Ray memberikan air mineral dingin dalam kemasan botol pada Zahra. Shafira datang dengan semangkuk es krim.
โRasanya pengin berendam di kolam es buah.โ Shafira menyuap es krimnya. โBawel banget emaknya. Pengin aku lakban.โZahra mengelus punggung Shafira untuk menenangkan. โSabar, orang sabar disayang Doni.โShafira tersenyum simpul. โUntung anaknya pengertian. Aku jadi nggak enak sendiri, anaknya minta maaf terus.โโMemang masalahnya apa?โ Ray duduk di sebelah Shafira.โMakanannya. Dia bilang nggak enak. Salah sendiri pilih menu nggak jelas. Aku sudah saranin ikut menu favorit, emaknya nggak mau. Makanan setengahnya jeroan semua. Gulai otak sapi, sambal goreng hati sapi, soto babat sapi, sate ampela hati ayam, haduh nggak jelas banget. Nggak semua orang bisa makan menu begitu, apalagi yang sudah tua. Aku sampai lihat bapak-bapak sudah sepuh, cuma makan nasi sama kerupuk udang doang. Aku malu banget sebagai penyelenggara WOnya. Baru kali iReihan lumayan terkejut dengan kedatangan Nani dan Adam yang mendadak. Wajah mereka nampak khawatir.โAda apa? Tumben nggak kasih kabar dulu kalau mau datang.โโAku mau kalian jujur,โ Nani menatap serius mereka. โApa dia ganggu kalian?โโDia siapa?โ tanya Maya.โMas Gunawan.โReihan dan Maya saling pandang khawatir. Mereka mengangguk pelan.โDari mana kamu tahu dia mulai mengusikku?โ Reihan memikirkan berbagai kemungkinan yang terjadi.โAda yang mau aku sampaikan. Jujur aku nggak enak banget ngomong ini sama kalian.โ Adam menghela napas lelah. โTapi tetap harus aku sampaikan.โ Adam membuka map yang sedari tadi dipegangnya. โDia menunjuk papaku sebagai kuasa hukumnya untuk merebut hak asuh Ardi.โReihan dan Maya membaca berkas tersebut. Mereka pernah memikirkan hal ini dan siap menghadapi Gunawan untuk memperjuangkan Ardi. Namun mereka tak menyangka bila yang harus mereka hadapi Papa Adam.โPapa sebenarn
Reihan prihatin melihat Gunawan yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Banyak peralatan medis yang terpasang di tubuhnya. Pria yang dia kenal kejam dan mampu melakukan apapun karena kekayaan dan kekuasaan yang dipunya, sekarang hanyalah pria tak berdaya.โTerima kasih sudah mau menjenguk Pak Gunawan.โ Xavier berdiri di sebelahnya. โBeliau sudah melewati masa kritis.โ Memandang sedih bosnya. โOiya, bagaimana keadaan Ardi?โโDia masih belum bisa bicara. Tapi kami sudah konsultasi dengan ahli terapi bicara dan Psikolog anak. Dia sedang menjalani terapi.โโSemoga Ardi lekas bisa berbicara kembali.โโKalau begitu, saya pamit. Bila Gunawan sudah siuman segera hubungi saya.โSampai di rumah, Reihan mendapati Ardi sedang menggambar. Dia mengecup pipi anaknya dengan gemas. Ardi menggambar anggota keluarga mereka. Rachel yang jahil memprotes gambar Ardi.โAku cantik, masa di gambar jelek gini.โ Rachel membaca kalimat yang Ardi tulis.
