Season 2 Part 1
POV Anita"Permisi mbak," sapanya ketika aku sedang menyapu halaman.Aku menoleh, wanita itu sudah berdiri sambil membawa sebuah piring berisikan makanan. Pisang goreng lebih tepatnya."Ya? Ada apa mbak Viona?" tanyaku seramah mungkin padanya. Dia tetangga baruku, baru kemarin pindahan. Rumahnya tepat bersebelahan dengan rumahku."Ini ada makanan buat Mas Bagus," jawab wanita itu sambil senyam-senyum tak jelas. Sedangkan pandangannya menelisik ke dalam mencari sosok suamiku yang baru pulang dari kantor."Hah?" aku melongo mendengar ucapannya. Sejak kapan dia tahu tentang suamiku? Kapan mereka berkenalan bahkan Mas Bagus baru saja pulang dari luar kota karena ada pekerjaan disana."Mbak kenal suami saya?" tanyaku dengan pandangan menyelidik.Wanita itu tampak salah tingkah, ia terlihat begitu gugup. "Oh anu, itu ...""Ada apa, Dek?" orang yang sedari tadi dibicarakan muncul. Ia hanya mengSeason 2 Part 2"Habis cari angin atau mampir ke tetangga sebelah?"Mas Bagus tampak salah tingkah, sesekali ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Hah, dasar pecundang."Anu ... Dek, maaf tadi mas dengar suara teriakan dari sebelah, makanya mas ke rumahnya Viona. Ada ular masuk dek, makanya mas bantu buang ular itu," jelasnya. Seumur-umur aku tinggal di sini, tak pernah ada ular masuk dalam rumah, dia baru kemarin tapi sudah ..."Iya, dan ular itu sekarang ada di hadapanku!" protesku dengan ketus. Tentu saja aku tak percaya dengan perkataan Mas Bagus yang terkesan berkilah. Dasar laki-laki buaya eh ular maksudku."Ish, kamu ngomong apaan sih dek, sudah yuk tidur," ajak Mas Bagus. Dia berlalu melewatiku dan masuk ke dalam kamar tanpa rasa bersalah.Sekejap saja Mas Bagus sudah mendengkur, sepertinya sangat lelah. Justru sekarang aku yang tak bisa tidur. Memikirkan hal yang tak bisa kumengerti. Baru juga dua hari wanita itu menjadi tetanggaku, tapi keha
Season 2 Part 3Ddrttt ... Ddrttt ...Tiba-tiba ponselku bergetar, otomatis langsung menghentikan obrolan kami. Kulihat nama Fandy yang tertera dilayar benda pipihku."Maaf mbak, saya permisi pulang dulu," pamitku. Viona tampak mengangguk dan bernafas lega. Gegas aku masuk ke dalam rumah dan menerima panggilan telepon itu.[Hallo mbak, assalamu'alaikum][Waalaikum salam, ada apa Fandy?][Ayah sakit, badannya ngedrop lagi. Kalau bisa mbak segera kesini][Oh iya, mbak akan segera datang]Kututup panggilan telepon itu lalu segera pulang ke rumah ayah menaiki taksi online. Jarak rumahku dengan rumah ayah hanya satu jam perjalanan. Sebelumnya aku sudah berpamitan pada Mas Bagus melalui chat wa kalau ingin menjenguk ayah.***Sampai di rumah ayahKulihat ayah sedang terbaring lemah tak berdaya diatas tempat tidurnya."Bagaimana kondisi ayah, Fan?" tanyaku pada adik laki-la
Season 2 Part 4Serasa jantungku berhenti berdetak, ucapan macam apa itu? Dia bilang dialah istri pertama? Tidak, tidak, aku pasti salah mendengarnya. Rasanya tidak mungkin Mas Bagus membohongiku dari awal. Ini pasti hanya mimpi kan?"Tenang dulu ya sayang, Mas akan cari waktu yang tepat untuk mengatakan ini pada Anita. Agar kalian bisa hidup berdampingan dengan baik. Kamu bisa sabar sedikit lagi, kan?" Suara Mas Bagus makin menghujam jantungku.Dengarlah! Bahkan Mas Bagus memanggil sayang pada Viona."Aku lelah mas, berpura-pura terus. Aku juga merasa tersakiti, melihatmu bersamanya. Aku punya suami tapi harus berbagi dengan wanita lain. Terus, apakah kamu yakin Anita bisa menerima kenyataan ini?" "Iya sayang, maafin mas ya. Yang terpenting di hati mas kamulah yang nomor satu, dan juga anak kita."Deg! Hatiku seperti ditusuk-tusuk sembilu, Mas Bagus mencintai Viona? Lalu dia menganggap hubungannya denganku seperti apa?
