Sarlita berharap setelah kembali ke Jakarta Jody banyak berubah. Tap, rupanya Sarlita masih harus banyak bersabar. Jody memang lelaki yang belum punya pendirian, masih seperti udara yang mudah berubah tergantung musim. Baru satu hari di Jakarta, Jody kembali tidak betah di rumah, “Sar.. Pagi ini aku ke kampus, sore aku mau latihan basket. Gak apa-apa ya?”“Gak apa-apa sih, kalau itu merupakan kesibukan yang harus kamu lakukan. Aku juga mau ke mall beli perlengkapan make up.”“Apa gak sebaiknya tunggu aku pulang, Sar?”“Kamu yakin bisa pulang tepat waktu?”Jody meyakinkan Sarlita, kalau dia akan pulang tepat waktu dan akan mengantar Sarlita ke mall. Sarlita pun berpikir positif saja terhadap Jody. Setelah Jody pergi kuliah, Sarlita menyibukkan diri di kamar dengan menekuni hobi menulis yang sudah lama tidak ditekuninya lagi. Website Sarlita “Virgin Story” merupakan lapaknya menuangkan kisah hidupnya. Dari website itulah dia banyak berinteraksi dengan para followers-nya, dan kegiata
Menjelang larut malam Jody baru pulang, sambil mengendap-ngendap Jody masuk ke kamar. Namun, ternyata Sarlita belum tidur. Sarlita tegur Jody, “Kenapa kamu masuk kamar ngendap-ngendap gitu? Merasa bersalah?”“Iya Sar.. maafkan aku ya, aku gak menepati janji.” Jody menghampiri Sarlita dan duduk di tepi tempat tidur. Sarlita yang tadinya berbaring, langsung bangun dan duduk sembari bersandar di kepala tempat tidur, “Makanya, gak usah janji kalau gak bisa menepatinya! Kamu kalau sudah di Jakarta, balik lagi deh kelakuan aslinya!”Sarlita terus memberondong Jody dengan berbagai pertanyaan, dia tidak berikan kesempatan pada Jody untuk bicara. Sehingga Jody pun naik pitam, “Kamu egois banget ya! Kasih dong aku kesempatan untuk bicara! Aku juga perlu menjelaskan pada kamu!!” suara Jody mulai meninggi. “Kamu mau menjelaskan apa!? Buat apa kalau yang kamu katakan hanya kebohongan!!?”Keduanya bertengkar hebat dengan nada suara yang cukup keras. Sehingga Tantrianus dan isterinya yang lagi n
Ketegasan ancaman Tantrianus itu membuat Jody ciut. Sarlita sangat merasa bersalah, dia tidak menyangka kalau Tantrianus —mertuanya memberikan ancaman begitu serius pada Jody. “Jody tidak sepenuhnya salah, Sarlita yang kurang inisiatif.” Sarlita mencoba untuk menetralisir keadaan. Sarlita berjalan menuruni tangga, dia tidak tega melihat Jody menjadi bulan-bulanan Tantrianus . “Nah! Papa dengar itu apa kata Sarlita, jangan langsung pojokin Jody dong!!” Mama Jody merasa mendapat angin dari penjelasan Sarlita. “Semakin Mama bela, anak ini semakin tidak dewasa. Dia ini harus diberikan shock therapy, supaya dia berpikir sebelum bertindak.”Sarlita merasa kalau Tantrianus benar, Jody memang harus diberikan pelajaran. Sarlita merasa kalau Tantrianus membelanya. Padahal, yang dilakukan Tantrianus itu semata untuk mengingatkan Jody agar menjaga perilakunya. Mama Jody khawatir kalau Sarlita mendengar semua pembicaraan mereka. Dia bertanya pada Sarlita, “Kamu dari tadi mendengar semua pembic
Keesokan harinya Sarlita yang sudah tidak punya beban berniat pergi ke mall. Saat itu rumah dalam kondisi sepi, kedua mertuanya sedang tidak di rumah. Dia pun tidak minta izin pada Jody, baginya perilaku Jody berani membawa Windi ke rumah sudah di luar batas. Pada awalnya Sarlita hanya ingin Window shopping, outpit yang ddikenakanya pun sangatlah biasa saja. Sarlita menuju ke sebuah Mall yang tidak jauh dari rumah mertuanya dengan taksi online. Di mall Sarlita hanya keliling-keliling tanpa tujuan, dia hanya ingin membuang kejenuhan di rumah. Namun, saat dia melihat gerai Body Shop dia masuk ke gerai tersebut. Dia mengambil berbagai kebutuhannya dan memasukkannya ke dalam kantong belanja. Saat di kasir ingin membayar seluruh yang dibelanjakannya, “Berapa semuanya, biar saya yang bayar.. “ Sarlita menoleh ke arah suara di belakangnya. Ternyata Kiano sudah menyodorkan kredit card-nya pada kasir. “Gak usah Kiano.. aku bawa uang kok!” Sarlita menatap Kiano yang ada di belakangnya. Pe
