Elvina duduk di ruang tamu, menelepon Restoran Jinara untuk memesan beberapa makanan. Saat menelepon, dia melihat Raiden mendorong kursi roda ke dapur. Dia melirik sebentar, lalu mengalihkan pandangannya.Setelah memesan makan malam, Elvina mendengar suara pecahan barang jatuh dari dapur. Dia segera menuju dapur dan melihat pecahan kaca berserakan di sekitar kursi roda dengan cairan yang masih mengepul asap panas.Celana katun Raiden pun basah, sementara lengan kirinya merah karena terkena air panas. Elvina tentu terkejut melihatnya.Elvina bergegas mendorong Raiden ke kamar mandi, lalu mengisi bak mandi dengan air. Setelah itu, dia menyalakan pancuran air untuk menyiram air ke lengan dan kakinya."Bukannya sudah kuberi tahu tata letak di dapur?" Elvina tidak bisa menahan diri untuk mengomel, "Kenapa kamu malah mengambil teko air panas?""Karena aku sengaja mengambilnya," sahut Raiden dengan nada datar tanpa ekspresi apa pun. Namun, rasa sakit menjalar dari kulitnya ke seluruh tubuhnya
"Aku cuma oleskan obat, masih perlu tutup pintu?" tanya Keanu dengan terkejut. "Kak, jangan main-main denganku. Istrimu itu punya pemikiran yang agak aneh. Gimana kalau dia jadi pikir yang aneh-aneh?"Raiden menyahut dengan tidak sabar, "Kunci pintunya seperti yang kubilang. Jangan banyak bicara."Setelah Keanu mengunci pintu kamar tidur dan kembali, dia melihat Raiden sudah keluar dari bak mandi. Pria itu hanya memakai handuk di pinggang sambil mengusap rambutnya dengan handuk lain.Keanu terkejut. "Dengan kelicikanmu ini, kamu masih menyuruhku mengajarimu cara mendekati wanita? Kamu bercanda ya?""Beberapa hari yang lalu, aku baru bisa berjalan normal, tapi belum bisa cepat." Raiden tidak menyembunyikan apa pun. "Mataku juga belum pulih, semuanya terlihat kabur."Keanu tertawa. Setelah keluar dari kamar mandi, Keanu membuka kotak P3K dan mengeluarkan salep untuk luka bakar, lalu menyuruh Raiden mengoleskannya sendiri."Meskipun kabur, kamu tetap bisa lihat, jadi oles sendiri saja. Ka
"Buset!" Keanu terkejut beberapa detik, lalu bulu di seluruh tubuhnya meremang. "Kalian terlalu kejam! Kalau aku jadi Daphney dan tahu semua ini adalah rencanamu, mungkin aku akan langsung mati. Dia 'kan mantan pacarmu, gimana bisa kamu setega ini padanya?""Kenapa kamu harus bahas soal itu sih?" Wajah Raiden terlihat suram. "Kalau kamu begitu peduli padanya, kenapa nggak nikahi dia saja?""Nggak, nggak. Aku nggak seberuntung itu." Keanu mengangkat tangannya, buru-buru mengganti topik. "Paket yang dikirim ke Grup Polaris itu pasti ulah kakak Daphney. Sekarang anak Daphney sudah meninggal, dia pasti menyalahkan Elvina. Dari pihak Grup Tjandra, Clarissa dan Seto juga sudah mencapai kesepakatan ...."Keanu menatap Raiden dan menggeleng. "Posisi istrimu sekarang sangat sulit, tapi kamu masih duduk di kursi roda dan berpura-pura menyedihkan.""Pura-pura menyedihkan? Kakiku jelas-jelas belum sembuh." Raiden memperbaiki ucapan Keanu. Kemudian, dia menunduk dan lanjut mengoleskan salep luka ba
Setelah makan malam dan membersihkan meja makan, Elvina pergi ke kamar tidur untuk mengambil obat. Dia mengikuti petunjuk di catatan kecil, lalu membagi dua pil untuk diberikan kepada Raiden."Kamu ada kerjaan nanti?" tanya Raiden meletakkan gelas air di atas meja kecil dengan hati-hati."Hari ini libur, nggak ada kerjaan," jawab Elvina sambil menyalakan televisi dengan remot. Kemudian, dia menoleh ke arah Raiden. "Kamu mau nonton apa ...?"Seketika, Elvina baru menyadari Raiden tidak bisa melihat. Raiden tidak memelotot atau menyipitkan mata. Matanya tetap tampak mendalam, tidak ada bedanya dengan sebelumnya. Makanya, Elvina sering kali tanpa sadar berpikir bahwa dia hanya kesulitan bergerak.Raiden tidak merasa tersinggung, hanya mengangkat alisnya. "Kalau aku ingin dengar musik klasik, apa kamu mau mainkan dua lagu untukku?""Pagi ini aku tanda tangan banyak sekali dokumen, tanganku pegal," jawab Elvina dengan santai sambil mengganti saluran ke saluran musik. Saat ini, lagu pop "Sel