Reihan dan Maya menyiapkan berbagai hidangan lezat untuk menyambut para tamu. Mereka mengadakan syukuran karena masalah pelik yang ada berakhir dengan damai. Pihak Gunawan mencabut perkara hak asuh Ardi dan mengikhlaskan Ardi dirawat oleh pihak Reihan. Gunawan tidak mau Ardi memiliki moment buruk dalam hidup seperti dirinya. Reihan membebaskan Gunawan untuk menemui Ardi kapanpun dia mau. Kesepakatan tersebut disambut baik oleh kedua belah pihak.Reihan menggandeng Ardi untuk menemui Gunawan. Anak itu masih takut dan bersembunyi di belakang tubuhnya. Reihan membujuk lembut untuk mau berjabat tangan dengan Gunawan.โJangan dipaksa, Rei.โ Suara Gunawan bergetar sedih. Akibat ulahnya anak kandungnya sendiri takut hanya untuk sekedar melihatnya.โSayang, Om Gunawan orang baik. Beliau ingin jadi teman Ardi dan Rachel.โ Maya menyatukan tangan Ardi dan Rachel. โKalian mau, kan, jadi temannya Om Gunawan?โโOm Gunawan bawa banyak mainan buat kita. Baik bang
Zahra terkesiap ketika bahunya ditepuk oleh Martin. Dia tersenyum.โPagi-pagi sudah ngelamun.โZahra tak punya kalimat apapun untuk menjawab Martin. Sudah berhari-hari pikirannya dipenuhi oleh Ray dan ciumannya. Dia akui menyesal tidak membalas ciuman Ray. Saat menjenguk Ardi di rumah sakit tempo lalu, dia sengaja tidak menyapa pria itu. Dia masih bingung bagaimana harus bersikap.โKamu mau ikut main golf nggak?โโNggak. Mau di rumah aja.โโPagi,โ sapa Pak Thomas. Dia duduk di seberang mereka. โZahra, kapan Pak Gunawan operasi transplantasi?โโLusa, kenapa, Pa?โโKalau mau jenguk kabari Papa. Sore ini Papa dan Martin harus balik ke Singapura.โโKalian gitu banget sama aku, ditinggalin terus. Lama-lama aku minggat juga.โ Zahra meletakkan garpu dan sendoknya di piring, tak jadi sarapan.Pak Thomas saling pandang dengan Martin. Belum sempat mereka menjelaskan, Zahra sudah beranjak menuju kamarnya di atas.
Maya menyambut senang adik iparnya yang datang bersama Riyan dan Diana. Dia mencubit gemas pipi Ray saking kangennya.โTolong, ya, tangan dikondisikan.โ Ujar Reihan melirik sebal.โRay gemesin kayak boneka.โReihan ikut mencubit gemas pipi adiknya. Diana tertawa geli melihat itu. Riyan memberikan parcel buah pir untuk Maya.โTante makasih banyak. Tahu aja kalau lagi pengin yang seger.โโIbu hamil pasti penginnya makan yang seger. Malah dulu tante pas hamil Riyan pengin makan bakso yang pedes banget tapi nggak boleh. Kasihan bayinya.โโIya, Tan. Aku kangen banget makan sambel ikan asin jambal yang super pedes. Tapi nunggu sampai lahiran aja.โDiana dan Riyan hanya sebentar bertamu lalu pamit karena mau jalan-jalan. Ray mengantar mereka hingga keluar gerbang. Setelah mobil Riyan pergi, dia melihat mobil lain berhenti di depan pagar. Dia tak jadi mengunci pintu gerbang. Xavier keluar dari mobil.โRay,โ sapa Pak Xav
Ray tersenyum geli melihat Zahra yang mengenakan kemeja birunya. Kemejanya seolah menenggelamkan tubuh langsing gadis itu. Zahra naik ke ranjang dan menyandarkan punggungnya pada dada bidang Ray.โRay, rasanya nyaman banget seperti ini.โ Dikecupnya berulang kali punggung tangan kanan Ray.Ray singkap rambut panjang Zahra dan mengecup mesra lehernya. Didekapnya lembut tubuh itu. Zahra menikmati leher jenjangnya dimesrai.โMau jalan ke mana?โโNggak tahu, deh. Bingung.โZahra berbalik. Dia duduk di pangkuan Ray. Dua tangannya meraba dada bidang Ray yang polos. Dia mengecupinya lalu naik ke leher. Dia tertawa senang ketika tubuhnya ditindih. Bibirnya menyambut penuh gairah bibir Ray.โRambut kamu sudah panjang, Sayang. Besok aku temani ke salon.โโBoleh. Sekalian kencan pertama kita.โZahra mengangguk setuju. Dia tertawa geli ketika Ray menggelitik perutnya.โRay, ah, geli, Ray,โZahra berhasil me