Season 2Part 5"Jadi maksud dokter, istri saya hamil?""Apaaa? Ha-ha-mil?" pekikku tak percaya. Rasanya ingin merutuki diri Kenapa di saat seperti ini justru tumbuh benih di rahimku. "Iya, selamat ya pak, bu. Ingat pesan saya, Bu Anita harus banyak istirahat. Saya sudah meresepkan obat dan vitamin untuk Bu Anita, Pak Bagus bisa menebusnya di apotik terdekat.""Baik, Bu. Terima kasih banyak."Mas Bagus mengantar Bu Dokter sampai di halaman depan. Dokter itu adalah dokter keluarga kami, Rania namanya. Sepeninggal dokter Rania, Mas Bagus kembali menghampiriku. Dia mengecup keningku dengan lembut. "Terima kasih ya sayang. Jaga anak ini dengan baik, kamu harus banyak istirahat," ujar Mas Bagus tersenyum, justru membuatku kelu. Aku gak boleh lemah di hadapan Mas Bagus. Ya, aku harus sembuh, aku harus kuat. Bila takdirku harus seperti ini. Oke. Nak, kita berjuang bersama-sama. Demi kamu, ibu akan jadi kuat.
Season 2 Part 6POV BagusKepalaku benar-benar pusing mendengar permintaan kedua istriku. Yang satu minta dibuatkan rumah mewah sedangkan yang satu lagi minta dimodali untuk buka butik. Duh, mana duluan yang harus kuprioritaskan? Padahal bulan-bulan kemarin uangku udah habis-habisan buat beli berlian dan rumah untuk Viona.Aku menghela nafas dalam-dalam. Kepalaku terasa pening dan berdenyut. Akupun tak habis pikir, tak biasanya Anita meminta sesuatu padaku. Dia wanita yang nrimo, berapapun yang kuberikan, dia tak pernah mengeluh. Walaupun Nita putri orang kaya, tapi gaya hidupnya benar-benar sederhana. Ia tak pernah neko-neko. Cukuplah ia berdiam diri di rumah, karena tak punya pekerjaan lain selain mengurus rumah tangga. Tapi kini, kenapa ia tiba-tiba ... Ah, sudahlah.Mungkin yang dikatakan Anita benar. Dia bosan di rumah. Sekali-kali bolehlah aku menyenangkan hatinya. Apalagi sekarang dia sedang mengandung anakku. "Assalamualaikum mas," salam s
Season 2 Part 7"Bapak tidak apa-apa?" tanyaku pada bapak-bapak itu.Ia bangkit membenarkan badannya sembari berterima kasih kepada warga."Ini tas bapak?" tanyaku mengambilkan tas yang tadi hampir saja direbut oleh perampok. Tas itu terjatuh diatas rerumputan, tak jauh dari mobilnya."Iya terima kasih ya, Nak," sahutnya sembari tersenyum. "Entahlah, apa jadinya kalau gak ada kamu. Tas ini berisi uang gaji untuk para karyawan, biasanya ada yang mengawal saya, tapi kebetulan pas sendiri malah pas apesnya juga," jelasnya."Iya sama-sama, pak. Kalau gitu saya permisi, Pak," timpalku. Aku berbalik, namun bapak itu mencegah langkahku."Ini buat kamu, Nak," ujarnya sembari menyodorkan beberapa uang seratus ribuan."Tidak usah, pak. Saya ikhlas membantu."Ia tampak sungkan dengan jawabanku. Kruyuuuuk ... Tiba-tiba perutku berbunyi, ya terang saja, karena sedari pagi aku belum makan apapun.
