Tujuh hari berlalu, ayahnya sudah pergi dan tidak akan pernah kembali untuk selamanya, ayahnya menyusul sang kakek yang sudah meninggalkan mereka 10 tahun lalu. Mak Esih masih sama, sepertinya dunianya mendadak runtuh saat Pak Tatang meninggal dunia dan anaknya pergi meninggalkan rumah. Irena setiap hari membujuk ibunya untuk keluar dari kamar, namun dia masih bersikeras berada di sana. Namun dia selalu Irena paksa makan walau hanya sesusap atau dua suap nasi. Mama Ayuni masih ada di sana, menginap di rumah Irena. Dia memberikan banyak bantuan di saat Irena terpuruk, ucapan yang bijak dan tidak pernah berhenti memberikan dia semangat. Arie juga selalu ada disampingnya, pulang bekerja dia akan langsung ke rumahnya. Arie juga sudah berhari-hari tidur di kamar Hida. Irena juga tidak keberatan dan mengizinkannya. Untuk saat ini dia belum bisa berpikir ke depannya seperti apa, dia fokus pada ibunya dan juga kehidupan keluarganya setelah Pak Tatang meninggal dunia. Dia otomatis jadi tulun
Irena berterima kasih pada Mbak Wendy, karena dia diizinkan cuti semaunya. Mbak Wendy mengerti akan keadaannya saat ini. Irena bisa masuk kapan saja ke cafe, gadis chubby itu menatap pantulan dirinya di cermin, matanya terlihat bengkak dan tubuhnya menurun drastis, kemarin saat iseng menimbang berat badannya jadi 70kg. Kejadian itu membuatnya stres dan nafsu makannya berkurang drastis, dia juga benar-benar down mental. Dia membuka galeri ponselnya, masih ada foto-foto dirinya dan sang ayah. Seketika matanya kembali memanas, lalu air mata turun dengan begitu derasnya. Bagaimana pun juga kehilangan seorang ayah seperti kehilangan pilar hidup. Lalu kakaknya pergi dan dia sekarang bingung, bagaimana menjalani hidupnya setelah ini. Bahunya gemetar, dan suara isak tangisnya terdengar sampai keluar. Arie membawa satu cangkir cokelat hangat dan membuka pintu kamar Irena."Dont cry please." Arie terkejut melihat Irena menangis di lantai memeluk lutut sendiri. Arie segera menyimp
Irena baru selesai mencuci baju dan menjemurnya. Kemarin burung kesayangan ayahnya dibawa oleh Kakak sepupu. Kasihan tidak ada yang urus, untunglah Kucing hitam miliknya jadi kesayangan Arie, jadi lelaki itu akan mengurusnya setiap pulang kerja. Sementara burung kesayangan Bapak itu, dia tidak terlalu paham cara mengurus dan juga suka teringat pada almarhum Bapaknya. Gadis chubby itu selesai menjemur pakaian dan kini berencana memasak untuk ibunya. Kemarin sebelum Mama Ayuni membelikan hati kambing, katanya bagus untuk anemia. Mama Ayuni sekarang sedang pergi karena ada urusan mendadak. Arie masih tidur sepertinya, dia lembur semalaman. Lelaki itu tidur di kamar bekas kakaknya, Irena selesai memasak dan membuka pintu kamar ibunya. Namun ibunya terlihat lemas dan terjatuh di lantai. "Emak, ada apa." "Pusing. Kepala rasanya berputar." "Tunggu ya Mak, kita ke rumah sakit aja." Namun baru saja Irena hendak membantu ibunya ke kasur. Mak Esih pingsan, Irena lalu me
Keadaan Mak Esih sudah membaik, Dokter benar-benar memperhatikannya. Sekarang tekanan darahnya sudah kembali normal, Irena senang ibunya sudah kembali sehat. Mak Esih sudah bisa kembali ke rumah, wajahnya sudah tidak lagi pucat dan Mama Ayuni menyuruh dia konsultasi dengan psikolog. Sekarang Mak Esih merasa jauh lebih baik, mereka sampai di rumah. Mbak Sri sedang menyapu halaman dan mengumpulkan sampah daun mangga yang berguguran. Arie bisa melihat mobil Fero terparkir di depan rumah. Irena dan Mak Esih berjalan menuju ke rumah dan di depan pintu Hida berdiri sambil tersenyum menyambut kedatangan wanita yang berharga dalam hidupnya itu. Mak Esih tersenyum bahagia, lalu memeluk putranya itu dengan air mata berlinang, dia mencium kepala anaknya dan mengusapnya penuh sayang. Mak Esih duduk di kursi, lalu Hida mencium kaki ibunya dan menangis meraung meminta maaf. Mak Esih tidak kuasa untuk tidak menangis dan tidak membiarkan anaknya itu mencium kakinya."Nak, udah jangan b
