“Beliau sejak abege udah jadi orang kaya Cilla, makanya gaya beliau sulit berubah sampai sekarang!” bisik Cynthia pada Priscilla.
Nenek Murni yang sudah sangat berpengalaman ini tak aneh saat cucu kesayangannya ini membawa Priscilla sebagai istri kedua.
Priscilla yang supel bergaul, langsung bisa nyetel dengan gaya nenek Murni. Saat mengetahui Cynthia kini hamil muda, nenek Murni menoleh ke Priscilla dan istri kedua Radin mengangguk seakan bilang agaknya dia dalam waktu tak lama lagi akan menyusul Cynthia, yakni hamil juga.
“Duhhh senengnya nenek sebentar lagi akan memiliki cicit-cicit, moga nenek panjang umur dan bisa bercengkrama dengan mereka kelak!” kata nenek Murni dengan wajah berbinar.
Radin kini sudah dalam pesawat pribadinya, tujuannya adalah Banjarbaru, sesuai pesan Kakek Zainul, Radin harus mendatangi dukun yang telah mengirim terror ke dia.
Keberangkatannya di sertai pesan-pesan dari kakek Zainul, mertuanya Tante Desta serta Nenek
“Kan Sherin sendiri yang bilang, kalau jadi istri abang, tak akan sanggup bertahan setiap hari, bisa-bisa copot tulang melayani abang!”Radin terpaksa mengaduh ketika perutnya di gigit Sherin yang gemes mendengar ucapan kekasihnya.Keduanya kemudian kembali merajut kemesraan, hingga Sherin benar-benar mengakui dalam hati, kalau dia tak akan sanggup melayani keperkasaan Radin yang seakan punya tenaga ekstra ini.Setelah istirahat sambil menikmatin makanan kecil yang Radin pesan dari hotel, karena Radin malas keluar dari kamar mencari makanan. Radin pun menceritakan misinya datang ke Banjarmasin, selain tentu saja akan menikahi Sherin.“Abang akan mencari di mana dukun itu berada dan akan membuat perhitungan dengan orang yang terus menteror abang dan istri-istri abang!”“Sherin tetap ikut…!” Radin kaget dengan kengototan Sherin ini.“Tapi ini kan masuk ke daerah yang tak abang kenal, bisa saja masuk hutan dan abang tak tahu sampai sejauhmana dan bagaimana berbahayanya perjalanan ini!”“
“Bagi warga pedalaman, rokok, gula pasir dan garam adalah barang paling mahal sayang, karena memperolehnya harus jalan berhari-hari dari kampung mereka, barulah bisa membeli di desa atau kampung yang jual benda-benda ini, itupun kadang mereka harus membawa bahan pangan seperti beras gunung atau tanaman lainnya, yang kemudian mereka jual, lalu di tukar 3 benda ini tadi, kadang ini lebih berharga dari uang!”Radin menjelaskan ke Sherin dan gadis cantik ini barulah paham. Kali ini mereka sudah masuk di jalanan berlumpur serta hutan lebat dan agaknya jarang di lalui mobil.Setelah berjibaku dengan jalanan berlumpur hingga ber jam-jam, mobil double gardan inipun akhirnya benar-benar amblas juga di sebuah hutan yang lebat.Sudah berkali-kali Radin mencoba, namun mobil ini tetap tak bisa bergerak, karena terjebak dalam lumpur yang lumayan dalam.“Terpaksa kita istirahat dulu…ga bisa dipaksakan!” Radin menghela nafas panjang sambil
Tentu saja mereka sambil menikmati kopi yang tadi buat Sherin di bantu Pahang dan memuji sangat nikmat rasanya.Mereka bak sedang menonton pertunjukan yang sangat menarik, ditemani kopi panas yang nikmat.Pelan-pelan mobil mulai keluar dari kubangan lumpur, saat setengah ban sudah mulai terangkat, Radin makin menekan gas dan mobil sedikit berputar-putar, Radin dengan sigap memainkan setiran dan tak lebih dari 10 menitan, mobil pun akhirnya sukses keluar dari kubangan lumpur.Bolak dan kawan-kawannya tak sadar bertepuk tangan melihat mobil kini sudah bebas dari jebakan lumpur dan Radin pun keluar dari mobil lalu mendekati mereka.Kini semuanya duduk di tanah yang beralaskan daun yang tadi potong Pahang sambil bercerita.Sherin dan Radin mengakui kenikmatan kopi yang dibuat dengan alat sederhana, dengan gelas dari bambu kecil tadi.“Lebih nikmat dari kopi hotel bintang 5 yang biasa saya nikmati saat kongkow!” kata Radin tanpa sadar.“Hotel itu katanya sangat enak, katanya kasurnya dari
