Irena pergi ke mall untuk membeli hadiah ulang tahun Fero. Karena bingung, dia akhirnya memilih sepasang sepatu Kets untuk Fero. Pulang dari mall dia membungkus sepatu itu dengan bungkusan cantik, dia memeriksa pesan dari Fero, mengirimkan alamat sebuah gedung. Fero anak yang misterius, dia selalu bersikap seperti tidak tahu apa-apa padahal tahu banyak soal apa pun. Termasuk soal perselingkuhan Igna dan gadis yang tidak tahu siapa itu. Irena selesai membungkus kado ulang tahun untuk Fero. Dia pun segera mandi dan bersiap karena sudah pukul tujuh malam sementara acaranya pukul delapan malam. Irena sudah siap dengan gaun hitam dan rambutnya yang ikal di gulung rapi ke atas serta menggunakan jepitan mutiara.
"Mau berangkat sekarang?" tanya Hida."Iya, Bang. Aku udah pesan taksi.""Mau Abang antar?""Enggak usah deh, Bang.""Ya udah, kalau ada apa-apa hubungi Abang ya." Hida tersenyum lalu kembali fokus pada acara TV. Kedua orang tuanya juga sedang asyik menonton"Pesanan untuk meja nomor 4." Irena menghampiri barista dan mengambil nampan berisi es Americano dan kue red Velvet. Dia pun membawa pesanan itu ke meja nomor 4. Semalam Hida datang menjemput, dia tidak berkata apa pun. Mungkin belum saatnya dia jujur pada sang kakak. Namun jauh dalam lubuk hatinya dia memang merasa dipermainkan. Selesai mengantar pesanan, dia kembali ke meja kosong untuk membersihkannya. Dia tidak mau memikirkan masalah cintanya yang menyebalkan. Dia harus bersyukur karena cafe itu menerimanya tanpa persyaratan yang rumit. Suara gemerincing pintu cafe terbuka, sosok tinggi bersama seorang lainnya menatap sekitar dan tersenyum tatkala menatap sang gadis yang kini tengah membersihkan meja. "Irena, antarkan ini ke meja yang ada di roof top." Mbak Wendy pemilik cafe sekaligus barista satu-satunya di sana. Cafe memang tidak banyak karyawan, hanya ada Mbak Wendy, Irena dan satu orang untuk shift malam. Gadis itu mengangguk dan membawa nampan berisi pesanan pela
Rambutnya yang panjang lurus tergerai, wajahnya blasteran Indonesia-Belanda. Tungkai kakinya yang jenjang idaman kaum wanita, cara berjalannya juga anggun sesuai dengan pekerjaannya sebagai seorang model. Membuka pintu cafe bernama Rain n coffee itu dan duduk di kursi. Tangannya melambai pada seorang pelayan dan memesan jus buah serta salad. Tidak makan, dia sedang diet. Tak lama pintu cafe gemerincing terbuka, menampakkan seseorang yang sedang dia tunggu. Gadis dengan pipi chubby dan rambut ikal yang digulung dan disematkan tusuk konde perak. Poni menutup keningnya dan dia duduk di depan Dewi. "Langsung ke intinya saja." ucapnya. "Makan dulu, atau mau kupesankan minuman?" tanya Dewi. "Makanku banyak, kamu akan malu makan dengan seekor babi gemuk." "Bisakah berhenti bicara kasar dan sarkas? Aku bahkan datang baik-baik dan ingin bicara baik denganmu." Dewi menatap Irena dan gadis itu hanya diam memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia sudah menebak Dewi datang untuk
Alunan lagu sunda terdengar di rumah sederhana dengan tanaman sayuran tumbuh subur di depan rumahnya. Pak Tatang asyik menatap burung di sangkar, sambil bersuit-suit berharap burung itu mengoceh, tapi tetap saja ocehan istrinya lebih kencang dari ocehan burung miliknya. Burung pemberian Pak RT sebelum pindah ke Semarang. Pak Tatang sekarang yang menjabat ketua RT di komplek itu. Kesehatannya membaik dan aktif mengurus masyarakat. Emak Esih tengah menyapu halaman, buah mangga di depan rumah mereka sedang berguguran daunnya. Mak Esih mengomel saat melihat tumpukan daun mangga kering itu, tak lama kemudian Hida keluar dengan baju kantornya terlihat rapi."Mau berangkat?" tanya Mak Esih."Iya, Mak, Hida berangkat dulu, ada rapat penting, itu si Neng enggak mau bangun, aku udah bangunin masih aja tidur.""Biarin aja, katanya dia enggak masuk kerja, enggak enak badan. Aa berangkat aja, hati-hati di jalan, ya ganteng." Mak Esih tersenyum lalu Hida men
