Mahyadin dengan tegang dan penasaran yang tinggi menatap kakek di depannya ini, pria tinggi tegap dengan body kokoh ini mulai mendengarkan Kakek Zainul bercerita…!
Pet Jan Terling adalah seorang perwira Belanda yang ditugaskan untuk melawan kaum pribumi yang memberontak. Pet Jan Terling yang berpangkat Kapten ini mengepalai 500 lebih pasukan Belanda.
Mereka sampai masuk ke pelosok-pelosok untuk mengejar perlawanan kaum pribumi yang menolak pendudukan Belanda saat itu.
Pet Jan Terling berubah total saat bentrok dengan perlawanan gigih kaum pejuang, dan bersama pasukannya dia terdesak dan sudah banyak anggota pasukan Pet Jan Terling yang terbunuh oleh senjata kaum pejuang.
Pet Jan Terling sendiri sudah menderita luka-luka ditubuhnya, sudah banyak pasukan Peter yang kabur meninggalkan pertempuran.
Agaknya dalam waktu yang tak terlalu lama lagi sisa pasukan Pet Jan Terling akan habis di bunuh para pejuang yang terus merangsek maju tanpa takut mati.
Akhirnya pasukan sisa yang bertahan terbunuh, ada sekitar 80 orang yang tewas, sisanya melarikan diri dan tertinggallah Pet Jan Terling yang terluka parah dan saat akan di tombak pasukan pejuang, ada seorang pejuang tua yang sangat di hormati, yakni Ki Janos, yang meminta agar Pet Jan Terling jangan di bunuh, tapi di tahan sebagai tawanan.
Pet Jan Terling di kurung di sebuah rumah di hutan dan dia diperlakukan dengan baik, luka-lukanya juga di rawat.
Yang membuat Pet Jan Terling melongo, Ki Janos yang memberikan perawatan dengan cara yang tak biasa, yakni mengusap-ngusap luka bekas tembakan dibadannya.
Badannya yang terkena peluru mengering dan lama kemudian malah sembuh. Ini sulit diterima akal sehatnya, yakni ada pengobatan yang baginya mirip sihir.
Setelah seminggu di tahanan dan menerima perlakuan baik dari para pejuang, penjagaan juga dikurangi, sehingga Pet Jan Terling bisa melihat bagaimana para pejuang yang makan seadanya dan terlihat akrab dan juga sangat setia satu dengan yang lain.
Pet Jan Terling yang sudah lama tinggal di Kalimantan karena bertugas, juga paham Bahasa Indonesia, bahkan Bahasa daerah, sehingga dia mengerti apa yang diomongkan semua pejuang ini. Intinya dia mulai mengerti, negerinya adalah penjajah dan para pejuang ini bukanlah pemberontak, mereka hanya ingin merdeka dan tak mau di belengu Belanda lagi.
Simpati Pet Jan Terling mulai timbul dan dia malah menyesali ada pribumi yang berkhianat dengan perjuangan mereka.
Pet Jan Terling ternyata memiliki istri dari kalangan pribumi di Banjarmasin, yang mulai dia sadari berperilaku tak baik, karena justru membela negara asal Pet Jan Terling, bukan membela negeri sendiri.
Salitin, wanita pribumi itu janda punya anak satu bernama Tungga yang sudah beranjak remaja, pernikahan sebelumnya dengan suami pertamanya, Pet Jan Terling sendiri saat ini berumur hampir 40 tahun.
Tungga ternyata ikut para pejuang dan tentu saja dia jarang menjenguk ibunya yang dianggapnya berkhianat kepada bangsa sendiri.
Setelah 3 bulan di tawan, kini Pet Jan Terling bukan lagi dianggap tawanan, tapi dia dianggap biasa saja.
Para pejuang pun tak lagi menyebut nama lengkap Pet Jan Terling, tapi mereka hanya memanggil Peter saja, Peter pun bisa bebas berkeliaran di sarang para pejuang di tengah hutan lebat Kalimantan ini.
