Share

Luka Nora

Author: Queen Natha
last update Last Updated: 2022-03-07 16:28:27

Nora bersiap untuk pergi ke rumah keluarga Winata setelah menemani Tian sarapan dan berangkat kerja, meskipun tidak ada sepatah kata pun keluar dari bibir Tian, Nora yakin Tian sadar yang apa yang telah mereka lakukan semalam, Nora pun masih tidak percaya sampai saat ini, saat dia terbangun, Tian sudah berada disampingnya dan sama-sama tidak ada satu helai pun benang yang menempel di tubuh mereka, Nora terbangun dan terduduk di tempat tidurnya, dia diam terpaku, membereskan rambut dan menatap Tian yang masih tertidur.

    Nora dengan cepat bangkit dari tempat tidurnya, dan sedikit berlari ke kamar mandi tanpa mengetahui bahwa Tian mengintip dari tempat tidurnya, Tian pun tidak percaya yang telah dia lakukan semalam pada Nora, bukankah dia hanya menganggap Nora sebagai alat untuk mendapatkan warisan ayahnya, namun entah mengapa semalam dia melihat Nora begitu cantik, dan tidak bisa menghentikan tubuhnya untuk tidak menyentuh Nora.

     Nora mengirim pesan kepada Tyas, dia menceritakan apa yang terjadi semalam, Tyas yang tidak sabar menunggu cerita lengkapnya dari Nora, menyuruhnya untuk datang ke rumah, Tyas tahu caranya akan berhasil, bagi Tyas, Nora memang wanita yang sangat cantik, meskipun dia bukan berasal dari kota, dan Tyas mengenal sifat kakaknya Tian, dia hanya perlu memoles Nora sedikit dan mengajarinya bagaimana wanita kota memikat hati lelaki, dan Tyas berhasil.

     Rencana Tyas terlintas saat dia mampir ke rumah Nora dan Tian tempo hari, dia sempat melihat-lihat isi lemari Nora dan peralatan makeup Nora, semuanya biasa saja, baju pergi Nora hanya kemeja-kemeja biasa, baju sehari-haripun hanya ada daster batik biasa, bagaimana dia bisa memikat hati kakaknya bila kebiasaannya di kampung masih dia bawa-bawa sampai saat ini.

    Tyas sudah menunggu Nora, dia mengajak Nora untuk pergi membeli pakaian dan makeup untuk dia pakai, dan menyuruhnya mengganti semua pakaian-pakaian yang ada di lemari, setidaknya itu yang bisa Tyas lakukan untuk kakak iparnya.

    Tian termenung di ruang kerjanya, dia tidak bisa konsentrasi bekerja, kejadian semalam dengan Nora masih terbayang di kepalanya, dia masih menyalahkan dirinya mengapa hal itu bisa terjadi, dia sudah berjanji tidak akan pernah menyentuh Nora bagaimanapun keadaannya, sikapnya selama ini kepada Nora sudah sesuai dengan yang dia rencanakan, namun hampir berantakan gara-gara kejadian semalam.

    “Tok,,tok,,tok,” suara pintu ruang kerjanya diketuk, tidak lama Tomi masuk ke ruang kerjanya.

   “Lo kenapa Ian, gue perhatiin lo bengong aja dari tadi?” tanya Tomi.

   “Nggak, lagi gak mood aja gue,” jawab Tian.

   “Iya lo gak mood itu kenapa, pasti ada apa-apa, gie kenal lo dari dulu sob,” balas Tomi.

   “Hmm, gue mau cerita sama lo nih Tom, tapi lo jangan ketawa ya,” kata Tian.

   “Makin penasaran gue, cerita apaan sih,” jawab Tomi.

   “Semalem gue tidur sama Nora,” balas Tian singkat.

   “Lah emang kemarin-kemarin lo tidur di ruang tamu,?” jawab Tomi.

   “Bukan tidur yang biasanya, maksud gue, semalem gue nidurin Nora, padahal lo kan tahu saat menikah sama dia gue gak akan sentuh dia sama sekali,” balas Tian panjang lebar pada Tomi.

   “Ha ha ha, jadi cuma itu masalahnya sob, lagian lo sama Nora kan sudah jadi suami istri, ya wajarlah lo nidurin dia, udah halal kan, yang salah itu lo tidur sama pacar-pacar lo Ian, Ha ha ha,” jawab Tomi sambil setengah mengejek.

   “Iya, tapi kan lo tau gue gak ada perasaan sama Nora, dia tuh cuma alat buat gue aja,” balas Tian.

   “Gue tuh heran Ian, lo itu ke Nora gak kaya ke cewek-cewek lain, lo abis tidur sama cewek-cewek yang lo kencanin terus lo putusin tapi gak pernah ada rasa bersalah sama mereka, nah ini lo sampe bengong abis tidur sama Nora padahal dia istri lo sendiri Ian,” jawab Tomi.

