“Udah kenyang banget aku,” ucap Dewa mengusap perutnya yang terasa penuh. Pria itu memakan kepiting besar seorang diri, sedangkan Elya memilih makan kerang hijau.“Aku ke kamar mandi dulu, jangan kabur!” ucap Dewa lagi.“Iya iya, cepet sana!” titah Elya.“Setelah ini kita ke Jatimpark 3, empet lama-lama di sini,” tambah gadis itu sedikit mengencangkan suaranya agar Bariqi mendengar. Tentu saja Bariqi merasa tersindir dengan ucapan Elya.Dewa menatap Elya dan Bariqi bersamaan, ia yakin seratus persen kalau antara Elya dan pria itu mempunyai hubungan. Dewa menggeleng pelan dan bergegas ke kamar mandi.Bariqi menatap teman-temannya, pria itu mengambil dompet dari saku celananya, menarik satu lembar uang seratus ribu dan memberikan pada Luis. “Luis, kalian pulang sendiri, ya. Naik angkutan umum jam segini ada arah ke barat. Nih uangnya,” ucap Bariqi memberikan uang pada Luis.“Chef mau ke mana?” tanya Sera.“Masih ada urusan,” jawab Bariqi. Bariqi bergegas berdiri dan pergi dari sana. Lui
Bariqi menghentikan motornya tepat di parkiran Jatimpark 3. Di sana Dewa sudah menunggu mereka dengan wajah yang cengengesan menatap temannya. Setelah motor benar-benar berhenti, Elya langsung melompat turun. Tanpa basa-basi, Elya melepas helmnya dan memukulkan ke tubuh Dewa.“Dasar kurangajar, dasar tidak tahu diri. Kamu yang mengajakku ke sini, tapi kamu malah meninggalkanku,” teriak Elya sembari memukul tubuh Dewa bertubi-tubi.Bugh!Bugh!Bugh!“Akhhh sakit, Elya,” pekik Dewa menghindar dari serangan Elya. Namun, Elya tidak kunjung menghentikan aksinya, gadis itu terus memukuli tubuh Dewa.“Siapa yang suruh kamu kurangajar begini, hah? Mana tanggung jawabmu sebagai laki-laki?” teriak Elya.Bariqi menarik tubuh Elya menjauh dari Dewa, “Dilihatin orang, jangan marah-marah!” tegur Bariqi.“Kamu juga, setiap lihat kamu bawaannya emosi mulu,” sentak Elya melepas tangan Bariqi.“Elya … Elya, tenang dulu. Aku minta maaf, sebagai gantinya aku traktir sepuasnya,” ucap Dewa.“Ya harus kamu
Dewa, Bariqi dan Elya terpaksa tidak boleh masuk di Jatimpark 3 karena ulah Bariqi. Elya yang masih ingin main pun kini harus mengurungkan niatnya. Padahal Elya ingin mencoba berbagai wahana di sana, terlebih ia sangat ingin mengunjungi wisata dinosaurus.Saat ini Elya menekuk wajahnya masam, terlihat sekali kalau gadis itu sedang kesal. Dewa dan Bariqi saling pandang, sedang kakinya saling menendang menyalahkan satu sama lain.“Ini gara-gara kamu Elya jadi cemberut,” maki Dewa menendang kaki Bariqi.“Ini gara-gara kamu!” Bariqi tidak mau kalah, pria itu balik memaki.“Sekarang gimana? Kelihatannya dia akan meledak saat ini juga,” bisik Dewa menatap Elya.“Mana kunci mobilku?” tanya Bariqi. Dewa merogoh sakunya dan memberikan kunci pria itu, sedangkan Bariqi mengembalikan kunci motor Dewa.Tanpa basa-basi, Bariqi menarik paksa tangan Elya dan memasukkan gadis itu ke mobilnya. Tentu saja Elya memberontak, gadis itu tidak mau ikut Bariqi si biang keributan. Lebih baik ia pulang dan tid