Season 2 Part 8Kuberanikan diri untuk maju dan melawan kedua preman itu. Salah satunya aku timpuk pakai batu, hingga mengenai kepalanya dan terhuyung. Dan yang lainnya mulai berduel denganku. Aku menendangnya dan memukulnya tanpa ampun. Mungkin karena keadaan mereka yang sedang mabuk membuat mereka tak mampu membela diri. Kedua orang itupun terjerembab ke tanah.Aku segera menarik tangan wanita itu dan membawanya berlari sebelum preman-preman itu sadar dan mengejar kami. Langkah larinya tertatih-tatih, dia kelihatan sangat tersiksa, mungkin kakinya sakit karena tadi sempat terjatuh."Ayo cepat naik ke motorku," sergahku sambil terus memegangi tangannya.Tiba-tiba wanita itu berhenti, ia terlihat sangat kelelahan, napasnya ngos-ngosan. Badannya terlihat gemetaran."Tinggalkan aku, aku akan naik taksi, Mas," ujarnya lagi, nafasnya masih tampak terengah-engah."Hei mbak, jalanan ini sepi, tidak ada kendaraan yang lewat. L
Season 2 Part 9"Terus kamu anggap aku ini apa? Aku bersedia menemanimu dari nol, tapi sekarang kau--""Aku menikah bukan dengan orang sembarangan.""Apa maksudmu, Mas?""Aku akan menikah dengan putri pemilik perusahaan tempatku bekerja. Kau tahu apa artinya? Kesuksesan sudah di depan mata.""Tidak, aku tidak setuju mas. Kenapa kamu tega lakukan ini? Apa sekarang aku tidak cantik lagi? Sampai kau rela berbuat seperti ini padaku? Mana janjimu kalau kau akan tetap setia?""Tenanglah sayang, hatiku tetaplah milikmu. Kaulah satu-satunya wanita yang kucintai. Aku tak mungkin jatuh cinta pada wanita itu. Penampilannya yang kuno dan ya dia sama sekali bukan tipeku. Kamu jangan khawatirkan hal itu. Percayalah, aku akan memberikan apapun yang kau mau setelah kita kaya. Kau bisa hidup dengan mewah, tidak seperti ini lagi. Kau tidak mau kan hidup kita terus-menerus dihina. Percayalah padaku dihatiku cuma ada kamu seorang."Setelah
Season 2 Part 26"Mbak Anita, aku titip Bayu. Tolong jaga dan rawat dia dengan baik. Anggap saja dia sebagai anakmu. Aku percaya padamu, sekali lagi maaf aku merepotkanmu," ucap Viona sesaat sebelum masuk ke jeruji besi.Dia divonis bersalah dengan masa hukuman lima belas tahun penjara. Kulirik bocah kecil dalam gendonganku, aku trenyuh saat menatapnya. Di usia sekecil ini, ia harus ditinggal oleh ayah dan ibunya. Rasa kasihan muncul begitu saja. Ya, aku merasa kasihan, takutnya ia terlantar.Aku melirik lelaki yang berdiri di sampingku. Ia tersenyum."Ikuti saja kata hatimu."Hanya ucapan itu yang keluar dari bibirnya, membuat tekadku mantap untuk merawatnya layaknya anakku sendiri. Walaupun kedua orangtuanya pernah menyakitiku, tapi anaknya tidak bersalah. Mungkin ini ujian bagiku agar tetap bersabar.***"Dek, besok kakak akan resmi melamarmu bersama orang tua kakak. Setelah itu, kakak akan langsung mengurus pernikahan kita," ucapnya saat itu. Enam bulan sudah berlalu, ia masih sa
Season 2 Part 25POV Viona"Maaf. Maafkan semua kesalahanku. Aku sudah berbuat jahat padamu.""Apa maksudmu, Mbak?""Aku ... Aku ..."Kuhela nafas dalam-dalam, untuk meringankan gejolak di dada. Baiklah, aku ingin berubah. Hukuman apapun akan kuterima. Aku sudah salah, jadi harus kupertanggungjawabkan ini semua. "Sebentar mbak, sepertinya pembicaraan ini cukup serius. Aku bawa Bayu ke kamar dulu."Aku memandanginya, Anita terlihat begitu tulus sayang sama Bayu. Tak lama, Anita kembali."Ada apa, Mbak?" tanyanya."Maafkan atas semua kesalahanku. Aku, aku yang sudah membuatmu celaka," sahutku sambil terisak."Apa kamu bilang?"Plaaakk!!Tiba-tiba, sebuah tamparan mendarat di pipiku. Kurasakan pipiku sangat panas, pedih dan perih."Kak, jangan kasar sama wanita. Kasihan, Kak." Kupegang pipi yang pasti sudah memerah ini. Lelaki itu yang sudah menamparku. Justru dia yang lebih marah dari pada Anita. Matanya nyalang menatap ke arahku."Duh, kamu ini terlalu baik, Dek! Wanita sejahat dia t