    Tian diam mendengar Tomi berbicara seperti itu, dia tidak tahu mengapa merasa bersalah dengan Nora, dia hanya tidak ingin melukai Nora karena dia anak dari teman ayahnya, dan dia wanita baik-baik, tidak seperti cewek-cewek yang dia kencani, mereka bersedia tidur hanya karena Tian seorang Winata.

    “Sudahlah Ian, lo terima aja Nora kenapa sih, jangan sampai lo nyesel nanti, kalau Nora memang seperti yang lo ceritain, gue rasa dia worth it kok buat dapat kesempatan, lo cuma malu karena dia dari kampung kan,” kata Tomi.

     “Emang lo udah pernah ketemu Nora?” tanya Tian.

     “Ya gak harus ketemu dia kan untuk tahu, dari cerita lo aja gue yakin kok, lo cuma gengsi aja kan Ian,” balas Tomi.

    Tomi adalah sahabat Tian semenjak mereka kuliah di kampus yang sama, Tomi selalu ada di samping Tian, cuma Tomi yang Tian percaya, Tian iri dengan Tomi yang dengan bebasnya bisa menentukan jalan hidupnya meskipun keluarganya juga sama-sama dari keluarga konglomerat, cuma Tomi memang tidak pernah punya keinginan macam-macam, dia berjiwa bebas, meskipun dia juga sama seperti Tian suka party , namun Tomi tidak pernah berpacaran dengan seorang wanita, dia pun selalu menolak wanita-wanita yang ingin tidur dengannya.

    “Yaudah gue mau keluar makan siang dulu, lo mau ikut Ian?” tanya Tomi.

    “Gak deh, gue masih kenyang,” jawab Tian.

    “Oke, sampe ketemu nanti malam ya, jangan sampe telat, gue tunggu di tempat biasa,” balas Tomi.

    Tiap malam, Tian dan Tomi main bowling bersama, itu permintaan Tian pada Tomi yang mengharuskan Tomi menemaninya setiap pulang kerja, Tian enggan pulang ke rumah cepat-cepat, dia ingin Nora sudah tertidur saat Tian pulang sehingga dia tidak perlu basa-basi pada Nora.

    Tomi keluar lift menuju parkiran, saat di lobby dia melihat seorang wanita cantik berdiri di resepsionis, wajahnya seperti familiar, dan wanita itu seperti kesulitan untuk meminta ijin pada resepsionis, Tomi mendekati wanita itu, perasaannya mengatakan wanita itu adalah Nora, istri Tian.

   “Nora ya, istri Tian?” sapa Tomi pada wanita itu.

    Wanita itu menoleh kea rah Tomi, wajahnya menunjukan tanda tanya, Tomi yakin dia adalah Nora, namun tentu saja Nora tidak mengenal dirinya, Tian tidak pernah mengajak Nora untuk kenal dengan teman-temannya, sehingga wajar saja Nora tidak kenal dengan siapa-siapa.

    “Gue Tomi, temannya Tian,” kata Tomi seraya mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.

    “Oh, saya Nora, istri Tian,” jawab Nira sambil menyambut uluran tangan Tomi.

    “Mau ketemu Tian?tumben datang ke sini?” tanya Tomi penuh selidik, dia yakin Tian tidak tahu bahwa Nira sekarang ada di lobby kantornya, dan Tomi tahu Tian akan marah pada Nora bisa tahu dia datang tanpa memberitahu dulu sebelumnya.

    “Ehm, kebetulan Tian tadi sedang keluar kantor, memang tidak berkabar dulu ke Tian kalau kamu mau datang?” tanya Tomi kembali.

    “Pesanku belum di balas oleh Tian,” jawab Nora sambil tertunduk melihat handphonenya, berharap ada balasan dari Tian.

    Tomi yang melihat Nora jadi merasa bersalah, entah mengapa Tomi mempunyai rasa iba pada wanita yang berdiri di hadapannya.

    “Mau temani aku minum kopi?” tanya Tomi, dia merasa menjadi orang paling bodoh bertanya seperti itu, dia tidak pernah bersikap salah tingkah di depan wanita.

    “Oh, ehmm, apa tidak apa-apa kalau saya ikut?” jawab Nora.

    “Tidak, saya tidak keberatan, senang ada yang menemani,” balas Tomi tersenyum.

   Tomi dan Nora pegi ke kafe seberang kantor Tian, mereka duduk dan memesan kopi serta makanan ringan, sebenarnya Tomi tidak tahu apa yang harus di bicarakan pada Nora, dia hanya berbasa basi saja, namun di luar dugaannya Nora mengiyakan ajakan tersebut.

    “Maaf sebelumnya kalau saya tidak mengenali anda sebagai teman Tian,” kata Nora mengawali percakapan tersebut.

    “Kenapa minta maaf, anda tidak salah apa-apa, memang kita tidak pernah bertemu sebelumnya kan? jawab Tomi.

