"Jika ada dua pilihan, kamu memilih adik atau sahabat? Satu kuncinya, bedakan antara yang hak (benar) dan yang batil (salah). Maka, kamu akan menemukan pilihan yang tepat. Jangan hanya karena rasa sayang lebih pada salah satunya, kamu lebih memilihnya. Sebab itu, pilihlah orang yang berhak mendapatkan 'hal' itu. Sebab setiap perbuatan, akan ada pertanggungjawaban."
***Nada dering khas ponsel pintar milik Stella berdering ketika gadis dengan short dress lengan pendek itu membuka pintu kos, berniat untuk keluar. Demikian membuatnya urung dan memilih mengangkat telepon dari seseorang yang saat ini hendak ia temui.Menempel ponsel ke telinga, Stella berkata, "Hm?" "Kakak di mana, sih? Udah sejam ditungguin, nggak dateng-dateng." Suara yang terdengar lemas seperti orang setengah sadar itu menimbulkan kernyitan di dahi Stella. "Ann, kamu mabuk? Di klub mana? Kakak, kan, udah bilang ketemunya di cafe, ngapain ke klub?[Kyuni's Note]: Alhamdulillah, up again, geng! Selamat membaca ^^
"Ada kalanya kamu diberi kecewa tatkala mencinta oleh Sang Kuasa, karena mungkin Dia tak ingin kamu berharap pada manusia yang sejatinya hanya mampu memberi harapan, tetapi belum tentu mau memberi kepastian." *** "Ternyata, mencintaimu adalah suatu hal yang menyakitkan." -Stella- *** Sorot mata Rella tidak pernah lepas dari sosok Stella yang duduk di kursi. Gadis itu terus saja menunduk menatap meja makan yang memisahkan dirinya dengan Rella. "Kenapa nggak beritau aku kalau kamu keluar malam? Bahkan dalam keadaan kurang enak badan," kata Rella memulai interogasi dengan netra menyelidik. Ia curiga, mungkinkah Stella berbohong pasal sakit kepala yang dialami? Kelihatannya, gadis tersebut baik-baik saja dan segar bugar. Menelan saliva lamat-lamat, Stella ragu-ragu bercicit, "Tadi pulang ke rumah sebentar." Masih dalam keadaan menunduk. "Bicara dengan suara yang lebih keras, Stel, jangan be
"Ketika kamu jatuh cinta pada seseorang, terkadang bisa membuatmu tidak akan peduli pada perasaan orang lain yang mencintaimu, sekalipun kamu tahu. Karena mencintai, akan menciptakan keinginan untuk terus memperhatikannya, berada di dekatnya, bahkan memilikinya." *** Selesai mata kuliah pertama, Rella tampak buru-buru memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Hal itu menyita perhatian Stella yang duduk di sampingmya. "Mau ke mana, sih, El, kok buru-buru banget?" Rella menghentikan kegiatannya, mendekat ke Stella, lantas berbisik, "Eum ... Pak Alka minta bertemu di perpustakaan. Kamu ... nggak pa-pa, 'kan, sendirian ke kantin?" "Oh ... gitu." Stella mangut-mangut dengan senyum penuh arti. "Nongol juga dia setelah tiga hari nggak berani keliatan," lanjutnya bergumam. "Kamu bilang apa, Stel? Aku nggak dengar." Rella bertanya dengan kernyitan di dahi tatkala melihat Stella berbicara sendiri. "Hm? O
"Bagaimanapun jahatnya orang tua, tolong jangan pernah membalas perbuatan mereka dengan kejahatan pula. Tolong, balas mereka dengan sebaik-baik perlakuan anak kepada orang tuanya. Sebab, keajaiban itu ada. Ibaratkan saja dengan air yang mengguyur batu. Meski sekeras apa pun sebuah batu, air akan tetap mampu membuatnya berlubang. Hanya perlu waktu dan kesabaran." *** Embusan napas menguar dari mulut Alka tatkala sampai di ambang pintu rumah sang papa. Ia begitu buru-buru menyelesaikan kelasnya hanya untuk menghadiri pertemuan konyol ini? Bahkan meminta pulang lebih awal, padahal kelas belum selesai. Hh, yang benar saja. Sekarang bukan hanya sang papa yang berbohong, tetapi ia juga. "Alka, adikmu mengalami kecelakaan dan sekarang dirawat di rumah. Keadaannya sangat memprihatinkan." "Apa?! Kenapa tidak dibawa ke rumah sakit kalau keadaannya memprihatinkan?!" Tanpa berpikir dua-tiga kali, Alka percaya begitu saja terhadap omong kosong sang