Mereka bertiga sekarang berada di pemakaman umum, di atas kuburan yang tanahnya masih merah. Sudah empat puluh hari Pak Tatang meninggalkan mereka untuk selamanya, Mak Esih baru saja menutup doanya dan menaburkan bunga di atas pusara sang suami. Diusapnya nama sang suami yang kini tertidur dalam keabadian. Tidak ada lagi canda tawa antara dirinya dan lelaki humoris penuh ceria itu. Irena menutup doanya dan menaburkan sisa bunga, sementara sang kakak masih tergugu dengan air mata berlinang penuh penyesalan. Mak Esih berdiri mengusap pundak sang anak dan berkata," Sudah, Nak yang lalu biarkan berlalu, mari kita hidup seperti dulu, sudah nanti Bapak sedih." Hida mengusap air matanya dan berdiri lalu mengucapkan salam perpisahan pada sang ayah dan berjalan beriringan dengan keluarganya.Mereka sampai di depan gerbang pemakaman, Fero berdiri di depan mobil menunggu mereka selesai berdoa, dia tidak ikut. Dia memberi waktu pada keluarga kekasihnya untuk bersama. Arie tidak iku
Ketiga pemuda itu tepar di tengah rumah, mereka baru menyelesaikan pesanan untuk acara di kafe tempat Irena bekerja. Mereka mengerjakan semua freebies itu sampai jam 10 malam. Irena merapikan kerjaanya dan melihat Fero serta kakanya tertidur, sementara Arie baru saja selesai memesan makan malam. Ibu mereka sudah tidur sejak tadi, "Aku udah pesan makanan," "Oke makasih, Kak." "Besok berangkat jam berapa?" tanya Arie. "Jam delapan pagi, aku harus bantuin Mbak Wendy sama Nana beresin kursi dan meja, semalam Mbak Wendy bilang tamunya nambah jadi seratus orang." "Aku anterin ya." "Tapi Kakak sibuk." "Besok libur, nanti aku bantuin." "Ya, udah kalau emang enggak sibuk," ucap Irena. Tak lama pintu rumah diketuk dan ada suara orang yang mengantarkan makanan. Irena langsung membuka pintu dan membawa makanan ke rumahnya. Dia mencubit pipi Fero dan kakaknya, dia menyuruh mereka bangun. Tak lama keduanya bangu
Irena merasa tubuhnya rontok, para remaja itu benar-benar aktif dan mereka baru menyelesaikan acaranya pukul tiga sore. Semua orang sedang sibuk membereskan kursi dan meja, selesai ini mereka akan langsung pulang saja. Panitia acara menemuinya tadi dan langsung mentransfer biaya pembuatan freebies tadi, lumayan rekeningnya dadakan gendut seperti perutnya. Irena tersenyum, lalu janji akan mentraktir teman-teman karyawan lainnya ayam goreng pedas Korea. Karena mager, dia pun memesan online setelah selesai membersihkan tubuh dan berganti baju mereka makan bersama di kafe. Mbak Wendy hanya melihat sekilas hari ini dan semuanya diserahakan pada Irena. "Sibuk banget kita." ucap Doni, karyawan kafe yang biasa mengambil shift malam bersama Eki. "Banget, tapi puji syukur dapat traktiran, eh tadi katanya mereka bakal rekomendasikan kafe ini ke teman-teman mereka yang lain. Wah siap-siap aja kamu dapat tawaran lagi, Ir." kata Eki sambil mencomot ayamnya dan Dina ter
