Igna berdecak kesal melihat postingan di akun lambe nyinyir yang meng-upload soal Dewi si super model dengan Arie. Banyak akun songong yang menge-tag akun Irena dan mengatai pacarnya itu. Hei gadis itu pacarnya sekarang bukan pacar Arie Lucas. Igna ingin cepat-cepat selesai bekerja dan bertemu kekasihnya. Dia merapihkan susunan dokumen di atas meja kantornya dan mengambil kunci motor. Dia akan pergi ke rumah pacarnya, sebelum itu dia membeli dulu makanan kesukaan pacarnya.
"Bang, beli ayam geprek 4 ya sambalnya pisah saja. Terus mie tek-tek nya 2 bungkus semua makasih." Igna memberikan uang pada penjual angkringan sambil bermain ponsel. Dia mengirim pesan pada pacarnya kalau dia bakal ke rumah.Karena mengantri Igna memutuskan buat duduk sambil main game. Tapi Iqbal menelponnya."Di mana, Bro?""Angkringan Bro, mau ke rumah pacar.""Sial, Bro besok ada yang ngajak balapan. Mau turun enggak? Mayan hadiahnya Bro, 30 juta.""Di mana?""Tempat biasa, B"Gue jadi curiga sama Lu." kata Hida sambil menatap Igna ke atas dan ke bawah, membuat Igna semakin meringis takut ditabok. Hida ketawa ngakak lalu menepuk kepala Igna. "Canda lah. Lu udah sarapan?" "Belum." "Ya udah ayok sarapan bareng. Mau ke kantor?" "Iya Bang." Mereka pun sarapan nasi goreng bersama. Kebetulan Emak bawa beberapa makanan juga dari Bogor dan mereka sarapan bersama, setelah itu Igna pamitan buat berangkat ke kantor karena ayahnya sudah mengirimkan pesan jika rapat akan segera dimulai. Irena mengantarkan kekasihnya sampai di pagar depan dan melihat punggung lebar yang sekarang semakin menjauh itu. Hida beristirahat karena kecapekan naik kereta dari Surabaya ke Jakarta. Dia tidur di kamarnya sementara Emak Esih sedang sibuk membereskan kardus dari Bogor. Pak Tatang sedang berjalan-jalan pagi agar kakinya tidak kaku. Irena mengganti sepreinya dan mencuci pakaian. Hari ini dia berangkat siang ke kampus dan pet shop mungkin dia mau mengajuk
"Mpok, habis ini Lu enggak boleh marah sama Gue. atau Lu bikin keributan apa pun." Fero membuat hati Irena semakin tidak tenang. Mobil Fero kemudian berhenti, di sana terdapat banyak anak-anak remaja dan juga dewasa. Jalanan itu sudah seperti tempat untuk balapan liar. Irena sungguh tidak paham, sampai akhirnya mata bulatnya bertemu dengan sang kekasih yang sedang bersiap di atas motor. Seorang gadis cantik tampak menyita perhatian, gadis itu tampak akrab dengan pacarnya bahkan mereka tampak mesra. Irena tersenyum miris. "Lu bawa gue ke sini cuma buat ngeliatin ini?" "Maafin gue, Mpok. Tapi kalau Lu enggak tahu sementara Gue tahu takutnya Lu terus dibohongi." "Karena Lu udah bawa Gue ke sini sekarang apa pun yang gue lakuin Lu jangan halangi. Biarin Gue selesaiin masalah Gue." Fero diam, karena balapan belum mulai Irena berjalan mendekati Igna, dan secara tidak langsung dia juga bertemu Iqbal. Jadi selama ini Iqbal juga tahu kalau Igna sering balapan. Lalu p
Irena bangun pagi, membersihkan kamar yang dia gunakan untuk tidur. Lalu membantu pekerja di panti, masih ada waktu untuk pulang ke Jakarta, karena kuliah siang. Dia membantu Bu Kartika membuat sarapan untuk anak-anak. Jam sembilan pagi dia pulang kembali ke Jakarta dan langsung pergi kampusnya. Untung Mbak Yuni, seorang pekerja panti memberikan dia make up jadi bisa ke kampus walaupun sebelumnya muka dia bengkak dan memerah karena terus menangis semalaman. Dia menyelesaikan ujiannya meksipun kepalanya terasa berat. "Bisa kita bicara sebentar?" Igna menghadang jalan Irena yang sekarang tengah berjalan kaki untuk pergi ke halte. "Enggak ada yang perlu dibicarakan, semalam sudah jelas bukan? Kita putus saja." "Semudah itu kamu Ngomong kita putus?!" "Ya semudah itu juga kamu ngomong i love you ke orang lain." "She is not my girlfriend, you ... only you!" Igna meraih tangan gadis itu namun, Irena menepisnya dengan kasar. Dia muak dengan semua laki-laki yang dia