Yang makin membuat Peter kecewa, pasukan Belanda tak pernah ada niat mencarinya, dia sudah dianggap gugur alias tewas di tangan pejuang, itu dia dengar dari pasukan pejuang yang sering turun ke desa dan kota memantau perkembangan dengan cara menyamar.
Peter diam-diam juga sering berdiskusi dengan Ki Janos tentang perjuangan mereka melawan pasukan Belanda, simpati yang timbul karena melihat aslinya para pejuang ini baik-baik dan ramah.
Lama-lama Peter mulai menyadari negerinya lah yang salah dan selama ini mencaplok negeri indah ini.
Saat akan menyerbu benteng pasukan Belanda dan berencana merampas senjata-senjata di benteng itu, tanpa disangka-sangka semua pejuang, Peter menawarkan diri ikut melawan pasukan negerinya sendiri.
Ki Janos lalu menyakinkan para pejuang, kalau niat Peter ini tulus dan dia sudah sadar kalau negerinya salah menjajah Indonesia.
Peter dan pemimpin pejuang lalu menyusun rencana, yakni para pejuang akan melepaskan Peter ke pasukan Belanda, lalu para pejuang akan menyerbu secara tiba-tiba, setelah Peter yang nantinya masuk ke benteng pasukan Belanda akan membokong dari belakang.
Semua setuju dengan rencana ini…!
Peter diserahkan dua pejuang ke pasukan Belanda yang tak sadar kalau mantan komandan ini diam-diam telah berkhianat dan memihak kaum pejuang.
Selama dua hari Peter di interogasi komandan nya Mayor Van Cook di benteng itu, dia ditanya macam-macam, terutama di mana sarang para pejuang itu.
Peter pun sengaja menyebut daerah-daerah para pejuang bersembunyi, Mayor Van Cook senang sekali dan dia memerintahkan 5 anak buahnya segera ke Kadipaten (kini Kabupaten) minta tambahan pasukan, karena Mayor Van Cook akan membasmi habis para pejuang itu yang dia sebut kaum ekstremis alias pemberontak.
“Jadi jumlah pasukan ekstremis itu hanya sekitar 300 orang…hemmm…cukup tambah 250 pasukan, habis para pemberontak itu!” kata Mayor Van Cook tertawa, ketika melihat wajah Kapten Pet Jan Terling alias Peter mengangguk.
Di benteng ini sendiri ada sekitar 350 orang pasukan Belanda asli, ditambah 200 orang pasukan pribumi yang disebut dengan Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger atau KNIL, pasukan yang diambil dari warga pribumi.
Sesuai rencana, Peter akan memberi tanda para pejuang yakni tengah malam saat para serdadu ini istirahat. Peter akan membakar gudang makanan dan saat itulah tanda agar para pejuang datang menyerbu.
Target awal adalah 3 hari…tapi sampai hari ke 5 belum juga ada tanda dari Peter, pasukan pejuang mulai gelisah dan menganggap Peter berbohong dan hanya siasat saja untuk kembali ke pasukannya.
Ki Janos tetap sabar dan minta para pejuang tidak gegabah dan harus percaya dengan Peter. Untung komandan pasukan yakni Farhan juga sabar, pria gagah perkasa yang di dapuk pemimpin para pejuang dengan pangkat Letnan ini sama dengan Ki Janos, yakni percaya dengan Peter.
Ki Janos sendiri sudah di anggap sebagai penasehat pasukan. Ki Janos sangat di segani karena memiliki ilmu-ilmu kanuragan yang sangat hebat, Ki Janos bahkan dikatakan bisa menghilang dan kebal senjata.
Hari ke enam, Ki Janos yang mempunyai batin kuat, ternyata berkomunikasi secara batin dengan Peter, Peter memberitahu malam ini pasukan pejuang diminta bersiap.
Tepat jam 12 malam, tiba-tiba benteng terlihat heboh, karena ada kebakaran di gudang yang berisi makanan. Saat pasukan terbangun dan sibuk memadamkan kebakaran itu, menyerbulah 300 an pasukan pejuang.