"Bu, bisa datang ke sini? Saat ini aku bawa Elya ke rumah sakit, Elya gak berhenti muntah."Satu kalimat dari bibir Bariqi via sambungan telfon membuat Putri tidak bisa berpikir jernih. Perempuan itu sudah kalangkabut seorang diri. Memaksa suaminya untuk mengantarnya."Mas, cepetan ganti celananya sana. Kita ke rumah sakit sekarang. Kamu dengar sendiri kan kalu Elya muntah-muntah, ini anak kamu pasti sudah menghamili dia," oceh Putri dengan bertubi-tubi. Perempuan paruh baya itu memaksa suaminya yang hanya memakai celana pendek untuk cepat berganti."Kamu jangan aneh-aneh. Elya saja sama Bariqi sering bertengkar, masak Elya hamil anak Bariqi," ujar Prasetyo."Kamu kayak gak tahu anak kamu saja, bisa jadi Bariqi memaksa.""Iya juga. Awas saja kalau Elya benar-benar hamil, aku hajar Bariqi sampai tidak berbentuk. Ayo ke rumah sakit!" Prasetyo segera berganti celana dan segera ke rumah sakit menyusul Bariqi.Ucapan Bariqi sudah membuat orang tuanya panik, takut-takut kalau Bariqi benar-b
“Bariqi!” teriak Putri dengan nyaring.Bariqi yang berada di kamar pun segera menatap seluruh kamarnya, memastikan kalau tidak ada sesuatu yang aneh di kamarnya yang akan ditempati Elya. Setelah memastikan semua aman, Bariqi segera keluar.Bariqi membuka pintunya, pria itu mendapati Elya dan ibunya yang berdiri tepat di depan pintu. Wajah Elya masih terlihat pucat.“Sudah bisa masuk, Bu,” ucap Bariqi.“Hari ini kamar kamu milik Elya, awas kalau kamu nyari kesempatan masuk,” ancam Putri menatap tajam anaknya.“Aku bukan orang mesum kali,” cicit Bariqi mempersilahkan Elya masuk.Elya bagai tidak punya muka saat berhadapan dengan Bariqi. Baru kemarin Elya berbicara dengan lantang kalau dia tidak akan bertemu Bariqi. Namun, sekarang Elya numpang di rumah Bariqi, lebih tepatnya berada di kamar pria itu.Putri mendesak Elya untuk masuk. Elya menatap seluruh interior kamar mantan rekan kerjanya. Bau khas pria itu terasa menusuk di hidung Elya.“Elya, kamu tidur di sini, ya. Tadi dokter menyu
Bariqi menggerutu sambil memakai kaosnya kesal. Gara-gara Elya yang masuk ke kamar mandi, ibunya memarahinya. Elya juga begitu, mengatainya cowok modus.Bariqi mengambil hpnya, pria itu sudah mengirim rencana pada teman-temannya untuk membawa warga ke rumahnya saat ia beraksi.Di grup chat Bariqi, ada tujuh pria yang menjadi teman nongkrong pria itu. Namanya laki-laki, kebanyakan suka begadang, dan mereka teman begadang Bariqi sambil ngopi di warung.Bariqi : Sebentar lagi kumpulkan warga, bawa ke rumahku!Bariqi mengirim pesan singkat itu pada teman-temannya. Setelahnya pria itu keluar kamar tamu.Di rumahnya sendiri, Bariqi bak maling yang mengendap-endap menuju kamarnya. Saat tidak melihat ibunya, pria itu segera masuk ke kamarnya yang tidak dikunci."Kyaaa!" Elya berteriak kaget saat tiba-tiba Bariqi masuk ke kamar yang ia tempati."Kenapa kamu kesini?" tanya Elya menyelimuti tubuhnya.Bariqi mendekati Elya, pria itu menyingkap selimut gadis itu dan ikut masuk dalam selimut."Kena
Saat ini Bariqi dan Elya tengah berada di kamar Bariqi. Suasana sangat canggung setelah Bariqi mengutarakan perasaannya pada Elya. Bariqi seorang pria dengan gengsi tinggi, kini menyatakan cintanya pada gadis yang selalu ditindasnya.Pun dengan Elya yang tampak canggung, gadis itu memainkan ujung kaos yang dipakainya sampai lusuh. Dia menjawab ‘iya, artinya dirinya menerima cinta Bariqi. Namun, setelah ungkapan cinta itu, Bariqi tidak berbicara apa-apa lagi membuat Elya bingung.Di benak Elya timbul pertanyaan, sebenarnya Bariqi serius suka padanya atau tidak. Elya menatap Bariqi, bertepatan dengan pria itu yang menatapnya. Elya segera berpaling, enggan menatap.Hubungan macam apa ini? Saat mereka menjadi asisten dan koki utama, mereka sering bertengkar dan berbicara sesukanya. Namun, saat hubungan mereka menjadi sepasang kekasih, kini keduanya malah canggung satu sama lain.“Eum, itu,” kata Bariqi menggaruk tengkuknya.“A … apa?” tanya Elya yang kini duduk di ranjang.Bariqi mendekat
