Chat WA Mantan Istri Suamiku 12"Nia tetap tidak mau keluar, Mas?" tanyaku ketika melihat Mas Haris, dia masih setia berdiri di depan kamar anaknya.Mas Haris menatap aku sekilas, lalu menggeleng pelan. Dia kelihatan sangat lelah, ada beban besar yang menghimpit dadanya.Aku kembali menghela napas, berat sekali rasanya mengurus anak itu. Sudah dua hari ini dia bersikap begini, tak akan keluar kamar meski sudah dipanggil-pangil. Sebenarnya pagi ini pun aku sudah berulangkali mengetuk pintu kamarnya, panggilan yang aku lontarkan juga tidak ditanggapi sama sekali.Semenjak kejadian tempo hari kala dia mengetahui kalau Ibunya ada di dalam penjara, Nia benar-benar menghindar dari kami berdua. Dia hanya akan keluar kamar dua kali yaitu ketika rumah sepi dan Mas Haris sudah pergi bekerja. Setiap kali aku pergoki Nia pasti akan langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu itu dengan rapat.Setiap kamar di rumah ini memang dilengkapi dengan kamar mandi, tapi makanan dan minuman tentu ti
Chat WA Mantan Istri Suamiku 13"Lihatlah video ini sampai selesai," ucapku meminta Nia untuk menonton rekaman CCTV tersebut, bukan lewat handphone tapi lewat laptop supaya dia bisa melihatnya dengan lebih jelas.Dia sempat menolak sebelumnya tapi Mas Haris langsung menarik tubuhnya untuk mendekat. Sehingga mau tidak mau mata itu fokus menonton rekaman video CCTV, aku dan Mas Haris pun tak luput menyaksikannya meski ini bukan kali pertama untuk kami.Durasi video itu lumayan lama ternyata, syukurlah Nia tetap menyimaknya dengan seksama. Walaupun awalnya dia lakukan karena keterpaksaan, meskipun begitu aku juga yakin kalau rasa penasaran ikut mendorongnya untuk membuka mata serta pikiran.Berhasilkah cara ini? Suatu cara yang terkesan keras nan pahit untuk anak seusianya. Namun aku memegang teguh sebuah prinsip, seperti kata pepatah yang mengatakan lebih baik berkata jujur walau itu menyakitkan, daripada berkata bohong hanya untuk menyenangkan perasaan orang lain.Video itu sudah seles
Chat WA Mantan Istri Suamiku 14Pagi ini aku hampir kesiangan, semuanya terjadi karena telepon dan SMS yang semalam terus-menerus dikirim oleh Ibunya Mbak Hani, bahkan Mas Haris sampai memblokir nomor mantan Ibu mertuanya itu. Jika tidak begitu mungkin sampai pagi ini dia tetap akan menggangu kami.Menurutku tidak pula ada gunanya meladeni Ibunya Mbak Hani, tidak ada kepentingan sedikitpun kecuali dia yang terus memaksa kami untuk mengirimkan uang sesuai permintaannya. Dan kami kompak menolaknya, siapa dia memangnya. Ibuku saja tidak pernah meminta uang pada kami, anak dan menantunya. Masa iya Ibunya Mbak Hani yang ngotot minta ditransfer. Tidak beres memang!"Ini bekal untuk Nia dan yang ini untuk Papa ya." ujarku, menunjuk dua buah kotak untuk makan siang mereka.Mas Haris memang biasa aku bawakan bekal makan siang, tapi untuk Nia ini yang pertama kalinya. Anak itu tidak menolak, dia meraih kotak makan berwarna merah muda yang tadi aku sodorkan."Dan ini uang saku untuk Nia,""Sepul
Chat WA Mantan Istri Suamiku 15Aku mendekat lalu menarik tasnya dengan paksa, dengan cepat pula aku mengambil sesuatu dari dalamnya. Benda pipih itu juga ikut menghantam paving blok halaman rumah, memangnya dia saja yang bisa berbuat semena-mena. Aku juga bisa dan bahkan lebih dari yang dia lakukan."Kita impas sekarang!" Senyumku, dan giliran Ibunya Mbak Hani pula yang terkejut. Matanya melotot seperti hendak keluar dari tempatnya, sementara suaminya hanya berdiri dalam diam."Ka-kamu! Ponsel kesayanganku." pekiknya langsung berlari untuk mengambil handphone miliknya yang tadi aku lempar dengan keras."Yas." Mas Haris menyentuh pundak ku, spontan aku juga menoleh padanya."Aku mendukungmu, apapun yang akan terjadi kita hadapi bersama-sama." tuturnya pelan, tapi mampu menambah energi dan semangatku hingga berkali-kali lipat.Ibunya Mbak Hani bangkit, dengan handphone di genggaman tangan dia berjalan mendekati kami."Kamu harus mengganti ponsel ini, Yasmin! Layarnya retak dan sekarang
