Irena bingung, pulang dengan menggendong kucing hitam dalam tas. Apa yang harus dia katakan pada kedua orang tuanya. Apa yang harus dia lakukan di depan mereka? Hida, orang yang sangat dia percaya setidaknya untuk saat ini, di saat hatinya terluka oleh dua orang laki-laki yang menyakitinya. Dia tidak rela melihat senyum kedua orang tuanya menjadi lautan kesedihan. Sakit rasanya, mengenang semua memori indah bersama sang kakak. Dia tidak sangka kakaknya mengecewakan keluarganya begitu saja. Melihat kedua orang tuanya sedang tertawa bersama melihat acara komedi. Bagaimana dia bisa berkata jujur lalu menghentikan tawa itu dan merubahnya jadi tangis kesedihan.
"Udah pulang? Gimana tadi makanannya dikasih ke kakak kamu?""Udah kok, oh ya aku sekarang melihara kucing ini. Boleh 'kan Pak?""Boleh, asal kamu urus ya, kasih makan.""Iya, Pak. Aku mau mandi ya."Irena menaruh kucing itu di sofa dan tampak anteng dengan kedua orang tuanya. Dia melangkahkan kakinya ke kHida menghampiri sang adik dan menatapnya tajam. Dia tampak sangat marah kepada Irena yang sudah menghina Fero. "Apakah aku pernah mengajarkan kamu untuk jadi orang yang kasar! Apakah Bapak dan Ibu mengajarkan kamu untuk bicara jahat pada orang lain! Tahu apa kamu soal Fero, soal hubungan kami?! Kamu tidak tahu apa pun. Kamu hanya melihat dari sisimu!" Hida membentaknya keras. Irena terkejut seumur hidup, Kakak kandung yang sangat menyayangi dan mencintai dia, ada di garda paling depan saat dia tersakiti membentak dia begitu saja karena membela laki-laki itu. Irena tak percaya dengan semuanya. Dia menatap nyalang sang kakak. "Memang tidak pernah mengajarkan aku untuk berkata kasar pada orang lain ayah dan ibu kita juga tidak pernah mengajarkan itu padaku. Tetapi aku berkata kasar seperti itu karena aku ingin Kakak kembali ke jalan yang benar. Ini semua itu salah apa yang kalian lakukan itu salah baik dimata norma masyarakat maupun dimata agama atau kalian tidak mengerti it
Fero anak yang lahir dari seorang wanita yang mungkin kata orang adalah perusak rumah tangga orang. Sejak dia lahir, tidak pernah sedikit pun sang ayah mau menatapnya atau sekedar menggendongnya. Shanty berusaha untuk bicara pada suaminya namun tetap Hans tidak pernah sedikit saja melirik anak laki-laki dengan wajah manis itu. Rambutnya khas blasteran, matanya berwarna cokelat terang dan bibirnya mungil seperti bibir anak perempuan. Di pipinya bertaburan bintang alias freckles. Jarang sekali, ada anak laki-laki berwajah bule di sekitarnya. Fero tumbuh dengan cinta dan kasih sayang Bu Darmi dan Pak Tejo. Mereka adalah sepasang suami istri yang bekerja di keluarganya. Meksipun Hans tidak pernah mau mengakui Fero sebagai putranya, namun tetap dia bertanggung jawab pada Shanty. Hanya saja perempuan itu tidak mau berpangku tangan dan mengandalkan suami yang mungkin suatu saat meninggalkan dirinya. Shanty berkerja keras di sebuah perusahaan tekstil. Semakin lama, dia bertumbuh pesat dan m
Irena berhadapan dengan orang tuanya. Mereka menatap putri kesayangan mereka dengan tatapan meminta penjelasan. Irena mengigit bibirnya dan merasa jari jemarinya Tremor karena tatapan Bapaknya. "Sebenarnya ke mana Kakak kamu, ini sudah satu Minggu dia tidak ada. Bajunya juga kosong dan kopernya ikut raib. Dia juga tidak membalas pesan Bapak sama Ibu. Ribuan telepon pun tidak ada jawabannya. Kamu jujur sama Bapak, sebenarnya ada apa?" tanya Pak Tatang. "Pak, aku juga enggak tahu Kakak ke mana." "Bapak tahu kamu lagi menyembunyikan sesuatu dari Bapak, jujur saja. Bapak enggak akan marah. Apa kalian bertengkar?" "Aku enggak bisa jawab sekarang, Pak. Yang jelas aku bakal bawa Kakak pulang. Aku janji, maafkan aku." Irena tertunduk, matanya berkaca-kaca. Pak Tatang menyerah, dia tidak mau memaksa anaknya untuk bercerita apa yang sebenarnya terjadi. Malam itu Irena tidak dapat bekerja dengan baik lagi. Kebetulan dia jaga malam dan terus memikirkan bagaimana caranya memb
