Home / Romansa / Choice / Chapter 18

Share

Chapter 18

Author: Varava
last update Last Updated: 2024-01-17 21:26:40

Derai tawa memenuhi halaman belakang restoran. Cerita konyol Riyan menghibur penghuni di sana. Adam bahkan sampai sakit perut kebanyakan tertawa.

Adam merebahkan diri di sofa santai. Sedetik kemudian tertawa lagi mengingat cerita Riyan yang berebut botol plastik dengan pemulung saat menyamar jadi pemulung.

“Riyan, Riyan,” Nani geleng-geleng, “kamu dalam rangka apa nyamar jadi pemulung?”

“Aku ada ide mau bikin usaha Bank Sampah. Makanya aku riset tentang sampah yang bisa didaur ulang baik organik maupun anorganik. Aku juga riset mulai dari harga sampai cara menggerakkan usaha ini. Aku bidiknya ibu-ibu rumah tangga. Kalau dari sampah rumah tangga aja udah bisa dipilah dengan baik, setidaknya polusi sampah juga bisa dikurangi. Mereka akan setor sampah, kita beli, tapi uang tersebut kita berikan dalam bentuk tabungan yang bisa diambil saat Hari Raya.”

“Bagus banget idemu.” Nani memberikan kartu namanya. “Siapa tahu kita bisa kerjasama.”

Riyan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Choice   Chapter 19

    Ray menekan tombol jawab ketika melihat nama sahabatnya tertera di layar ponsel. Dia memberitahu sudah di lantai tiga toko buku. Sebuah tepukan di bahu kiri membuat kepalanya menoleh. Dia menghela napas sebal dan menekan tombol merah di layar ponsel.Matanya kembali menyusuri deretan novel di rak buku. Banyak sekali novel-novel baru. Maklum sudah dua bulan dia tidak menginjakkan kaki di toko buku. Tangannya tiba bersamaan dengan tangan lain pada satu novel. Mata mereka saling tatap.“Aku dulu yang lihat novel ini,” Ucap Ray.“Aku dulu yang pegang novel ini.” Gadis itu mengetatkan pegangannya pada novel tersebut.“Aku dulu.”“Aku.”“Aku.”“Aku.”“Kalian lagi baca puisi Chairil Anwar?” Sela Riyan.Ray mengambil paksa novel itu. Gadis itu terkejut novel incarannya lolos. Dia menghalangi jalan pria perebut novelnya.“Kak, tolong, novelnya buat aku. Aku sudah lama ngincar ini novel. Di mana-mana hab

    Last Updated : 2024-01-18
  • Choice   Chapter 20

    Maya dan Ririn setengah berlari menuju tower apartemen Reihan. Sesampainya di sana dia menekan bel pintu dengan tidak sabar. Tak lama pintu terbuka. Ardi dan Rachel menyambut dengan girang. Belum sempat Maya melangkah masuk, ada yang memanggil namanya.“Kamu tega banget ninggalin anak-anak sendiri di rumah.” Maya menampakkan raut tidak senang.“Aku cuma buang sampah sebentar.” Matanya memandang dua anaknya yang nyengir bersalah.“Kata mereka kamu pergi sudah dua jam, nggak bilang pergi ke mana. Makanya aku khawatir banget, langsung ke sini waktu mereka telepon. Mereka juga telepon sambil nangis.”“Teleponnya pakai nomor rumah atau nomor HP?”“Nomor,” Maya seketika ragu melanjutkan kalimatnya. Dia buka ponsel. Hatinya mencelos. “Nomor HP kamu.”“HP aku tinggal di dalam. Masuk dulu, aku jelasin.” Matanya menatap tidak senang pada dua anaknya.Mereka duduk di ruang tamu. Ardi dan Rachel sengaja duduk bersama Maya sembari me

    Last Updated : 2024-01-19
  • Choice   Chapter 21

    Maya memandang layar ponselnya. Dia menghela napas berat. Tuntutan calon ibu mertua membuatnya ingin membanting ponsel. Apa sebagai anak, Handoko sama sekali tidak bisa memberi pengertian? Dadanya terasa sesak. Maya menekan nomor ponsel calon ibu mertuanya.“Ibu, aku sudah lihat model-model gaunnya, tapi itu mahal sekali. Kalau misal yang skala 10 juta bisa, kan? Toh, dipakai hanya sekali. Lagipula tiga kali ganti baju.”“Ya nggak bisalah. Tamu-tamu bakal tahu kalau itu gaun murahan. Jangan sampai kita malu.” Suara calon ibu mertuanya terdengar sewot.“Tapi, Bu,”“Ibu nggak mau tahu. Pokoknya harus pakai gaun dari desaigner pilihan ibu.”Sambungan telepon langsung terputus. Dadanya semakin terasa sesak. Dia telungkupkan kepala di meja dengan tangan sebagai sandaran. Tidak mungkin meminta orangtuanya menjual tanah warisan lagi.Air mata Ririn ikut mengalir. Disentuhnya lembut bahu tantenya. “Kalau memberatkan lebih baik dibatalkan

