Pamela sangat menyukai semua model dan warna jas yang dipilih Elvina, jadi membeli semuanya. Elvina juga sudah memilih jas untuk Raiden. Kemudian, dia melihat dasi bagus dan memilih beberapa untuk Raiden lagi."Nek, dua dasi ini sangat cocok dengan jas tadi." Usai berbicara, Elvina menyerahkan kartu hitamnya kepada staf dan berkata, "Yang dua ini tolong dibungkus dengan baik. Mau dikasih ke orang.""Biar aku saja, masa kamu yang bayar," ucap Pamela segera."Nggak apa-apa, dasinya nggak mahal kok." Elvina mendorong tangan Pamela sambil meneruskan, "Anggap ini hadiah untukmu karena kamu menemaniku mengobrol dari tadi.""Nggak boleh begitu dong. Itu dua hal yang berbeda," sahut Pamela.Elvina merenung sesaat, lalu mengusulkan, "Nek, di lantai atas ada toko gaun. Gimana kalau kamu belikan aku gaun sebagai balasannya?""Oke." Pamela tersenyum bahagia.Model gaun di sini bukan hanya indah, tetapi kualitasnya juga terbaik. Semuanya adalah hasil bordir tangan.Pamela mengelus gaun di depannya
Elvina dan Peter tiba di kafe seberang Hotel Orchid. Dia memesan banyak makanan. Keduanya makan dengan gembira.Sesaat kemudian, terlihat sebuah taksi berhenti di pinggir jalan. Ketika melihat Dexton turun dengan wajah masam, Elvina tak kuasa tersenyum. Dia mengirim sebuah pesan, lalu bangkit dan berkata, "Peter, saatnya nonton pertunjukan seru!"Dexton menaiki lift dan segera tiba di depan kamar 2588. Dia teringat pada kejadian setengah bulan lalu. Seketika, wajahnya menjadi makin masam. Apa ini perbuatan Elvina?Ketika Dexton larut dalam pikirannya, samar-samar terdengar desahan wanita dari dalam kamar. Dia menggertakkan giginya, lalu sontak menendang pintu kamar.Setelah beberapa tendangan, pintu akhirnya terbuka. Dexton melangkah masuk. Kedua insan yang sedang bergumul di ranjang terlalu berhasrat, sampai-sampai tidak mendengar suara apa pun. Keduanya bahkan tidak menyadari Dexton sudah berdiri di hadapan mereka.Dengan wajah suram, Dexton mengangkat lampu di nakas dan menghantamka
"Yessi, aku benar-benar muak denganmu!" Henry sama sekali tidak kasihan melihat Yessi yang berderai air mata. Sebaliknya, dia merasa sangat jijik."Sejak kuliah, kamu menganggapku sebagai orang bodoh. Kamu menyuruhku menunggumu, tapi mengataiku miskin. Tiba-tiba, kamu pacaran dengan Dexton tapi masih berhubungan denganku.""Dexton, asal kamu tahu, aku telah menidurinya 10 tahun yang lalu! Oliver adalah anak kami! Kamu tahu kenapa dia begitu percaya diri saat mengatakan akan melakukan tes DNA? Karena direktur rumah sakit menerima banyak uang darinya! Dia akan mendapat hasil yang dia inginkan!" pekik Henry."Henry, omong kosong apa yang kamu katakan? Tutup mulutmu!" Yessi tidak menyangka Henry akan mengakui semuanya. Saking gusarnya, dia maju untuk merobek mulut Henry.Henry mendorongnya sekuat tenaga. "Semua yang kukatakan adalah fakta. Oh ya, Dexton, masih ada satu hal yang belum kamu tahu."Henry beralih menatap Dexton yang wajahnya masam. Dia meneruskan, "Kamu tahu kenapa Oliver adal