Sudah seminggu, tidak ada perkataan maaf atau keinginan untuk bicara. Lagipula, Irena sudah berusaha keras melupakan Igna. Hida menatap adiknya yang sedang menyiram tanaman bunga mawar merah di taman depan rumah. Sambil bersenandung kecil, dia menyirami bunga favoritnya itu. "Dek, Abang mau bicara." "Sebentar." kata Irena sambil menaruh selang dan menghampiri sang kakak yang sedang duduk di kursi kayu di bawah pohon mangga. "Ada apa?" tanya Irena. "Coba bertemu Igna, selesaikan masalah kalian. Kakak yakin dia punya penjelasan. Dengarkan dia dulu, setelah itu barulah kamu ambil keputusan." Gadis chubby itu terdiam cukup lama, dia menghela napas panjang lalu menatap sang kakak. "Baiklah, aku akan pergi ke kostan-nya." Hida tersenyum lalu mengusap kepala adiknya lembut. Irena mengumpulkan keberaniannya dan menaiki sepeda milik sang kakak lalu berhenti di kostan Igna. Dia mengetuk pintu kostan itu dan tak lama Igna keluar, aroma alkohol menusuk hidung mancu
Irena pergi ke mall untuk membeli hadiah ulang tahun Fero. Karena bingung, dia akhirnya memilih sepasang sepatu Kets untuk Fero. Pulang dari mall dia membungkus sepatu itu dengan bungkusan cantik, dia memeriksa pesan dari Fero, mengirimkan alamat sebuah gedung. Fero anak yang misterius, dia selalu bersikap seperti tidak tahu apa-apa padahal tahu banyak soal apa pun. Termasuk soal perselingkuhan Igna dan gadis yang tidak tahu siapa itu. Irena selesai membungkus kado ulang tahun untuk Fero. Dia pun segera mandi dan bersiap karena sudah pukul tujuh malam sementara acaranya pukul delapan malam. Irena sudah siap dengan gaun hitam dan rambutnya yang ikal di gulung rapi ke atas serta menggunakan jepitan mutiara. "Mau berangkat sekarang?" tanya Hida."Iya, Bang. Aku udah pesan taksi." "Mau Abang antar?" "Enggak usah deh, Bang." "Ya udah, kalau ada apa-apa hubungi Abang ya." Hida tersenyum lalu kembali fokus pada acara TV. Kedua orang tuanya juga sedang asyik menonton
"Pesanan untuk meja nomor 4." Irena menghampiri barista dan mengambil nampan berisi es Americano dan kue red Velvet. Dia pun membawa pesanan itu ke meja nomor 4. Semalam Hida datang menjemput, dia tidak berkata apa pun. Mungkin belum saatnya dia jujur pada sang kakak. Namun jauh dalam lubuk hatinya dia memang merasa dipermainkan. Selesai mengantar pesanan, dia kembali ke meja kosong untuk membersihkannya. Dia tidak mau memikirkan masalah cintanya yang menyebalkan. Dia harus bersyukur karena cafe itu menerimanya tanpa persyaratan yang rumit. Suara gemerincing pintu cafe terbuka, sosok tinggi bersama seorang lainnya menatap sekitar dan tersenyum tatkala menatap sang gadis yang kini tengah membersihkan meja. "Irena, antarkan ini ke meja yang ada di roof top." Mbak Wendy pemilik cafe sekaligus barista satu-satunya di sana. Cafe memang tidak banyak karyawan, hanya ada Mbak Wendy, Irena dan satu orang untuk shift malam. Gadis itu mengangguk dan membawa nampan berisi pesanan pela
