"Ada orang yang takut kehilangan cinta, maka ia korbankan harta. Ada orang yang takut kehilangan harta, maka ia korbankan cinta. Ada orang yang takut dikira tidak mencinta, sehingga ia rela berjuang meski duri tajam tengah menghadang. Ada pula orang yang tidak mencinta, tetapi takut dikatakan tidak mencinta, sehingga berbuat seolah terlihat berjuang--padahal itu sebatas kepura-puraan belaka."
***Seharian ini, Rella tidak berani ke mana-mana selain berdiam diri di ruang kelas jurusan Fashion Design. Ia takut, panik, dan gelisah, masih memikirkan tentang hilangnya amplop yang diberikan Alka kemarin. Kalau saja ia membaca isi benda tersebut terlebih dahulu dan menaruhnya ke dalam tas, pasti tidak akan hilang. Kenapa juga ia seteledor itu? Astaga, Rella benar-benar galau.
Ia takut, kalau-kalau ada yang membaca isi surat itu. Panik karena belum menemukan benda yang seolah lebih bernilai dari emas. Juga, gelisah sebab belum mengetahui isi da[Kyuni's Note]: Alhamdulillah, akhirnya bisa up lagi! Happy reading~
"Hawa nafsu itu nyata adanya. Ketika seseorang mencintai atas dasar mengikuti hawa nafsu, ia akan mudah bosan, lalu meninggalkan, lantas mencari pengganti yang bisa memenuhi nafsu sesaatnya. Ini bukan hanya perihal birahi, tetapi tentang kekayaan, jabatan, dan kesenangan tanpa ingin adanya ujian." *** "Lo ada waktu, nggak?" "Huh?" Rella tampak kebingungan atas pertanyaan yang dilayangkan Abil saat laki-laki itu meneleponnya. Bingung, sebab itu adalah kalimat pertama yang tiba-tiba diucapkan saat panggilan diangkat, bukan sebuah sapaan. "Waktu?" tanya Rella, masih belum paham. Memangnya, ada kepentingan apa? "Kapan dan untuk apa?" lanjutnya. "Kapan-kapan, sih, tapi kalo bisa, ya, hari ini. Gue ada keperluan penting sama lo. Gimana, lo ada waktu?" Bagaimana Rella harus menjawab? Sementara, ia juga ada rencana bertemu dengan Alka hari ini. Sangat pentingkah? "Penting banget memangnya, Kak?"
"(1) Dari sahabat Hudzaifah, ia memperoleh laporan tentang adanya seseorang yang suka berbuat adu domba. Lalu ia mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Pelaku adu domba tidak akan masuk surga.” (HR Muslim no. 303).(2) Dari Ibnu Abbas, dikisahkan Rasulullah SAW pernah melewati sebuah kebun di Madinah. Rasulullah lalu mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di dalam kuburnya.Nabi Muhammad SAW kemudian bersabda: “Keduanya sedang disiksa dan tidaklah keduanya disiksa karena masalah yang sulit untuk ditinggalkan." Kemudian beliau menambahkan, "Mereka tidaklah disiksa karena dosa yang mereka anggap dosa besar. Orang yang pertama disiksa karena tidak menjaga diri dari percikan air kencingnya sendiri, sedangkan orang kedua suka melakukan namimah.” (HR. Bukhari nomor 213)."***Dengkusan kasar keluar dari hidung Cellin ketika penantiannya tak membuahkan hasil sesuai keinginan. Ini perihal video yang diki
"Boleh saja berharap, tetapi cobalah untuk mengukur seberapa besar peluang, apakah sudah pasti dapat atau hanya sebatas bayang ketidaktentuan, dan juga apakah yang diharapkan itu adalah takdir yang bisa diubah atau justru tidak sama sekali. Maka belajarlah memperjuangkan (ikhtiar) sesuatu meski itu hal sepele, sebab berharap saja tidak cukup untuk menggapai yang diharapkan. Satu lagi, berharaplah hanya kepada Allah."***Berhenti berjuang. Dua kata yang menurut Rella terasa sangat ambigu itu terus terngiang di telinganya hingga detik ini. Hanya kalimat itu, padahal kedai kian ramai dan ingar bingar musik beradu perbincangan puluhan bibir para pengunjung begitu mendominasi ruangan. Manik gadis itu masih terpaku pada wajah tenang di depan, tidak sedikit pun ada gurat kesenduan, hanya keteduhan yang menyimpan keseriusan.Sementara, objek yang diperhatikan lebih memilih mematut sorot mata ke cangkir putih berisi kopi hitam di hadapannya. Ia t
"Menjauh dan berserah diri kepada Allah adalah solusi terbaik agar terhindar dari kecewa."***Kebingungan tercetak jelas di wajah Rella. Pasalnya, Abil dan mobilnya sudah stay di depan gerbang kosan di Ahad pagi ini. Laki-laki berhoodie abu rokok dengan rambut klimis itu tampak menyumbangkan cengiran lebar, memperlihatkan deretan gigi rapinya. Ada apa sebenarnya sampai ia datang pagi-pagi ke kosan? Ada yang bisa jawab?"Kak Abil ngapain pagi-pagi ke sini?" tanya Stella berbisik pada Rella yang berdiri di sampingnya dengan cengiran kecil sebagai balasan atas senyuman yang dilayangkan Abil padanya.Menggeleng samar, Rella bercicit, "Mungkin mau mentraktir lagi seperti waktu itu, tapi ... sepertinya bukan itu tujuannya." Ia sedikit ragu."Gue nggak dibukain gerbang, nih? Panas tau, si Surya udah nongol, tuh, dari arah Timur, lagi otewe ke arah Utara!" seru Abil setengah lantang.Rella dan Stella saling
