsung mengejarnya sambil beringsut-ingsut mendekati tempat dia bersembunyi.Saat Dahlan bermaksud bangkit untuk berlari lagi, kembali sa
Kakek Zainul hanya tiga hari berada di rumah Radin, dia pamit pulang ke Surabaya, kakek Zainul juga mengatakan, dia sudah menikahi Bik Janah. Radin kaget, tapi akhirnya memberi selamat pada kedua murid mediang ayahnya ini.“Kek…rumah dan mobil di Surabaya itu silahkan kakek dan bik Janah tempati dan pakai, sampai kapanpun…soal biaya hidup, ini ATM kakek bawa dan gunakan untuk perluan sehari-hari,” kata Radin sambil memeluk kakek Zainul, dan dia memerintahkan sopir pribadinya untuk mengantar kakek Zainul ke Bandara Soekarno-Hatta.Awalnya Radin ingin mengantar dengan pesawat pribadinya, namun Kakek Zainul bilang tak usah, dia cukup naik pesawat biasa saja.Tentu saja Radin membelikan tiket VIP bagi murid kesayangan ayahnya ini serta telah jadi suami dari Bik Janah yang tetap Radin anggap ibu kandungnya sendiri, karena telah memelihara dia sejak lahir hingga dewasa.Kartu ATM yang Radin berikan ber saldo 50 milyar dan Radin b
“Kamu masih tetap cantik…malah makin seksi begini!” puji Radin pelan, matanya bak menelan bulat-bulat body Dini, hingga Dini risih sendiri. “Gomballll…pasti kamu sudah tak ingat lagi dengan aku yang kini makin tua, apalagi setelah lama tinggal di Jakarta dan jadi orang yang sangat kaya raya!” sungut Dini. Radin lalu memeluk Dini dan mencium harum tubuh wanita yang baru mandi ini. Radin jadi ingat masa-masa indah mereka kala dia masih berumur 18 tahunan dan perjakanya di ambil janda cantik ini. Kenangan itu tak akan dia lupakan sampai kapankan, Dini-lah guru bercintanya dan membuat dia jadi lelaki dewasa. Rambut Dini masih basah saat Radin membelainya dan kini dia merenggangkan pelukan dan kembali menatap Dini yang tentu saja sudah makin matang di usianya yang hampir 32 tahun. Radin lalu melumat bibir Dini, tapi anehnya Dini langsung mendorongnya saat Radin mulai menggerayangi badannya, hingga handuknya hampir terlepas. Dini sendiri harus menga
“Oke…gini…cuaca agak panas…kita bicara di lobby hotel itu yaa…kebetulan aku mau nginap di sana!” kata Radin sambil menunjuk hotel yang kini hanya berjarak 100 meteran dari insiden tabrakan tadi.“Baik…kamu jalan duluan, aku ikut di belakang, awasss kalau kamu kabur, sebenatr aku foto dulu plat mobil kamu, biar enak nanti lapor polisi kalau benaran kabur!” ancam si wanita cantik ini malah mengeluarkan ponsel nya dan crekk dia memfoto wajah Radin, lalu beralih memfoto mobilnya. Radin hampir tertawa, tapi di tahannya.“Lucu juga ni gadis ini!” pikir Radin geli.Radin lalu masuk ke mobil dan menjalankan pelan-pelan, dari spion dia melihat wanita ini menghidupkan motor bebeknya dan mengikutinya di belakang dan terus mengikutinya sampai ke hotel tersebut.Setelah sampai di teras hotel dan menyerahkan kunci pada seorang petugas di depan gotel, Radin kemudian langsung masuk ke lobby hotel.