Ardi dan Rachel kompak menepukkan spon bedak ke pipi Gunawan karena kalah main ular tangga. Reihan tersenyum melihatnya. Dia bersyukur Ardi sudah bisa dekat dengan ayah kandungnya. Walau masih memanggil dengan sebutan Om. Mereka sepakat akan memberitahu Ardi bila sudah cukup umur.โAduh, Om payah. Masa main ular tangga kalah terus. Mukanya jadi kayak donat gula.โ Ardi geleng-geleng lalu menghela napas. Gunawan tersenyum malu.โMasa sudah gede kalah sama anak kecil.โ Rachel menepuk dahinya.โIya, deh, yang lagi merasa hebat.โArdi mengajak Rachel bermain bola besar kesukaan mereka. Gunawan mengawasi dari kejauhan. Hatinya bahagia bisa sedekat ini dengan anaknya.โWaktunya minum obat.โ Reihan mengingatkan. Dia meletakkan nampan berisi obat dan air putih.Gunawan meminum obatnya tanpa protes. Maya memotret dengan ponselnya dan mengirimkan ke Dokter Hilda.โKalian sekarang jadi sekutunya Hilda. Nyebelin banget.โโKi
Zahra dan Helen membujuk Shafira untuk makan tapi selalu ditolak. Padahal tubuhnya demam. Ray menarik tubuh Shafira agar bangun. Gadis itu menangis di pelukan Ray.โDia nggak balas pesan aku. Telepon juga nggak diangkat. Aku nggak mau putus. Aku cinta mati sama dia.โRay tahu pasti cinta Shafira yang dalam untuk pria itu. Shafira bahkan rela menyamar menjadi pelayan cafe di tempat temannya agar bisa lebih dekat dengan Doni.Ray menghapus sisa-sisa air mata Shafira. โSekarang makan dulu, minum obat, kalau kamu nurut aku bawa nemuin dia.โโDia pasti nggak mau ketemu aku lagi. Aku sudah bohongi dia. Dia paling benci pembohong.โโSeenggaknya kamu bisa jelasin ke dia alasan kamu bohong. Kalau dia ngerti syukur, kalaupun dia tetap nggak mau lanjutkan hubungan, relakan.โ Shafira menangis lagi. โSini Aa Ray suapin anak manja.โ Ray mengambil piring berisi makanan dari Helen. โKeahlianmu maling kembang pengantin nggak diragukan lagi, Doni nggak mun
Zahra dan Helen membujuk Shafira untuk makan tapi selalu ditolak. Padahal tubuhnya demam. Ray menarik tubuh Shafira agar bangun. Gadis itu menangis di pelukan Ray.โDia nggak balas pesan aku. Telepon juga nggak diangkat. Aku nggak mau putus. Aku cinta mati sama dia.โRay tahu pasti cinta Shafira yang dalam untuk pria itu. Shafira bahkan rela menyamar menjadi pelayan cafe di tempat temannya agar bisa lebih dekat dengan Doni.Ray menghapus sisa-sisa air mata Shafira. โSekarang makan dulu, minum obat, kalau kamu nurut aku bawa nemuin dia.โโDia pasti nggak mau ketemu aku lagi. Aku sudah bohongi dia. Dia paling benci pembohong.โโSeenggaknya kamu bisa jelasin ke dia alasan kamu bohong. Kalau dia ngerti syukur, kalaupun dia tetap nggak mau lanjutkan hubungan, relakan.โ Shafira menangis lagi. โSini Aa Ray suapin anak manja.โ Ray mengambil piring berisi makanan dari Helen. โKeahlianmu maling kembang pengantin nggak diragukan lagi, Doni nggak mun
