Raiden mengangguk ringan ke arah Tiano, bibir tipisnya melengkung membentuk senyuman tipis. "Aku dengar dari sekretarisku, konferensi kali ini diadakan oleh Pak Tiano, jadi aku datang untuk melihat-lihat."Tiano masih berada dalam kondisi terkejut.Sementara itu, Elvina tahu bahwa Raiden memakai kacamata hitam kemungkinan besar untuk menyembunyikan fakta bahwa dia buta. Elvina berdiri dan berjalan menghampirinya."Kapan kamu sadar? Kenapa nggak ngasih tahu aku?" tanyanya sambil menggandeng tangan Raiden dan membawanya ke tempat duduknya.Direktur yang duduk di sebelah kanan Elvina tersadar dan segera memindahkan kursinya untuk memberikan ruang.Raiden berjalan dengan langkah yang mantap, tangannya terangkat dan memegang sandaran kursi. Setelah Elvina melepaskan tangannya, dia menarik kursi dan duduk dengan elegan.Kehadiran Raiden yang mendadak membuat ruang privat menjadi sunyi untuk beberapa saat.Sabian adalah orang pertama yang memecah keheningan. Dia menatap Elvina dengan senyum d
Ketika pelayan membawa apel dan delapan buah dart, Raiden berkata dengan tenang, "Di dalam kotak masih ada kertas bertuliskan 'minum satu gelas besar anggur putih,' bukan?""Siapa pun yang mendapat kertas itu akan menjadi target, sedangkan yang mendapat 'minum satu gelas' akan melempar dart. Setelah kita menentukan siapa yang menjadi target, permainan baru dimulai.""Vina, kita mulai dari kamu, searah jarum jam," Raiden mengetukkan jarinya ke meja.Mendengar ucapannya, ekspresinya Farid berubah sedikit."Baik." Elvina memutar roda besar dan ketika kotak itu sampai di depannya, dia mengambil secarik kertas dari dalamnya.Kertas itu bertuliskan "minum satu gelas", tetapi karena target belum ditentukan, kertasnya tidak berlaku untuk saat ini.Saat putaran kedua tiba, Sabian mendapat kertas bertuliskan "minum satu gelas besar".Wajahnya langsung menjadi sangat suram, tetapi dia tidak bisa berkata apa pun. Dengan berat hati, dia mengambil jasnya, memakainya, lalu mengambil apel dari meja p
"Aku sekamar sama Sisca," kata Elvina sambil melihat wajah Raiden yang tampak tidak nyaman. Dia mengernyit, tetapi tetap tidak mendorong Raiden menjauh."Kamu sama Owen tinggal di lantai berapa?""Suruh dia pesan satu kamar lagi," jawab Raiden dengan suara serak sambil setengah bersandar pada Elvina ketika mereka masuk ke lift. "Vina, anggap saja aku datang ke sini untuk menggantikanmu minum, jadi tolong urus aku sedikit."Elvina mendengus kesal. "Memangnya aku yang memintamu datang ke sini? Aku belum tanya, kamu jelas sudah bisa berjalan, kenapa tadi malam masih duduk di kursi roda?""Aku bisa jalan, tapi sangat lambat," jawab Raiden sambil menyentuh pipi Elvina dengan jarinya. "Aku nggak mungkin membiarkan mereka melihatku sebagai pria buta yang duduk di kursi roda, 'kan?"Elvina menepis jarinya dan menekan tombol lantai di lift.Ketika mereka sampai di kamar, Sisca yang mendengar ketukan pintu datang membuka pintu tanpa alas kaki. Dia melihat Elvina memegang pinggang seorang pria ya
Raiden tidak menyangka Elvina malah duluan tertidur darinya. Dia menduga Elvina kelelahan karena pekerjaan selama ini. Jari-jarinya menyentuh pipi Elvina dengan lembut, mengusap wajahnya, lalu menariknya lebih erat ke pelukannya.Ketika Elvina terbangun setelah tidur nyenyak, dia mendapati kamar itu gelap gulita. Hanya ada sedikit cahaya dari luar jendela yang menerobos masuk. Dia menyalakan lampu meja dan melirik ponselnya untuk melihat waktu.Awalnya, dia hanya berniat tidur sebentar, tetapi ternyata dia tertidur hingga jam enam lebih."Sudah bangun?"Elvina menoleh dan melihat Raiden berbaring miring di sebelahnya. Salah satu tangannya menopang kepalanya dan matanya yang dalam menatap Elvina.Kemeja Raiden sudah kusut parah. Beberapa kancing atasnya terbuka, memperlihatkan jakun yang bergerak naik turun serta kulitnya yang berwarna cerah. Kalau bukan karena matanya yang tidak berkedip, Elvina bahkan mengira Raiden sudah bisa melihat lagi.Elvina terbatuk kecil dan memalingkan pandan