    Last Updated : 2024-01-20
  • Choice   Chapter 22

    Maya membuat jus sayuran untuk menu diet Ardi. Campuran sawi, brokoli, strawberry, madu. Dituangnya jus itu ke tumbler bergambar winnie the pooh.“Ardi nggak bakal tahu warna jusnya karena tumbler tertutup gambar winnie the pooh, bahkan kalau jus itu warna hijau sekalipun. Rasa sayuran bisa tersamar dengan rasa segar buah. Ajak nonton kartun kesukaan dia, jadi dia teralihkan.”“Tuh, dengerin Bu Guru ngomong.” Ujar Ray. Reihan mengulum senyum malu.“Kalau kita nggak ngakalin dengan cara begitu anak-anak nggak bakal mau makan sayuran. Pengalaman ponakanku, yang namanya Dimas susah banget makan sayur. Selipin sayuran di semua makanan dia tanpa harus nunjukkin kalau itu sayur.”Maya membawa dua tumbler berisi jus campuran sayuran dan buah untuk Ardi dan Rachel. Ardi suka dengan rasa jus yang enak. Reihan takjub saat Ardi mau makan sayur bayam dan jagung. Awalnya Ardi ragu, Maya membujuk dengan menyicip dulu kuah sayur. Selanjutnya Ardi makan dengan la

    Last Updated : 2024-01-20
  • Choice   Chapter 23

    Maya memberanikan diri menatap ibu Handoko. Dia harus bisa meluluhkan hati wanita paruh baya itu.“Ibu, kalau ibu tetap memaksa aku harus beli gaun pengantin itu, aku ada solusi. Untuk gedung, WO, dan catering kita bisa pakai jasa dari temanku.”Ibu Handoko masih memasang wajah cemberut. Maya mengeluarkan brosur hotel Nani, WO Shafira, dan Catering Reihan.“Sahabatku, Nani, dia bersedia meminjamkan hotelnya untuk resepsi pernikahan. Dia bahkan nggak menarik bayaran untuk itu. WO Shafira, kita bisa diskusi dengan mereka konsep pernikahan yang kita mau seperti apa, mereka akan buat sesuai dengan budget kita. Catering Restoran Nusantara untuk harga terjangkau dan kualitas rasa terjamin. Ibu ingat, kan, waktu kita pakai jasa Restoran Nusantara untuk acara temu keluarga, itu punya Reihan, temanku. Ibu pasti sudah tahu kualitas makanannya. Ibu bahkan bilang sendiri waktu itu rasa makanannya enak sekali, ngalahin makanan di hotel-hotel berkelas.”“Iya, B

    Last Updated : 2024-01-21
  • Choice   Chapter 24

    Terdengar salam dari ruangan depan restoran. Anak-anak langsung memeluk Maya dengan erat. Mereka menciumi pipi Maya tanpa henti. Silva geleng-geleng melihat hal itu.“Sayang, bisa habis pipi Tante Maya sama kalian.” Fadil terkekeh akan kelakuan dua cucunya. “Sampai papanya dianggurin begitu.” “Namanya juga habis manis sepah dibuang.” Reihan mengelus kepala Ardi.Dua anaknya melepas pelukan pada Maya lalu beralih memeluk dan menciumi pipi Papa mereka, tapi hanya sebentar lalu beralih lagi ke Maya.“Sayang, nanti lanjut lagi peluk dan ciumnya di apartemen. Papa kalian ada acara di Bandung sore ini.” Maya memberikan pengertian pada mereka.Reihan mengecek sekali lagi keadaan restoran. Setelah merasa semua aman, dia keluar bersama keluarganya dan Maya. Reihan memeluk dua anaknya sebelum masuk taksi. Mencium pipi mereka dengan gemas. Dia berpamitan pada Tante Silva dan Om Fadil.“Maya, titip anak-anak, ya.”“Iya, Rei. Tenang