    Nora tersenyum, banyak sebenarnya yang ingin Nora tanyakan pada Tomi, namun dia tidak punya keberanian untuk bertanya apapun, apalagi dia baru mengenal Tomi hari ini.

    “Kalau ada yang mau ditanyakan, silahkan loh, tenang saja aku gak akan memberitahu Tian,” tanya Tomi, seperti bisa membaca pikiran Nora.

    “Ah, apa anda tahu kenapa Tian tidak pernah memperkenalkan saya kepada teman-temannya, apa Tian malu pada saya ya,” jawab Nora

    Tomi yang mendengar itu terdiam, tidak tahu harus bilang apa, namun Tomi tidak habis pikir, kenapa Tian masih saja malu mengakui Nora sebagai istrinya, Nora yang dilihat Tomi sekarang adalah wanita cantik dan anggun tidak kelihatan seperti gadis kampungan yang sering di sebut-sebut oleh Tian, menurut Tomi usaha dari gadis kampung berubah menjadi seperti ini adalah usaha yang tidak mudah, tidak sadar Tomi memandangi wajah Nora, dan membuat Nora salah tingkah.

    “Apa ada yang salah di wajah saya ya pak?” tanya Nora, membuat Tomi tersadar dari lamunannya.

   “Oh tidak, maaf, bukannya saya ingin membuat anda tidak nyaman,” jawab Tomi.

   “Terkait pertanyaan anda tadi, menurut saya Tian hanya terlalu sibuk saja, jadi memang tidak ada waktu untuk pergi dan mengenalkan anda, dan Tian tidak terlalu suka acara kumpul-kumpul, jadi ya hanya tidak ada waktu saja kok,” lanjut Tomi berbohong.

    Entah mengapa Tomi melakukan hal itu, menjaga perasaan Nora bukanlah kewajibannya, tapi Tomi merasa iba pada Nora.

    Setelah berpamitan keduanya berpisah di depan kafe, Nora memanggil taksi yang lewat di depannya, lalu berpamitan dengan Tomi, sebelum naik ke taksi Nora memberikan satu set lengkap Sushi untuk Tomi, makan siang yang ingin dia berikan pada Tian tadinya, namun dari pada mubazir pikirnya.

    “Ini untuk anda saja pak, kebetulan saya tidak terlalu suka makanan seperti itu, tadinya mau saya berikan ke mas Tian untuk makan siang, tapi ternyata mas Tian tidak ada di kantor,” kata Nora seraya menyodorkan bungkusan berisi Sushi.

    “Ah, beneran buat saya nih, nanti saya bisa minta tambah loh,” jawab Tomi sambil bercanda.

    Tomi sekilas melihat tas belanjaan yang dipegang Nora di sisi satunya, sepertinya alat untuk melukis, Tomi penasaran mengapa Nora membeli alat melukis, kalau untuk Tian itu sudah pasti tidak, karena Tian lemah dalam hal seni.

    “Alat lukis untuk siapa itu,” tanya Tomi sambil menunjuk bungkusan yang Nora pegang.

    “Oh ini, alat lukis saya, sewaktu di kampung kebetulan saya mengajar seni lukis, meskipun tidak seperti pelukis pro, cuma lumayanlah untuk mengisi waktu di rumah,” jawab Nora yang sudah sedikit nyaman berbicara dengan Tomi.

   “Ohh, oke,” jawab Tomi singkat, dan membukakan pintu taksi untuk Nora.

   Saat Nora sudah pergi, Tomi memandang taksi yang mulai menjauh, dalam hatinya ada sesuatu yang mencuri perhatian Tomi, Nora suka melukis, seni yang digemari oleh Tomi juga, bagi Tomi, Tian sudah benar-benar bodoh, Nora sudah lebih dari cukup untuk menjadi istrinya, dari pada mengejar dan mengencani wanita-wanita bodoh.

   Mobil Tomi melaju kencang di jalanan ibu kota, bungkusan sushi yang di berikan Nora tergeletak di kursi samping Tomi, sesekali Tomi melirik bungkusan itu dan tersenyum, tas dengan corak badut untuk membungkus sushi mahal terlihat norak tapi lucu, Tomi ingin memberitahu Tian bahwa Nora datang ke kantor untuk mencarinya, namun dia urungkan niatnya, dia tidak ingin Tian naik darah hanya karena hal sepele, seharusnya Tian memberikan kesempatan pada Nora, dia wanita yang baik, gumam Tomi dalam hati.

    Nora sudah sampai rumah, dia mengambil handphonenya dan melihat apakah ada pesan masuk di sana, sesuai dengan harapannya Tian membalas pesan yang dia tinggalkan saat tadi mampir ke kantornya, Nora membuka pesan dari Tian, namun yang Nora dapatkan tidak sesuai dengan harapannya.

