Home / Young Adult / Chandra / 25. Menantang Aksa

Share

25. Menantang Aksa

Author: _penamati
last update Last Updated: 2023-09-16 08:21:26
Fani bisa kembali tenang saat mendengar suara motor Chandra memasuki halaman rumahnya. Sejak tadi Fani memang khawatir karena Chandra belum juga pulang meski hari sudah malam.

"Darimana kok baru pulang? Lo gak bareng Kak Rain, Bang?"

Chandra yang baru masuk ke ruang tamu, langsung mendudukkan dirinya di kursi. Ia terlihat sangat lelah, hingga mengabaikan pertanyaan Fani.

"Bang?"

Chandra memejamkan matanya. "Bentar Fan."

Fani akhirnya membiarkan Chandra. Ia berjalan ke dapur dan mengambilkan air untuk Chandra. "Nih." Fani menyerahkan segelas air pada Chandra.

Chandra membuka matanya ia melihat segelas air yang dibawakan Fani. Tangannya terulur untuk mengambil gelas itu. Chandra segera meneguk segelas air di tangannya tanpa sisa. Chandra menaruh gelas kosong itu di meja dan kembali memejamkan matanya.

Fani tetap membiarkan Chandra, ia memilih memainkan ponselnya. Sebuah pesan dari temannya membuat Fani mengernyit. "Lo ngapain bareng Mirza?"

"Latihan basket," ucap Chandra tanpa me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Chandra   26. Kesialan Chandra

    Sepulang dari rumah Aksa, Chandra bergegas menuju rumahnya. Ia tiba-tiba rindu pada Fani setelah mendengar cerita Aksa. Sebelum pulang, Aksa sempat bercerita pada Chandra tentang kematian adiknya dalam kecelakaan. Chandra terkejut dan sedih mendengarnya. Ia tak bisa membayangkan kalau itu terjadi pada Fani tepat di depan matanya, seperti yang Aksa alami. Chandra sudah memasuki kawasan kompleknya. Ia memelankan kecepatan motornya. Sayup-sayup Chandra mendengar seseorang memanggilnya. Ia menghentikan motornya, ia melihat wanita yang mendekat ke arahnya. Chandra tersenyum saat melihat wanita itu. Ia segera turun dari motornya. "Tante Arin, kapan datang?" Chandra tersenyum senang. Ia sudah lama tidak bertemu dengan wanita di hadapannya ini. Wanita itu adalah salah satu adik mamanya dan dari semua adik mamanya, Chandra memang paling akrab dengan tante Arin, karena memang hanya tante Arin yang bisa menerimanya dengan baik. "Kemarin malam, tante nginap di rumahnya mbak Dinda. Tadi tante k

    Last Updated : 2024-04-17
  • Chandra   27. Terlambat

    Rain begegas turun dan berjalan ke meja makan. Ia mengambil susu yang disiapkan Bundanya lalu meminumnya dengan cepat. Hari ini Rain terlambat bangun karena terlalu asik membaca novel yang Juan belikan, hingga larut malam. Oleh karena itu, pagi ini Rain terlihat sangat terburu-buru. "Pelan-pelan Ra." "Bang Juan mana Bund?" tanya Rain setelah menaruh gelas kosong ke tempat cucian piring. "Gak tau dia kemana, tadi pagi-pagi banget udah pergi." Rain terlihat panik. "Aduh, yang nganter Rain siapa?" "Chan–" "Yaudah Bund, Rain berangkat dulu ya. Assalamualaikum" Belum juga Bunda Rain menyelesaikan ucapannya, Rain tiba-tiba memotong. "Iya, Waalaikumusalam. Hati-hati Ra." Rain segera keluar, ia setengah berlari. Harapan terakhirnya adalah Chandra. Ia harap Chandra belum berangkat. "Ra, ayo berangkat." Rain benar-benar bersyukur saat melihat Chandra sedang menunggu di luar gerbangnya. Tanpa pikir panjang Rain langsung menghampiri Chandra dan naik di jok motornya. "Ayo Chan." Chandr

    Last Updated : 2024-04-18
  • Chandra   28. Hukuman

    Chandra dan Rain hanya bisa diam mendengar omelan Bu Sri. Bu Sri membahas banyak hal, bahkan membandingkan kehidupan sekolahnya dengan Rain dan Chandra. Bagaimana susahnya Bu Sri bersekolah dulu. Saking lamanya, upacara bendera pun telah selesai dan kini para murid sedang beristirahat. "Kalian berdua saya hukum untuk hormat pada bendera sampai jam pelajaran pertama selesai. Jangan lupa renungi kesalahan kalian. Saya berharap kalian bisa belajar dari peristiwa ini dan tidak mengulanginya." "Baik bu." Chandra dan Rain melangkahkan kaki keluar ruang BK dan mengikuti Bu Sri. Beberapa murid yang berada di koridor, menatap mereka. Setelah upacara para murid biasanya memang diberikan waktu lima belas menit untuk istirahat, maka dari itu banyak murid yang berkumpul di koridor. Saat sampai di lapangan Bu Sri menatap bendera merah putih yang berkibar di atas mereka. "Kalian lihat bendera itu. Mengibarkan bendera itu bukanlah hal yang mudah. Butuh banyak perjuangan dari para pahlawan. Coba ka