    Last Updated : 2024-01-21
  • Choice   Chapter 25

    Ray melihat dua ponakannya duduk di sofa ruang tengah dengan tatapan lesu. Bibir mereka cemberut. Tidak bersemangat.“Kalian kenapa?” Ray duduk di sebelah Rachel.“Tante Maya kapan pulang, Om?” Ardi berpindah duduk di sebelah Ray.“Belum tahu, Sayang. Nanti Om tanyain ke Tante Maya, ya.”“Sudah kangen banget, nih.” Ucap Rachel manja. “Kalau Tante Maya pulang, kita nginap di tempat tante, ya.”Ray mengangguk menyetujui. Dua ponakannya mengeluarkan mainan mereka dari boks. Memilih mainan yang mereka suka. Ray masuk ke kamar kakaknya. Dia mendapati kakaknya tengah bermalas-malasan di kasur.“Tumben nggak ke restoran habis jemput mereka sekolah.” Ray merebahkan diri di dekat kakaknya.“Lagi pengin istirahat.”Ray meraih ponsel kakaknya yang tergeletak di kasur. Dia membuka galeri foto, berhenti saat melihat foto punggung kakaknya yang dikerik.“Ini dikerikin Tante Silva?”“Maya.”Ray terte

    Last Updated : 2024-01-21
  • Choice   Chapter 26

    Maya kembali ke Jakarta dengan hati yang ringan. Pasalnya setelah bicara dengan orangtuanya melalui telepon, ibu Handoko akhirnya luluh dan menyetujui usulnya. Sesampainya di Jakarta, Maya membicarakan dengan Nani terkait tawaran menggunakan hotelnya.“Syukurlah, calon mertuamu mau mengerti.” Nani mengelus bahu Maya. “Sekarang sudah nggak ada yang dipusingin lagi.”“Makasih, ya, atas semua bantuan kamu ke aku. Aku nggak tahu gimana balasnya.”“Aku sudah anggap kamu kayak saudara perempuanku sendiri. Jadi jangan pernah sungkan untuk minta bantuanku kalau kamu lagi ada masalah.”Bel berbunyi, Maya melihat di layar monitor siapa tamunya. Dia meminta Nani mengerjai mereka. Maya berlari ke kamar untuk sembunyi. Nani membuka pintu.Ardi dan Rachel langsung menanyakan keberadaan Maya tapi Nani bilang Maya belum pulang. Mereka tidak percaya. Mereka memanggil Maya berulang kali, tapi tidak ada sahutan.“Papa, Tante Maya di mana?” Rachel s

    Last Updated : 2024-01-22

Latest chapter

  • Choice   Chapter 53

    Zahra dan Helen membujuk Shafira untuk makan tapi selalu ditolak. Padahal tubuhnya demam. Ray menarik tubuh Shafira agar bangun. Gadis itu menangis di pelukan Ray.“Dia nggak balas pesan aku. Telepon juga nggak diangkat. Aku nggak mau putus. Aku cinta mati sama dia.”Ray tahu pasti cinta Shafira yang dalam untuk pria itu. Shafira bahkan rela menyamar menjadi pelayan cafe di tempat temannya agar bisa lebih dekat dengan Doni.Ray menghapus sisa-sisa air mata Shafira. “Sekarang makan dulu, minum obat, kalau kamu nurut aku bawa nemuin dia.”“Dia pasti nggak mau ketemu aku lagi. Aku sudah bohongi dia. Dia paling benci pembohong.”“Seenggaknya kamu bisa jelasin ke dia alasan kamu bohong. Kalau dia ngerti syukur, kalaupun dia tetap nggak mau lanjutkan hubungan, relakan.” Shafira menangis lagi. “Sini Aa Ray suapin anak manja.” Ray mengambil piring berisi makanan dari Helen. “Keahlianmu maling kembang pengantin nggak diragukan lagi, Doni nggak mun

  • Choice   Chapter 52

    Ardi dan Rachel kompak menepukkan spon bedak ke pipi Gunawan karena kalah main ular tangga. Reihan tersenyum melihatnya. Dia bersyukur Ardi sudah bisa dekat dengan ayah kandungnya. Walau masih memanggil dengan sebutan Om. Mereka sepakat akan memberitahu Ardi bila sudah cukup umur.“Aduh, Om payah. Masa main ular tangga kalah terus. Mukanya jadi kayak donat gula.” Ardi geleng-geleng lalu menghela napas. Gunawan tersenyum malu.“Masa sudah gede kalah sama anak kecil.” Rachel menepuk dahinya.“Iya, deh, yang lagi merasa hebat.”Ardi mengajak Rachel bermain bola besar kesukaan mereka. Gunawan mengawasi dari kejauhan. Hatinya bahagia bisa sedekat ini dengan anaknya.“Waktunya minum obat.” Reihan mengingatkan. Dia meletakkan nampan berisi obat dan air putih.Gunawan meminum obatnya tanpa protes. Maya memotret dengan ponselnya dan mengirimkan ke Dokter Hilda.“Kalian sekarang jadi sekutunya Hilda. Nyebelin banget.”“Ki