"Cinta itu tumbuh tanpa kita sadari. Berawal dari biasa saja, bahkan tak suka ketika berjumpa. Seiring berjalannya waktu, akan berubah menjadi tak biasa, bahkan menciptakan detak tak berirama tatkala mata bertemu mata. Itulah luar biasanya Allah dalam membolak-balikkan hati setiap hamba. Maka, jangan berlebihan dalam membenci, apalagi pada ajnabi, karena sering kali itu menjadi awal tertanamnya benih-benih cinta di hati." *** "Saya akan tetap melanjutkan perjodohan ini," putus Gloria akhirnya setelah lama berperang dengan pikirannya. Seketika Antonio menatap penuh binar pada Gloria. Tentu saja senang bukan kepalang, sebab tidak jadi kehilangan kesempatan untuk menjabat sebagai wakil CEO di salah satu perusahaan besar wanita itu. Tersenyum penuh kemenangan, Antonio berujar, "Itu keputusan yang tepat, Bu Gloria, sangat tepat. Kalau Stella menikah dengan Alka, saya jamin, hidup Stella tidak akan susah. Ibu bisa mempercayakannya pada
"Kebohongan itu ada dua menurut akibatnya: kebohongan baik dan kebohongan buruk. Islam memang tidak pernah membenarkan suatu kebohongan, tetapi apabila kebohongan itu adalah satu-satunya jalan untuk memperbaiki keadaan, maka tidak disalahkan pula melakukannya, dan itulah kebohongan untuk kebaikan. Namun, apabila kebohongan itu mencipta keburukan, maka islamlah yang pertama melarang." *** Layar ponsel pintar ber-cover gold itu menampilkan profil onstagram dengan id-name @ste_lla. Ya, pemiliknya tidak lain adalah Stella. Profil tersebut tampak masih terkunci, karena permintaan mengikuti sejak beberapa bulan lalu tidak kunjung diterima oleh si pemilik akun. Gadis yang tengah memainkan ponsel itu berdecak kesal, menyesal telah meminta mengikuti akun Stella, sementara sampai detik ini pun ia tidak kunjung mendapat persetujuan. "Dasar orang sombong! Lo pikir gue bakal mohon-mohon buat bisa follow lo? Sorry, mimpi lo ketinggian!" makiny
"Dari Ibnu Mas’ud رضي الله عنه, dari Nabi صلی الله عليه وسلم, sabdanya: “Sesungguhnya kejujuran itu menunjukkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke syurga dan sesungguhnya seseorang selalu berbuat jujur sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada Kejahatan dan sesungguhnya Kejahatan itu menunjukkan kepada neraka dan sesungguhnya seseorang yang selalu berdusta maka dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang pendusta.” (Muttafaq ‘alaih)" *** Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11.30 malam, tetapi kegelisahan Abil tidak kunjung berkurang, malah semakin bertambah. Ia terus-terusan mondar mandir tidak karuan di samping ranjang, memikirkan hal yang sama sekali belum pernah dipikirkan selama dua puluh tahun lebih. Membuang napas kasar, ia beralih mendudukkan bokong di tepi ranjang dengan kedua tangan memegang ponsel. Bahkan, beberapa jarinya membuka tutup ba
"Ada orang yang takut kehilangan cinta, maka ia korbankan harta. Ada orang yang takut kehilangan harta, maka ia korbankan cinta. Ada orang yang takut dikira tidak mencinta, sehingga ia rela berjuang meski duri tajam tengah menghadang. Ada pula orang yang tidak mencinta, tetapi takut dikatakan tidak mencinta, sehingga berbuat seolah terlihat berjuang--padahal itu sebatas kepura-puraan belaka." *** Seharian ini, Rella tidak berani ke mana-mana selain berdiam diri di ruang kelas jurusan Fashion Design. Ia takut, panik, dan gelisah, masih memikirkan tentang hilangnya amplop yang diberikan Alka kemarin. Kalau saja ia membaca isi benda tersebut terlebih dahulu dan menaruhnya ke dalam tas, pasti tidak akan hilang. Kenapa juga ia seteledor itu? Astaga, Rella benar-benar galau. Ia takut, kalau-kalau ada yang membaca isi surat itu. Panik karena belum menemukan benda yang seolah lebih bernilai dari emas. Juga, gelisah sebab belum mengetahui isi da
"Hawa nafsu itu nyata adanya. Ketika seseorang mencintai atas dasar mengikuti hawa nafsu, ia akan mudah bosan, lalu meninggalkan, lantas mencari pengganti yang bisa memenuhi nafsu sesaatnya. Ini bukan hanya perihal birahi, tetapi tentang kekayaan, jabatan, dan kesenangan tanpa ingin adanya ujian." *** "Lo ada waktu, nggak?" "Huh?" Rella tampak kebingungan atas pertanyaan yang dilayangkan Abil saat laki-laki itu meneleponnya. Bingung, sebab itu adalah kalimat pertama yang tiba-tiba diucapkan saat panggilan diangkat, bukan sebuah sapaan. "Waktu?" tanya Rella, masih belum paham. Memangnya, ada kepentingan apa? "Kapan dan untuk apa?" lanjutnya. "Kapan-kapan, sih, tapi kalo bisa, ya, hari ini. Gue ada keperluan penting sama lo. Gimana, lo ada waktu?" Bagaimana Rella harus menjawab? Sementara, ia juga ada rencana bertemu dengan Alka hari ini. Sangat pentingkah? "Penting banget memangnya, Kak?"