Irena sampai di gedung kantor tempat kakaknya bekerja. Hida sudah menunggu rupanya di depan gedung dengan wajah cemas dan tak lama kemudian wajahnya berubah sumringah saat melihat sang adik. Irena memberikan flashdisk milik sang kakak. "Makasih ya adikku sayang, kalau enggak ada kamu kakak bakal mati hari ini." "Lebay banget sih. Udah sana masuk, udah jam sembilan lebih ini. Aku mau main ke shelter Mas Reno." "Ya udah sana hati-hati." "Ho oh." jawab Irena, dia memeriksa ponselnya yang sejak tadi berisik. Rupanya ada pesan dari Mas Reno kalau hari ini dia ada di shelter dan Irena bisa datang. Irena kembali memasukkan ponsel ke dalam tas selempang miliknya. Lalu saat hendak pergi matanya tak sengaja melihat sosok Fero masuk ke gedung kantor di mana kakaknya bekerja. Kenapa Fero ada di sana? Dan kenapa kakaknya tidak mengatakan apa pun? Tapi pikirannya hanya sampai di situ saja. Dia sudah tidak peduli apa pun itu. Irena segera pergi ke halte busway. Tak sampai 1 ja
Irena bingung, pulang dengan menggendong kucing hitam dalam tas. Apa yang harus dia katakan pada kedua orang tuanya. Apa yang harus dia lakukan di depan mereka? Hida, orang yang sangat dia percaya setidaknya untuk saat ini, di saat hatinya terluka oleh dua orang laki-laki yang menyakitinya. Dia tidak rela melihat senyum kedua orang tuanya menjadi lautan kesedihan. Sakit rasanya, mengenang semua memori indah bersama sang kakak. Dia tidak sangka kakaknya mengecewakan keluarganya begitu saja. Melihat kedua orang tuanya sedang tertawa bersama melihat acara komedi. Bagaimana dia bisa berkata jujur lalu menghentikan tawa itu dan merubahnya jadi tangis kesedihan. "Udah pulang? Gimana tadi makanannya dikasih ke kakak kamu?" "Udah kok, oh ya aku sekarang melihara kucing ini. Boleh 'kan Pak?" "Boleh, asal kamu urus ya, kasih makan." "Iya, Pak. Aku mau mandi ya." Irena menaruh kucing itu di sofa dan tampak anteng dengan kedua orang tuanya. Dia melangkahkan kakinya ke k
Hida menghampiri sang adik dan menatapnya tajam. Dia tampak sangat marah kepada Irena yang sudah menghina Fero. "Apakah aku pernah mengajarkan kamu untuk jadi orang yang kasar! Apakah Bapak dan Ibu mengajarkan kamu untuk bicara jahat pada orang lain! Tahu apa kamu soal Fero, soal hubungan kami?! Kamu tidak tahu apa pun. Kamu hanya melihat dari sisimu!" Hida membentaknya keras. Irena terkejut seumur hidup, Kakak kandung yang sangat menyayangi dan mencintai dia, ada di garda paling depan saat dia tersakiti membentak dia begitu saja karena membela laki-laki itu. Irena tak percaya dengan semuanya. Dia menatap nyalang sang kakak. "Memang tidak pernah mengajarkan aku untuk berkata kasar pada orang lain ayah dan ibu kita juga tidak pernah mengajarkan itu padaku. Tetapi aku berkata kasar seperti itu karena aku ingin Kakak kembali ke jalan yang benar. Ini semua itu salah apa yang kalian lakukan itu salah baik dimata norma masyarakat maupun dimata agama atau kalian tidak mengerti it