Elya masih bersandar di bahu Bariqi. Gadis itu tampak nyaman di sana, terlebih sebelah tangan Bariqi juga menepuk-nepuk puncak kepalanya. Mata Elya masih fokus melihat adegan romantis di hpnya yang dipegang Bariqi.“Sudah mengantuk?” tanya Bariqi menatap Elya.“Belum,” jawab gadis itu seraya menggeleng.Bariqi menahan mati-matian tangannya yang terasa pegal. Sudah lebih dari satu jam dirinya memegang hp Elya. Beberapa kali dirinya merubah dari yang semula memegang di tangan kiri menjadi tangan kanan. Seumur-umur saat Bariqi dekat dengan cewek lain, dia tidak akan melakukan hal konyol seperti ini. Bariqi lebih suka gaya pacaran orang dewasa, di klub malam, restoran atau tempat yang menggugah kenikmatan lainnya.Namun, dengan Elya dirinya harus melakukan hal sekonyol ini. Elya mempunyai dua tangan yang bisa digunakan untuk memegang hpnya sendiri, tetapi Bariqi malah menawarkan diri, alhasil sekarang tangannya sangat pegal.Elya mendongak, gadis itu menatap kekasihnya yang terlihat sudah
Pernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah, melainkan awal untuk memulai kehidupan yang baru. Sudah terhitung satu minggu Elya dan Bariqi menikah. Elya tidak tinggal lagi di Tulungagung, melainkan gadis itu ikut suaminya ke Batu. Bariqi diberi satu rumah oleh ayahnya untuk dia tempati bersama Elya. Selama satu minggu itu belum terjadi sesuatu antara Elya dan Bariqi. Bariqi belum menyentuh Elya karena bocah itu yang merengek belum siap. Bariqi harus mengalah karena saat dia akan mendekati Elya, Elya malah menangis. Hari ini terakhir kali Bariqi cuti dari pekerjaannya dan besok dia harus bekerja lagi, begitu pun dengan Elya. Bariqi menatap Elya yang memasak di dapur, sedangkan dia duduk di samping kulkas sembari meminum air. Pandangan Bariqi tidak lepas dari punggung kecil Elya. “Aduh … dasar wajan kurangajar. Gak lihat apa kalau di sini ada tangan, malah nyentuh tanganku. Dipikir gak panas,” omel Elya saat tangannya terkena wajan panas. Bariqi hampir menyemburkan airnya saat mend
48.Niat hati Elya tidak ingin menikah muda. Masih banyak cita-cita yang ingin Elya gapai. Menjadi koki utama misalnya, karena selama ini Elya hanya menjadi asisten Bariqi. Karir Elya mulai naik lagi saat dia dipindah tempat menjadi seorang bartender. Namun, untuk sekarang karir Elya terpaksa harus dihentikan. Waktu berlalu begitu cepat. Elya yang semula tidak mendapatkan restu dari ibunya, kini restu sudah dia kantongi. Acara lamarannya dengan Bariqi berjalan lancar. Dengan sepenuh hati ayah dan ibu Elya menerima Bariqi untuk menjadi menantunya. Satu tahun setelah lamaran Elya, tepat di usia Elya yang ke dua puluh satu tahun, Elya dan Bariqi resmi menikah. Hari ini adalah hari spesial untuk Bariqi dan Elya setelah empat tahun pertemuan mereka. Bariqi baru saja mengucap ijab qobul di depan penghulu juga ayah Elya. Pernikahan sudah sah secara agama dan negara. Pernikahan yang dilakukan hanya pernikahan sederhana, ijab qobul dan resepsi pernikahan yang dihadari oleh teman-teman Elya.