"Pak Dexon, kalau kamu punya banyak uang, sebaiknya pergi ke rumah sakit untuk memeriksa matamu. Pilih sekretaris yang lebih becus. Jangan sibuk menekan berita," tambah Elvina.Begitu mendengarnya, Dexton langsung memahaminya. Beberapa hari ini, dia terus gagal menekan berita yang ada di internet. Ditambah kejadian hari ini, semua adalah perbuatan Elvina.Karena jarak mereka sangat dekat, Dexton bisa mencium aroma tembakau dari tubuh Elvina. Tidak ada wanita yang mengisap tembakau. Dia teringat pada adegan yang dilihatnya di kantor sipil hari itu dan ....Dexton membenci Elvina yang membiarkan diri sendiri jatuh ke pelukan pria lain. Hatinya terasa sangat gusar. Perasaan tak terjangkau ini membuatnya mengangkat tangan untuk menampar Elvina.Tiba-tiba, seorang pria mendekat dan meraih pergelangan tangan Dexton. Peter mendorong Dexton dan mengancam, "Jangan coba-coba menyentuh majikanku.""Peter, kita pergi saja dari ini." Drama sudah berakhir. Elvina tidak ingin berlama-lama lagi di sin
Elvina berjalan ke belakang Raiden. Dia baru menyadari ada puing besi yang tertancap di punggung Raiden. Darah mengucur deras. Pantas saja, dia mencium bau amis darah tadi.Elvina merasa tidak tega melihatnya. Dia segera melepas syal di lehernya untuk membungkus luka Raiden."Peter, panggil taksi!""Ya!" Ketika Peter hendak menghentikan taksi, kebetulan Owen membawa mobilnya kemari untuk menjemput Raiden.Ketika melihat situasi di depan, ekspresi Owen menjadi masam. Dia menyuruh Peter segera berkemudi ke rumah sakit. Sementara itu, dirinya akan membereskan kekacauan yang terjadi.Mobil melaju dengan cepat ke rumah sakit. Di jok belakang, Elvina dan Raiden duduk berdempetan. Kedua tangan Elvina terus menahan luka Raiden.Darah membasahi syal Elvina. Meskipun demikian, darah masih mengalir tanpa henti. Hebatnya, ekspresi Raiden tetap terlihat tenang, meskipun terluka parah.Raiden seperti bisa merasakan tangan Elvina bergetar. Dia melirik Elvina yang menggigit bibir, lalu menenangkan, "C
Begitu mendengar kata "kamar gelap", bulu kuduk Peter langsung meremang. Dia menimpali, "Jangan dong, Kak. Aku sudah tahu kesalahanku. Kalau aku pergi, siapa yang jaga Bu Elvina?""Ada banyak pelayan di sini. Bu Elvina nggak butuh kamu," balas Owen.Ketika melihat Owen serius dengan perkataannya, Elvina segera membela, "Ini bukan salah Peter. Musuh terlalu licik. Marahi saja dia, nggak usah sampai dikurung."Jika Peter tidak meretas ponsel Yessi dan menemukan informasi-informasi itu, Elvina tidak mungkin berkesempatan membalas dendam hari ini. Bagaimanapun, dia harus berterima kasih pada Peter.Karena Elvina berbicara demikian, ekspresi Owen pun membaik. Dia memelototi Peter dan berujar, "Kenapa diam saja? Cepat berterima kasih pada Bu Elvina.""Bu, terima kasih sudah menolongku. Kalau nggak, kamu mungkin cuma bisa melihat jenazahku seminggu lagi." Peter menyeka keringatnya.Elvina tak kuasa tertawa melihatnya. Setelah mengobrol sesaat, Elvina menyuruh mereka istirahat karena sudah mal
Ekspresi Owen menjadi serius saat bertanya, "Gimana kamu bisa tahu soal Bu Daphney?"Peter mengedikkan bahu dan membalas, "Aku jarang ikut Kak Raiden, tapi bukan berarti aku nggak tahu apa-apa. Aku tahu masa lalu Kak Raiden dengan wanita itu. Sebenarnya target ledakan kali ini bukan Kak Raiden, 'kan?"Peter tiba-tiba melontarkan pertanyaan seperti itu. Ketika melihat Owen tidak menjawab, Peter pun meletakkan makanan di tangan dan meneruskan, "Bu Pamela ingin cucu. Dengan kemampuan Kak Raiden, dia bisa mencari ibu pengganti dengan mudah.""Selain itu, dua nona kaya sebelumnya cuma pura-pura menikah dengan Kak Raiden. Kenapa kali ini Kak Raiden benaran mengambil akta nikah dengan Bu Elvina? Apa karena Bu Daphney ...." Setelah mengatakan ini, Peter merasa keraguannya mulai terjawab."Sudah, tutup mulutmu!" bentak Owen. Di sisi kiri ruang tamu adalah kamar pelayan. Meskipun pelayan sudah tidur, Owen tetap harus berjaga-jaga tidak ada yang mendengarnya.Setelah dibentak kakaknya, Peter pun