Ardi dan Rachel kompak menepukkan spon bedak ke pipi Gunawan karena kalah main ular tangga. Reihan tersenyum melihatnya. Dia bersyukur Ardi sudah bisa dekat dengan ayah kandungnya. Walau masih memanggil dengan sebutan Om. Mereka sepakat akan memberitahu Ardi bila sudah cukup umur.โAduh, Om payah. Masa main ular tangga kalah terus. Mukanya jadi kayak donat gula.โ Ardi geleng-geleng lalu menghela napas. Gunawan tersenyum malu.โMasa sudah gede kalah sama anak kecil.โ Rachel menepuk dahinya.โIya, deh, yang lagi merasa hebat.โArdi mengajak Rachel bermain bola besar kesukaan mereka. Gunawan mengawasi dari kejauhan. Hatinya bahagia bisa sedekat ini dengan anaknya.โWaktunya minum obat.โ Reihan mengingatkan. Dia meletakkan nampan berisi obat dan air putih.Gunawan meminum obatnya tanpa protes. Maya memotret dengan ponselnya dan mengirimkan ke Dokter Hilda.โKalian sekarang jadi sekutunya Hilda. Nyebelin banget.โโKi
Ray tersenyum geli melihat Zahra yang mengenakan kemeja birunya. Kemejanya seolah menenggelamkan tubuh langsing gadis itu. Zahra naik ke ranjang dan menyandarkan punggungnya pada dada bidang Ray.โRay, rasanya nyaman banget seperti ini.โ Dikecupnya berulang kali punggung tangan kanan Ray.Ray singkap rambut panjang Zahra dan mengecup mesra lehernya. Didekapnya lembut tubuh itu. Zahra menikmati leher jenjangnya dimesrai.โMau jalan ke mana?โโNggak tahu, deh. Bingung.โZahra berbalik. Dia duduk di pangkuan Ray. Dua tangannya meraba dada bidang Ray yang polos. Dia mengecupinya lalu naik ke leher. Dia tertawa senang ketika tubuhnya ditindih. Bibirnya menyambut penuh gairah bibir Ray.โRambut kamu sudah panjang, Sayang. Besok aku temani ke salon.โโBoleh. Sekalian kencan pertama kita.โZahra mengangguk setuju. Dia tertawa geli ketika Ray menggelitik perutnya.โRay, ah, geli, Ray,โZahra berhasil me
Maya menyambut senang adik iparnya yang datang bersama Riyan dan Diana. Dia mencubit gemas pipi Ray saking kangennya.โTolong, ya, tangan dikondisikan.โ Ujar Reihan melirik sebal.โRay gemesin kayak boneka.โReihan ikut mencubit gemas pipi adiknya. Diana tertawa geli melihat itu. Riyan memberikan parcel buah pir untuk Maya.โTante makasih banyak. Tahu aja kalau lagi pengin yang seger.โโIbu hamil pasti penginnya makan yang seger. Malah dulu tante pas hamil Riyan pengin makan bakso yang pedes banget tapi nggak boleh. Kasihan bayinya.โโIya, Tan. Aku kangen banget makan sambel ikan asin jambal yang super pedes. Tapi nunggu sampai lahiran aja.โDiana dan Riyan hanya sebentar bertamu lalu pamit karena mau jalan-jalan. Ray mengantar mereka hingga keluar gerbang. Setelah mobil Riyan pergi, dia melihat mobil lain berhenti di depan pagar. Dia tak jadi mengunci pintu gerbang. Xavier keluar dari mobil.โRay,โ sapa Pak Xav
Zahra terkesiap ketika bahunya ditepuk oleh Martin. Dia tersenyum.โPagi-pagi sudah ngelamun.โZahra tak punya kalimat apapun untuk menjawab Martin. Sudah berhari-hari pikirannya dipenuhi oleh Ray dan ciumannya. Dia akui menyesal tidak membalas ciuman Ray. Saat menjenguk Ardi di rumah sakit tempo lalu, dia sengaja tidak menyapa pria itu. Dia masih bingung bagaimana harus bersikap.โKamu mau ikut main golf nggak?โโNggak. Mau di rumah aja.โโPagi,โ sapa Pak Thomas. Dia duduk di seberang mereka. โZahra, kapan Pak Gunawan operasi transplantasi?โโLusa, kenapa, Pa?โโKalau mau jenguk kabari Papa. Sore ini Papa dan Martin harus balik ke Singapura.โโKalian gitu banget sama aku, ditinggalin terus. Lama-lama aku minggat juga.โ Zahra meletakkan garpu dan sendoknya di piring, tak jadi sarapan.Pak Thomas saling pandang dengan Martin. Belum sempat mereka menjelaskan, Zahra sudah beranjak menuju kamarnya di atas.