Setelah menganggukan kepala sebagai jawaban perkenalan diri dari Radin dan Sherin, pria tua yang juga Kepala Kampung itu mempersilahkan masuk ke rumah.“Saya Marhan…ceritalah, kenapa kalian sampai malam-malam sampai di kampung kami ini!” ucap Marhan ramah, sang kepala kampung ini menatap Radin dan Sherin bergantian.Radin pun menatap Marhan dan dia mengakui dalam hati, kalau pria yang terlihat sudah lumayan tua dengan jenggot dan kumis berwarna kelabu alias ada ubannya ini mempunyai ‘isi’.Walaupun badannya kurus, tapi tubuh Marhan tegap dan saat berdiri tadi masih tegak, tidak bungkuk.Radin pun bercerita singkat maksud dan tujuannya, yakni akan ke Kampung Dagai dan bermaksud ingin menemui seseorang. Marhan makin tajam menatap Radin di bawah penerangan lampu teplok dan sengaja di nyalakan agak terang.“Apa hubungan kamu dengan Ki Durangga?” Radin kaget bukan main saat Marhan malah menyebut nama ayahnya. T
Ki Durangga akhirnya terpaksa mengeluarkan ilmu pamungkasnya, dia mengambil sebuah pisau kecil dan pisau itu dia tancapkan di depannya.Lalu secara ajaib pisau kecil ini melayang dan terbang secara cepat dan menghilang dari pandangan.Ki Palo melolong kesakitan dan saat itulah nyawa dukun yang sangat meresahkan warga Kampung Badang melayang dari raganya, saat pisau kecil ini menembus dahinya dan dari dahi itu keluar darah merah bercampur putih, tanda pisau kecil menembus otaknya.Setelah secara aneh dan ajaib pisau ini menancap ke dahi Ki Palo, pisau ini langsung terbang kembali melayang dan tak lama kemudian menancap di depan Ki Durangga, di mana sebelumnya pisau ditancapkan.Ki Durangga menghela nafas dan mengambil pisau yang berlumuran darah itu, lalu merendamnya di sebuah bejana berisi air.“Maafkan aku ya Allah…hari ini aku terpaksa membunuh seseorang, terpaksa kulakukan untuk menghentikan perbuatan jahatnya!” Ki Durangga me
“Sebaiknya…besok kalian menikah, untuk keselamatan kalian…karena ilmu Kesih sangat hebat dan aku pun kalau bertanding ilmu…berat mengalahkannya, bisa saja aku kalah!”Marhan kemudian meminta Radin dan Sherin istirahat, karena tak terasa malam makin larut dan denting jam menunjukan angka hampir jam 1 malam.Sherin diminta tidur sendiri di kamar dan Radin di kamar yang satunya, Marhan mengatakan mereka bukan muhrim dan jangan dulu sekamar.Untunglah Sherin bukan tipikal wanita penakut, dia tenang-tenang saja tidur sendiri di kamar yang sederhana dan bersih, rumah Marhan memilki 4 kamar tidur.Radin pun tidur dengan nyenyak, kelelahan di jalan membuat dia cepat terlelap, termasuk Sherin di kamar sebelah.Jam 5 pagi, di saat cuaca dingin menusuk tulang, sayup-sayup terdengar suara azan subuh. Radin terbangun dan bermaksud ingin kencing, saat itulah dia bertemu Marhan di depan kamar mandi.Marhan mengajak Ra