Seorang Gadis tengah mengocok shaker koktail di depan para pelanggannya. Elya sudah menguasai teknik shak setelah beberapa lama berada di bar. Perempuan itu dalam sekejap menjadi perempuan idola. Bahkan ada pelanggan yang terang-terangan setiap hari datang dan mengatakan kagum dengan Elya. Kalau lagi gabut, Elya akan balik menggoda para pelanggannya. Tapi itu hanya manis di bibir, kalau perasaannya hanya untuk Bariqi. Kendati demikian, Bariqi tidak bisa jenak dan ingin Elya berada di dapur saja. Bagi Bariqi, di bar terlalu banyak buaya yang siap memangsa Elya. Namun, Bariqi tidak sadar kalau dirinya juga buaya. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tetapi Elya masih belum selesai dengan pekerjaannya. Elya pulang jam delapan sesuai jam kerja yang baru. Saat asik atraksi di depan para tamu, seorang pria tampan mendatangi Elya. Pandangan Elya mengarah tepat ke Bariqi, kalau dilihat-lihat orang yang sudah melamarnya itu sangat tampan. “Elya, seorang gadis dua puluh tahun, yang cant
Bariqi menggelengkan kepalanya, dia merasa bahwa dirinya sudah gila. Hanya gadis kecil yang bahkan dilihat sekilas biasa saja, tetapi Bariqi bisa jatuh cinta sedalam ini. “Kenapa tersenyum sendiri?” tanya Putri berdiri di depan pintu kamar anaknya. Bariqi terkesiap, pria itu langsung bangun dan menatap ibunya, “Ibu, kenapa ibu masuk nggak ketuk pintu? Kalau aku sedang ganti baju bagaimana?” tanya Bariqi bertubi-tubi. “Tapi kenyataannya kamu nggak sedang ganti baju, tapi kamu sedang senyum-senyum sendirian,” jawab Putri terkekeh. Bariqi malu bukan main, pria itu menarik selimut dan menyelimuti separuh tubuhnya. Putri melangkahkan kakinya mendekati Bariqi. Perempuan paruh baya itu duduk di ranjang anaknya. Tangan lembutnya mengelus puncak kepala Bariqi. Entah kenapa tiba-tiba Putri merasa sedih. Bukan maksud apa-apa, tetapi anaknya yang dulu kecil kini sudah menjadi pria dewasa. Putri selalu ingin anaknya menikah, tetapi saat tadi Bariqi pulang mengatakan sudah melamar Elya dan ing
Elya menatap sinis ke arah Bariqi, saat ini Bariqi dan Elya tengah kencan di sebuah cafe yang ada di tengah kota. Cafe dengan penuh lampion yang sangat indah dan estetik untuk digunakan berfoto. Namun, Elya masih saja sinis perkara tadi saat Bariqi bersama Sera.“Situ boleh cemburu sama aku, tapi aku nggak boleh cemburu sama situ,” cibir Elya sambil mencebik-cebikan bibirnya.“Huh, dasar laki-laki semaunya sendiri. Kalau cemburu saja aku kayak mau dibanting di tempat, tapi aku sendiri yang cemburu malah gak boleh. Curang banget jadi cowok,” cibir Elya lagi.Sudah setengah jam mereka nongkrong di cafe, tetapi Elya tidak kunjung berhenti nyinyir. Kejadian tadi sore, tetapi masih diungkit sampai sekarang.“Rasanya mau ganti cowok saja. Cowok yang lebih … hmppp-”Ucapan Elya terhenti saat Bariqi menjejalkan kentang ke bibir Elya. Mata Elya melotot, perempuan itu menggebrak meja dengan kencang.“Hishh … apa-apaan kamu ini!” pekik Elya setelah menelan kentangnya.“Dari pada kamu terus ribut