Rambutnya yang panjang lurus tergerai, wajahnya blasteran Indonesia-Belanda. Tungkai kakinya yang jenjang idaman kaum wanita, cara berjalannya juga anggun sesuai dengan pekerjaannya sebagai seorang model. Membuka pintu cafe bernama Rain n coffee itu dan duduk di kursi. Tangannya melambai pada seorang pelayan dan memesan jus buah serta salad. Tidak makan, dia sedang diet. Tak lama pintu cafe gemerincing terbuka, menampakkan seseorang yang sedang dia tunggu. Gadis dengan pipi chubby dan rambut ikal yang digulung dan disematkan tusuk konde perak. Poni menutup keningnya dan dia duduk di depan Dewi. "Langsung ke intinya saja." ucapnya. "Makan dulu, atau mau kupesankan minuman?" tanya Dewi. "Makanku banyak, kamu akan malu makan dengan seekor babi gemuk." "Bisakah berhenti bicara kasar dan sarkas? Aku bahkan datang baik-baik dan ingin bicara baik denganmu." Dewi menatap Irena dan gadis itu hanya diam memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia sudah menebak Dewi datang untuk
Alunan lagu sunda terdengar di rumah sederhana dengan tanaman sayuran tumbuh subur di depan rumahnya. Pak Tatang asyik menatap burung di sangkar, sambil bersuit-suit berharap burung itu mengoceh, tapi tetap saja ocehan istrinya lebih kencang dari ocehan burung miliknya. Burung pemberian Pak RT sebelum pindah ke Semarang. Pak Tatang sekarang yang menjabat ketua RT di komplek itu. Kesehatannya membaik dan aktif mengurus masyarakat. Emak Esih tengah menyapu halaman, buah mangga di depan rumah mereka sedang berguguran daunnya. Mak Esih mengomel saat melihat tumpukan daun mangga kering itu, tak lama kemudian Hida keluar dengan baju kantornya terlihat rapi."Mau berangkat?" tanya Mak Esih."Iya, Mak, Hida berangkat dulu, ada rapat penting, itu si Neng enggak mau bangun, aku udah bangunin masih aja tidur.""Biarin aja, katanya dia enggak masuk kerja, enggak enak badan. Aa berangkat aja, hati-hati di jalan, ya ganteng." Mak Esih tersenyum lalu Hida men
Gaun putih melekat indah pada tubuhnya, gaun yang di desain khusus untuk dirinya sendiri. Dia menatap cermin rias di hadapannya, betapa cantiknya dirinya. selama ini dia sering bermimpi menjadi pengantin, bahkan saat kecil, impiannya adalah menikah dengan seorang pangeran berkuda putih. Namun ketika dewasa mimpinya itu berubah, dia ingin menikah dengan laki-laki yang penuh tanggung jawab seperti mendiang ayahnya. Dan semua itu ada dalam diri Arie Lucas. Ibunya menatap kagum sang putri bungsu, hari ini mereka akan mengadakan pesta pernikahan Irena dan Arie. Setelah Bayi mereka berumur 6 bulan, Arie dan Irena memutuskan untuk menikah. Namun anak mereka tidak ada yang tahu bagaimana wajahnya dan di mana keberadaannya. Sementara ini bayi mereka di rumah diurus oleh Aunty Dao dan anaknya. "Nak, sekarang kamu sudah bukan anak kecil lagi, kamu sekarang sudah menjadi ibu dan juga istri, apa jalankanlah kewajibanmu sebagai seorang ibu yang baik dan juga istri yang bertanggung jawab. ja
Wajah Ayuni Nur Latifah terlihat dingin, menatap tajam setiap karyawan yang berada di kantor milik Tuan Hans Lucas. Dia mendatangi resepsionis dan bertanya tentang keberadaan mantan suaminya itu, sang resepsionis mengatakan jika Tuan Hans ada di ruangannya. "Maaf Nyonya Ayuni Apakah saya harus memberitahukan Tuan Kalau anda berada di sini?""Tidak perlu saya akan mendatangi langsung ke ruangannya." Ayuni berjalan pergi lalu menaiki lift menuju ruangan tempat dimana mantan suaminya berada. Dia menatap meja sekertaris yang kosong dan sudah menduga jika sekretaris baru itu adalah mainan baru mantan suaminya. Dengan kasar dia mendorong pintu ruangan yang bertuliskan Lawyer itu dan melihat sang mantan suami sedang melakukan hal tidak senonoh di ruangannya. Sektretaris barunya itu sedang berada di pangkuan Hans Lucas dan mereka sedang bercumbu mesra, dengan pakaian sang wanita yang hampir terbuka sepenuhnya."Jadi ini yang dilakukan seorang pengacara terkenal di ruangann