Setelah pertemuan dirinya dengan Fero, belum ada kabar sama sekali dari sang Kakak kalau dia akan pulang ke rumah dan bertemu dengan kedua orang tua mereka. Irena berkali-kali mencoba menghubungi sang kakak namun hanya jawaban operator telepon yang dia dapatkan. Dia juga mencoba menghubungi Fero namun tidak ada jawaban dari anak laki-laki itu. Ayahnya sedang sakit keras kembali, mungkin karena terlalu banyak pikiran, ayahnya mengalami serangan hipertensi kembali. Sudah berapa hari pria paruh baya itu terbaring di ranjang rumah sakit. "Bapak, makan dulu biar cepet sembuh." Irena mengambil bubur yang diberikan pihak rumah sakit. Namun bapaknya terus menolak. Arie Lucas lagi-lagi menolongnya saat dia sedang kebingungan, ayahnya pingsan mendadak di rumah saat dia sedang masak untuk makan siang, dan ibunya masih berada di pengajian. Dia bingung harus bagaimana lalu tiba-tiba Arie datang hendak menemui dia dan buru-buru menggendong sang ayah ke rumah sakit. "Hida mana? Bapak mau
Hujan deras turun membasahi bumi, tanah merah bertabur dengan bunga yang masih baru. Sebuah na terukir di sana Tatang Wahyudi Bin Tole. Mak Esih berjalan tertatih dalam pelukan ibunya Arie. Wanita itu segera mengambil penerbangan paling cepat menuju ke Indonesia setelah dikabari jika ayah Irena meninggal dunia. wanita paruh baya itu, hanya bisa menangis dan kedua kelopak matanya tampak menjadi bengkak. Dokter tidak bisa menyelamatkan suaminya, dokter sudah berusaha keras untuk menyelamatkannya, namun sepertinya Pak Tatang mengalami syok yang mengakibatkan gagal jantung. Wajah Irena sungguh tidak bersahabat, tatkala melihat sang kakak berdiri dengan wajah pucat bersama kekasih lelakinya. "Untuk apa datang ke sini?! Sudah tercapai bukan apa yang kamu inginkan selama ini? Aku sudah katakan padamu berapa kali. Jangan katakan apapun pada orang tua kita, aku menahan diri untuk tidak berbicara apapun mengenai dirimu, tapi kamu semudah itu bicara tentang hubungan kalian berdua pad
Tujuh hari berlalu, ayahnya sudah pergi dan tidak akan pernah kembali untuk selamanya, ayahnya menyusul sang kakek yang sudah meninggalkan mereka 10 tahun lalu. Mak Esih masih sama, sepertinya dunianya mendadak runtuh saat Pak Tatang meninggal dunia dan anaknya pergi meninggalkan rumah. Irena setiap hari membujuk ibunya untuk keluar dari kamar, namun dia masih bersikeras berada di sana. Namun dia selalu Irena paksa makan walau hanya sesusap atau dua suap nasi. Mama Ayuni masih ada di sana, menginap di rumah Irena. Dia memberikan banyak bantuan di saat Irena terpuruk, ucapan yang bijak dan tidak pernah berhenti memberikan dia semangat. Arie juga selalu ada disampingnya, pulang bekerja dia akan langsung ke rumahnya. Arie juga sudah berhari-hari tidur di kamar Hida. Irena juga tidak keberatan dan mengizinkannya. Untuk saat ini dia belum bisa berpikir ke depannya seperti apa, dia fokus pada ibunya dan juga kehidupan keluarganya setelah Pak Tatang meninggal dunia. Dia otomatis jadi tulun