  • Choice   Chapter 51

    Ray tersenyum geli melihat Zahra yang mengenakan kemeja birunya. Kemejanya seolah menenggelamkan tubuh langsing gadis itu. Zahra naik ke ranjang dan menyandarkan punggungnya pada dada bidang Ray.“Ray, rasanya nyaman banget seperti ini.” Dikecupnya berulang kali punggung tangan kanan Ray.Ray singkap rambut panjang Zahra dan mengecup mesra lehernya. Didekapnya lembut tubuh itu. Zahra menikmati leher jenjangnya dimesrai.“Mau jalan ke mana?”“Nggak tahu, deh. Bingung.”Zahra berbalik. Dia duduk di pangkuan Ray. Dua tangannya meraba dada bidang Ray yang polos. Dia mengecupinya lalu naik ke leher. Dia tertawa senang ketika tubuhnya ditindih. Bibirnya menyambut penuh gairah bibir Ray.“Rambut kamu sudah panjang, Sayang. Besok aku temani ke salon.”“Boleh. Sekalian kencan pertama kita.”Zahra mengangguk setuju. Dia tertawa geli ketika Ray menggelitik perutnya.“Ray, ah, geli, Ray,”Zahra berhasil me

  • Choice   Chapter 50

    Maya menyambut senang adik iparnya yang datang bersama Riyan dan Diana. Dia mencubit gemas pipi Ray saking kangennya.“Tolong, ya, tangan dikondisikan.” Ujar Reihan melirik sebal.“Ray gemesin kayak boneka.”Reihan ikut mencubit gemas pipi adiknya. Diana tertawa geli melihat itu. Riyan memberikan parcel buah pir untuk Maya.“Tante makasih banyak. Tahu aja kalau lagi pengin yang seger.”“Ibu hamil pasti penginnya makan yang seger. Malah dulu tante pas hamil Riyan pengin makan bakso yang pedes banget tapi nggak boleh. Kasihan bayinya.”“Iya, Tan. Aku kangen banget makan sambel ikan asin jambal yang super pedes. Tapi nunggu sampai lahiran aja.”Diana dan Riyan hanya sebentar bertamu lalu pamit karena mau jalan-jalan. Ray mengantar mereka hingga keluar gerbang. Setelah mobil Riyan pergi, dia melihat mobil lain berhenti di depan pagar. Dia tak jadi mengunci pintu gerbang. Xavier keluar dari mobil.“Ray,” sapa Pak Xav

  • Choice   Chapter 49

    Zahra terkesiap ketika bahunya ditepuk oleh Martin. Dia tersenyum.“Pagi-pagi sudah ngelamun.”Zahra tak punya kalimat apapun untuk menjawab Martin. Sudah berhari-hari pikirannya dipenuhi oleh Ray dan ciumannya. Dia akui menyesal tidak membalas ciuman Ray. Saat menjenguk Ardi di rumah sakit tempo lalu, dia sengaja tidak menyapa pria itu. Dia masih bingung bagaimana harus bersikap.“Kamu mau ikut main golf nggak?”“Nggak. Mau di rumah aja.”“Pagi,” sapa Pak Thomas. Dia duduk di seberang mereka. “Zahra, kapan Pak Gunawan operasi transplantasi?”“Lusa, kenapa, Pa?”“Kalau mau jenguk kabari Papa. Sore ini Papa dan Martin harus balik ke Singapura.”“Kalian gitu banget sama aku, ditinggalin terus. Lama-lama aku minggat juga.” Zahra meletakkan garpu dan sendoknya di piring, tak jadi sarapan.Pak Thomas saling pandang dengan Martin. Belum sempat mereka menjelaskan, Zahra sudah beranjak menuju kamarnya di atas.