Kedua pasangan itu tinggal di rumah baru dengan damai, karena Arie benar-benar merahasiakan tentang rumah itu pada siapa pun. Hanya pihak keluarga yang tahu. Terkadang Mamanya akan ke sana dan Mak Esih juga akan menengok. Hida dan Fero kembaki ke Thailand, tapi Mak Esih sekarang tidak sendiri di rumah. Ada Mbak Sri dan anaknya yang kadang menginap ke rumah. Toko online milik Irena sekarang di kelola oleh Kristina, dan sebulan sekali gadis remaja itu akan mentransfer uang hasil penjualan pada Irena. Sementara Cafe Rainbow dipegang oleh orang kepercayaan Arie. Arie akan pergi ke kantor di pagi hari dan pulang sore hari. Irena di rumah sendirian, karena memang dia menginginkan itu. Sekarang usia kandungan Irena sudah memasuki bulan ke-lima dan dia sangat manja pada Arie. Dia juga sudah mulai mengidam ini itu. Yang kadang membuat calon Papa itu pusing mendadak. "Kak, aku pengen makan makanan Korea." "Ya udah aku pesankan ya sayang." "Enggak mau, maunya Kakak masakin."
Dengarkanlah wanita impiankuhari ini akan kusampaikan,Janji suci kepadamu dewikudengarkanlah kesungguhan rasa, ku ingin mempersuntingmu, untuk yang pertama dan terakhir Jangan kau tolak dan buatku hancur ku tak mau mengulang untuk meminta satu keyakinan hatiku ini engkaulah yang terbaik untukku .....setiap perjalanan yang dilalui oleh anak manusia, banyak luka likunya termasuk perjalanan cinta Irena dan Arie. Meksipun mereka harus berpisah sementara namun akhirnya kembali bersama. Arie benar-benar menepati janjinya. Dia menelepon Mama Ayuni dan Tante Dao serta Paman Alex. Mereka semua datang dan terkejut karena Arie ingin pertunangan dia dan Irena segera dilakukan dan semua orang harus tahu. akhirnya setelah bermusyawarah, dan menghasilkan kesepakatan bersama. pertunangan mereka dilakukan di sebuah gedung yang sudah di sewa. dan disiarkan langsung serta mengundang beberapa awak media untuk meliput nya. Arie ingin semua orang tahu bahwa kekasihnya adalah wanita ya
Dirematnya ponsel android miliknya, bibirnya terkatup rapat. Dia merasa kembali cemas, melihat pesan-pesan yang dia kirim untuk sang kekasih hanya berakhir dengan centang satu. Irena kembali mencoba menelpon Arie namun tetap tidak ada jawaban. Dia kemudian mencoba menelepon Mama Ayuni."Hallo, sayang ... sudah lama ya, bagaimana kabarmu?""Aku baik Ma, Mama apa kabar?""Mama baik, gimana keadaan Ibu?""Ibu baik, Ma ... Mama, boleh aku tanya, Kak Arie kenapa susah dihubungi?""Entahlah, anak itu akhir-akhir ini sangat sibuk, dia jarang pulang ke rumah Mama dan juga jarang telepon Mama. Kamu kangen ya?""Iya, Ma." ucapnya dan berusaha agar suaranya baik-baik saja. Dia pun mengakhiri teleponnya dan kembali mencoba untuk menormalkan perasaanya yang mulai cemas dan galau. Dia pun tidak tahan lagi dan menelepon kakaknya."Iya, adek kenapa?""Kak, maafin aku.""Kenapa minta maaf sih, le