Suasana kacau balau, para pejuang yang rata-rata nekad ini menyerbu dengan ganas, semua pasukan Belanda yang belum siap benar-benar kocar-kacir, Mayor Van Cook bukan main marahnya mendapati pasukannya di serbu para pejuang.
Dengan senjata di tangannya, dia menembaki pejuang-pejuang yang mencoba mendekatinya, sudah ada dua pejuang yang tewas kena tembakannya.
Tapi tembakannya terhenti, saat sebuah peluru menembus dadanya dan dia makin mendelik dan kaget bukan main, karena yang menembaknya adalah Kapten Pet Jan Terling.
Letnan Farhan yang menyaksikan itu kini yakin, kalau Peter memang sudah menjadi bagian dari kaum pejuang.
Tewasnya Mayor Van Cook membuat pasukan Belanda kabur menyelamatkan diri, Letnan Farhan memerintahkan pasukannya jangan mengejar pasukan Belanda yang kabur, tapi fokus untuk mengambil senjata-senjata di Gudang amunisi.
Peter yang jadi petunjuknya ikut bersusah-payah angkut senjata-senjata milik pasukan Belanda.
Tak sampai 3 jam, pasukan Letnan Farhan langsung kabur dari benteng itu, 95 pasukan Belanda tewas, sisanya kabur menyelamatkan diri.
Pasukan pejuang yang tewas hanya 5 orang dan diangkat ramai-ramai kaum pejuang, ada sekitar 45 pejuang yang di tawan di benteng itu, semuanya di bebaskan pejuang dan diminta ikut bawa senjata yang baru di rampas, terutama yang badannya masih sehat dan kuat, sedangkan yang sakit dipapah tawanan pejuang yang masih sehat.
Penyerbuan yang menggegerkan itu terutama kabar pembelotan Peter sampai ke telingga Gubernur Jenderal Belanda di Banjarmasin, luar biasa murkanya sang Gubernur ini, dia sampai meminta 2.500 tambahan pasukan untuk membasmi komplotan Letnan Farhan yang kini di bantu Kapten Pet Jan Terling yang berkhianat.
Kapten Peter kini diminta Letnan Farhan melatih para pejuang menggunakan senjata api dan membidik dengan benar.
Di satu sisi, Peter juga mulai menyukai seorang gadis pribumi yang sering bertugas di dapur umum. Dia tak tahu, kalau salah satu tawanan pejuang yang dibebaskan dari benteng itu adalah anak tirinya, yang bernama Tungga.
Tungga kaget juga, suami ibunya ini malah ikut bergabung dengan pejuang, dia menjadi simpati dengan Peter dan blakan-blakan Tungga mengaku anak sambungnya dan ibunya Salitin, Peter pun juga tak menyangka bertemu Tungga, dan akhirnya ia malah sangat akrab dengan Tungga.
Secara diam-diam Tungga mengatakan ke Peter ada sebuah peta harta karun di benteng itu, yang diketahuinya saat dia jadi tawanan.
“Selain kamu, siapa lagi yang tahu soal peta itu!” tanya Peter ke Tungga,
“Bino dan Jabir…yang lain tak tahu!” sahut Tungga. Peter kemudian meminta Tungga memanggil Bino dan Jabir, akhirnya mereka berempat berunding bagaimana caranya kembali ke benteng itu.
“Saat ini pasti benteng itu jaga super ketat oleh pasukan Belanda, apalagi kamu sudah nyata-nyata berkhianat, kalau kita ke sana akan jadi masalah besar!” kata Tungga.
Peter, Bino dan Jabir manggut-manggut, mereka kini sama-sama terdiam memikirkan bagaimana caranya agar bisa masuk ke benteng itu.
“Kita terus cari akal bagaimana kembali ke benteng itu…sementara kita jangan cerita ke pejuang lain dulu!” kata Peter yang disambut ungkapan setuju Tungga, Bino dan Jabir.