Season 2 Part 24POV VIONA"Viona sayang, cepat kau siap-siap," ucap Leo sambil mengedipkan mata genitnya."Mau kemana?""Kamu gak mau kan tertangkap polisi?""Maksudnya?""Sayang, polisi mulai mengejar kita. Apa kamu mau hidup di penjara?"Aku menggeleng perlahan. Dadaku berdegup lebih kencang. Entahlah selama beberapa hari ini hidupku tidak tenang, seperti dikejar-kejar oleh perasaan bersalah."Kita akan pergi keluar kota, luar pulau kalau bisa.""Beri aku waktu.""Baiklah, mulai besok kita akan pergi.""Tapi--""Ah iya satu lagi, sekarang kau sudah jadi milikku. Bercerailah dari suamimu. Terserah apapun alasanmu, kamu harus berpisah dengannya."Aku menunduk dalam. Kalau akhirnya seperti ini, aku tak mungkin mau mencelakai Anita. Yang kudengar kabar terakhir tentang Anita, dia lolos dari maut. Tapi kenapa polisi justru akan menangkapku? Yang bersalah disini adalah Leo, bukan aku. Kenapa kesialan terus menerus menghantuiku? "Bukankah dia tidak jadi mati? Kenapa polisi--""Polisi te
Season 2 Part 23POV AryaUntuk beberapa jeda, Anita menoleh ke arahku, tatapannya begitu sayu dan mendung."Kak, apa yang terjadi?" tanyanya pelan. Anita terlihat sangat lemah.Aku hanya tersenyum, belum berani mengatakan yang sejujurnya. Takut ia kembali shock.Tak lama, perawat datang bersama dokter jaga. Lalu memeriksa kondisi Anita. Kondisinya memang belum stabil, tapi sudah menunjukkan kemajuan."Kak, gimana keadaan ayah?" tanyanya kemudian.Deg. Bagaimana aku menyampaikan berita sebenarnya pada Anita. Haruskah kukatakan yang sejujurnya? Tapi aku takut kondisinya akan drop kembali."Tenanglah dek, ayahmu baik-baik saja. Kamu harus sehat ya, jangan pikirkan yang lain dulu."Anita mengangguk lalu tersenyum. Tiba-tiba ia meraba perutnya."Bayiku, mana bayiku...?! Mana bayiku?!" tanyanya histeris, saat menyadari kehilangannya."Sayang, tenanglah. Bayimu sudah tidak merasakan sakit lagi. Kamu kegugur--""Tidak, itu tidak mungkin! Aku tidak mungkin keguguran, Kak! Tolong kembalikan ba
Season 2 Part 22"Paman tahu perasaanmu padanya. Kamu mencintai Anita, bukan? Paman merestui kalian. Tolong jaga Anita untuk paman--"Suaranya tertahan, tanpa terasa butiran bening jatuh di pipi keduanya. "Ya, Paman, pasti. Paman tidak usah khawatir, saya akan menjaga mereka dengan baik. Paman, cepatlah sembuh, agar bisa melihat pernikahan kami."Pak Rusdy tersenyum, kemudian ia pamit untuk tidur. Arya tak pernah menyangka kalau tidurnya adalah tidur untuk selamanya dan tak pernah kembali lagi."Innalilahi wa innailaihi roji'un--" ucap dokter saat ia memeriksanya.Semua hening, seolah tak percaya Pak Rusdy berpulang begitu cepat, padahal Anita pun belum sadar dari komanya.Fandi dan Bi Surwi menangis tergugu. Kehilangan orang yang sangat penting dalam hidup adalah menyakitkan.Arya menelepon beberapa orang kepercayaannya, untuk mengurus segala keperluan pemakaman Pak Rusdy.Para relasi, karyawan serta staff perusahaan ikut berbela sungkawa atas kepergiannya.***Sementara di balik je