    “Maaf aku sedang meeting, oiya ada yang harus aku luruskan tentang kejadian semalam, aku minta maaf karena itu, jangan berpikir yang terlalu jauh sampai harus datang ke tempat kerjaku, mungkin memang harus aku katakan bahwa aku menganggapmu hanya sebagai alat untuk mendapatkan warisan ayahku, karena menikahimu adalah salah satu syarat yang di ajukan ayahku, aku benar-benar minta maaf untuk hal ini,” balas Tian .

    Tubuh Nora jatuh di pinggir tempat tidur, badannya lemas setelah membaca pesan dari Tian, bagaimana bisa seorang suami meminta maaf setelah menggauli istrinya dan berbicara bahwa dia hanyalah dianggap sebagai alat, air mata Nora mengucur deras, ada rasa sakit di dadanya, selama lima bulan dia menunggu Tian melihatnya, namun harapan itu hanya kosong, namun Nora sudah terlanjur mencintai suaminya.

    Nora terbaring di tempat tidur, dia enggan melakukan apa-apa, hujan di luar terlihat dari jendela kamarnya, pintu kamarnya di ketok berulang-ulang oleh bi Iyem, karena khawatir majikannya tidak keluar kamar semenjak pulang tadi siang.

   Nora mematikan handphonenya semenjak tadi siang, kepalanya terasa berat setelah menangis dan tertidur, di bawah lantai dia melihat alat lukis dan belanjaannya yang lain, baju-baju dan makeup yang dia beli bersama Tyas tadi pagi, Nora bangkit dari tempat tidur membuka peralatan lukisnya, dia hanya ingin melukis saja saat ini, air matanya masih menetes, dia menutup wajahnya berusaha menahan tangisnya, namun ucapan Tian masih terngiang dan terekam di kepalanya,

    Tian masih berada di kantornya, merasa bersalah telah mengirimkan pesan tersebut kepada Nora, namun saat ingin menghapusnya centang itu sudah berubah menjadi biru, itu berarti Nora telah membaca pesannya, Tian ingin berlagak biasa saja, namun lagi-lagi dia tidak punya alasan menyakiti Nora.

   “Tring…tring..tring,” ada pesan masuk di handphone Tian, dia langsung mengambil handphone dan membuka pesannya, entah mengapa dia berharap itu dari Nora, namun raut wajah Tian berubah seketika setelah melihat siapa pengirim pesan tersebut, bukan Tian tidak senang namun dia masih merasa bersalah dan tidak tahu bagaimana harus bersikap saat bertemu Nora.

    “Tring..tring..tring,” handphonenya kembali berbunyi, namun saat ini adalah panggilan masuk, Tian mengangkatnya, mungkin dia harus melupakan rasa bersalahnya sedikit.

    “Iya, aku masih di kantor,” Tian menjawab panggilan itu.

    “Nanti aku mampir ke apartemen ya,” lanjut Tian.

    Tian menutup penggilan itu, dan bersiap keluar dari kantor, dia tidak menuju rumah namun yang dia tahu, dia mungkin harus melupakan sejenak rasa bersalahnya pada Nora malam ini, tanpa Tian tahu bahwa dia sudah membuka luka di hati Nora, namun tanpa mereka berdua sadari di tempat lain ada hati yang mulai membuka perlahan untuk menerima Nora.

Related chapters

  • Cinderella After Marriage   Ternyata Tak Seindah Mimpi

    Nora terbangun, dia melihat jam di sebelah tempat tidurnya, sudah jam delapan pagi, dia melirik ke samping kanannya, tempat Tian biasa tidur namun tidak ada tanda-tanda orang tertidur di sana, Nora melihat lantai kamarnya berserakan dengan barang-barang yang baru dia beli kemarin, Nora ingin beranjak dari tempat tidur, namun kepalanya masih terasa berat dan pusing, dia tidak tahu berapa kali dia menangis semalam hingga terbangun jam delapan pagi, Nora berusaha untuk bangkit dan mendinginkan kepala, Tian tidak pulang ke rumah, batin Nora. Setelah membereskan mandi dan membereskan kamarnya, Nora bersiap untuk keluar rumah, dia memutuskan untuk jalan-jalan membeli perlengkapan lukis yang banyak, lebih baik dia menyibukan diri dari pada harus menunggu Tian yang hanya menganggapnya sebagai alat, Nora menahan rasa sakit di dadanya agar air matanya tidak tumpah lagi bila mengingat kata-kata itu. Nora meminta supirnya mengantarkan dia ke t

    Last Updated : 2022-03-07
  • Cinderella After Marriage   Penderitaan Yang Tak Ada Habisnya