Tak lama kemudian datang dua orang room service dan meletakan dua minuman segar berikut makanan ringan, bahkan juga buah-buahan seger.“Iya dehh…kalau kamu dah ikhlas…aku pulang dulu…terima kasih banyak yahh!”“Lohhh kok langsung pulang…ini minuman dan makanan yang baru disediakan, ga habis aku makan sendiri, ayoo temani aku mencicipi ini. Badan kamu ga terlalu sakit kan abis jatuh tadi!” Sherin yang hampir berdiri, kini duduk manis kembali dengan gaya yang rikuh, rikuh karena tadi sangat judes dan sempat minta ganti rugi dengan niat hanya memberi pelajaran, eh malah di kasih duit tak sedikit dan kini sudah masuk ke rekeningnya.Sherin bak dapat durian runtuh hari ini, pikirannya mulai menjelajah kemana-mana, kemana uang itu akan dia belanjakan.Itulah kelemahan wanita, dapat uang pikirannya hanya ingin segera belanja alias shopping.Sambil minum dan mencicipi makan ringan serta buah, Sherin kadan
Kini Radin sudah dalam perjalanan menuju Kabupaten Balongin, dia membawa mobil dengan santai, kecuali jalanan sepi barulah dia tancap gas hingga kilometer menunjukan angka 120 sampai 140 di dashboard mobil SUV ini, tak berani dia lebih dari itu, karena ini bukan jalan tol dan banyak tikungan-tikungan tajam yang Radin tak hapal, belum lagi kadang ada lubang-lubang di jalanan yang tak semuanya mulus, beda dengan tol di Jakarta atau kala dia keluar daerah di Pulau Jawa atau Sumatera, Kalimantan memang masih agak tertinggal.Pagi tadi sebelum berangkat, dia sempat menelpon Sherin dan minta maaf tadi malam ketiduran lalu bilang akan ke Kabupaten Balongin, Sherin sempat bilang ingin ikut seandainya hari itu libur.“Kalau ikut dan abang khilaf gimana!” canda Radin.“Kalau khilaf, besoknya tanggung jawab langsung temui ortu Sherin yaa…enak aja main kabur…!” sungut Sherin di telpon.Radin tertawa dan kini dia tersenyum sendiri, entah mengapa kalau bicara dengan gadis lincah nan jelita ini, Rad
“Padahal baru 6 bulan lalu bertemu…kok bisa makam ayah seakan-akan sudah lama di sini,” batin Radin keheranan sendiri.Saat duduk takjim itulah, Radin tak sadar ada seseorang yang masuk dan kini menatapnya dengan heran. Radin menoleh karena tercium asap rokok dari orang itu, dan dia menatap seorang lelaki yang berperawakan agak tua dengan kopiah yang terlihat agak usang, pake celana panjang dan baju him kedodoran yang agak pudar warnanya.“Kamu siapa…agaknya kamu orang kota dan apa hubunganmu dengan kedua makam ini?” tanya orang tua itu sambil menatap Radin yang kini sudah berdiri dan mendekatinya. Radin tersenyum dan menyodorkan tangan sambil membungkuk hormat, dia yakin orang ini punya pengaruh di daerah yang sudah jadi desa ramai ini.“Saya Radin Durangga …adapun kedua makam ini, makam kedua orang tua saya!” orang tua itu langsung kaget dan kini dia menatap perawakan Radin yang tinggi, karena tinggi ora
Alwi kemudian memimpin kerja bhakti di dusun ini, ternyata warga dusun ini sangat kompak, semuanya bahu membahu membantu.Alwi menyuruh dua warga dusun ke kota kecamatan, untuk membeli material-material buat pembangunan mushalla, juga memesan batu-batu koral untuk pengerasan jalan dusun tersebut.Saat dua buah pickup datang dengan barang-barang material tersebut, semua warga bergotong royong menurunkannya.Para ibu-ibu juga tak ketinggalan, mereka adakan dapur umum, Radin merasakan kedamaian dan ketenangan dan melihat betapa akrab dan ramahnya warga dusun ini.Dia sengaja mematikan hape nya selama di dusun ini, walaupun ada sinyal namun tak begitu bagus, Radin benar-benar ingin menikmati selama berada di dusun ini.Hanya sesekali dia buka hape dan hanya untuk sekedar melihat laporan-laporan kinerja perusahaannya, ternyata Arman dan Yuni memang bisa diandalkan.Semuanya mampu di handle keduanya dan dia juga mengontak satu dua orang kepercayaannya dan dia tersenyum puas, tak ada masalah