Elvina mengembalikan ponsel kepada Peter. Ketika hendak meminum jus jeruknya, tiba-tiba layar ponselnya hidup. Masuk pesan dari seseorang.[ Aku Yessi. Aku punya bukti Dexton membunuh orang tuamu. Kalau mau, bayar aku 6 miliar! ]Begitu melihat pesan itu, mata Elvina sontak terbelalak. Ketika pergi ke hotel dengan Raiden hari itu, Yessi mengatakan dirinya yang membereskan kejanggalan dari kematian orang tuanya, yang bukan disebabkan oleh kecelakaan.Namun, Elvina tidak menemukan bukti apa pun saat Peter meretas ponsel Yessi. Kini, Yessi tiba-tiba berinisiatif menghubunginya.Elvina menahan ketidaksabarannya. Dia tidak percaya pada Yessi. Jika butuh uang, Yessi seharusnya mengancam Dexton dan meminta uang darinya. Dia membalas.[ Kamu yakin aku bisa mengeluarkan uang sebanyak itu? Dengan bukti semacam itu, kamu bisa saja memeras Dexton dan mendapat lebih banyak. ][ Aku tahu pria yang mengikutimu semalam bernama Peter. Dia bawahan Pak Raiden. Aku tahu kamu punya hubungan dengan Pak Raid
"Jangan terus berdiri di sana. Nanti kakimu pegal," ujar Raiden untuk memperingatkan.Suara Raiden terdengar dingin, tetapi Daphney justru merasakan perhatian dari ucapannya. Seketika, rasa cemburu dalam hatinya pun sirna."Ya." Daphney tersenyum tipis, lalu menyuruh pelayan menyiapkan teh favorit Raiden.Sampai sekarang, Elvina masih belum bisa melupakan kepergian neneknya. Itu sebabnya, dia menjadi begitu manja terhadap Pamela. Pamela punya senyuman yang lembut dan dipenuhi kasih sayang.Elvina mengupas jeruk untuk Pamela sambil mengobrol dengan Pamela. Dia sudah lama tidak merasa sebahagia ini.Daphney juga duduk di ruang tamu. Dia tahu Pamela sedang asyik mengobrol dengan Elvina. Dia pun tidak ikut dalam pembicaraan dan hanya memotong apel untuk Raiden.Pamela melirik Daphney dan berkata, "Daphney, biar pelayan saja yang melakukannya. Jangan sampai pisaunya kena tanganmu.""Nggak apa-apa. Raiden dan Elvina sama-sama tamu." Daphney tersenyum tipis, lalu bertanya kepada Elvina, "Elvi
Ketika Elvina mendongak dan bertanya kepadanya, Raiden melihat dengan jelas alisnya yang terangkat dan senyuman di bibirnya. Tatapannya terlihat agak licik. Raiden tahu Elvina sengaja.Raiden hanya tahu Elvina kuliah di luar negeri selama beberapa tahun. Dia tidak tahu bahwa Elvina dan Daphney saling mengenal. Namun, dilihat dari ekspresi Elvina, sepertinya dia sudah tahu identitas Daphney sebelum kemari.Raiden menatap Daphney. Wanita ini tampak pucat dan menggigit bibirnya. Alisnya juga berkerut."Sayang?" Ketika melihat Raden tidak berbicara, Elvina tersenyum dan bertanya, "Kenapa diam saja?""Terserah kamu mau panggil gimana. Keluarga Tjandra nggak punya aturan seketat itu," timpal Raiden dengan nada datar. Kemudian, dia melepaskan tangan Elvina dan menepuk pinggang belakangnya. "Pergi sapa Nenek dulu."Elvina tersenyum mengejek. Di mengikuti arah pandang Raiden dan melihat seorang wanita tua yang tampak bersemangat sedang menghampiri mereka.Pamela mengenakan terusan berwarna gela