Setelah pernyataan Arie Lucas, Irena tidak pernah melarang laki-laki itu menunjukkan cara mencintai dirinya. Dia juga tidak mendorongnya pergi, Arie semakin dekat dengannya sama seperti dulu saat masih sekolah. Dia akan memulai semua dari nol. Hida dan Ibunya serta Fero datang malam hari, kondisi Uwak Duleh sudah semakin membaik. Jadilah mereka memutuskan pulang saja. Emak Esih sudah terlihat capek dan segera mengistirahatkan tubuhnya. Fero menginap dan tidur di kamar tamu. "Besok aku akan mengajak kalian makan bersama. Sebagai rasa terima kasih karena sudah bantu aku kemarin. Bagaimana?" ujar Irena pada Hida dan kekasihnya. "Banyak duit ya kamu. Udah enggak apa-apa, enggak perlu begitu. Kita senang aja bantu kamu, kalau emang laku, sebaiknya kamu buka toko online saja. Siapa tahu banyak yang beli." usul Fero."Oh, iya benar juga. Aku coba deh nanti bikin akunnya. Ya semoga aja ya laku keras." ucapnya sambil tertawa kecil. "Amin. Kita semua bakal dukung kamu, engg
Makan malam sudah tersedia di meja, Irena memang belum menerima Arie sepenuhnya namun dia juga tidak menolak saat lelaki itu memberi perhatian. Emak Esih sudah menyiapkan beberapa makanan kesukaan Arie. Arie sangat suka sayur asem, ikan tembang goreng dan sambal. Sudah pukul delapan malam, namun Pria itu belum ada kabar. Apakah dia terjebak macet? Biasanya dia tidak akan terlambat datang. Ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk, Irena segera mengangkatnya. Sebuah nomor tidak dikenal masuk. "Selamat malam, dengan Mbak Irena?" "Ya betul, saya sendiri." "Begini Mbak, kami dari kepolisian. Saudara Arie Lucas mengalami kecelakaan lalu lintas, sekarang sedang ditangani oleh dokter. Kami menelpon Anda karena di ponselnya yang retak terkahir kalinya dia menghubungi nomor ini." "Pak jangan becanda, ini semua enggak benar 'kan?" "Kami tidak becanda Mbak, Mbak silakan cek di rumah sakit Pelita." Irena merasakan tubuhnya lemas tak berdaya, kebetulan
Gaun putih melekat indah pada tubuhnya, gaun yang di desain khusus untuk dirinya sendiri. Dia menatap cermin rias di hadapannya, betapa cantiknya dirinya. selama ini dia sering bermimpi menjadi pengantin, bahkan saat kecil, impiannya adalah menikah dengan seorang pangeran berkuda putih. Namun ketika dewasa mimpinya itu berubah, dia ingin menikah dengan laki-laki yang penuh tanggung jawab seperti mendiang ayahnya. Dan semua itu ada dalam diri Arie Lucas. Ibunya menatap kagum sang putri bungsu, hari ini mereka akan mengadakan pesta pernikahan Irena dan Arie. Setelah Bayi mereka berumur 6 bulan, Arie dan Irena memutuskan untuk menikah. Namun anak mereka tidak ada yang tahu bagaimana wajahnya dan di mana keberadaannya. Sementara ini bayi mereka di rumah diurus oleh Aunty Dao dan anaknya. "Nak, sekarang kamu sudah bukan anak kecil lagi, kamu sekarang sudah menjadi ibu dan juga istri, apa jalankanlah kewajibanmu sebagai seorang ibu yang baik dan juga istri yang bertanggung jawab. ja
Wajah Ayuni Nur Latifah terlihat dingin, menatap tajam setiap karyawan yang berada di kantor milik Tuan Hans Lucas. Dia mendatangi resepsionis dan bertanya tentang keberadaan mantan suaminya itu, sang resepsionis mengatakan jika Tuan Hans ada di ruangannya. "Maaf Nyonya Ayuni Apakah saya harus memberitahukan Tuan Kalau anda berada di sini?""Tidak perlu saya akan mendatangi langsung ke ruangannya." Ayuni berjalan pergi lalu menaiki lift menuju ruangan tempat dimana mantan suaminya berada. Dia menatap meja sekertaris yang kosong dan sudah menduga jika sekretaris baru itu adalah mainan baru mantan suaminya. Dengan kasar dia mendorong pintu ruangan yang bertuliskan Lawyer itu dan melihat sang mantan suami sedang melakukan hal tidak senonoh di ruangannya. Sektretaris barunya itu sedang berada di pangkuan Hans Lucas dan mereka sedang bercumbu mesra, dengan pakaian sang wanita yang hampir terbuka sepenuhnya."Jadi ini yang dilakukan seorang pengacara terkenal di ruangann