    “Kenapa kamu bisa bersama Tomi,” suara Tian meninggi setelah menarik dan melempar Nora ke atas tempat tidur, Nora tersungkur dan memegang pergelangan tangannya yang kesakitan karena genggaman Tian. “Hanya kebetulan bertemu, aku sedang membeli alat lukis di dekat situ, lalu mas Tomi mengajakku minum kopi,” jawab Nora. “Kebetulan bertemu? memang kalian sudah pernah bertemu sebelumnya?” tanya Tian yang terlihat marah. “Kami bertemu pertama kali saat aku datang ke kantormu kemarin,” jawab Nora sambil menundukan wajahnya, dia tak berani melihat wajah Tian, dia tahu Tian marah besar padanya “Apa? aku bilang sama kamu dan tolong dengarkan baik-baik, aku mohon kamu jangan pernah muncul di kantorku atau di hadapan teman-temanku lagi,” balas Tian. Nora yang mendengar apa yang diucapkan Tian tersentak

    Last Updated : 2022-03-09
  • Cinderella After Marriage   Aku Mencintaimu, Tian

    Nora masih memandangi foto-foto yang dikirimkan pengirim tanpa nama tersebut, dia perhatikan satu persatu, wajah Tian yang tak pernah dia lihat sebahagia itu saat bersamanya. Banyak pertanyaan yang terlintas di kepala Nora, apakah wanita yang bersama Tian di foto ini adalah Citra, orang yang mengirimkan foto itu padanya. Jam menunjukan pukul sepuluh malam, Nora tida bisa memejamkan matanya, gambaran foto itu terus datang saat dia memejamkan matanya, Nora sudah berjanji tidak ingin menangis lagi, untuk bertanya pada Tian, Nora tidak punya keberanian setelah mereka bertengkar semalam, tapi Nora tidak akan tenang sebelum tahu kenyataannya. “Apakah aku harus menemui mas Tomi ataukah Tyas,” gumam Nora dalam hati. Nora mengambil handphone yang berada di meja samping tempat tidurnya, dia mulai mengirikan pesan kepada seseorang, Nora memutuskan untuk bertemu besok pagi setelah Tian berangkat kerja, dan pesan Nora

    Last Updated : 2022-03-09
  • Cinderella After Marriage   Kenalkan, saya Almeera

    Nora mematung di depan kanvas lukisnya, tangannya memegang kuas yang yang catnya sudah mengering, hampir satu jam lamanya Nora hanya memandang kanvas kosong, tidak seperti biasanya, bila di depan kanvas Nora dengan gamblang melukis dan memainkan kuasnya sehingga menjadi lukisan yang indah, hati Nora bimbang, dia merasa seperti perempuan bodoh yang hanya menurut dan akhirnya harga dirinya terinjak-injak. Foto-foto Tian dengan wanita lain masih terbayang dalam benak Nora, bahkan dia istrinya tidak pernah berpose seperti itu dengan suaminya sendiri, selama berbulan-bulan dia menikah baru kemarin Tian benar-benar menyentuhnya, itu pun mungkin bukan karena Tian mencintai dirinya. Nora meletakan kuasnya, dia berjalan ke kamar, membuka lemari bajunya, namun wajahnya terlihat ragu, Nora ingin pulang sejenak ke kampungnya, bertemu ayah dan ibunya, menangis dan bercerita dengan puas dengan adiknya hingga beban di pundaknya berkurang meskipun sedik

    Last Updated : 2022-03-16
  • Cinderella After Marriage   Kehamilan Almeera

    “Tian, aku mau bicara,” isi pesan singkat Tomi di handphone membuat Tian bertanya, tidak seperti biasa Tomi mengirimkan pesan hanya untuk bicara padanya, sepertinya kali ini dia ingin berbicara serius, batinnya dalam hati. Lima belas menit kemudian Tomi sudah berada di depan ruangan Tian, dia membuka pintu dan melihat Tian sudah duduk dan meracik kopi untuk mereka berdua, Tomi duduk di sofa sambil melihat ke arah Tian, setelah Nora menceritakan kejadian di museum tadi, Tomi langsung pergi menemui Tian. “Katanya mau bicara, kok malah diam aja sekarang,” tanya Tian pada Tomi. “Tapi sebelumnya aku tidak ada maksud apa-apa, aku hanya mau bertanya sesuatu padamu Ian, dan ini demi masa depan dan warisanmu itu,” jawab Tomi. “Ha ha ha sejak kapan jadi serius begini sob, kita sudah lama kenal, jangan tegang begini lah,” balas Tian yang memandang wajah Tomi, ad