Fero anak yang lahir dari seorang wanita yang mungkin kata orang adalah perusak rumah tangga orang. Sejak dia lahir, tidak pernah sedikit pun sang ayah mau menatapnya atau sekedar menggendongnya. Shanty berusaha untuk bicara pada suaminya namun tetap Hans tidak pernah sedikit saja melirik anak laki-laki dengan wajah manis itu. Rambutnya khas blasteran, matanya berwarna cokelat terang dan bibirnya mungil seperti bibir anak perempuan. Di pipinya bertaburan bintang alias freckles. Jarang sekali, ada anak laki-laki berwajah bule di sekitarnya. Fero tumbuh dengan cinta dan kasih sayang Bu Darmi dan Pak Tejo. Mereka adalah sepasang suami istri yang bekerja di keluarganya. Meksipun Hans tidak pernah mau mengakui Fero sebagai putranya, namun tetap dia bertanggung jawab pada Shanty. Hanya saja perempuan itu tidak mau berpangku tangan dan mengandalkan suami yang mungkin suatu saat meninggalkan dirinya. Shanty berkerja keras di sebuah perusahaan tekstil. Semakin lama, dia bertumbuh pesat dan m
Irena berhadapan dengan orang tuanya. Mereka menatap putri kesayangan mereka dengan tatapan meminta penjelasan. Irena mengigit bibirnya dan merasa jari jemarinya Tremor karena tatapan Bapaknya. "Sebenarnya ke mana Kakak kamu, ini sudah satu Minggu dia tidak ada. Bajunya juga kosong dan kopernya ikut raib. Dia juga tidak membalas pesan Bapak sama Ibu. Ribuan telepon pun tidak ada jawabannya. Kamu jujur sama Bapak, sebenarnya ada apa?" tanya Pak Tatang. "Pak, aku juga enggak tahu Kakak ke mana." "Bapak tahu kamu lagi menyembunyikan sesuatu dari Bapak, jujur saja. Bapak enggak akan marah. Apa kalian bertengkar?" "Aku enggak bisa jawab sekarang, Pak. Yang jelas aku bakal bawa Kakak pulang. Aku janji, maafkan aku." Irena tertunduk, matanya berkaca-kaca. Pak Tatang menyerah, dia tidak mau memaksa anaknya untuk bercerita apa yang sebenarnya terjadi. Malam itu Irena tidak dapat bekerja dengan baik lagi. Kebetulan dia jaga malam dan terus memikirkan bagaimana caranya memb
Gaun putih melekat indah pada tubuhnya, gaun yang di desain khusus untuk dirinya sendiri. Dia menatap cermin rias di hadapannya, betapa cantiknya dirinya. selama ini dia sering bermimpi menjadi pengantin, bahkan saat kecil, impiannya adalah menikah dengan seorang pangeran berkuda putih. Namun ketika dewasa mimpinya itu berubah, dia ingin menikah dengan laki-laki yang penuh tanggung jawab seperti mendiang ayahnya. Dan semua itu ada dalam diri Arie Lucas. Ibunya menatap kagum sang putri bungsu, hari ini mereka akan mengadakan pesta pernikahan Irena dan Arie. Setelah Bayi mereka berumur 6 bulan, Arie dan Irena memutuskan untuk menikah. Namun anak mereka tidak ada yang tahu bagaimana wajahnya dan di mana keberadaannya. Sementara ini bayi mereka di rumah diurus oleh Aunty Dao dan anaknya. "Nak, sekarang kamu sudah bukan anak kecil lagi, kamu sekarang sudah menjadi ibu dan juga istri, apa jalankanlah kewajibanmu sebagai seorang ibu yang baik dan juga istri yang bertanggung jawab. ja
Wajah Ayuni Nur Latifah terlihat dingin, menatap tajam setiap karyawan yang berada di kantor milik Tuan Hans Lucas. Dia mendatangi resepsionis dan bertanya tentang keberadaan mantan suaminya itu, sang resepsionis mengatakan jika Tuan Hans ada di ruangannya. "Maaf Nyonya Ayuni Apakah saya harus memberitahukan Tuan Kalau anda berada di sini?""Tidak perlu saya akan mendatangi langsung ke ruangannya." Ayuni berjalan pergi lalu menaiki lift menuju ruangan tempat dimana mantan suaminya berada. Dia menatap meja sekertaris yang kosong dan sudah menduga jika sekretaris baru itu adalah mainan baru mantan suaminya. Dengan kasar dia mendorong pintu ruangan yang bertuliskan Lawyer itu dan melihat sang mantan suami sedang melakukan hal tidak senonoh di ruangannya. Sektretaris barunya itu sedang berada di pangkuan Hans Lucas dan mereka sedang bercumbu mesra, dengan pakaian sang wanita yang hampir terbuka sepenuhnya."Jadi ini yang dilakukan seorang pengacara terkenal di ruangann