Kedua pasangan itu tinggal di rumah baru dengan damai, karena Arie benar-benar merahasiakan tentang rumah itu pada siapa pun. Hanya pihak keluarga yang tahu. Terkadang Mamanya akan ke sana dan Mak Esih juga akan menengok. Hida dan Fero kembaki ke Thailand, tapi Mak Esih sekarang tidak sendiri di rumah. Ada Mbak Sri dan anaknya yang kadang menginap ke rumah. Toko online milik Irena sekarang di kelola oleh Kristina, dan sebulan sekali gadis remaja itu akan mentransfer uang hasil penjualan pada Irena. Sementara Cafe Rainbow dipegang oleh orang kepercayaan Arie. Arie akan pergi ke kantor di pagi hari dan pulang sore hari. Irena di rumah sendirian, karena memang dia menginginkan itu. Sekarang usia kandungan Irena sudah memasuki bulan ke-lima dan dia sangat manja pada Arie. Dia juga sudah mulai mengidam ini itu. Yang kadang membuat calon Papa itu pusing mendadak. "Kak, aku pengen makan makanan Korea." "Ya udah aku pesankan ya sayang." "Enggak mau, maunya Kakak masakin."
Dengarkanlah wanita impiankuhari ini akan kusampaikan,Janji suci kepadamu dewikudengarkanlah kesungguhan rasa, ku ingin mempersuntingmu, untuk yang pertama dan terakhir Jangan kau tolak dan buatku hancur ku tak mau mengulang untuk meminta satu keyakinan hatiku ini engkaulah yang terbaik untukku .....setiap perjalanan yang dilalui oleh anak manusia, banyak luka likunya termasuk perjalanan cinta Irena dan Arie. Meksipun mereka harus berpisah sementara namun akhirnya kembali bersama. Arie benar-benar menepati janjinya. Dia menelepon Mama Ayuni dan Tante Dao serta Paman Alex. Mereka semua datang dan terkejut karena Arie ingin pertunangan dia dan Irena segera dilakukan dan semua orang harus tahu. akhirnya setelah bermusyawarah, dan menghasilkan kesepakatan bersama. pertunangan mereka dilakukan di sebuah gedung yang sudah di sewa. dan disiarkan langsung serta mengundang beberapa awak media untuk meliput nya. Arie ingin semua orang tahu bahwa kekasihnya adalah wanita ya
Dirematnya ponsel android miliknya, bibirnya terkatup rapat. Dia merasa kembali cemas, melihat pesan-pesan yang dia kirim untuk sang kekasih hanya berakhir dengan centang satu. Irena kembali mencoba menelpon Arie namun tetap tidak ada jawaban. Dia kemudian mencoba menelepon Mama Ayuni."Hallo, sayang ... sudah lama ya, bagaimana kabarmu?""Aku baik Ma, Mama apa kabar?""Mama baik, gimana keadaan Ibu?""Ibu baik, Ma ... Mama, boleh aku tanya, Kak Arie kenapa susah dihubungi?""Entahlah, anak itu akhir-akhir ini sangat sibuk, dia jarang pulang ke rumah Mama dan juga jarang telepon Mama. Kamu kangen ya?""Iya, Ma." ucapnya dan berusaha agar suaranya baik-baik saja. Dia pun mengakhiri teleponnya dan kembali mencoba untuk menormalkan perasaanya yang mulai cemas dan galau. Dia pun tidak tahan lagi dan menelepon kakaknya."Iya, adek kenapa?""Kak, maafin aku.""Kenapa minta maaf sih, le