    Last Updated : 2022-03-16
  • Cinderella After Marriage   Panggung Pernikahan

    Jam menunjukan pukul sepuluh pagi, kamar Nora masih terlihat gelap, dan Nora masih terbaring di tempat tidurnya, matanya tak mau terpejam hingga jam empat subuh, kata-kata wanita kemarin siang yang menemuinya masih terbayang di kepala Nora. dia tidak membayangkan Tian menghamili wanita itu, apakah mereka sudah menikah siri di belakang Nora, sesaat Nora merasa sebagai istri yang tak berguna, bagaimana tidak, harusnya dia yang mengandung anak Tian bukan wanita lain, rasa sesak kembali memenuhi dada Nora. Nora mencoba bangkit dari tempat tidur, dia menyandarkan punggungnya dan mengambil handphone yang dia letakan di dalam laci, Nora sengaja menyimpannya di sana, selepas pulang dari museum dia tidak ingin berbicara dengan siapapun, dia melihat layar handphone, tiga puluh dua panggilan tak terjawab dari Tian dan Tomi, Nora kembali meletakan handphonenya, dia tak menggubris semua panggilan yang masuk. Nora mencoba membuat dirinya sibuk untuk m

    Last Updated : 2022-03-17
  • Cinderella After Marriage   Rencana Almeera

    Almeera memandangi layar handphonenya, dia mencoba menghubungi Tian berulang kali, tidak ada jawaban, panggilannya tak di jawab dan pesannya tak di balas, Almeera gelisah, tidak pernah Tian melakukan hal ini padanya, setiap telephone dan pesannya selama ini tidak pernah menunggu lama, Tian pasti langsung membalasnya, namun saat ini tak ada balasan apapun dari Tian, Almeeran tidak bisa menunggu lagi, dia bergegas mengambil tasnya dan bergegas untuk pergi menemui Tian. “Tring…tring…tring,” bunyi pesan masuk di handphonenya membuat Almeera mengehntikan langkah kakinya, dia membuka pesan, berharap Tian yang membalas salah satu chatnya. “Nora sakit, dia pingsan kemarin malam, maaf sayang aku tidak sempat membalas pesanmu,” kata Tian di pesan itu. Raut wajah Almeera berubah kesal, semalaman perasaannya tidak tenang menunggu Tian, dia tidak pernah absen untuk datang ke apartemennya, namu

    Last Updated : 2022-03-18
  • Cinderella After Marriage   Rasa Tian dan Harapan Nora

    “Aku ingin tinggal denganmu dan Nora,” kata-kata Almeera tadi pagi masih terngiang di kepala Tian, bagaimana bisa Almeera berpikir seperti itu, meskipun kehamilannya adalah sebuah alasan, namun untuk tinggal bertiga itu adalah hal gila yang pernah Tian dengar. Almeera tersenyum setelah berhasil mengutarakan niatnya pada Tian, dia tidak peduli Tian setuju atau tidak, dia harus menjalankan rencananya, dia tidak akan membiarkan Nora lebih banyak mengambil perhatian Tian, dan Almeera merasa dia harus mengawasi gerak gerik Nora, satu-satunya cara adalah tinggal bersama mereka. “Tring..tring..tring,” handphone Almeera tiba-tiba berbunyi, dia melihat nama di layar handphonenya, “Tian” gumamnya dalam hati. “Sebenarnya apa yang sedang kamu rencanakan sayang,” tanya Tian. “Aku tidak merencanakan apa-apa Tian, kehamilan ini hanya membuatku ingin terus berdekatan

    Last Updated : 2022-03-20

Latest chapter

  • Cinderella After Marriage   Rencana Almeera (Part 3)

    Almeera terbangun dari tidurnya, kepalanya terasa sangat berat, entah berapa gelas wine yang dia minum semalam, tapi seingatnya semalam dia minum di sofa ruang tengah apartemennya bukan di kamar, saat menyadari itu Almeera langsung terduduk di tempat tidur sambil memegang kepalanya, dia mencoba mengingat-ingat tentang semalam, apakah dia sendiri yang berjalan ke kamar. “Tenryata kau sudah bangun,” suara laki-laki membuat Almeera terperanjat, dia melihat Luki berdiri di depan pintu kamar tidurnya sambil menyilangkan tangan di dada. “Kau, sejak kapan kau ada disini?” tanya Almeera sambil menahan sakit kepalanya. “Semalam,” jawab Luki singkat. “Kau yang membawaku ke kamar?” tanya Almeera lagi, Luki hanya mengangguk. “Tenang saja, aku tidak berbuat sesuatu terhadapmu,” kata Luki sambil memandang Almeera. Almeera mencoba membuar dirinya sadar penuh, tapi kepalanya benar-benar berat, “Ah sial, kepalaku sakit sekali,” kata Almeera setengah berbisik. “Kau menghabiskan dua bot

  • Cinderella After Marriage   Rencana Almeera (Part 2)