Setelah isi bbm full di sebuah POM mini yang ada di kampung itu, yang tentu saja harganya lebih mahal dari SPBU di kota kabupaten.Radin pun mulai menjalankan mobilnya melewati jalan kampung yang tak beraspal, untungnya jalanan tak berlumpur hanya lubang-lubang kecil dan besar tapi mampu dilewati dengan lancar.Sepanjang jalan Sherin dan Radin selalu bercanda ria, hingga perjalanan terasa menyenangkan, kini mereka benar-benar sudah masuk daerah hutan rimba yang lebat dan tak menemukan rumah warga lagi.Saat mereka melewati sebuah bukit dan matahari sudah bergeser, tanda lewat tengah hari, Sherin mengajak Radin berhenti dulu, karena dia ingin melihat pemandangan yang sangat indah dari sisi bukit yang mereka lewati.Begitu keluar mobil, Sherin langsung suka karena cuaca di sisi bukit itu adem cenderung dingin, ketika dia melihat di kejauhan halimun tipis yang menyelimuti pegunungan meratus, Sherin berseru woww, saking kagumnya.Radin yang ikut turun
Saat menoleh keluar hatinya langsung lega, karena melihat Radin sedang khusuk sholat subuh di samping mobil, beralaskan terpal. Cuaca mulai terang, karena sudah melewati subuh, Sherin melihat jam tangannya, waktu menunjukan pukul 5.15.Setelah Radin salam, Sherin keluar mobil dan mendekati Radin.“Kok shalat sayangggg…kapan mandi zunubnya, lupa ya kemarin sore kita lagi apa dan sampai kini belum mandi-mandi?”“Astagfirullahhh…abang lupa..!” Radin langsung menepuk jidatnya. Sherin langsung tergelak menertawakan ulah suaminya ini.Saat dirumah Marhan, Radin memang dinasehati orang tua itu agar sesibuk apapun, jangan lagi meninggalkan kewajiban sebagai seorang muslim, yakni sholat 5 waktu.“Ya udah dehh…terlanjur sholat, lagian kalo mau mandi, mandi di mana…ini kan hutan!” Sherin memandang hutan di sekitar mereka.“Coba dehh dengarin…kayaknya tak jauh dari sini ada bun
Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga, waktu tiga bulan sangat cepat, tapi bagi Ryan dan Reni sangat lama. Pernikahan lanjut resepsi keduanya di gelar di sebuah hotel berbintang 5.Tamu-tamu VVIP dari Presiden, Wapres, para Menteri Kabinet, hingga ratusan pengusaha kakap ikut hadir, termasuk para petinggi Polri mengucapkan selamat pada pasangan yang sedang berbahagia ini.Radin Durangga yang sudah sepuh senang sekali bisa bertemu rekan-rekan pengusahanya yang juga sepuh-sepuh dan bisa hadir di resepsi Ryan dan Reni, mereka bak reuni saja dan rame bersenda gurau di usia yang masing-masing sudah senja ini.Radin Durangga juga selalu hadir kalau ada anak atau cucu rekan pengusaha atau sahabatnya menggelar pesta perkawinan.Julian datang dengan menggandeng dua wanita cantik sekaligus. Namun saat bertemu ketiga ortunya, Julian tentu saja ngacir ga berani memperlihatkan kenakalannya, dia paling takut dengan kedua Maminya tersebut.Yang lucu adik-adik Julian yang mulai beranjak abe
Wisuda S2 Reni berlangsung sangat khidmad dan sakral, 2.500 mahasiswa di wisuda hari ini, bukan hanya lokal Inggris tapi juga dari berbagai negara.Sejak awal Reni yang berpakaian sangat cantik ini selalu di gandeng Ryan yang bertubuh tinggi besar dan memakai baju yang sangat fashionable dan pastinya sangat mahal, badan Ryan tak kalah dengan tubuh para bule yang juga tinggi-tinggi.Reni menggunakan heel hingga 10 centimeter, sehingga kini tubuhnya makin menjulang dan saat berjalan dia sangat serasi sekali di samping Ryan, banyak yang iri melihat kebahagian pasangan muda ini.Tante Shania dan Om Darma khusus datang dari Jakarta, ikut mendampingi putri kesayangannya ini.Saat menjemput di Bandara bersama Ryan, Shania sudah maklum keduanya pasti sudah memiliki hubungan khusus, terlihat dari genggaman tangan Ryan dan Reni yang sangat erat dan seakan enggan melepas satu sama lain.Dan apa yang dia duga benar adanya, saat dalam mobil Jaguar, Ryan yang saat itu lagi memegang setiran, apa ada