Arie sudah kembali ke Singapore untuk mengurus semua pekerjaan di sana dan mengurus kepindahan dia ke Indonesia. Irena dan Ibunya hidup dengan bahagia, Emak Esih sekarang sudah tidak lagi sedih karena kehilangan suaminya dan juga ditinggalkan oleh anak laki-lakinya, Hida dan Fero masih sering menghubungi orang tuanya, mereka sama sekali tidak lupa itu. Meskipun jalan yang mereka ambil salah namun Emak Esih selalu yakin ada hikmah dari semua peristiwa yang terjadi. Irena resmi menjadi pemilik cafe Rainbow, pegawainya masih sama, hanya saja ada beberapa pegawai magang sekarang. Dia juga menjalani diet sehat atas bimbingan Dokter Sam, iya Dokter hewan yang dulu dikenalnya mengenalkan dia pada rekannya yang seorang ahli gizi. Dia akan berolahraga di sela waktu luangnya, dia juga dibimbing oleh seorang coach yang ahli. Makanan yang dia makan sekarang lebih diatur dan dia berhasil menghilangkan berat badannya dari 80 menjadi 78 kg. Namun ini sudah beberapa hari dia merasa mood-nya begitu
Kedua tangan mereka saling berpegangan erat satu sama lain. Mereka berjalan di pesisir pantai Ubud, ditemani sinar matahari yang hangat. Sesekali keduanya bercanda, lalu saling kejar-kejaran. Siapa pun yang melihatnya pasti iri hati pada sang wanita. Bagaimana bisa seorang sesempurna itu menyukai wanita yang berbadan gemuk dan sama sekali tidak ada bule-bulenya. Tapi Irena meyakinkan dirinya bahwa Arie adalah seseorang yang tulus mencintai dirinya. Waktu yang mereka lewati bersama dan juga kenangan yang tercipta diantara keduanya, membaut Irena semakin yakin jika Arie Lucas dan dirinya ditakdirkan bersama. "Mau kelapa muda?" "Mau." "Sebentar ya, aku beli dulu." ucapnya mengecup kening Irena lembut. Irena merona teringat semalam bagaimana mereka saling menyatu dalam kehangatan dan juga saling memanggil nama masing-masing dengan suara menggetarkan jiwa. Rambut ikalnya tertiup angin, sementara kain Bali yang dipakainya ikut melambai. Seorang gadis kecil mendatangi diriny
Lilin di meja sudah padam, makanan belum diantarkan karena belum ada instruksi dari Arie. para pelayan menunggu dengan cemas karena Tuhan mereka belum mendapatkan jawaban yang diinginkannya. Secara gamblang gadis yang dia cintai menolak untuk menikah dengannya, apa yang salah apakah gadis itu belum memaafkan kesalahannya di masa lalu ataukah gadis itu masih ragu akan kesungguhan cintanya. Keduanya saling menatap sementara tangan sang pria menggenggam erat tangan gadis di hadapannya seolah ingin berkata bahwa apa yang dia lakukan saat ini benar-benar dari hati yang paling dalam, dia sudah mempersiapkan ini dari lama khusus untuk gadis yang ia cintai di malam hari ulang tahun tetapi kenapa gadis itu menolak?"Kakak pasti bertanya alasan aku menolak kakak apa?" "Ya aku masih bingung kenapa kamu menolakku bukankah kamu bilang sendiri kalau kamu sudah memaafkan aku dan kamu ingin aku menunjukkan keseriusan ku padamu. Dan inilah saatnya aku menunjukkan bahwa aku benar-benar menci
Kedua pasangan itu sampai di bandara Gusti Ngurah Rai, Bali. Seorang pria berumur 40 Tahunan menghampiri mereka. Dia tampak sudah akrab dengan Arie, dia mempersilakan Arie dan Irena masuk ke dalam mobil berwarna hitam itu. Mobil melaju degan kecepatan sedang, Irena menatap setiap tempat yang dilewati mobil itu, dia tersenyum menatap keindahan Bali. Sekitar 1 jam 4 menit kemudian, mobil berhenti di sebuah villa di kawasan Ubud. Mereka berdua turun dari mobil itu dan diantarkan masuk ke dalam Villa. Villa itu sudah dibooking penuh oleh Arie khusus untuk mereka berdua saja, semua sudah diperiksa olehnya. Kamar yang begitu nyaman dan menghadap langsung ke pantai. "Whoaa! Nyamannya kasur ini, langsung ngadep pantai lagi, aku suka banget Kak!" Irena berseru senang sambil matanya berbinar menatap pantai yang begitu indah. "Syukur kalau kamu suka, Aku pergi ke luar dulu ya mau telepon Mama. Kamu mandi saja dulu, mau makan di sini atau di luar?" "Makan di sini saja, aku capek.