    Almeera berdiri di balkon apartemennya sambil sesekali meneguk wine dan memikirkan rencana untuk membuat Tian tetap bersamanya, dia mulai merasakan Tian terganggu dengan kedatangan Nora kembali ke Jakarta. “Seharusnya aku sudah mempertimbangkan hal ini, bagaimana aku bisa lengah,” kata Almeera dalam hati, dia masih memikirkan cara untuk mempertahankan hubungannya dengan Tian. “Bagaimanapun juga Tian tidak boleh kembali pada wanita kampungan itu,” kata Almeera lagi dalam hati. Dia masuk ke dalam apartemen mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu nomor kenalannya, entah apa yang di pikirkan Almeera tapi saat ini dia hanya butuh teman bicara, mungkin saja orang ini bisa memberikanku solusi. “Halo?” jawaban dari seberang sana saat panggilan Almeera di respon “Hai..apa kabar?” jawab Almeera, orang itu terdiam cukup lama. “Hmm..kabarku baik, bagaimana denganmu, apakah sudah sangat menikmati peranmu sebagai nyonya winata junior?” kata orang itu lagi. “Nadamu sepert

  • Cinderella After Marriage   Almeera dan Tian (Satu Malam)

    Almeera mengendarai mobilnya menuju kantor Tian, pagi-pagi sekali dia sudah siap untuk melaksanakan rencananya, semalaman Almeera berpikir tentang Tian, dia yakin Tian bukanlah pria yang bodoh, tapi Almeera bisa membuat seorang Tian bertekuk lutut kepadanya, lagi pula Tian memang pria yang sangat tampan, wangi parfumnya sangat berkelas, penampilannya sangat maskulin, sekilas pikiran Almeera melayang nakal. “Sudah kuputuskan, dia akan jadi milikku,” kata Almeera dalam hati sambil menginjak gas, hari ini Almeera akan membuat Tian mengahbiskan waktu dengannya. “Tok..tok..tok,” Sekretaris Tian mengetuk dan membuka pintu ruangan Tian yang saat itu baru selesai meeting dengan klien. “Pak. Nona Almeera sudah menunggu di depan,” kata sekretarisnya, Tian terdiam sebentar. “Bagaimana pak, apa saya perbolehkan nona Almeera masuk ke ruangan bapak?” tanya sekretarisnya lagi. “Suruh dia masuk saja, lalu siang nanti tolong reservasikan restoran untuk makan siang,” jawab Tian. “Baik pa

  • Cinderella After Marriage   Almeera dan Tian (Part 2)

    “Hey..kau tidak berangkat ke kantor,” suara Tomi membuat tidur Tian terganggu, dia melihat arloji di tangannya, jam menunjukan pukul delapan pagi, Tian langsung terbangun dari sofa dan mencari kunci mobil yang semalam ditinggalkan supirnya. “Kenapa lo gak bangunin gue lebih pagi,” jawab Tian setengah terhuyung dan melihat Tomi sudah rapih dengan baju kerjanya sambil menyeruput kopi. “Sudah, kau tak bangun,” kata Tomi sambil mengambil jasnya lalu mengambil kunci mobil. Tomi dan Tian sama-sama pergi keluar apartemen, hanya yang satu sangat terlihat rapih dan yang satu terlihat baru bangun tidur dengan wajah bantal. Mereka masuk ke mobil masing-masing, Tian akan langsung ke kantornya, dia sudah mengirimkan pesaan kepada sekretarisnya untuk menyiapkan baju kerjanya di ruangannya, dan menahan siapapun yang ingin masuk ke dalam ruangannya. “Sampai nanti,” kata Tomi sambil meninggalkan Tian dengan mobilnya, Tian hanya menganggukan kepala. Sesampainya di kantor, Tian bergegas masu

  • Cinderella After Marriage   Almeera dan Tian (Part 1)

    “Al, lo udah siap tampil?” kata salah seorang kru di backstage tempat para model bersiap untuk penampilan fashion show tahun ini. “Yang lo lihat gimana, masa gue udah dandan kaya gini masih dibilang belom siap,” jawab Almeera sambil melirik ke arah kru. “Beruntung lo hari ini, direktur utama Winata Grup gak bisa hadir,” kata kru itu lagi. “Loh kok beruntung, lo kan tau gue lagi berusaha promosiin diri gue untuk jadi model tetap perusahaan mereka, kalo direktur utamanya gak datang, rencana gue bubar dong,” kata Almeera sambil mengernyitkan dahi. “Direktur Utamanya emang gak datang, tapi dia di wakilin sama anaknya, Bastian Abimana,” kata kru itu lagi sambil tertawa seakan mengisyaratkan sesuatu. “Oh, baguslah meskipun bukan bapaknya, seenggaknya kesempatan gue gak hilang kan,” kata Almeera lagi. “Lo kenapa sih, kok ketawanya begitu?” tanya Almeera. “Duh tuan putri, harusnya lo bisa berpikir jauh ke depan, kalo lo mau promosiin diri lo, sekalian gaet anaknya dong, dua

  • Cinderella After Marriage   Pertanyaan Tian (Part 3)