"Bunga anggrek ini pernah ikut lomba lho! Harganya puluhan juta!" Elvina menunjuk bibirnya dan tersenyum tipis. "Kalau bunga ini nggak cukup, masih ada mulutku. Pak Raiden, aku menikah denganmu untuk membuat nenekmu senang. Aku pasti akan menjalankan tugasku dengan baik."Raiden mengernyit mendengar panggilan formal Elvina. Namun, dia tidak mengatakan apa pun.Pukul 6.40 malam, mobil tiba di rumah Keluarga Tjandra. Rumah ini terletak di selatan kota. Dulunya adalah kediaman seorang pejabat.Nyonya Tua Keluarga Tjandra merasa bosan tinggal di Negara Hondria dan ingin pulang ke Kota Berza. Jadi, suaminya menggunakan koneksinya untuk membeli rumah ini, lalu mempekerjakan arsitektur terkenal untuk merenovasinya.Sejak saat itu, Nyonya Tua Keluarga Tjandra tinggal di sini. Setiap tahun baru, seluruh keturunan Keluarga Tjandra akan datang kemari untuk berkumpul.Mobil melewati gerbang dan terus maju. Elvina melihat pohon paulownia di kedua sisi jalan yang menghalangi sinar matahari. Suasana
Elvina belajar banyak hal dari mereka. Dia mendapat banyak wawasan siang ini.Setelah pulang kerja, Elvina berpamitan dengan para staf yang memperlakukannya dengan sangat ramah itu. Kemudian, dia menuju ke basemen dengan membawa sebuah kantong besar.Di antara begitu banyak mobil mewah, Maybach hitam dengan plat nomor seri terlihat paling mencolok. Demi pulang makan, Raiden menyuruh Owen membatalkan semua jadwalnya. Sebelum jam pulang kerja, dia pun sudah menunggu di dalam mobil. Dia menggunakan waktu yang ada untuk membaca beberapa email.Ketika mendengar suara pintu mobil dibuka, Raiden menoleh dan melihat Elvina masuk dengan membawa kantong belanjaan. Raiden menyuruh Owen menjalankan mobilnya, lalu melirik Elvina. "Bukannya kamu bilang mau berdandan seperti nona kaya yang elegan? Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?""Kak Owen, kita ke Toko Bunga Yuzu dulu." Setelah menginstruksi Owen, Elvina menaikkan partisi mobil dan mengeluarkan dua macam pakaian dari kantongnya. Dia menggoyangkann
"Aku sudah berhari-hari nggak ke kantor. Pasti kerjaanku menumpuk." Elvina mendorong kursinya dan bangkit. "Kak Raiden, nanti kutunggu kamu di basemen."Ketika melihat Elvina bersikeras ingin pergi bekerja, Raiden pun tidak menghentikannya. "Aku sudah suruh Owen selidiki tentang Jocelyn. Orang luar cuma tahu Dexton berniat jahat padamu di hotel."Elvina tersenyum. "Ya, aku pun takut orang-orang melibatkan kematian Jocelyn denganku. Nanti aku jadi nggak bisa kerja di Grup Polaris. Terima sudah membantuku membereskannya."Elvina menghampiri Raiden, lalu memberinya kecupan di pipi sebagai bentuk terima kasih. Raiden hanya bisa terperangah di tempat.Berita tentang pemimpin Grup Libertix yang mencoba meniduri mantan istrinya secara paksa, menghebohkan seluruh internet. Ketika Elvina tiba di Grup Polaris, semua orang sibuk menginterogasinya untuk mencari tahu kebenaran.Setelah Elvina memasuki departemen penerjemahan, rekan kerjanya pun langsung mengerumuninya. Mereka memaki Dexton sambil m
Raiden mencium aroma parfum yang samar dari tubuh Elvina. Dia mengernyit sambil membalas, "Terserah kamu saja.""Jangan begitu dong. Dia nenekmu. Aku harus memberi kesan pertama yang baik saat bertemu keluargamu." Sambil berbicara, Elvina mendekat dan menaruh satu tangannya di bahu Raiden. "Sepertinya aku lebih baik bersikap lembut saja. Orang tua suka menantu seperti ini.""Kamu sudah membuat keputusan. Ngapain tanya aku lagi?""Aku takut kamu keberatan." Usai berbicara, Elvina berbisik, "Tapi, kalau kamu suka yang nakal, aku bisa bawa baju ganti dan pakai khusus untukmu."Raiden meraih tangan Elvina yang lasak, lalu memicingkan mata menatap wajahnya. Kemudian, dia membungkuk sedikit untuk mendekat. "Ini karakter aslimu? Kamu memang suka menggoda pria ya? Atau mungkin obat itu merusak otakmu? Apa aku perlu menyuruh Keanu kemari?"Elvina langsung melingkari leher Raiden dan mengedipkan mata. "Memangnya salah kalau aku menggodamu? Kamu 'kan suamiku.""Oh ya." Elvina mengabaikan tatapan