Irena berterima kasih pada Mbak Wendy, karena dia diizinkan cuti semaunya. Mbak Wendy mengerti akan keadaannya saat ini. Irena bisa masuk kapan saja ke cafe, gadis chubby itu menatap pantulan dirinya di cermin, matanya terlihat bengkak dan tubuhnya menurun drastis, kemarin saat iseng menimbang berat badannya jadi 70kg. Kejadian itu membuatnya stres dan nafsu makannya berkurang drastis, dia juga benar-benar down mental. Dia membuka galeri ponselnya, masih ada foto-foto dirinya dan sang ayah. Seketika matanya kembali memanas, lalu air mata turun dengan begitu derasnya. Bagaimana pun juga kehilangan seorang ayah seperti kehilangan pilar hidup. Lalu kakaknya pergi dan dia sekarang bingung, bagaimana menjalani hidupnya setelah ini. Bahunya gemetar, dan suara isak tangisnya terdengar sampai keluar. Arie membawa satu cangkir cokelat hangat dan membuka pintu kamar Irena."Dont cry please." Arie terkejut melihat Irena menangis di lantai memeluk lutut sendiri. Arie segera menyimp
Irena baru selesai mencuci baju dan menjemurnya. Kemarin burung kesayangan ayahnya dibawa oleh Kakak sepupu. Kasihan tidak ada yang urus, untunglah Kucing hitam miliknya jadi kesayangan Arie, jadi lelaki itu akan mengurusnya setiap pulang kerja. Sementara burung kesayangan Bapak itu, dia tidak terlalu paham cara mengurus dan juga suka teringat pada almarhum Bapaknya. Gadis chubby itu selesai menjemur pakaian dan kini berencana memasak untuk ibunya. Kemarin sebelum Mama Ayuni membelikan hati kambing, katanya bagus untuk anemia. Mama Ayuni sekarang sedang pergi karena ada urusan mendadak. Arie masih tidur sepertinya, dia lembur semalaman. Lelaki itu tidur di kamar bekas kakaknya, Irena selesai memasak dan membuka pintu kamar ibunya. Namun ibunya terlihat lemas dan terjatuh di lantai. "Emak, ada apa." "Pusing. Kepala rasanya berputar." "Tunggu ya Mak, kita ke rumah sakit aja." Namun baru saja Irena hendak membantu ibunya ke kasur. Mak Esih pingsan, Irena lalu me
Gaun putih melekat indah pada tubuhnya, gaun yang di desain khusus untuk dirinya sendiri. Dia menatap cermin rias di hadapannya, betapa cantiknya dirinya. selama ini dia sering bermimpi menjadi pengantin, bahkan saat kecil, impiannya adalah menikah dengan seorang pangeran berkuda putih. Namun ketika dewasa mimpinya itu berubah, dia ingin menikah dengan laki-laki yang penuh tanggung jawab seperti mendiang ayahnya. Dan semua itu ada dalam diri Arie Lucas. Ibunya menatap kagum sang putri bungsu, hari ini mereka akan mengadakan pesta pernikahan Irena dan Arie. Setelah Bayi mereka berumur 6 bulan, Arie dan Irena memutuskan untuk menikah. Namun anak mereka tidak ada yang tahu bagaimana wajahnya dan di mana keberadaannya. Sementara ini bayi mereka di rumah diurus oleh Aunty Dao dan anaknya. "Nak, sekarang kamu sudah bukan anak kecil lagi, kamu sekarang sudah menjadi ibu dan juga istri, apa jalankanlah kewajibanmu sebagai seorang ibu yang baik dan juga istri yang bertanggung jawab. ja
Wajah Ayuni Nur Latifah terlihat dingin, menatap tajam setiap karyawan yang berada di kantor milik Tuan Hans Lucas. Dia mendatangi resepsionis dan bertanya tentang keberadaan mantan suaminya itu, sang resepsionis mengatakan jika Tuan Hans ada di ruangannya. "Maaf Nyonya Ayuni Apakah saya harus memberitahukan Tuan Kalau anda berada di sini?""Tidak perlu saya akan mendatangi langsung ke ruangannya." Ayuni berjalan pergi lalu menaiki lift menuju ruangan tempat dimana mantan suaminya berada. Dia menatap meja sekertaris yang kosong dan sudah menduga jika sekretaris baru itu adalah mainan baru mantan suaminya. Dengan kasar dia mendorong pintu ruangan yang bertuliskan Lawyer itu dan melihat sang mantan suami sedang melakukan hal tidak senonoh di ruangannya. Sektretaris barunya itu sedang berada di pangkuan Hans Lucas dan mereka sedang bercumbu mesra, dengan pakaian sang wanita yang hampir terbuka sepenuhnya."Jadi ini yang dilakukan seorang pengacara terkenal di ruangann