    Mobil Tomi berjalan masuk ke dalam pekarangan rumahnya, dia melihat Nora dan Bian tertidur di sampingnya, Nora tertidur sangat lelap saat itu karena malam tadi dia tidak bisa memejamkan mata hingga dini hari. “Sayang kita sudah sampai,” kata Tomi perlahan membangunkan Nora. Nora perlahan membuka matanya, dia melihat ke sekeliling, rumah yang indah dan halaman yang asri. “Ini rumah kita, kita akan tinggal disini sementara,” kata Tomi yang lekas turun dari mobilnya, dan menyuruh supirnya untuk menurunkan barang-barang bawaan mereka. Nora mengikuti Tomi turun dari mobil sambil menggendong Bian, dia belum pernah melihat rumah yang akan mereka tempati selama di Jakarta. “Apakah kau membelinya?” tanya Nora pada Tomi. “Tidak, ini adalah rumahku, aku hanya sedikit merenovasinya sebelum berangkat ke Australia,” jawab Tomi. Nora mengikuti Tomi masuk ke dalam rumah, meskipun rumah ini lama tidak di tempati oleh Tomi namun rumah ini terlihat sangat bersih dan tidak berbau khas ru

  • Cinderella After Marriage   Pertanyaan Tian

    Tian terus menerus menatap ke arah Nora dan Tomi, meskipun dia tahu ada Almeera di sebesarng sana yang juga ikut memperhatikannya, namun Tian tidak dapat melepaskan pandangannya dari Nora, terlebih anak itu yang sedang Nora gendong yang membuat rasa penasaran Tian makin memuncak. Semalaman Tian tidak bisa tertidur, dia memilih untuk turun kebawah bersama para tamu yang datang melayat ke rumahnya, dia tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya, setelah perpisahannya dengan Nora dua tahun lalu, Tian masih merasa bersalah jauh di dalam hatinya, dia tahu saat itu dia sudah mempunyai perasaan sedikit pada Nora, namun kehamilan Almeera membuatnya teralihkan dari Nora. “Apakah saat itu Nora sedang mengandung anakku?” kata Tian dalam hati. “Apakah dia anakku?” kata Tian lagi, seakan-akan pertanyaan di kepalanya tidak ada putusnya. Tian berjalan di samping ibunya, mengantar jenazah Tuan Winata, keadaan rumah sangat ramai, para pelayat yang terdiri dari kolega-kolega bisnis per

  • Cinderella After Marriage   Rencana Nora (Part 1)

    Malam itu Nora tidak bisa memejamkan matanya, dia melihat ke samping tempat tidur, sudah pukul satu dini hari, dia masih mengingat perkataan Almeera tadi, dia tahu Almeera tidak main-main dengan perkataannya. “Kau belum tidur?” tiba-tiba suara Tomi mengagetkan Nora. “Ada yang sedang kau pikirkan sayang?” kata Tomi lagi. Tomi memandang wajah Nora, dia melihat ada kegelisahan di wajahnya, Tomi tahu ada sesuatu yang membuat Nora tidak nyaman saat itu. “Tidak, aku hanya tidak bisa tertidur saja, mungkin karena malam pertama di tempat yang baru,” jawab Nora mencari alasan. Tomi hanya mengangguk, namun dia tidak eprcaya apa yang Nora katakan, dia tahu Nora bukanlah orang yang susah beradaptasi, saat pindah ke Australia, Nora tidak mempunyai masalah bergaul atau kesulitan tidur, dia tahu istrinya seperti itu bila ada sesuatu yang di pikirkannya. “Tidurlah, besok pagi kita akan pergi setelah pemakaman Om Winata, lagipula di bawah masih banyak tamu, mungkin aku akan tidur 2-3 ja

  • Cinderella After Marriage   Rencana Almeera (Part 1)

    “Brakkk,” Almeera membanting pintu kamarnya, wajahnya terlihat gusar campur marah, dia berjalan mondar mandir di dalam kamar, berpikir keras sambil menggigit ibu jarinya. “Sialan, kenapa perempuan itu datang kesini,” kata Almeera pelan, dia berkali-kali melirik ke arah pintu kamar. “Beraninya dia datang kesini membawa anak Tian,” katanya lagi. “Aku harus memikirkan cara agar dia tidak merebut posisiku lagi,” kata Almeera sambil duduk di tepi tempat tidur. Saat Almeera sedang berpikir keras, pintu kamar terbuka dan Tian berjalan masuk ke dalam kamar, wajahnya terlihat tidak biasa, keningnya berkerut dan sepertinya dia tidak sadar ada Almeera di sana “Kau dari mana?” suara Almeera mengagetkan Tian. “Bertemu para tamu, tapi sebagian dari mereka sudah pulang,” jawab Tian sambil menyandarkan badannya di sofa lalu memejamkan mata. “Tamu dari mana?” kata Almeera sambil memancing. “Apa maksudmu?” tanya Tian. Almeera terdiam, dia duduk di samping tempat tidur, dia ingin

DMCA.com Protection Status