“Aku bobo di kamar sebelah yaa!” “Disini saja sama-sama, ranjang ini sangat luas kok!” Ryan tersenyum, dia langsung menganggukan kepala. Reni menyandarkan kepalanya di dada berotot Ryan sambil bersandar di ujung ranjang dan kaki di selonjorkan, keduanya kadang tertawa bersama menyaksikan acara TV yang menyajikan komedi. Mereka bak sepasang kekasih yang sedang memadu cinta, padahal sampai detik ini, Reni belum menyatakan dia mau jadi kekasih Ryan, dia tahu dari sikap dan perbuatan pemuda ini, rasa cinta Ryan makin hari makin besar. “Musim semi agaknya bakal tiba yaa…cuaca juga sudah mulai hangat!” kata Reni, setelah acara komedi di TV yang tertempel di dinding kamar Ryan berakhir. “Iyahh…sayangnya kamu bulan depan wisuda dan langsung pulang ke Jakarta…aku ga ada teman menikmati musim semi itu!” sungut Ryan pelan. Reni tertawa dan dia malah memancing, Ryan tinggal pilih, sangat banyak teman-temannya yang masih jomblo dan tak kalah cantik
Empat bulan sudah Ryan tinggal di London, dia benar-benar tekun kuliah, semangatnya terus saja naik berlipat-lipat, karena Reni selalu setia menemaninya kemanapun dia jalan sepulang kuliah atau pas waktu lowong.Ryan juga benar-benar tak mau mendekati wanita manapun, bahkan saat Reni mengenalkan dengan teman-teman wanitanya, baik dari Asia, bahkan bule, semuanya hanya di tanggapi biasa-biasa saja oleh Ryan, tidak ada yang istimewa di matanya.Padahal rata-rata teman-teman Reni cantik-cantik dan orang tua mereka pun kaya raya, mereka juga menunjukan ketertarikan ke Ryan, tapi pemuda ini tetap beranggapan tak ada yang seperti Reni.Suatu hari, Ryan bingung telpon dan sms nya tak di balas Reni, padahal mereka sudah janji akan jalan-jalan, sekalian Ryan ada yang di cari ke Kota Manchester. Mereka berencana akan naik kereta api cepat saja ke kota itu.Ryan kemudian berniat mendatangi Reni ke apartemennya, lalu diapun naik ke lantai 15. Dia sudah siap dengan ba
Tengah malam Reni terbangun, dia kaget saat melihat posisi tidurnya malah sedang memeluk tubuh Ryan, cuaca makin dingin karena London memang sedang musim dingin, Reni lalu ke kamar dan mengambil mengambil selimut tebal.Dia kemudian menyelimuti tubuh Ryan, saat itulah matanya memandang wajah pemuda ini. Reni tersenyum saat meraba bibir Ryan yang tadi sore dia gigit, Reni lalu kembali melanjutkan tidurnya di samping pemuda ini.Paginya, bukan Reni yang duluan terbangun, tapi Ryan, dia kaget saat melihat Reni sangat erat memeluk tubuhnya, gadis ini agaknya kedinginan, Ryan memeriksa jam tangannya, sudah hampir jam 6.30 waktu setempat.Ryan lalu pelan-pelan melepas pelukan Reni dan merapikan selimut sehingga gadis ini tidak merasa kedinginan.Ryan lalu ke kamar mandi dan mencuci muka, lalu ambil wudhu dengan air hangat, Ryan pun melakukan kewajibannya, sholat subuh.Ryan sudah terbiasa bangun pagi, dia kemudian menghidupkan pemanas ruangan, karena cuaca benar-benar sangat dingin.Setelah
Sambil memperbaiki syal yang melilit lehernya, pria muda dengan tinggi badan yang menjulang hampir 185 centimeter, serta badan yang kokoh berotot ini keluar dari Bandara Internasional Heathrow, London, Inggris.Walaupun dulu waktu kecil dia beberapa kali ke negara kerajaan ini, namun kali ini dia agak pangling juga melihat perubahan-perubahan salah satu bandara terbesar di negeri yang kental dengan dunia sepakbola ini.Wajah pria ini terlihat sangat tampan dengan kumis dan cambang yang tipis, wajahnya lebih banyak cool serta cuek dengan keadaan sekeliling.Setelah keluar dari bandara, dengan menarik tas bagasinya yang tak terlalu besar, diapun menunggu taksi yang terlihat antre secara tertib menjemput para penumpang di area kedatangan.Setelah duduk dalam taksi dan menyebutkan alamatnya, taksi ini pun lalu meluncur menuju alamat yang di maksud.Satu jam setengah kemudian, dia tiba di alamat yang di tuju, kini dia mengamati kondisi bangunan tinggi dengan gaya khas Eropa bertingkat hing