*****
BERSAMBUNG
Sesuai saran Pet Jan Terling atau kini di panggil Peter oleh Tungga, Bino dan Jabir yang menyembunyikan rahasia besar ini ke pejuang lain. Mereka agaknya punya pikiran yang sama, peta harta yang tersimpan di benteng itu akan menjadi hak pribadi ke empatnya, kalau berhasil merebut peta dan menemukan hartanya.Peter yang ternyata ahli strategy, lalu menugaskan pada tiga anak muda ini agar terus memantau situasi di benteng tersebut.Agar tak dicurigai pejuang lain, Peter beralasan tugas tiga orang itu adalah melihat apakah Belanda akan menyerang balik markas mereka di hutan, sehingga Letnan Farhan tidak menaruh curiga, apalagi setiap saat ketiganya bergantian melaporkan situasi di sana.Apa yang dikhawatirkan para pejuang terjadi juga, sebulan setelah penyerbuan di benteng itu, pasukan Belanda yang berkuatan besar benar-benar menyerbu hutan yang menjadi markas para pejuang.Walaupun Peter sudah membantu dengan segala daya upaya mulai dari cara bertahan, menembak hingga cara menjebak musu
“Besok kita mulai bergerak…tetap waspada dan hati-hati…terlebih pakaian kita masih pakaian prajurit pasukan Belanda!” Peter tertawa sambil menatap baju-baju mereka, diikuti Tungga, Bino dan Jabir.Baju Peter yang semula berlumuran darah prajurit Belanda sudah dia cuci dan kering di badan. Mereka akhirnya melanjutkan pencarian, kali ini mereka tak pernah berpapasan dengan siapapun.Untungnya ke empatnya membawa parang dan senjata yang mereka panggul di bahu masing-masing, yang mereka ambil di benteng tersebut.Setelah hampir 15 harian berjalan kaki dan beberapa kali harus nyasar, akhirnya mereka sampai di sebuah gua yang sesuai dengan petunjuk peta itu.Mereka pun tak membuang waktu dan memasuki gua yang dingin dan gelap itu, Tungga, Bino dan Jabir membersihkan semak belukar yang lebat, sedangkan Peter melihat-lihat lagi peta itu.“Petunjuk di sini, nanti ada aliran air, lalu ikuti aliran itu nah sesampainya di ujung ada tanda, kita gali tanda itu…agaknya di sana di pendam harta-harta
Peter pun berjalan berhari-hari menuju di mana pasukan pejuang kocar-kacir, dia tak pernah menduga, kalau Tungga cs yang sudah bertemu para pasukan pejuang, manusia licik ini diam-diam mengatakan Peter telah kembali ke pasukan Belanda, dan berkhianat dengan para pejuang.Hanya dua orang yang tidak percaya kata-kata Tungga, yakni Ki Janos dan gadis yang diam-diam punya hubungan khusus dengan Peter.Di saat yang sama, terjadi perubahan besar-besaran, karena Indonesia kini mulai ditinggalkan pasukan Belanda, melalui Konprensi Meja Bundar 27 Desember 1949, Ratu Juliana mewakili pemerintahan Belanda dan Muhammad Hatta mewakili Indonesia, menyerahkan sepenuhnya daerah jajahannya ke Indonesia.Negeri inipun merdeka setelah 350 tahun dan 3,5 tahun di jajah Belanda serta Jepang. Indonesia pun merdeka sepenuhnya dari Belanda, para pejuang kembali turun gunung dan kembali ke desa masing-masing.Tungga, Bino dan Jabir juga kini bisa bernafas lega, mereka yang kini sudah memiliki masing-masing 2 b