Kedua pasangan itu tinggal di rumah baru dengan damai, karena Arie benar-benar merahasiakan tentang rumah itu pada siapa pun. Hanya pihak keluarga yang tahu. Terkadang Mamanya akan ke sana dan Mak Esih juga akan menengok. Hida dan Fero kembaki ke Thailand, tapi Mak Esih sekarang tidak sendiri di rumah. Ada Mbak Sri dan anaknya yang kadang menginap ke rumah. Toko online milik Irena sekarang di kelola oleh Kristina, dan sebulan sekali gadis remaja itu akan mentransfer uang hasil penjualan pada Irena. Sementara Cafe Rainbow dipegang oleh orang kepercayaan Arie. Arie akan pergi ke kantor di pagi hari dan pulang sore hari. Irena di rumah sendirian, karena memang dia menginginkan itu. Sekarang usia kandungan Irena sudah memasuki bulan ke-lima dan dia sangat manja pada Arie. Dia juga sudah mulai mengidam ini itu. Yang kadang membuat calon Papa itu pusing mendadak. "Kak, aku pengen makan makanan Korea." "Ya udah aku pesankan ya sayang." "Enggak mau, maunya Kakak masakin."
Dengarkanlah wanita impiankuhari ini akan kusampaikan,Janji suci kepadamu dewikudengarkanlah kesungguhan rasa, ku ingin mempersuntingmu, untuk yang pertama dan terakhir Jangan kau tolak dan buatku hancur ku tak mau mengulang untuk meminta satu keyakinan hatiku ini engkaulah yang terbaik untukku .....setiap perjalanan yang dilalui oleh anak manusia, banyak luka likunya termasuk perjalanan cinta Irena dan Arie. Meksipun mereka harus berpisah sementara namun akhirnya kembali bersama. Arie benar-benar menepati janjinya. Dia menelepon Mama Ayuni dan Tante Dao serta Paman Alex. Mereka semua datang dan terkejut karena Arie ingin pertunangan dia dan Irena segera dilakukan dan semua orang harus tahu. akhirnya setelah bermusyawarah, dan menghasilkan kesepakatan bersama. pertunangan mereka dilakukan di sebuah gedung yang sudah di sewa. dan disiarkan langsung serta mengundang beberapa awak media untuk meliput nya. Arie ingin semua orang tahu bahwa kekasihnya adalah wanita ya
Dirematnya ponsel android miliknya, bibirnya terkatup rapat. Dia merasa kembali cemas, melihat pesan-pesan yang dia kirim untuk sang kekasih hanya berakhir dengan centang satu. Irena kembali mencoba menelpon Arie namun tetap tidak ada jawaban. Dia kemudian mencoba menelepon Mama Ayuni."Hallo, sayang ... sudah lama ya, bagaimana kabarmu?""Aku baik Ma, Mama apa kabar?""Mama baik, gimana keadaan Ibu?""Ibu baik, Ma ... Mama, boleh aku tanya, Kak Arie kenapa susah dihubungi?""Entahlah, anak itu akhir-akhir ini sangat sibuk, dia jarang pulang ke rumah Mama dan juga jarang telepon Mama. Kamu kangen ya?""Iya, Ma." ucapnya dan berusaha agar suaranya baik-baik saja. Dia pun mengakhiri teleponnya dan kembali mencoba untuk menormalkan perasaanya yang mulai cemas dan galau. Dia pun tidak tahan lagi dan menelepon kakaknya."Iya, adek kenapa?""Kak, maafin aku.""Kenapa minta maaf sih, le