Sudah satu minggu Elya kembali ke tempat kerja yang semula. Namun, Elya tidak berada di bagian dapur lagi. Melainkan di bagian bar. Elya meracik minuman alkohol di bar mewah yang ada di hotel. Tugas Elya dipindah ke sana bersama Vino. Awalnya Bariqi sangat tidak setuju Elya dipindah ke sana, tetapi itu keputusan papanya yang tidak bisa diganggu gugat. Umumnya, Bar dibuka saat malam hari. Namun, berbeda kalau di hotel Sunflowers di mana Bar buka dua puluh empat jam. Siang hari juga sangat ramai pengunjung. Elya sudah mulai terbiasa dengan pekerjaan barunya. Namun, berada di bar membuat Bariqi sering ngambek. Pasalnya banyak cowok di sana yang membuat Bariqi cemburu. Apalagi teman kerja Elya adalah Vino. Di dapur, Bariqi tampak bekerja dengan semangat meski pikirannya terkadang fokus pada Elya. “Sera, semua bahan yang dibutuhkan sudah siap?” tanya Bariqi kepada Sera. “Sudah, Chef,” jawab perempuan itu dengan cekatan mendekatkan bahan-bahan makanan yang diperlukan. Bariqi langsung
Bariqi mengetuk-ketuk ujung jari di pahanya. Suasana sangat canggung saat antara dirinya dan Elya tidak ada yang membuka suara. Bagaimana mau membuka suara, sejak tadi mood Elya tidak baik. Setelah menyiram kopi di wajah adiknya, ibu Elya mengusir Elya untuk pergi. Bahkan semua baju Elya juga dikeluarkan oleh ibunya.Ayah Elya mencegah Elya pergi, tetapi Elya pun kukuh pergi. Elya bilang akan kembali bekerja di tempat semula. Bariqi senang Elya akan berada di dekatnya lagi, tetapi di sisi lain, Bariqi sangat iba Elya harus mendapatkan perlakuan tidak baik dari ibunya.Meski Bariqi tidak merasakannya secara langsung, tetapi Bariqi tahu betul betapa sakit hatinya Elya saat diusir oleh ibunya sendiri. Kalau bisa, Bariqi menghajar ibu dan adik Elya, tetapi dia tidak bisa melakukannya karena bagaimana pun ibu Elya tetaplah orang tua.“Maafkan aku,” cicit Elya setelah lama diam.Saat ini Elya dan Bariqi tengah berada di kereta api untuk perjalanan ke Kota Batu. Sebentar lagi sampai di stasi
Saat di kandangnya sendiri, Bariqi bagai singa yang siap mengaung kapan saja. Di dapur tempatnya bekerja, siapapun yang salah, tidak akan luput dari amukan Bariqi. Namun, saat ini Bariqi harus menciut di hadapan ibu Elya. Sejak kedatangannya, ibu Elya menatap Bariqi dengan tajam.Bariqi menjadi serba salah di sini, tetapi dia bukanlah pria cupu yang mundur begitu saja. Ibu Elya menatapnya dalam diam, membuat Bariqi menerka-nerka apa yang sebenarnya dipikirkan perempuan yang terlihat masih muda itu.Bariqi membuka bibirnya ingin berbicara, tetapi terhenti saat seorang pria paruh baya memasuki rumah.“Loh ada tamu. Teman kamu, Raf?” tanya Rahman menatap Bariqi sembari mengusung senyum.Bariqi langsung berdiri, pria itu mengulurkan tangannya pada Rahman yang langsung disambut baik oleh pria itu.“Aku pacare Elya, Pak,” ujar Bariqi memperkenalkan diri.Bariqi yakin kalau pria itu adalah ayahnya Elya. Saat bersama ayah Elya, Bariqi akan lebih sat-set, tidak peduli bila nanti Elya marah.“P
”Gak usah mampir ke rumahku. Lebih baik kamu langsung pulang!” pinta Elya merengek.“Ya, ya! Mas, jangan ke rumahku!” pinta Elya lagi. Elya memegang tangan Bariqi dengan erat. Saat ini mereka sedang menaiki bus perjalanan ke Tulungagung.Saat menaiki bus, Bariqi harus menggendong tubuh Elya karena enggak mau naik. Elya terus merengek lebih baik langsung ke Batu saja dari pada ke Tulungagung. Namun, Bariqi tetap kukuh ingin ke Tungagung. Bariqi tidak mau membuang-buang waktunya untuk berpacaran dengan Elya, Bariqi ingin cepat menikahi gadis itu. Meski Elya masih berusia dua puluh tahun. Toh mereka sama-sama tinggal di desa, sudah wajar kalau gadis seusia Elya menikah.“Mas!” rengek Elya menduselkan kepala ke dada Bariqi.Bariqi mendorong pelan kepala Elya, “Kamu kenapa sih kayak gini? Kamu gak sayang sama aku sampai aku gak boleh ke rumah kamu?” tanya Bariqi.“Bukan maksud begitu, Mas. Tapi … ah pokoknya sulit dijelaskan,” kata Elya.“Kalau sulit dijelaskan, ya gak usah dijelaskan. Bia