Satu setengah tahun sebelumnya…!Setelah bolak balik tak karuan, pemuda inipun bangkit dari kasurnya dan duduk termenung.“Mimpi buruk lagi….!” pemuda ini mengangguk pada seorang wanita parobaya, lalu dia bangkit dari tidur malamnya dan permisi ke wanita yang juga ibu kandungnya ini.Acil Galuh, ibunya hanya menatap anak tunggalnya ini dengan hati bingung. Ini sudah yang ke 3 kalinya Mahyadin bermimpi bertemu seseorang yang mengaku leluhurnya di masalalu. Galuh yang kini berusia 47 tahun adalah janda yang sudah lama hidup bersama Mahyadin.Suaminya meninggal saat Mahyadin dalam kandungan, Mahyadin duduk termenung di teras rumah sederhana dan dia mengisap sebatang rokok untuk menenangkan pikirannya.Mimpi bertemu orang yang mengaku-ngaku kakeknya membuat dia tak bisa tidur lagi dan memejamkan mata.“Mahyadin…kamu harus membuat perhitungan dengan keturunan Tungga, Bino dan Jabir, mereka telah merampas harta dan membunuh kakek buyutmu,…kakek tak akan bisa tenang sebelum kamu balas dendam
“Hmmm…pernah liat ibu-ibu ngasih ASI ke bayi ga?” tanya Dini nge-balik ucapan Mahyadin.Mahyadin yang memang lugu ini menganggukan kepala.“Pingin ga…?” pancing Dini tertawa kecil.“Emank punya Ka Dini bisa ngeluarin ASI?” Mahyadin yang polos akhirnya terpancing juga.Dini akhirnya langsung tergelak mendengar ucapan apa adanya remaja ini.“Nanti…kalau kamu mau…hmmm…catat deh nomor telepon ka Dini yahhh!” Mahyadin yang tak paham soal ini dengan polosnya langsung mencatat nomor hape Dini.Tak lama kemudian wanita yang memiliki pantat agak lentik dan menggoda ini keluar ruangan, dan tak sampai 10 menitan sudah datang kembali dengan gelas berisi minuman teh manis hangat. Hanya berselang 15 menitan, pa Kadis yang ditunggu-tunggu masuk ke ruang tunggu dan melihat Dini sedang berbincang dengan seorang anak remaja berseragam SMU, dia bertanya ada keperluan apa kepada Mahyadin.Mahyadin pun menyampaikan maksud dan tujuannya serta menyerahkan surat undangan itu. Setelah berbasa-basi dengan ho
Ingat masa remajanya…Mahyadin hanya tersenyum, tapi dia tak menyesali apa yang sudah dia perbuat dengan Dini dan kini masih terus berlanjut, Mahyadin telah jatuh cinta dengan janda muda ini.Bagaimana dengan Wine…yang kini sedang merasa nyaman bersandar di punggungnya…?Tak terasa Mahyadin kini sampai di kampus dan Wine senang sekali bisa berboncengan dengan Mahyadin.“Nanti pulangnya barengan lagi yahh,” kata Wine. Mahyadin hanya mengangguk sambil tersenyum.Melihat senyum Mahyadin, Wine menahan kakinya dan menatap pria yang sangat menarik hatinya ini.“Kapan kamu ada waktu ke rumahku?” pancing Wine.“Nunggu kamu putus dengan pacar kamu!” sahut Mahyadin cepat, Wine langsung tertawa dan berbisik emank pria saja yang bisa punya banyak pacar, wanita juga bisa.“Dasarrrr…uda ahhh yuks masuk kelas, bentar lagi perkuliahan di mulai!” kata Mahyadin sambil merapikan
Mahyadin bingung apa yang dia hadapi saat ini. Dibilang bertemu hantu, tapi kaki orang misterius itu menapak tanah, dibilang manusia, kenapa bisa menghilang tanpa ia ketahui…!Mahyadin yang merasa ngeri sendiri kemudian masuk lagi ke dalam rumah, lama baru bisa memejamkan mata, jelang tengah malam baru dia bisa tertidur disamping kekasihnya.Saat dia dan Dini untuk kesekian kalinya bercinta pada paginya, Dini sampai jengkel karena Mahyadin sudah hampir 1,5 jam lebih tak klimaks-klimaks juga, sampai perih punya dia dan menatap wajah kekasih mudanya yang seakan tak menikmati percintaan mereka.Dini lalu turun dari tubuh Mahyadin dan menatap cemburu wajah pria yang makin dewasa dan semakin tampan ini, terlebih kini brewoknya mulai tumbuh di kedua pipinya.“Kamu lagi mikir siapa…pacar baru yaa!” tegur Dini sambil menarik wajah Mahyadin dan menatapnya tak senang, karena cemburu.Mahyadin tersenyum dan menatap wajah kekasihnya i