Chat WA Mantan Istri Suamiku 16Di sini, di sebuah klinik milik Dokter Natasya. Dahiku baru saja di bersihkan dari sisa-sisa darah yang sempat tertempel, tidak di jahit memang tapi masih meninggalkan rasa yang cukup sakit, terlebih di dalam rongga dadaku. Entah kesalahan apa yang sudah aku buat, hingga masalah tak kunjung menghilang dari pandangan."Dalam beberapa hari lukanya pasti akan mengering. Lain kali hati-hati ya, jangan sampai terpeleset di kamar mandi lagi." ucap Dokter Natasya mengingatkan. Kami memang terpaksa berbohong padanya tentang penyebab luka pada dahiku, mana mungkin mengatakan yang sebenarnya kalau ini terjadi karena ulah Ibu."Iya Dok, terima kasih banyak."Setelah menyelesaikan semua biaya pengobatan, aku di papah oleh Mas Haris untuk langsung menuju mobil yang terparkir tepat di halaman klinik."Kepalamu masih sakit?" tanyanya terlihat cemas, aku pun mengangguk singkat.Mobil mulai melaju membelah jalanan, hanya suara mesin mobil yang menemani. Baik aku ataupun
Chat WA Mantan Istri Suamiku[Bulan ini aku minta semua uang gajimu ya, Mas. Aku pengen kredit mobil supaya Nia tidak kepanasan kalau pergi ke sekolah. Kalau naik motor sering kepanasan, lagian motorku juga sudah sering rusak. Sudah kadaluarsa!]Mataku membulat sempurna kala membaca pesan dari Mbak Hani, mantan istri suamiku. Mas Haris memang duda beranak satu kala aku menikah dengannya, dia punya seorang anak perempuan yang berusia sepuluh tahun yang ikut bersama bersama Ibunya.Ini bukan kali pertamanya Mbak Hani mengirim pesan seperti itu pada suamiku, sudah sangat sering dia meminta ini dan itu dengan mengatasnamakan Nia anaknya. Padahal aku yakin anak sekecil itu belum perlu benda-benda seperti yang dia minta.[Sudah jangan banyak nuntut Mbak, tanggung jawab Mas Haris bukan cuma kamu.] Kuketik pesan balasan itu untuknya, terdengar keras namun sangat pas untuknya.[Aku bukan meminta padamu, tapi pada Mas Haris Ayahnya Nia! Jadi kamu tidak usah ikut campur urusan kami!!]"Ada chat
Chat WA Mantan Istri Suamiku 2Pagi ini aku bergegas menuju sebuah bank, tekadku sudah bulat untuk memindahkan seluruh saldo rekening ini ke dalam rekening yang baru. Mas Haris juga sudah pergi bekerja, jadi aku bisa lebih leluasa."Mau kemana kamu pagi-pagi begini?" tanya Ibu mertuaku, dirinya tengah menonton TV. Tiada hari tanpa menonton televisi, seperti candu untuknya."Aku mau mengecek toko, Bu." jawabku, lalu buru-buru pergi."Masih pagi bukannya dirumah malah kelayapan, kayak masih gadis saja! Sudah jadi istri orang kok enggak sadar diri juga!"Aku tidak mempedulikan omongan Ibu, terserah dia saja mau menyebut aku apa. Yang terpenting saat ini aku harus berhasil menjalankan rencana ku. Aku terpaksa naik taksi karena Mas Haris telah membawa mobilku untuk bekerja, katanya sih malu kalau pekerja kantoran tidak membawa mobil.|Alhamdulillah ya Sayang, sebentar lagi Papa bakal membelikan mobil ini untuk kita. Rezeki wanita sholehah dan anak pintar.|Tanganku yang awalnya iseng membu
Chat WA Mantan Istri Suamiku 3"Di mana kamu meletakkan ATM-nya, Dek?" tanya Mas Haris, dirinya sudah rapih dan bersiap untuk pergi membeli mobil permintaan mantan istrinya."Di tempat biasa." jawabku acuh.ATM itu memang selalu aku letakkan di dalam lemari pakaian kami, karena biasanya jika Mas Haris sedang butuh uang maka dia akan meminta aku untuk mengambilnya di ATM."Kamu tidak mengubah pin-nya kan?" Selidiknya penuh kecurigaan."Untuk apa? Toh kamu tetap tidak akan mendengarkan omonganku." Mas Haris malah salah tingkah ketika mendengar jawabanku. Di tangannya juga sudah ada ATM yang konon katanya berisi uang tabungan kami.Tanpa mengucap sepatah katapun dia berlalu meninggalkan kamar kami. Aku juga langsung mengikutinya."Sudah mau pergi, Haris?" tanya Ibu mertuaku ketika melihat sang anak."Iya Bu, lebih cepat lebih baik.""Kalau begitu tunggu dulu, Ibu juga ingin ikut membeli mobil untuk Nia." tutur Ibu dengan semangat empat lima.Setelahnya Ibu beranjak menuju kamarnya, aku y