“Lumayan Mba Cynthia…hampir setahun!”
“Maaf kalau boleh tahu…kamu single mom yaa Cilla?”
“Ngga…itu keponakan saya, kedua orang tuanya sudah tidak ada, ibunya kakak aku, dia selalu memanggilku ibu, karena sejak lahir dia sudah kehilangan ibunya dan akulah yang merawatnya bergantian dengan adikku kalau pas aku lagi kerja!”
“Ohhh…kasian yaa…masih kecil udah yatim piatu!” sahut Cynthia mulai bersimpati dengan Priscilla.
“Mba Cynthia…sudah lama ya jadi istri Bang Radin…kenapa dia ga cerita yaa kalau udah punya istri cantik seperti Mba Cynthia?” Priscilla sengaja bersikap itu.
“Panjang sihh ceritanya…tapi kami menikah ga lama, baru saja kok…apa benar Radin tak pernah cerita…aku akui dia memang agak tertutup soal apapun!”
“Hahh…kok bisa sihh…?” kali ini Priscilla tetap sedikit acting
Priscilla akhirnya tak membantah lagi, setelah makan siang mereka bertiga mendatangi seorang penghulu yang bisa menikahkan Radin dengan Priscilla.Cynthia akhirnya terbuka darimana dia dapat alamat apartemen ini dan bisa bertemu Priscilla.“Suami kita ini pernah nyatet alamat ini, tapi kelupaan menghapusnya saat bersamaku di Surabaya,” ungkap Cynthia.Radin pun menepuk dahinya dan baru sadar saat di Surabaya pernah menulis alamat apartemen ini di sebuah kertas. Karena dia ingin menjual beberapa unit apartemen mewah ini ke klien.Saat Priscilla minta izin adik iparnya jadi saksi, Radin awalnya keberatan, alasannya tak ingin pernikahan keduanya ini jadi konsumsi public, sekaligus menjaga keselamatan Priscilla sendiri. Radin masih mengkhawatirkan adanya serangan-serangan ataupun teror yang bakal dihadapi Priscilla. Radin masih cemas dengan teror-teror mistis yang dikirim musuh-musuhnya.Sebelum melakukan ijab kabul, Radin minta izin terlebih dahulu dengan Kakek Zainul. Radin bermeditasi,
Sedangkan Cynthia mengenakan celana panjang yang longgar dengan baju dres ketat, penampilan keduanya dari tadi sudah membuat nafas Radin naik turun. Radin hanya berdiri melihat kelakuan kedua wanita jelita ini, setelah puas bermain-main dan nafas keduanya sempat ngos-ngosan. Radin pun menarik keduanya masuk ke dalam dan langsung rebah di kasur kelelahan, setelah berlarian ke sana ke mari bak anak kecil di taman depan villa. Melihat keduanya rebahan di kasur, Radin pun menutup pintu villa dan melepas satu persatu pakaiannya, kelakuannya ini dilihat Cynthia dan Priscilla sambil senyam-senyum. “Siap-siap…dua lawan satu nihhh!” kata Cynthia tertawa. Priscilla senyum malu-malu mendengar candaan Cynthia ini, Priscilla yang aslinya juga suka bercanda, kali ini mati kutu dengan ulah Cynthia. “Jadi kita layani dia barengan ya ka?” “Iya lah..apa salahnya, tuh kita berdua istri syahnya, ga perlu malu!” sahut Cynthia cepat. Villa pun jadi saksi bisu, bagaimana ketiganya memadu kasih di kam
Mereka kompak mengenakan celana baju dres yang pas membungkus tubuh keduanya, kalau Cynthia memilih warna biru muda sedangkan Priscilla putih krim. Tentu saja pakaian kedua orang ini dari desainer terkenal ibukota, yang sengaja Radin pesan dan belikan melalui sekretaris pribadinya, sehingga pakaian keduanya makin mengundang decak kagum semua yang melihatnya. Radin hanya tersenyum melihat Mustafa, Marlon dan Elisa terkagum-kagum dan berbincang santai dengan Cynthia dan Priscilla. “Tunggu saja, sebentar lagi Yeni dan Sherin akan membuat kalian bertiga makin melongo,” kata Radin dalam hati. Diam-diam Radin memang sering berkomunikasi dengan kedua kekasihnya itu dan mereka direncanakan Radin menjadi istri ke 3 dan ke 4. Walaupun Radin tak blak-blakan mengatakan sudah memiliki istri, namun Yeni yang lebih berpengalaman paham, kalau Radin tidak mungkin jomblo kalau sedang bersama dia. Sedangkan Sherin saat bersama Radin sudah menyatakan tak masalah kalau kekasihnya ini memiliki wanita
“Beliau sejak abege udah jadi orang kaya Cilla, makanya gaya beliau sulit berubah sampai sekarang!” bisik Cynthia pada Priscilla. Nenek Murni yang sudah sangat berpengalaman ini tak aneh saat cucu kesayangannya ini membawa Priscilla sebagai istri kedua. Priscilla yang supel bergaul, langsung bisa nyetel dengan gaya nenek Murni. Saat mengetahui Cynthia kini hamil muda, nenek Murni menoleh ke Priscilla dan istri kedua Radin mengangguk seakan bilang agaknya dia dalam waktu tak lama lagi akan menyusul Cynthia, yakni hamil juga. “Duhhh senengnya nenek sebentar lagi akan memiliki cicit-cicit, moga nenek panjang umur dan bisa bercengkrama dengan mereka kelak!” kata nenek Murni dengan wajah berbinar. Radin kini sudah dalam pesawat pribadinya, tujuannya adalah Banjarbaru, sesuai pesan Kakek Zainul, Radin harus mendatangi dukun yang telah mengirim terror ke dia. Keberangkatannya di sertai pesan-pesan dari kakek Zainul, mertuanya Tante Desta serta Nenek