Pria tua ini tersenyum lalu dia mendekati pemuda yang dia panggil Radin ini, lalu mengusap pelan wajah pemuda ini sambil mulutnya komat-kamit, seperti merapalkan bacaan ajian tertentu.Setelah mengusapnya perlahan, pria ini menekan dada Mahyadin dan antara sadar dan tidak, Mahyadin seakan menerima hawa panas yang menjalari tubuhnya.Dalam tidurnya, Mahyadin seakan bermimpi dan melihat ada 3 orang dengan wajah beringas sedang berjalan menuju gubuk tempat mereka.Sampai di halaman gubuk itu, pria itu berkacak pinggang dan berteriak.“Pet Jan Terling, hari ini juga kamu harus menyerahkan kitab itu, kalau kamu menolak, nyawa kamu taruhannya!” teriak pria ini, dia sudah menghunus goloknya yang tajam.Pria yang dipanggil Pet Jan Terling ini keluar dari gubuk itu, wajahnya tersenyum menatap siapa yang datang dan berteriak itu, dia terlihat sangat tenang dan tak ada ketakutan dari wajahnya, dia menatap 3 pria yang kini semuanya menghunus golok
Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga, waktu tiga bulan sangat cepat, tapi bagi Ryan dan Reni sangat lama. Pernikahan lanjut resepsi keduanya di gelar di sebuah hotel berbintang 5.Tamu-tamu VVIP dari Presiden, Wapres, para Menteri Kabinet, hingga ratusan pengusaha kakap ikut hadir, termasuk para petinggi Polri mengucapkan selamat pada pasangan yang sedang berbahagia ini.Radin Durangga yang sudah sepuh senang sekali bisa bertemu rekan-rekan pengusahanya yang juga sepuh-sepuh dan bisa hadir di resepsi Ryan dan Reni, mereka bak reuni saja dan rame bersenda gurau di usia yang masing-masing sudah senja ini.Radin Durangga juga selalu hadir kalau ada anak atau cucu rekan pengusaha atau sahabatnya menggelar pesta perkawinan.Julian datang dengan menggandeng dua wanita cantik sekaligus. Namun saat bertemu ketiga ortunya, Julian tentu saja ngacir ga berani memperlihatkan kenakalannya, dia paling takut dengan kedua Maminya tersebut.Yang lucu adik-adik Julian yang mulai beranjak abe
Wisuda S2 Reni berlangsung sangat khidmad dan sakral, 2.500 mahasiswa di wisuda hari ini, bukan hanya lokal Inggris tapi juga dari berbagai negara.Sejak awal Reni yang berpakaian sangat cantik ini selalu di gandeng Ryan yang bertubuh tinggi besar dan memakai baju yang sangat fashionable dan pastinya sangat mahal, badan Ryan tak kalah dengan tubuh para bule yang juga tinggi-tinggi.Reni menggunakan heel hingga 10 centimeter, sehingga kini tubuhnya makin menjulang dan saat berjalan dia sangat serasi sekali di samping Ryan, banyak yang iri melihat kebahagian pasangan muda ini.Tante Shania dan Om Darma khusus datang dari Jakarta, ikut mendampingi putri kesayangannya ini.Saat menjemput di Bandara bersama Ryan, Shania sudah maklum keduanya pasti sudah memiliki hubungan khusus, terlihat dari genggaman tangan Ryan dan Reni yang sangat erat dan seakan enggan melepas satu sama lain.Dan apa yang dia duga benar adanya, saat dalam mobil Jaguar, Ryan yang saat itu lagi memegang setiran, apa ada