Ryan kemudian sempat ingat pepatah, kalau batin seorang wanita itu tajam serta tebakannya tepat, tandanya mereka akan segera berjodoh.“Ga…ga adaa…nih aku lagi balkon apartemen, lagi mandang kota Manado malam ini!”“Berani ga pindah ke vidcal!” tantang Reni.“Beraniiiii….ayooo…!” dan tiba-tiba saja panggilan pun berubah ke vidcal, Reni tertawa melihat wajah Ryan, Reni terlihat sedang makan malam, berupa buah salad, terlihat ada seorang ART di sampingnya yang ikut makan bersama.Tapi hati Ryan sebetulnya deg-degan juga, moga saja Flora tak bangun, batinnya lagi.Ryan sendiri akhir-akhir ini entah mengapa tak berani lagi bicara terbuka terkait sepak terjangnya dengan wanita pada Reni.Kalau dulu dia selalu terbuka, bahkan pernah saat mandi berdua dengan Tiara, dia enteng saja memvidcal sepupunya, Reni sambil tertawa bilang awasss jangan sampai anak orang bunting.“Kapan kuliah kamu selesai Ren?”“Masih lama…kenapa emankk?” kata Reni sambil terus makan buah.“Lama amattt sihh, emank kuli
Usai bertarung, pelatihnya Mang Dino mengajaknya santai di sebuah kafe di bilangan Kota Manado, Ryan oke-oke saja dan ikut bersama beberapa atlet tarung bebasnya lainnya.Kafe itu termasuk sangat eksklusif karena berada di bibir pantai, seperti biasa yang namanya kafe mereka pun tentu saja suka minum-minuman beralkohol, Ryan mengetahui hal itu langsung geleng-geleng kepala.Dia sejak dulu memang tak begitu suka dengan minuman keras dan selalu menghindari, kali inipun sama. Inilah yang membuat pelatihnya sangat salut, karena Ryan benar-benar tak suak minuman beraalkohol.Begitu melihat mereka mulai minum, termasuk Mang Dino, Ryan pun pindah ke kursi yang ada di bibir pantai. Tak ada yang berani memaksanya minum, sebab semua tahu siapa Ryan yang merupakan polisi aktif dan memiliki jabatan tinggi di sebuah Mapolres.Ryan termenung, pikiran ternyata jauh melayang ke London, siapa lagi kalau bukan sosok sepupunya, Reni.“Mengejar cintanya…baiklah…aku tak akan menyerah, tunggu saja!” batin
“Hahahaha…lucuuuu…Reni sama Ryan itu belum pernah pacaran Mami…kalau tiba-tiba kami menikah…waduhhh…gimana, jangan-jangan tiap hari kamu bertengkar mulu…pusinggg pala birbieee…!” Shania dan Om Darma langsung saling pandang kaget dengan jawaban Reni.“Lantas…apa sekarang maunya kamu Ren?” Om Darma, ayahnya yang kini menyela.“Hmmm…gini dehhh…papi dan mami bilangin ke maminya Ryan…Reni mau jadi istrinya Ryan…tapiiiii….dengan syarat…Reni mencintai Ryan…!”“Cara mencintai kamu gimana!” sahut Shania belagak pilon.“Ihhh mami, kayak ga pernah mude ajahh, tanya donk sama papi, gimana dulu papi ngejar mami, masa tanya ke Reni sih, udah yaaa….Reni mau istirahat, capeee dyehhh!” Reni pun pergi meninggalkan kedua orangtuanya yang hanya saling pandang dan geleng-geleng kepala.“Gimana ini pih…masa si Reni gitu jawabannya?”“Ya udah, mami bilang ajah gitu sama Brigitta…cape dyehhhh!” sahut Om Darma dan diapun ikutan tertawa dan jalan kayak Reni.Shania langsung jengkel dan melempar bantal ke suami