Arie sudah kembali ke Singapore untuk mengurus semua pekerjaan di sana dan mengurus kepindahan dia ke Indonesia. Irena dan Ibunya hidup dengan bahagia, Emak Esih sekarang sudah tidak lagi sedih karena kehilangan suaminya dan juga ditinggalkan oleh anak laki-lakinya, Hida dan Fero masih sering menghubungi orang tuanya, mereka sama sekali tidak lupa itu. Meskipun jalan yang mereka ambil salah namun Emak Esih selalu yakin ada hikmah dari semua peristiwa yang terjadi. Irena resmi menjadi pemilik cafe Rainbow, pegawainya masih sama, hanya saja ada beberapa pegawai magang sekarang. Dia juga menjalani diet sehat atas bimbingan Dokter Sam, iya Dokter hewan yang dulu dikenalnya mengenalkan dia pada rekannya yang seorang ahli gizi. Dia akan berolahraga di sela waktu luangnya, dia juga dibimbing oleh seorang coach yang ahli. Makanan yang dia makan sekarang lebih diatur dan dia berhasil menghilangkan berat badannya dari 80 menjadi 78 kg. Namun ini sudah beberapa hari dia merasa mood-nya begitu
Kedua tangan mereka saling berpegangan erat satu sama lain. Mereka berjalan di pesisir pantai Ubud, ditemani sinar matahari yang hangat. Sesekali keduanya bercanda, lalu saling kejar-kejaran. Siapa pun yang melihatnya pasti iri hati pada sang wanita. Bagaimana bisa seorang sesempurna itu menyukai wanita yang berbadan gemuk dan sama sekali tidak ada bule-bulenya. Tapi Irena meyakinkan dirinya bahwa Arie adalah seseorang yang tulus mencintai dirinya. Waktu yang mereka lewati bersama dan juga kenangan yang tercipta diantara keduanya, membaut Irena semakin yakin jika Arie Lucas dan dirinya ditakdirkan bersama. "Mau kelapa muda?" "Mau." "Sebentar ya, aku beli dulu." ucapnya mengecup kening Irena lembut. Irena merona teringat semalam bagaimana mereka saling menyatu dalam kehangatan dan juga saling memanggil nama masing-masing dengan suara menggetarkan jiwa. Rambut ikalnya tertiup angin, sementara kain Bali yang dipakainya ikut melambai. Seorang gadis kecil mendatangi diriny
Lilin di meja sudah padam, makanan belum diantarkan karena belum ada instruksi dari Arie. para pelayan menunggu dengan cemas karena Tuhan mereka belum mendapatkan jawaban yang diinginkannya. Secara gamblang gadis yang dia cintai menolak untuk menikah dengannya, apa yang salah apakah gadis itu belum memaafkan kesalahannya di masa lalu ataukah gadis itu masih ragu akan kesungguhan cintanya. Keduanya saling menatap sementara tangan sang pria menggenggam erat tangan gadis di hadapannya seolah ingin berkata bahwa apa yang dia lakukan saat ini benar-benar dari hati yang paling dalam, dia sudah mempersiapkan ini dari lama khusus untuk gadis yang ia cintai di malam hari ulang tahun tetapi kenapa gadis itu menolak?"Kakak pasti bertanya alasan aku menolak kakak apa?" "Ya aku masih bingung kenapa kamu menolakku bukankah kamu bilang sendiri kalau kamu sudah memaafkan aku dan kamu ingin aku menunjukkan keseriusan ku padamu. Dan inilah saatnya aku menunjukkan bahwa aku benar-benar menci
Kedua pasangan itu sampai di bandara Gusti Ngurah Rai, Bali. Seorang pria berumur 40 Tahunan menghampiri mereka. Dia tampak sudah akrab dengan Arie, dia mempersilakan Arie dan Irena masuk ke dalam mobil berwarna hitam itu. Mobil melaju degan kecepatan sedang, Irena menatap setiap tempat yang dilewati mobil itu, dia tersenyum menatap keindahan Bali. Sekitar 1 jam 4 menit kemudian, mobil berhenti di sebuah villa di kawasan Ubud. Mereka berdua turun dari mobil itu dan diantarkan masuk ke dalam Villa. Villa itu sudah dibooking penuh oleh Arie khusus untuk mereka berdua saja, semua sudah diperiksa olehnya. Kamar yang begitu nyaman dan menghadap langsung ke pantai. "Whoaa! Nyamannya kasur ini, langsung ngadep pantai lagi, aku suka banget Kak!" Irena berseru senang sambil matanya berbinar menatap pantai yang begitu indah. "Syukur kalau kamu suka, Aku pergi ke luar dulu ya mau telepon Mama. Kamu mandi saja dulu, mau makan di sini atau di luar?" "Makan di sini saja, aku capek.