Direktur itu melirik Farid, seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya memilih diam. Dia sendiri mulai merasa bahwa Raiden mungkin benar-benar tidak bisa melihat.Saat makan malam berlangsung, Elvina pergi ke kamar mandi untuk membersihkan noda minyak yang mengenai pakaiannya.Melihat Raiden tidak lagi mengambil makanan dan hanya menyesap teh, Farid merasa semakin yakin dengan dugaannya. "Pak Raiden, kenapa Anda berhenti makan? Apakah makanannya nggak sesuai dengan selera Anda?"Mendengar pertanyaan itu, Tiano langsung tampak gelisah. "Pak Raiden, kalau ada makanan yang Anda inginkan, kasih tahu aku saja. Aku akan minta dapur menyiapkannya sekarang juga.""Aku nggak pilih-pilih makanan. Hidangan malam ini semuanya sangat memuaskan. Anda benar-benar telaten," jawab Raiden dengan senyuman tipis."Kalau begitu, Pak Raiden, coba hidangan daging kambing rebus dengan lobak itu," ujar Farid sambil menunjuk ke arah tertentu di meja putar. "Daging kambingnya empuk dan sangat lezat."Tiano
Di dunia bisnis, ada banyak talenta luar biasa yang bermunculan. Namun, kemampuan Raiden tetap tak tertandingi. Bahkan generasi senior di bidang ini pun takut padanya.Saat masih berada di Keluarga Tjandra, Raiden tidak pernah menggunakan uang atau nama besar keluarganya. Dia mendirikan Grup Polaris secara mandiri dan dalam hitungan tahun berhasil menjadikannya perusahaan bernilai triliunan. Tak hanya itu, dia juga mendirikan cabang di luar negeri, membuka jalan bagi globalisasi Grup Polaris.Kepekaannya terhadap arah pasar sangat tajam dan proyek-proyek yang diinvestasikannya tidak pernah merugi. Dikenal sebagai orang terkaya di ibu kota, kekayaan sebenarnya yang dimiliki Raiden mungkin jauh lebih besar daripada yang diperkirakan oleh orang luar.Dengan otak bisnis seperti itu dan kekayaan melimpah, siapa yang berani menyinggungnya?Di tengah ketegangan yang melingkupi ruangan, Elvina kembali.Seketika, suasana ruangan itu berubah. Semua orang kembali berpura-pura sibuk makan dan minu
Untuk memastikan kenyamanan Raiden dan Elvina, Tiano meminta staf menyiapkan salah satu pemandian air panas terbaik yang terletak di bagian paling dalam. Di sebelah pemandian itu, terdapat gazebo bergaya klasik, tempat para tamu bisa beristirahat sambil minum teh atau bermain catur setelah lelah berendam. Benar-benar suasana yang menenangkan.Karena sudah malam, lampu-lampu di sepanjang jalan menuju pemandian air panas menyala sehingga menciptakan suasana remang-remang yang indah. Gazebo itu sendiri diterangi dengan cahaya lampu yang lembut sehingga menampilkan keindahan yang memukau.Elvina membantu Raiden masuk ke kolam pemandian, lalu dia sendiri ikut masuk.Hangatnya air pemandian membuat pori-pori tubuh Elvina terbuka dan dia merasa sangat nyaman hingga memejamkan mata. Dia bergumam, "Pak Tiano benar-benar punya selera bagus, memilih tempat yang begitu istimewa ini.""Setelah musim dingin tiba dan salju mulai turun di Kota Baria, seluruh area pemandian ini akan tertutup salju. Ber
Sebelum orangnya tiba, suara sudah terdengar lebih dulu. "Vina!"Elvina melihat Sisca datang dengan handuk melilit di tubuhnya. Sepertinya dia baru selesai berendam di tempat lain. "Kenapa kamu ke sini? Mau ikut berendam sebentar?""Aku nggak mau. Kolam ini terlalu kecil," jawab Sisca sambil melirik pemandian tempat Elvina dan Raiden berada, ekspresinya tampak tidak puas. Dia melanjutkan, "Vina, cepat keluar. Aku bawa kamu ke pemandian lain. Yang itu jauh lebih besar!""Kamu saja yang pergi," kata Elvina sambil melirik Raiden di kolam, ekspresinya penuh keengganan. "Kak Owen belum kembali. Kalau aku pergi, nggak ada yang menjaganya.""Kak Owen sudah kembali!" kata Sisca dengan nada penuh semangat. "Aku sekamar dengannya di lantai yang sama. Tadi waktu aku keluar, aku bahkan sempat menyapanya!"Mendengar ucapannya, Elvina keluar dari kolam dan berjalan ke gazebo untuk mengambil ponselnya. Sisca mendekatinya dan menyelimuti Elvina dengan handuk.Raiden menatap ke arah Elvina dan berkata
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S