Jody keluar dari mobilnya dan mecegat Sarlita di jalan, “Ayo masuk ke mobil, kita bicarakan ini di luar rumah.” Jody mengajak Sarlita masuk ke mobil dan membukakan pintu untuk Sarlita. “Kita mau ke mana Jod?” tanya Sarlita heran“Nanti kamu akan tahu kita akan ke mana.” Jawab Jody sambil menghidupkan mesin dan menjalankan mobilnya. Saat berpapasan dengan mobil Kiano yang masih berada pada tempatnya, Jody memandang sinis pada Kiano. “Kok kamu sinis gitu pada Kiano? Dia salah apa? Aku ketemu dia secara tidak sengaja, Jod! Dan dia berbaik hati mau mengantar aku!!”“Nanti aja kamu menjelaskannya, aku gak mau konsentrasi aku buyar.” ucap Jody, pandangannya tetap lurus ke depan. Sarlita merasa tidak ada yang spesial dalam pertemuannya dengan Kiano, jadi dia pun tidak merasa sudah melakukan kesalahan. Dia hanya pasrah terhadap sikap dan keputusan Jody. Kiano memutar mobilnya dan membuntuti mobil Jody dari kejauhan, dia takut terjadi sesuatu pada Sarlita. Dia tahu kalau Jody sangat cemb
Di kamar, Jody dan Sarlita hanya diam membisu. Jody tidak ingin lagi menanggapi soal pertemuan Sarlita dan Kiano. Sementara Sarlita teringat kembali dengan ucapan Kiano di dalam mobil, saat mengantarnya pulang, “Sar.. aku tidak main-main dengan ucapanku, bisa saja aku nekad seperti Bung Karno saat melamar bu Inggit.”“Yang harus kamu ingat, aku bukan bu Inggit, Kiano.”“Aku tidak peduli, Sar.. “ Sarlita menganggap ucapan Kiano seperti ucapan lelaki pada umumnya, saat ada maunya. Saat Sarlita masih merenung, tiba-tiba Jody siap-siap mau pergi. Sarlita menanyakannya, “Kamu mau kemana, Jod? Kita belum selesai bicara.”“Aku mau latihan basket, setidaknya dengan begitu aku bisa melampiaskan amarahku dilapangan.” ucap Jody sembari ngeloyor keluar kamar. Sarlita tidak ingin melarang Jody, dia tidak ingin lagi ada pertengkaran. Sarlita kembali mengingat pertemuannya dengan Kiano, di matanya sikap dan perilaku Kiano terhadapnya sangat menggoda. Namun, sebagai seorang isteri dia tetap harus
Sarlita sangat risih dengan keberadaan Tantrianus di kamarnya. Terlebih lagi, tangan Tantrianus tidak lepas dari pundaknya, jarak Tantrianus dan Sarlita sangatlah dekat. Sehingga saat Sarlita ingin beranjak, dia tersandung kaki Tantrianus. Sarlita limbung hampir terjatuh, Tantrianus segera menahan tubuh Sarlita dan memeluknya. Bertepatan dengan situasi itu, Jody masuk ke kamarnya. Dia melihat Tantrianus memeluk Sarlita begitu dekat, “Papa!! Ngapain di kamar Jody!! Sentak Jody seketika Tantrianus segera melepaskan pelukannya dan menjelaskan pada Jody, “Maaf Jod! Kamu jangan salah faham, tadi Sarlita hampir jatuh, Papa berusaha menahan dengan memeluknya.” jelas Tantrianus Sarlita segera menimpali, “Apa yang terjadi tidak seperti dugaan kamu Jod! Papa tadi ke kamar cari kamu, aku jelaskan kalau kamu gak di rumah.” timpal SarlitaTantrianus menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Jody, namun sepertinya Jody menganggap keberadaan Tantrianus di kamarnya itu sulit dia terima. Terlebi
Seakan menghadapi jalan yang buntu, masalah yang dihadapi Sarlita tidak ada jalan keluarnya. Dari hari ke hari Sarlita hanya berdiam diri di kamar, hidup seperti burung di dalam Sangkar Emas. Hanya indah dilihat dari luar, perih di dalamnya. Yang lebih mencemaskan Sarlita, Tantrianus sering berada di rumah saat di rumah sepi. Sehingga membuatnya takut untuk keluar kamar. Situasi itu dirahasiakannya pada Jody. Dia tidak ingin hubungan Jody dan Papanya meruncing. Jody pun kalau di luar rumah sering tidak tenang, terkadang dia pulang hanya untuk sekadar melihat kondisi Sarlita. Hal ini jelas membuat Sarlita merasa diperhatikan Jody. Suatu siang hari Jody dan Sarlita dipanggil Tantrianus ke bawah untuk berbicara dengannya,“Jod! Papa sudah bicara dengan om Wempi, kamu akan bekerja di perusahaannya.”“Lho? Kuliah Jody gimana Pa?”“Kamu tetap diizinkan kuliah, kamu bisa kuliah sambil kerja. Kamu jangan tolak kesempatan ini, ingat! Kamu punya isteri!!” tegas Tantrianus “Ambil aja dulu, J