Season 2 Part 21"Tentang perasaan kakak padamu. Kakak tahu ini tabu. Tapi---" ucapannya terhenti ketika melihat sosok laki-laki paruh baya itu datang mendekat."Lho kok pada diam? Lagi pada serius ngobrolin apa?" tanya Pak Rusdy.Mereka saling berpandangan. Tegang."Ah itu Paman ..." Arya melirik ke arah Anita yang tampak menggeleng pelan lalu menunduk dalam. Sepertinya ia tak setuju kalau Arya mengatakan yang sejujurnya. Ia takut sang ayah tidak setuju."Sini duduk dulu, Paman. Biar sekalian saya kupasin buahnya ya, hahaha ..." Arya mencoba mencairkan suasana. Pak Rusdy hanya tersenyum simpul lalu melirik putrinya yang sedari tadi diam."Menurut Paman gimana kalau ada laki-laki yang menyukai Anita dan melamarnya?" tanya Arya basa-basi sembari mengupas buah apel yang ada di tangannya."Memangnya siapa? Dia tidak dekat dengan siapapun kecuali kamu," sahut Pak Rusdy."Hahaha, ini kan misalnya ...""Paman tidak akan memaksa Anita lagi, semua terserah padanya. Kalau Anita suka, Paman ak
Season 2 Part 20"Apaaa? gagal, Mas?" pekik Viona, kecewa."Sorry Vi, tadi keburu ada yang dateng menolongnya, kami sempat berkelahi, terus ada polisi juga. Jadi kami kabur.""Ish ... Punya mantra apa sih wanita itu, kenapa selalu saja beruntung! Pokoknya aku gak mau tau ya mas, kamu harus menghancurkan dia! Bagaimanapun caranya.""Iya, iya Viona'ku sayang. Kamu jangan khawatir.""Pokoknya aku mau lihat dia hancur, Mas! Karena dia sudah menghancurkanku!" seru Viona lagi. Dendam dan amarah kasih menguasai hatinya.***Arya membopong tubuh Anita dan membawanya masuk ke dalam mobil. Perasaanya diliputi kekhawatiran yang berlebih. Ia takut terjadi apa-apa terhadap Anita. Arya mengendarai mobilnya cukup kencang. Sampai di rumah sakit, Anita langsung ditangani oleh tenaga medis.Laki-laki itu tampak berjalan mondar-mandir di depan ruang perawatan. Gelisah. Ia masih menunggu hasil pemeriksaan Anita. Entahlah, ia sendiri tidak tahu jelas dengan perasaannya. Perasaannya bukan hanya sekedar ra
Season 2 Part 19Usai kepergian Mas Bagus, aku masih berada di kantor, menunggu ayah dan Kak Arya selesai meeting lanjutan. Rencananya kami akan pulang bersama sore nanti.***"Bagaimana perasaanmu, Nak? Apa kamu sudah lebih baik?" tanya ayah saat kami akan berjalan menuju ke rumah. "Ya, Ayah. Jauh lebih baik dari sebelumnya," sahutku seraya mencari kunci pintu."Syukurlah. Kapan kamu mau pindah dari sini?""Ayah, Anita perlu waktu untuk mengemas barang-barang disini.""Gak usah khawatir, biar kakak bantu," tukas Kak Arya.Mereka duduk di sofa sambil menyenderkan tubuhnya, sesekali matanya tampak terpejam. Tiba-tiba ponsel ayah berdering."Assalamualaikum, ya halo. Ada apa, Bi? Fandi? Ya, ya saya segera pulang."Ayah beranjak dari duduknya. "Kenapa, Ayah? Ada apa dengan Fandi?" tanyaku khawatir."Kata Bi Surwi, tubuhnya babak belur. Mungkin berkelahi lagi itu anak. Ayah pulang dulu ya," sahut ayah agak tegang."Nita ikut, Yah.""Jangan. Kamu istirahat disini saja. Gak boleh stress
Season 2 Part 18POV Viona"Selamat sore, dengan Bu Viona?" --ucap suara dari seberang telepon."Iya saya sendiri," sahut wanita itu harap-harap cemas."Kami dari kepolisian.""Iya pak, ada apa?""Pak Bagus ditangkap atas tuduhan korupsi dan menggelapkan uang perusahaan.""Apaa?""Kami hanya ingin menginformasikan hal itu, bila ada pertanyaan lebih lanjut, silahkan datang ke kepolisian.""Baik, pak. Terima kasih""Sama-sama. Selamat sore.""Sore"Panggilan itu terputus begitu saja. Kenapa Mas Bagus bisa di penjara? Siapa yang melaporkannya? Bukankah ia menantu pemilik perusahaan? Kenapa ambil sedikit uangnya saja dituduh korupsi dan menggelapkan uang perusahaan? Lalu bagaimana dengan nasibku dan Bayu? Apalagi pembangunan rumah di kampung belum selesai, sekarang justru Mas Bagus masuk penjara. Aargghh.Anita pasti bisa membantunya keluar dari penjara. Aku yak