Pukul 7.30 malam, Raiden dan Owen kembali ke Vila Swallow. Begitu masuk, Raiden langsung mendengar suara bising. Setelah memandang ke arah sumber suara, dia melihat Elvina dan Peter sedang bermain game di sofa.Dari sudut pandang Raiden, dia kebetulan bisa melihat Elvina yang duduk di sisi kanan sofa dengan kaki ditekuk. Sepertinya Elvina sangat suka warna hijau. Hari ini, dia mengenakan rok hijau yang menutupi paha mulusnya.Pergelangan kaki Elvina terlihat sangat rapuh. Jari kakinya sebentar ditekuk, sebentar direntangkan. Dia terlihat sangat lasak. Ketika melihat kaki putih itu, entah mengapa Raiden tak kuasa menelan ludahnya dua kali.Raiden menyerahkan jasnya kepada pelayan. Setelah masuk, dia duduk di sofa di depan Elvina dan bertanya, "Elvina, bisa duduk yang benar?"Seingat Raiden, Elvina selalu duduk dengan elegan, baik itu di ruang tamu ataupun di meja makan. Elvina adalah wanita yang punya sopan santun."Ini rumah, bukan perusahaan. Terserah aku mau duduk gimana dong. Lagian
Peter bisa merasakan keringat di dahinya. Dia menyeka keringat dan mengalihkan pandangan. "Maafkan aku, Elvina. Kamu jadi harus mengingat kenangan buruk itu gara-gara aku."Peter tahu segala hal yang dilakukan Dexton demi membuat Elvina meninggalkan rumah tanpa mengambil sepeser pun."Semua sudah berlalu." Elvina menunduk, lalu mendongak menatap Peter lagi. "Aku mengatakan semua ini supaya kamu nggak pikir macam-macam. Kalau kamu bersikeras mau pergi, aku nggak menganggapmu teman lagi."Peter pun menyeringai. "Kamu sudah bicara begini. Mana mungkin aku berani pergi lagi?"Elvina merasa lega. Dia ikut tersenyum. Penghalang di antara keduanya telah menghilang.Peter mengambil pir dari piring di meja, lalu duduk di pinggir ranjang dan berkata, "Dua hari ini, aku terus mencoba memulihkan obrolan di ponsel Jocelyn. Tapi, ada virus di ponselnya. Setiap kali aku mencoba memulihkan datanya, komputerku akan diserang virus.""Aku nggak ngerti apa yang kamu bilang. Yang jelas, orang di balik Joce
Netizen itu juga mengunggah sebuah foto pernikahan yang terlihat kabur. Entah di gereja mana acara pernikahan itu diadakan. Wajah si pria tidak terlihat, tetapi Daphney yang memakai gaun pengantin terlihat cukup jelas.Elvina menatap foto itu untuk beberapa saat. Tatapannya berangsur suram. Tangannya membeku untuk sesaat. Kemudian, dia mengambil tangkapan layar. Ketika hendak menyegarkan halaman, unggahan itu sudah hilang.Segera, Maya selesai memasak. Saat makan di ruang makan, Elvina melihat Owen membuat bekal untuk Peter. Dia bertanya, "Peter kenapa?""Katanya nggak enak badan. Mau makan di kamar," sahut Owen.Selama tiga hari ini, Elvina hanya diinfus sehingga dia merasa sangat lapar. Biasanya masakan Maya selalu tersisa, tetapi kali ini disapu hingga bersih oleh Elvina.Karena kekenyangan, Elvina duduk di sofa dulu. Sekitar pukul 2 siang, Owen mengambil jasnya dari gantungan baju dan berpesan, "Bu, Pak Raiden suruh aku ke kantor. Ada urusan. Kalau nggak enak badan, kamu telepon Pa