“Aku bobo di kamar sebelah yaa!” “Disini saja sama-sama, ranjang ini sangat luas kok!” Ryan tersenyum, dia langsung menganggukan kepala. Reni menyandarkan kepalanya di dada berotot Ryan sambil bersandar di ujung ranjang dan kaki di selonjorkan, keduanya kadang tertawa bersama menyaksikan acara TV yang menyajikan komedi. Mereka bak sepasang kekasih yang sedang memadu cinta, padahal sampai detik ini, Reni belum menyatakan dia mau jadi kekasih Ryan, dia tahu dari sikap dan perbuatan pemuda ini, rasa cinta Ryan makin hari makin besar. “Musim semi agaknya bakal tiba yaa…cuaca juga sudah mulai hangat!” kata Reni, setelah acara komedi di TV yang tertempel di dinding kamar Ryan berakhir. “Iyahh…sayangnya kamu bulan depan wisuda dan langsung pulang ke Jakarta…aku ga ada teman menikmati musim semi itu!” sungut Ryan pelan. Reni tertawa dan dia malah memancing, Ryan tinggal pilih, sangat banyak teman-temannya yang masih jomblo dan tak kalah cantik
Empat bulan sudah Ryan tinggal di London, dia benar-benar tekun kuliah, semangatnya terus saja naik berlipat-lipat, karena Reni selalu setia menemaninya kemanapun dia jalan sepulang kuliah atau pas waktu lowong.Ryan juga benar-benar tak mau mendekati wanita manapun, bahkan saat Reni mengenalkan dengan teman-teman wanitanya, baik dari Asia, bahkan bule, semuanya hanya di tanggapi biasa-biasa saja oleh Ryan, tidak ada yang istimewa di matanya.Padahal rata-rata teman-teman Reni cantik-cantik dan orang tua mereka pun kaya raya, mereka juga menunjukan ketertarikan ke Ryan, tapi pemuda ini tetap beranggapan tak ada yang seperti Reni.Suatu hari, Ryan bingung telpon dan sms nya tak di balas Reni, padahal mereka sudah janji akan jalan-jalan, sekalian Ryan ada yang di cari ke Kota Manchester. Mereka berencana akan naik kereta api cepat saja ke kota itu.Ryan kemudian berniat mendatangi Reni ke apartemennya, lalu diapun naik ke lantai 15. Dia sudah siap dengan ba
Tengah malam Reni terbangun, dia kaget saat melihat posisi tidurnya malah sedang memeluk tubuh Ryan, cuaca makin dingin karena London memang sedang musim dingin, Reni lalu ke kamar dan mengambil mengambil selimut tebal.Dia kemudian menyelimuti tubuh Ryan, saat itulah matanya memandang wajah pemuda ini. Reni tersenyum saat meraba bibir Ryan yang tadi sore dia gigit, Reni lalu kembali melanjutkan tidurnya di samping pemuda ini.Paginya, bukan Reni yang duluan terbangun, tapi Ryan, dia kaget saat melihat Reni sangat erat memeluk tubuhnya, gadis ini agaknya kedinginan, Ryan memeriksa jam tangannya, sudah hampir jam 6.30 waktu setempat.Ryan lalu pelan-pelan melepas pelukan Reni dan merapikan selimut sehingga gadis ini tidak merasa kedinginan.Ryan lalu ke kamar mandi dan mencuci muka, lalu ambil wudhu dengan air hangat, Ryan pun melakukan kewajibannya, sholat subuh.Ryan sudah terbiasa bangun pagi, dia kemudian menghidupkan pemanas ruangan, karena cuaca benar-benar sangat dingin.Setelah
Sambil memperbaiki syal yang melilit lehernya, pria muda dengan tinggi badan yang menjulang hampir 185 centimeter, serta badan yang kokoh berotot ini keluar dari Bandara Internasional Heathrow, London, Inggris.Walaupun dulu waktu kecil dia beberapa kali ke negara kerajaan ini, namun kali ini dia agak pangling juga melihat perubahan-perubahan salah satu bandara terbesar di negeri yang kental dengan dunia sepakbola ini.Wajah pria ini terlihat sangat tampan dengan kumis dan cambang yang tipis, wajahnya lebih banyak cool serta cuek dengan keadaan sekeliling.Setelah keluar dari bandara, dengan menarik tas bagasinya yang tak terlalu besar, diapun menunggu taksi yang terlihat antre secara tertib menjemput para penumpang di area kedatangan.Setelah duduk dalam taksi dan menyebutkan alamatnya, taksi ini pun lalu meluncur menuju alamat yang di maksud.Satu jam setengah kemudian, dia tiba di alamat yang di tuju, kini dia mengamati kondisi bangunan tinggi dengan gaya khas Eropa bertingkat hing