  • Choice   Chapter 48

    Reihan dan Maya menyiapkan berbagai hidangan lezat untuk menyambut para tamu. Mereka mengadakan syukuran karena masalah pelik yang ada berakhir dengan damai. Pihak Gunawan mencabut perkara hak asuh Ardi dan mengikhlaskan Ardi dirawat oleh pihak Reihan. Gunawan tidak mau Ardi memiliki moment buruk dalam hidup seperti dirinya. Reihan membebaskan Gunawan untuk menemui Ardi kapanpun dia mau. Kesepakatan tersebut disambut baik oleh kedua belah pihak.Reihan menggandeng Ardi untuk menemui Gunawan. Anak itu masih takut dan bersembunyi di belakang tubuhnya. Reihan membujuk lembut untuk mau berjabat tangan dengan Gunawan.“Jangan dipaksa, Rei.” Suara Gunawan bergetar sedih. Akibat ulahnya anak kandungnya sendiri takut hanya untuk sekedar melihatnya.“Sayang, Om Gunawan orang baik. Beliau ingin jadi teman Ardi dan Rachel.” Maya menyatukan tangan Ardi dan Rachel. “Kalian mau, kan, jadi temannya Om Gunawan?”“Om Gunawan bawa banyak mainan buat kita. Baik bang

  • Choice   Chapter 47

    Reihan prihatin melihat Gunawan yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Banyak peralatan medis yang terpasang di tubuhnya. Pria yang dia kenal kejam dan mampu melakukan apapun karena kekayaan dan kekuasaan yang dipunya, sekarang hanyalah pria tak berdaya.“Terima kasih sudah mau menjenguk Pak Gunawan.” Xavier berdiri di sebelahnya. “Beliau sudah melewati masa kritis.” Memandang sedih bosnya. “Oiya, bagaimana keadaan Ardi?”“Dia masih belum bisa bicara. Tapi kami sudah konsultasi dengan ahli terapi bicara dan Psikolog anak. Dia sedang menjalani terapi.”“Semoga Ardi lekas bisa berbicara kembali.”“Kalau begitu, saya pamit. Bila Gunawan sudah siuman segera hubungi saya.”Sampai di rumah, Reihan mendapati Ardi sedang menggambar. Dia mengecup pipi anaknya dengan gemas. Ardi menggambar anggota keluarga mereka. Rachel yang jahil memprotes gambar Ardi.“Aku cantik, masa di gambar jelek gini.” Rachel membaca kalimat yang Ardi tulis.

  • Choice   Chapter 46

    Reihan lumayan terkejut dengan kedatangan Nani dan Adam yang mendadak. Wajah mereka nampak khawatir.“Ada apa? Tumben nggak kasih kabar dulu kalau mau datang.”“Aku mau kalian jujur,” Nani menatap serius mereka. “Apa dia ganggu kalian?”“Dia siapa?” tanya Maya.“Mas Gunawan.”Reihan dan Maya saling pandang khawatir. Mereka mengangguk pelan.“Dari mana kamu tahu dia mulai mengusikku?” Reihan memikirkan berbagai kemungkinan yang terjadi.“Ada yang mau aku sampaikan. Jujur aku nggak enak banget ngomong ini sama kalian.” Adam menghela napas lelah. “Tapi tetap harus aku sampaikan.” Adam membuka map yang sedari tadi dipegangnya. “Dia menunjuk papaku sebagai kuasa hukumnya untuk merebut hak asuh Ardi.”Reihan dan Maya membaca berkas tersebut. Mereka pernah memikirkan hal ini dan siap menghadapi Gunawan untuk memperjuangkan Ardi. Namun mereka tak menyangka bila yang harus mereka hadapi Papa Adam.“Papa sebenarn

  • Choice   Chapter 45

    Ray memberikan air mineral dingin dalam kemasan botol pada Zahra. Shafira datang dengan semangkuk es krim.“Rasanya pengin berendam di kolam es buah.” Shafira menyuap es krimnya. “Bawel banget emaknya. Pengin aku lakban.”Zahra mengelus punggung Shafira untuk menenangkan. “Sabar, orang sabar disayang Doni.”Shafira tersenyum simpul. “Untung anaknya pengertian. Aku jadi nggak enak sendiri, anaknya minta maaf terus.”“Memang masalahnya apa?” Ray duduk di sebelah Shafira.“Makanannya. Dia bilang nggak enak. Salah sendiri pilih menu nggak jelas. Aku sudah saranin ikut menu favorit, emaknya nggak mau. Makanan setengahnya jeroan semua. Gulai otak sapi, sambal goreng hati sapi, soto babat sapi, sate ampela hati ayam, haduh nggak jelas banget. Nggak semua orang bisa makan menu begitu, apalagi yang sudah tua. Aku sampai lihat bapak-bapak sudah sepuh, cuma makan nasi sama kerupuk udang doang. Aku malu banget sebagai penyelenggara WOnya. Baru kali i

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status