“Kan Sherin sendiri yang bilang, kalau jadi istri abang, tak akan sanggup bertahan setiap hari, bisa-bisa copot tulang melayani abang!”Radin terpaksa mengaduh ketika perutnya di gigit Sherin yang gemes mendengar ucapan kekasihnya.Keduanya kemudian kembali merajut kemesraan, hingga Sherin benar-benar mengakui dalam hati, kalau dia tak akan sanggup melayani keperkasaan Radin yang seakan punya tenaga ekstra ini.Setelah istirahat sambil menikmatin makanan kecil yang Radin pesan dari hotel, karena Radin malas keluar dari kamar mencari makanan. Radin pun menceritakan misinya datang ke Banjarmasin, selain tentu saja akan menikahi Sherin.“Abang akan mencari di mana dukun itu berada dan akan membuat perhitungan dengan orang yang terus menteror abang dan istri-istri abang!”“Sherin tetap ikut…!” Radin kaget dengan kengototan Sherin ini.“Tapi ini kan masuk ke daerah yang tak abang kenal, bisa saja masuk hutan dan abang tak tahu sampai sejauhmana dan bagaimana berbahayanya perjalanan ini!”“
“Bagi warga pedalaman, rokok, gula pasir dan garam adalah barang paling mahal sayang, karena memperolehnya harus jalan berhari-hari dari kampung mereka, barulah bisa membeli di desa atau kampung yang jual benda-benda ini, itupun kadang mereka harus membawa bahan pangan seperti beras gunung atau tanaman lainnya, yang kemudian mereka jual, lalu di tukar 3 benda ini tadi, kadang ini lebih berharga dari uang!”Radin menjelaskan ke Sherin dan gadis cantik ini barulah paham. Kali ini mereka sudah masuk di jalanan berlumpur serta hutan lebat dan agaknya jarang di lalui mobil.Setelah berjibaku dengan jalanan berlumpur hingga ber jam-jam, mobil double gardan inipun akhirnya benar-benar amblas juga di sebuah hutan yang lebat.Sudah berkali-kali Radin mencoba, namun mobil ini tetap tak bisa bergerak, karena terjebak dalam lumpur yang lumayan dalam.“Terpaksa kita istirahat dulu…ga bisa dipaksakan!” Radin menghela nafas panjang sambil
Tentu saja mereka sambil menikmati kopi yang tadi buat Sherin di bantu Pahang dan memuji sangat nikmat rasanya.Mereka bak sedang menonton pertunjukan yang sangat menarik, ditemani kopi panas yang nikmat.Pelan-pelan mobil mulai keluar dari kubangan lumpur, saat setengah ban sudah mulai terangkat, Radin makin menekan gas dan mobil sedikit berputar-putar, Radin dengan sigap memainkan setiran dan tak lebih dari 10 menitan, mobil pun akhirnya sukses keluar dari kubangan lumpur.Bolak dan kawan-kawannya tak sadar bertepuk tangan melihat mobil kini sudah bebas dari jebakan lumpur dan Radin pun keluar dari mobil lalu mendekati mereka.Kini semuanya duduk di tanah yang beralaskan daun yang tadi potong Pahang sambil bercerita.Sherin dan Radin mengakui kenikmatan kopi yang dibuat dengan alat sederhana, dengan gelas dari bambu kecil tadi.“Lebih nikmat dari kopi hotel bintang 5 yang biasa saya nikmati saat kongkow!” kata Radin tanpa sadar.“Hotel itu katanya sangat enak, katanya kasurnya dari
Setelah menganggukan kepala sebagai jawaban perkenalan diri dari Radin dan Sherin, pria tua yang juga Kepala Kampung itu mempersilahkan masuk ke rumah.“Saya Marhan…ceritalah, kenapa kalian sampai malam-malam sampai di kampung kami ini!” ucap Marhan ramah, sang kepala kampung ini menatap Radin dan Sherin bergantian.Radin pun menatap Marhan dan dia mengakui dalam hati, kalau pria yang terlihat sudah lumayan tua dengan jenggot dan kumis berwarna kelabu alias ada ubannya ini mempunyai ‘isi’.Walaupun badannya kurus, tapi tubuh Marhan tegap dan saat berdiri tadi masih tegak, tidak bungkuk.Radin pun bercerita singkat maksud dan tujuannya, yakni akan ke Kampung Dagai dan bermaksud ingin menemui seseorang. Marhan makin tajam menatap Radin di bawah penerangan lampu teplok dan sengaja di nyalakan agak terang.“Apa hubungan kamu dengan Ki Durangga?” Radin kaget bukan main saat Marhan malah menyebut nama ayahnya. T