Kedua pasangan itu tinggal di rumah baru dengan damai, karena Arie benar-benar merahasiakan tentang rumah itu pada siapa pun. Hanya pihak keluarga yang tahu. Terkadang Mamanya akan ke sana dan Mak Esih juga akan menengok. Hida dan Fero kembaki ke Thailand, tapi Mak Esih sekarang tidak sendiri di rumah. Ada Mbak Sri dan anaknya yang kadang menginap ke rumah. Toko online milik Irena sekarang di kelola oleh Kristina, dan sebulan sekali gadis remaja itu akan mentransfer uang hasil penjualan pada Irena. Sementara Cafe Rainbow dipegang oleh orang kepercayaan Arie. Arie akan pergi ke kantor di pagi hari dan pulang sore hari. Irena di rumah sendirian, karena memang dia menginginkan itu. Sekarang usia kandungan Irena sudah memasuki bulan ke-lima dan dia sangat manja pada Arie. Dia juga sudah mulai mengidam ini itu. Yang kadang membuat calon Papa itu pusing mendadak. "Kak, aku pengen makan makanan Korea." "Ya udah aku pesankan ya sayang." "Enggak mau, maunya Kakak masakin."
Dengarkanlah wanita impiankuhari ini akan kusampaikan,Janji suci kepadamu dewikudengarkanlah kesungguhan rasa, ku ingin mempersuntingmu, untuk yang pertama dan terakhir Jangan kau tolak dan buatku hancur ku tak mau mengulang untuk meminta satu keyakinan hatiku ini engkaulah yang terbaik untukku .....setiap perjalanan yang dilalui oleh anak manusia, banyak luka likunya termasuk perjalanan cinta Irena dan Arie. Meksipun mereka harus berpisah sementara namun akhirnya kembali bersama. Arie benar-benar menepati janjinya. Dia menelepon Mama Ayuni dan Tante Dao serta Paman Alex. Mereka semua datang dan terkejut karena Arie ingin pertunangan dia dan Irena segera dilakukan dan semua orang harus tahu. akhirnya setelah bermusyawarah, dan menghasilkan kesepakatan bersama. pertunangan mereka dilakukan di sebuah gedung yang sudah di sewa. dan disiarkan langsung serta mengundang beberapa awak media untuk meliput nya. Arie ingin semua orang tahu bahwa kekasihnya adalah wanita ya
Dirematnya ponsel android miliknya, bibirnya terkatup rapat. Dia merasa kembali cemas, melihat pesan-pesan yang dia kirim untuk sang kekasih hanya berakhir dengan centang satu. Irena kembali mencoba menelpon Arie namun tetap tidak ada jawaban. Dia kemudian mencoba menelepon Mama Ayuni."Hallo, sayang ... sudah lama ya, bagaimana kabarmu?""Aku baik Ma, Mama apa kabar?""Mama baik, gimana keadaan Ibu?""Ibu baik, Ma ... Mama, boleh aku tanya, Kak Arie kenapa susah dihubungi?""Entahlah, anak itu akhir-akhir ini sangat sibuk, dia jarang pulang ke rumah Mama dan juga jarang telepon Mama. Kamu kangen ya?""Iya, Ma." ucapnya dan berusaha agar suaranya baik-baik saja. Dia pun mengakhiri teleponnya dan kembali mencoba untuk menormalkan perasaanya yang mulai cemas dan galau. Dia pun tidak tahan lagi dan menelepon kakaknya."Iya, adek kenapa?""Kak, maafin aku.""Kenapa minta maaf sih, le