Raiden bertanya, "Siapa yang ngadain konferensi ini?""Pak Tiano dari Grup Moore," jawab Elvina sambil mengangkat gelas air lemon dan meminumnya sedikit. "Tadi siang Pak Tiano nelepon aku dan mengundangku untuk datang."Raiden yang tidak memiliki hubungan dekat dengan Direktur Utama Grup Moore, berkata, "Kalau nggak ingin, nggak usah pergi saja.""Sekarang aku wakilin kamu. Kalau aku nggak datang, bukankah tokoh-tokoh besar itu akan merasa kamu meremehkan mereka?" Elvina meliriknya dan melanjutkan, "Lagian, aku bisa sekaligus nambah pengalaman. Kalau ada masalah, aku akan meneleponmu.""Kalau begitu, biar Owen menemanimu.""Aku bawa Sisca saja, kamu juga butuh seseorang untuk merawatmu," jawab Elvina sambil melihat pria itu meraba-raba mencari gelas air. Dia lalu menyerahkan gelas itu ke tangannya.Sambil lalu, Elvina mengusap noda minyak di sudut bibir pria itu dan berkata dengan nada bercanda, "Rasanya aku seperti sedang merawat anak laki-laki yang nggak bisa mengurus diri sendiri, h
Orang-orang di meja itu melirik ke arah Elvina dengan tatapan penuh penasaran, seolah-olah menunggu drama yang akan terjadi. Elvina menelan jus buahnya, seakan-akan sedang menelan segumpal darah.Dia segera menyunggingkan senyum tipis dan menatap Sabian dengan lembut. "Pak Sabian, ucapan Anda tadi salah. Aku dan suamiku sudah menikah cukup lama dan kami sudah melalui banyak momen bahagia bersama.""Dia cuma koma sementara, sedangkan aku masih muda dan punya banyak waktu untuk menunggunya sadar. Justru Pak Sabian yang kasihan .... Kudengar Anda lagi menjalin hubungan sama Stefani dari Keluarga Tjandra?""Aku juga dengar, Bu Stefani mengidap penyakit jantung langka. Dia nggak bisa berada di tempat yang ramai, nggak boleh terlalu senang atau terlalu sedih. Merawatnya seperti memegang kristal yang mudah pecah."Melihat wajah Sabian yang langsung menjadi masam, Elvina berkata dengan lembut, "Pak Sabian, Bu Stefani masih muda, cantik, dan rapuh. Anda harus benar-benar menjaganya dengan baik.
Elvina juga menyadari bahwa di lingkaran seperti ini, pria seperti Raiden adalah tipe yang hanya ada satu di antara seratus orang. Raiden tidak punya kebiasaan buruk seperti para pria di sini. Dia kaya tapi sangat rendah hati dan yang lebih penting, dia menjaga dirinya dengan baik.Elvina bahkan berpikir, jika saat itu yang dia temui bukanlah Raiden, apa jadinya hidupnya sekarang?Apakah dia akan menjadi seperti wanita-wanita yang disebutkan oleh direktur tadi? Dibujuk dengan uang, dimainkan sampai bosan, lalu diserahkan kepada pria lain untuk dijadikan mainan di tangan pria-pria kaya?Saat pikiran itu melintas dalam benaknya, Farid tiba-tiba berkata, "Cara kita minum seperti ini kurang menarik. Lihat kalian semua, lamban sekali, satu gelas saja nggak habis-habis."Farid memanggil pelayan dan berbisik sesuatu padanya Dua menit kemudian, pelayan itu kembali dengan sebuah kotak persegi yang diletakkan di meja.Farid mengambil kotak itu dan mengocoknya. "Aku minta pelayan menulis kertas k
Raiden mengangguk ringan ke arah Tiano, bibir tipisnya melengkung membentuk senyuman tipis. "Aku dengar dari sekretarisku, konferensi kali ini diadakan oleh Pak Tiano, jadi aku datang untuk melihat-lihat."Tiano masih berada dalam kondisi terkejut.Sementara itu, Elvina tahu bahwa Raiden memakai kacamata hitam kemungkinan besar untuk menyembunyikan fakta bahwa dia buta. Elvina berdiri dan berjalan menghampirinya."Kapan kamu sadar? Kenapa nggak ngasih tahu aku?" tanyanya sambil menggandeng tangan Raiden dan membawanya ke tempat duduknya.Direktur yang duduk di sebelah kanan Elvina tersadar dan segera memindahkan kursinya untuk memberikan ruang.Raiden berjalan dengan langkah yang mantap, tangannya terangkat dan memegang sandaran kursi. Setelah Elvina melepaskan tangannya, dia menarik kursi dan duduk dengan elegan.Kehadiran Raiden yang mendadak membuat ruang privat menjadi sunyi untuk beberapa saat.Sabian adalah orang pertama yang memecah keheningan. Dia menatap Elvina dengan senyum d
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S