"Di antara kenyataan terpahit adalah, mengetahui bahwa orang yang kita cintai tidak memiliki perasaan sama, padahal sudah tahu kita mencintainya; mengetahui bahwa orang yang kita cintai malah tersakiti oleh usaha kita untuk dekat dengannya, padahal sama-sama saling cinta; dan yang paling pahit di antara terpahit adalah, mengetahui zina itu mendatangkan dosa, tetapi masih saja melakukannya: pacaran, berduaan, hingga bersentuhan, padahal belum mahram." *** Benar saja, selain menjadi nyamuk, Stella juga menjadi penonton dari keseruan dua kawula yang sibuk memilih dan memilah barang belanjaan. Gadis itu hanya mengembuskan napas panjang, mencoba menahan cobaan yang tengah menimpanya. Rasanya, Stella ingin lari saja dari kenyataan sepat ini. 'Sabar, Stella, sabar ....' Pegangi saja barang-barang dalam tiga paper bag ini, kalau kesabaran kamu habis, maka lempar saja ke wajah Abil. Ah, tetapi sepertinya Stella tidak akan tega melakukan hal itu, ia juga ya
"Mungkin kita memang tidak ditakdirkan berjodoh dan bukan nama aku yang tertulis di samping namamu pada lauhul mahfuz. Namun sejujurnya, hati ini masih mengharap Allah menyatukan kita di suatu hari kelak, tapi jika bukan aku yang terbaik untukmu, aku bisa apa?"***Menjelang sore, Abil mengajak Rella dan Stella kembali melaju menuju tujuan yang sudah ia tentukan, tentu selepas mereka beristirahat sejenak dan menghirup udara segar di taman. Ya ... selain melepas penat, juga foto-foto di tepi danau buatan, dan sudah pasti Stella menjadi fotografer dadakan. Ha ha, lucu sekali, orang kasmaran difoto oleh orang yang tengah menahan kecemburuan, sementara Rella sama sekali tidak menyadari situasi dan kondisi sahabatnya sendiri, hanya mengikuti perkataan Abil, mulai dari A sampai Z.Yah, satu hari ini benar-benar dimanfaatkan Abil dengan baik. Kalian mau tahu alasannya kenapa? Tidak lain dan tidak bukan untuk menghibur gadis yang disukainya, yakni meng
"Hargailah selagi masih ada, sebab ketika kamu kehilangan dia, akan ada kebiasaan saat bersamanya yang sulit untuk dilakukan seorang diri. Akan timbul perasaan bahwa ternyata ia dangat berarti. Jangan sampai ada sesal selepas hilang, karena meski kamu menginginkan, waktu akan selalu menolak untuk berputar ke belakang."***Antara percaya atau tidak, kini Rella sudah berdiri di hadapan anak-anak penghuni panti asuhan yang ternyata adalah tempat tujuan yang Abil rahasiakan. Sejak awal, laki-laki itu tidak mau buka suara soal tempat yang akan mereka tuju, dan ternyata ... di sinilah mereka berada, sebuah panti asuhan.Rella dan Stella sama sekali tidak menduga jika seorang Abil akan melakukan hal yang terbilang: tidak pernah dilakukan oleh lelaki tersebut. Akan tetapi, mungkin saja pernah, hanya saja tidak diketahui oleh keduanya. Lihat saja, bagaimana interaksi yang terjalin antara Abil dengan Ibu Panti. Mereka terlihat sangat akrab, bahkan
"Tanda seseorang tulus mencintai adalah, ia tidak akan berpaling, meski diuji oleh harta, tahta, dan wanita ataupun pria. Apabila ia berpaling, maka itu bukanlah cinta yang sesungguhnya. Sebagaimana cinta antara seorang hamba kepada Tuhannya." *** "Papa tau kalau kamu akan menginap di sini?" Pertanyaan yang dilayangkan oleh sang mama ditanggapi dengan gelengan beberapa kali oleh Cellin. Sejak pukul tiga, tepatnya menjelang sore tadi, ia sudah berada di rumah ini, tepatnya rumah kakaknya, Alka. Namun, Nindiya tidak tahu jika anak gadisnya itu berencana untuk menginap, sebab selama ini Cellin takut untuk sekadar datang menemuinya dan diketahui oleh Antonio. Bisa habis Cellin kena hukuman bila ketahuan. Lalu, setelah langit sore memperlihatkan senjanya, Nindiya memcemaskan sang anak gadis jika pulang malam-malam seorang diri, apalagi Alka juga belum pulang juga. Akhirnya ia mempertanyakan apakah anak itu akan pulang atau tidak dan t