Arie sudah kembali ke Singapore untuk mengurus semua pekerjaan di sana dan mengurus kepindahan dia ke Indonesia. Irena dan Ibunya hidup dengan bahagia, Emak Esih sekarang sudah tidak lagi sedih karena kehilangan suaminya dan juga ditinggalkan oleh anak laki-lakinya, Hida dan Fero masih sering menghubungi orang tuanya, mereka sama sekali tidak lupa itu. Meskipun jalan yang mereka ambil salah namun Emak Esih selalu yakin ada hikmah dari semua peristiwa yang terjadi. Irena resmi menjadi pemilik cafe Rainbow, pegawainya masih sama, hanya saja ada beberapa pegawai magang sekarang. Dia juga menjalani diet sehat atas bimbingan Dokter Sam, iya Dokter hewan yang dulu dikenalnya mengenalkan dia pada rekannya yang seorang ahli gizi. Dia akan berolahraga di sela waktu luangnya, dia juga dibimbing oleh seorang coach yang ahli. Makanan yang dia makan sekarang lebih diatur dan dia berhasil menghilangkan berat badannya dari 80 menjadi 78 kg. Namun ini sudah beberapa hari dia merasa mood-nya begitu
Kedua tangan mereka saling berpegangan erat satu sama lain. Mereka berjalan di pesisir pantai Ubud, ditemani sinar matahari yang hangat. Sesekali keduanya bercanda, lalu saling kejar-kejaran. Siapa pun yang melihatnya pasti iri hati pada sang wanita. Bagaimana bisa seorang sesempurna itu menyukai wanita yang berbadan gemuk dan sama sekali tidak ada bule-bulenya. Tapi Irena meyakinkan dirinya bahwa Arie adalah seseorang yang tulus mencintai dirinya. Waktu yang mereka lewati bersama dan juga kenangan yang tercipta diantara keduanya, membaut Irena semakin yakin jika Arie Lucas dan dirinya ditakdirkan bersama. "Mau kelapa muda?" "Mau." "Sebentar ya, aku beli dulu." ucapnya mengecup kening Irena lembut. Irena merona teringat semalam bagaimana mereka saling menyatu dalam kehangatan dan juga saling memanggil nama masing-masing dengan suara menggetarkan jiwa. Rambut ikalnya tertiup angin, sementara kain Bali yang dipakainya ikut melambai. Seorang gadis kecil mendatangi diriny
Lilin di meja sudah padam, makanan belum diantarkan karena belum ada instruksi dari Arie. para pelayan menunggu dengan cemas karena Tuhan mereka belum mendapatkan jawaban yang diinginkannya. Secara gamblang gadis yang dia cintai menolak untuk menikah dengannya, apa yang salah apakah gadis itu belum memaafkan kesalahannya di masa lalu ataukah gadis itu masih ragu akan kesungguhan cintanya. Keduanya saling menatap sementara tangan sang pria menggenggam erat tangan gadis di hadapannya seolah ingin berkata bahwa apa yang dia lakukan saat ini benar-benar dari hati yang paling dalam, dia sudah mempersiapkan ini dari lama khusus untuk gadis yang ia cintai di malam hari ulang tahun tetapi kenapa gadis itu menolak?"Kakak pasti bertanya alasan aku menolak kakak apa?" "Ya aku masih bingung kenapa kamu menolakku bukankah kamu bilang sendiri kalau kamu sudah memaafkan aku dan kamu ingin aku menunjukkan keseriusan ku padamu. Dan inilah saatnya aku menunjukkan bahwa aku benar-benar menci
Kedua pasangan itu sampai di bandara Gusti Ngurah Rai, Bali. Seorang pria berumur 40 Tahunan menghampiri mereka. Dia tampak sudah akrab dengan Arie, dia mempersilakan Arie dan Irena masuk ke dalam mobil berwarna hitam itu. Mobil melaju degan kecepatan sedang, Irena menatap setiap tempat yang dilewati mobil itu, dia tersenyum menatap keindahan Bali. Sekitar 1 jam 4 menit kemudian, mobil berhenti di sebuah villa di kawasan Ubud. Mereka berdua turun dari mobil itu dan diantarkan masuk ke dalam Villa. Villa itu sudah dibooking penuh oleh Arie khusus untuk mereka berdua saja, semua sudah diperiksa olehnya. Kamar yang begitu nyaman dan menghadap langsung ke pantai. "Whoaa! Nyamannya kasur ini, langsung ngadep pantai lagi, aku suka banget Kak!" Irena berseru senang sambil matanya berbinar menatap pantai yang begitu indah. "Syukur kalau kamu suka, Aku pergi ke luar dulu ya mau telepon Mama. Kamu mandi saja dulu, mau makan di sini atau di luar?" "Makan di sini saja, aku capek.