Reihan dan Maya menyiapkan berbagai hidangan lezat untuk menyambut para tamu. Mereka mengadakan syukuran karena masalah pelik yang ada berakhir dengan damai. Pihak Gunawan mencabut perkara hak asuh Ardi dan mengikhlaskan Ardi dirawat oleh pihak Reihan. Gunawan tidak mau Ardi memiliki moment buruk dalam hidup seperti dirinya. Reihan membebaskan Gunawan untuk menemui Ardi kapanpun dia mau. Kesepakatan tersebut disambut baik oleh kedua belah pihak.Reihan menggandeng Ardi untuk menemui Gunawan. Anak itu masih takut dan bersembunyi di belakang tubuhnya. Reihan membujuk lembut untuk mau berjabat tangan dengan Gunawan.โJangan dipaksa, Rei.โ Suara Gunawan bergetar sedih. Akibat ulahnya anak kandungnya sendiri takut hanya untuk sekedar melihatnya.โSayang, Om Gunawan orang baik. Beliau ingin jadi teman Ardi dan Rachel.โ Maya menyatukan tangan Ardi dan Rachel. โKalian mau, kan, jadi temannya Om Gunawan?โโOm Gunawan bawa banyak mainan buat kita. Baik bang
Reihan prihatin melihat Gunawan yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Banyak peralatan medis yang terpasang di tubuhnya. Pria yang dia kenal kejam dan mampu melakukan apapun karena kekayaan dan kekuasaan yang dipunya, sekarang hanyalah pria tak berdaya.โTerima kasih sudah mau menjenguk Pak Gunawan.โ Xavier berdiri di sebelahnya. โBeliau sudah melewati masa kritis.โ Memandang sedih bosnya. โOiya, bagaimana keadaan Ardi?โโDia masih belum bisa bicara. Tapi kami sudah konsultasi dengan ahli terapi bicara dan Psikolog anak. Dia sedang menjalani terapi.โโSemoga Ardi lekas bisa berbicara kembali.โโKalau begitu, saya pamit. Bila Gunawan sudah siuman segera hubungi saya.โSampai di rumah, Reihan mendapati Ardi sedang menggambar. Dia mengecup pipi anaknya dengan gemas. Ardi menggambar anggota keluarga mereka. Rachel yang jahil memprotes gambar Ardi.โAku cantik, masa di gambar jelek gini.โ Rachel membaca kalimat yang Ardi tulis.
Reihan lumayan terkejut dengan kedatangan Nani dan Adam yang mendadak. Wajah mereka nampak khawatir.โAda apa? Tumben nggak kasih kabar dulu kalau mau datang.โโAku mau kalian jujur,โ Nani menatap serius mereka. โApa dia ganggu kalian?โโDia siapa?โ tanya Maya.โMas Gunawan.โReihan dan Maya saling pandang khawatir. Mereka mengangguk pelan.โDari mana kamu tahu dia mulai mengusikku?โ Reihan memikirkan berbagai kemungkinan yang terjadi.โAda yang mau aku sampaikan. Jujur aku nggak enak banget ngomong ini sama kalian.โ Adam menghela napas lelah. โTapi tetap harus aku sampaikan.โ Adam membuka map yang sedari tadi dipegangnya. โDia menunjuk papaku sebagai kuasa hukumnya untuk merebut hak asuh Ardi.โReihan dan Maya membaca berkas tersebut. Mereka pernah memikirkan hal ini dan siap menghadapi Gunawan untuk memperjuangkan Ardi. Namun mereka tak menyangka bila yang harus mereka hadapi Papa Adam.โPapa sebenarn
Ray memberikan air mineral dingin dalam kemasan botol pada Zahra. Shafira datang dengan semangkuk es krim.โRasanya pengin berendam di kolam es buah.โ Shafira menyuap es krimnya. โBawel banget emaknya. Pengin aku lakban.โZahra mengelus punggung Shafira untuk menenangkan. โSabar, orang sabar disayang Doni.โShafira tersenyum simpul. โUntung anaknya pengertian. Aku jadi nggak enak sendiri, anaknya minta maaf terus.โโMemang masalahnya apa?โ Ray duduk di sebelah Shafira.โMakanannya. Dia bilang nggak enak. Salah sendiri pilih menu nggak jelas. Aku sudah saranin ikut menu favorit, emaknya nggak mau. Makanan setengahnya jeroan semua. Gulai otak sapi, sambal goreng hati sapi, soto babat sapi, sate ampela hati ayam, haduh nggak jelas banget. Nggak semua orang bisa makan menu begitu, apalagi yang sudah tua. Aku sampai lihat bapak-bapak sudah sepuh, cuma makan nasi sama kerupuk udang doang. Aku malu banget sebagai penyelenggara WOnya. Baru kali i