Arie sudah kembali ke Singapore untuk mengurus semua pekerjaan di sana dan mengurus kepindahan dia ke Indonesia. Irena dan Ibunya hidup dengan bahagia, Emak Esih sekarang sudah tidak lagi sedih karena kehilangan suaminya dan juga ditinggalkan oleh anak laki-lakinya, Hida dan Fero masih sering menghubungi orang tuanya, mereka sama sekali tidak lupa itu. Meskipun jalan yang mereka ambil salah namun Emak Esih selalu yakin ada hikmah dari semua peristiwa yang terjadi. Irena resmi menjadi pemilik cafe Rainbow, pegawainya masih sama, hanya saja ada beberapa pegawai magang sekarang. Dia juga menjalani diet sehat atas bimbingan Dokter Sam, iya Dokter hewan yang dulu dikenalnya mengenalkan dia pada rekannya yang seorang ahli gizi. Dia akan berolahraga di sela waktu luangnya, dia juga dibimbing oleh seorang coach yang ahli. Makanan yang dia makan sekarang lebih diatur dan dia berhasil menghilangkan berat badannya dari 80 menjadi 78 kg. Namun ini sudah beberapa hari dia merasa mood-nya begitu
Kedua tangan mereka saling berpegangan erat satu sama lain. Mereka berjalan di pesisir pantai Ubud, ditemani sinar matahari yang hangat. Sesekali keduanya bercanda, lalu saling kejar-kejaran. Siapa pun yang melihatnya pasti iri hati pada sang wanita. Bagaimana bisa seorang sesempurna itu menyukai wanita yang berbadan gemuk dan sama sekali tidak ada bule-bulenya. Tapi Irena meyakinkan dirinya bahwa Arie adalah seseorang yang tulus mencintai dirinya. Waktu yang mereka lewati bersama dan juga kenangan yang tercipta diantara keduanya, membaut Irena semakin yakin jika Arie Lucas dan dirinya ditakdirkan bersama. "Mau kelapa muda?" "Mau." "Sebentar ya, aku beli dulu." ucapnya mengecup kening Irena lembut. Irena merona teringat semalam bagaimana mereka saling menyatu dalam kehangatan dan juga saling memanggil nama masing-masing dengan suara menggetarkan jiwa. Rambut ikalnya tertiup angin, sementara kain Bali yang dipakainya ikut melambai. Seorang gadis kecil mendatangi diriny
Lilin di meja sudah padam, makanan belum diantarkan karena belum ada instruksi dari Arie. para pelayan menunggu dengan cemas karena Tuhan mereka belum mendapatkan jawaban yang diinginkannya. Secara gamblang gadis yang dia cintai menolak untuk menikah dengannya, apa yang salah apakah gadis itu belum memaafkan kesalahannya di masa lalu ataukah gadis itu masih ragu akan kesungguhan cintanya. Keduanya saling menatap sementara tangan sang pria menggenggam erat tangan gadis di hadapannya seolah ingin berkata bahwa apa yang dia lakukan saat ini benar-benar dari hati yang paling dalam, dia sudah mempersiapkan ini dari lama khusus untuk gadis yang ia cintai di malam hari ulang tahun tetapi kenapa gadis itu menolak?"Kakak pasti bertanya alasan aku menolak kakak apa?" "Ya aku masih bingung kenapa kamu menolakku bukankah kamu bilang sendiri kalau kamu sudah memaafkan aku dan kamu ingin aku menunjukkan keseriusan ku padamu. Dan inilah saatnya aku menunjukkan bahwa aku benar-benar menci
Kedua pasangan itu sampai di bandara Gusti Ngurah Rai, Bali. Seorang pria berumur 40 Tahunan menghampiri mereka. Dia tampak sudah akrab dengan Arie, dia mempersilakan Arie dan Irena masuk ke dalam mobil berwarna hitam itu. Mobil melaju degan kecepatan sedang, Irena menatap setiap tempat yang dilewati mobil itu, dia tersenyum menatap keindahan Bali. Sekitar 1 jam 4 menit kemudian, mobil berhenti di sebuah villa di kawasan Ubud. Mereka berdua turun dari mobil itu dan diantarkan masuk ke dalam Villa. Villa itu sudah dibooking penuh oleh Arie khusus untuk mereka berdua saja, semua sudah diperiksa olehnya. Kamar yang begitu nyaman dan menghadap langsung ke pantai. "Whoaa! Nyamannya kasur ini, langsung ngadep pantai lagi, aku suka banget Kak!" Irena berseru senang sambil matanya berbinar menatap pantai yang begitu indah. "Syukur kalau kamu suka, Aku pergi ke luar dulu ya mau telepon Mama. Kamu mandi saja dulu, mau makan di sini atau di luar?" "Makan di sini saja, aku capek.