Ryan kemudian sempat ingat pepatah, kalau batin seorang wanita itu tajam serta tebakannya tepat, tandanya mereka akan segera berjodoh.“Ga…ga adaa…nih aku lagi balkon apartemen, lagi mandang kota Manado malam ini!”“Berani ga pindah ke vidcal!” tantang Reni.“Beraniiiii….ayooo…!” dan tiba-tiba saja panggilan pun berubah ke vidcal, Reni tertawa melihat wajah Ryan, Reni terlihat sedang makan malam, berupa buah salad, terlihat ada seorang ART di sampingnya yang ikut makan bersama.Tapi hati Ryan sebetulnya deg-degan juga, moga saja Flora tak bangun, batinnya lagi.Ryan sendiri akhir-akhir ini entah mengapa tak berani lagi bicara terbuka terkait sepak terjangnya dengan wanita pada Reni.Kalau dulu dia selalu terbuka, bahkan pernah saat mandi berdua dengan Tiara, dia enteng saja memvidcal sepupunya, Reni sambil tertawa bilang awasss jangan sampai anak orang bunting.“Kapan kuliah kamu selesai Ren?”“Masih lama…kenapa emankk?” kata Reni sambil terus makan buah.“Lama amattt sihh, emank kuli
Usai bertarung, pelatihnya Mang Dino mengajaknya santai di sebuah kafe di bilangan Kota Manado, Ryan oke-oke saja dan ikut bersama beberapa atlet tarung bebasnya lainnya.Kafe itu termasuk sangat eksklusif karena berada di bibir pantai, seperti biasa yang namanya kafe mereka pun tentu saja suka minum-minuman beralkohol, Ryan mengetahui hal itu langsung geleng-geleng kepala.Dia sejak dulu memang tak begitu suka dengan minuman keras dan selalu menghindari, kali inipun sama. Inilah yang membuat pelatihnya sangat salut, karena Ryan benar-benar tak suak minuman beraalkohol.Begitu melihat mereka mulai minum, termasuk Mang Dino, Ryan pun pindah ke kursi yang ada di bibir pantai. Tak ada yang berani memaksanya minum, sebab semua tahu siapa Ryan yang merupakan polisi aktif dan memiliki jabatan tinggi di sebuah Mapolres.Ryan termenung, pikiran ternyata jauh melayang ke London, siapa lagi kalau bukan sosok sepupunya, Reni.“Mengejar cintanya…baiklah…aku tak akan menyerah, tunggu saja!” batin
“Hahahaha…lucuuuu…Reni sama Ryan itu belum pernah pacaran Mami…kalau tiba-tiba kami menikah…waduhhh…gimana, jangan-jangan tiap hari kamu bertengkar mulu…pusinggg pala birbieee…!” Shania dan Om Darma langsung saling pandang kaget dengan jawaban Reni.“Lantas…apa sekarang maunya kamu Ren?” Om Darma, ayahnya yang kini menyela.“Hmmm…gini dehhh…papi dan mami bilangin ke maminya Ryan…Reni mau jadi istrinya Ryan…tapiiiii….dengan syarat…Reni mencintai Ryan…!”“Cara mencintai kamu gimana!” sahut Shania belagak pilon.“Ihhh mami, kayak ga pernah mude ajahh, tanya donk sama papi, gimana dulu papi ngejar mami, masa tanya ke Reni sih, udah yaaa….Reni mau istirahat, capeee dyehhh!” Reni pun pergi meninggalkan kedua orangtuanya yang hanya saling pandang dan geleng-geleng kepala.“Gimana ini pih…masa si Reni gitu jawabannya?”“Ya udah, mami bilang ajah gitu sama Brigitta…cape dyehhhh!” sahut Om Darma dan diapun ikutan tertawa dan jalan kayak Reni.Shania langsung jengkel dan melempar bantal ke suami