    Last Updated : 2024-04-20
  • Chandra   29. Pulang

    Rain melihat ke atas, ia melihat awan hitam yang siap menjatuhkan air hujan. "Giliran udah pulang gini, malah mau hujan." "Enggak apa-apa Ra, kita pulang hujan-hujanan biar romantis." Rain langsung menghadiahi Chandra dengan pukulan, sedangkan Chandra hanya tertawa melihat reaksi Rain. Mereka melanjutkan perjalanan mereka ke parkiran. Chandra tidak henti-hentinya membuat Rain kesal dengan tingkahnya. Mereka sampai jadi tontonan beberapa siswa yang lewat, bahkan tak jarang mereka mendapat cibiran. Rain tidak menghiraukannya. Ia memang kesal, tapi ia tidak mau menunjukkannya pada Chandra. Setiap situasi seperti ini, biasanya Rain akan menyalahkan Chandra dan pergi begitu saja. Kali ini dia memilih untuk diam. Chandra banyak menolongnya hari ini, meski pemuda itu tetap menyebalkan baginya. "Ra, aku lupa, sepedaku gak ada di parkiran." "Lah, iya ya. Ngapain kita ke parkiran." Rain dan Chandra tertawa karena mereka lupa bahwa sepeda Chandra tidak berada di parkiran. Akhirnya mereka

    Last Updated : 2024-04-21
  • Chandra   30. RaChan

    Dengan raut wajah kebingungan, Rain turun dari motor Chandra. Bukan karena sudah sampai, namun karena Chandra berhenti di depan sebuah pohon dan menyuruh Rain turun. Rain menatap Chandra sementara Chandra tersenyum lebar ke arahnya. Rain mundur dua langkah. Ia takut Chandra kesurupan makhluk penunggu pohon itu. Chandra maju ke arah Rain dengan ekspresi yang sama. Rain terlihat ketakutan dan langsung memukul kepala Chandra. "Sakit Ra." Chandra mengelus kepalanya yang di pukul Rain. "Bodo!" Rain ingin pergi namun Rain menahannya. "Kamu belum kenalan sama Rachan." Chandra melihat ke arah pohon. Rain menyangka Chandra bisa melihat makhluk tak kasar mata. "Apaan sih Chan! Mending pulang! Mana sepi, mendung juga," omel Rain Melihat Rain mengomel, Chandra akhirnya menurut. Rain terlihat benar-benar kesal, meski Chandra tak tau apa penyebabnya. Padahal Chandra hanya ingin mengenalkannya pada pohon yang ia beri nama 'Rachan'. Pohon tempat Rain membantunya dulu. "Kamu kenapa sih Ra? Dulu

    Last Updated : 2024-04-22
  • Chandra   31.

    Kedatangan Rain dan Chandra disambut hangat oleh Khanza. Gadis itu tidak terlihat sakit. Sejak tadi Khanza sangat heboh karena Chandra dan Rain datang berdua. Khanza tidak henti-hentinya menggoda Rain. "Sebuah keajaiban Ra, lo mau dateng sama cowok." Seperti biasa, Rain hanya memasang muka datar. Melihat wajah datar sahabatnya itu, Khanza makin gencar menggoda Rain. "Udah mau malam ini kita pamit dulu ya Za," ucap Chandra ia merasa kalau Rain sudah tidak nyaman berada di sana. Chandra tidak tega melihat Rain, karena seharian ini Chandra sudah membuat Rain kesal. "Cepet amat, papa sama mama belum dateng, kalian ga mau nunggu mereka?" "Yang ada kita pulang tengah malem." Rain berdiri dan menarik lengan Chandra. "Ayo." "Eh, bentar. Baru juga ngobrol." "Yang penting gue udah liat lo baik-baik aja. Kita pamit." "Wei." Khanza mengikuti Rain yang menarik Chandra ke pintu keluar. "Keburu malem Za, Rain takut ketemu mbak Naya. Aduh." Tangan Rain yang semula menarik lengan Chandra, kin

    Last Updated : 2024-04-23
  • Chandra   32.

    Fani tidak mendapatkan tanggapan setelah mengetuk pintu kamar Chandra beberapa kali. Ia khawatir pada pemuda itu, karena tadi Chandra pulang dengan keadaan basah kuyup. Chandra tidak banyak mengatakan apapun dan langsung masuk. "Bang." Fani masuk dan melihat Chandra yang sudah membungkus tubuhnya dengan selimut. Chandra sepertinya tertidur sehingga tidak merespon panggilan Fani. Fani merasa Chandra sedang tidak baik. Tubuh pemuda itu terlihat menggigil dan hidungnya merah. Fani menyentuh dahi Chandra. Ia terkejut saat merasakan panas. Kemudian Fani beranjak dan terlihat sedang mencari sesuatu. "Kenapa Fan?" Fani menoleh saat mendengar suara Chandra. Suara pemuda itu kini terdengar serak dan beberapa kali ia bersin. "Termometer." "Udah, gue gak apa-apa. Udah minum obat juga. Sana tidur, entar malah ketularan sakit." Fani tidak mengindahkan ucapan Chandra, ia tetap mencari termometer. Setelah membersihkannya, Fani memasukkan termometer itu ke mulut Chandra. Tak lama Termometer itu

    Last Updated : 2024-04-24
  • Chandra   1. Arya Chandra Sasmita

    Rain merebahkan dirinya di kasur dan mulai memejamkan mata. Ia dan keluarganya baru saja pindah rumah ke rumah yang lebih besar. Badannya pegal setelah seharian memindahkan dan menata barang-barang. Beruntung hanya sisa sedikit barang yang belum dirapikan. Jadi besok mereka tidak akan sesibuk hari ini. Karena Rain juga harus sekolah besok, ia pun tak bisa lama-lama membantu keluarganya. Mata Rain terbuka perlahan saat menyadari ponselnya berdering. Tangan Rain berusaha meraih ponsel yang terletak di atas nakas. Dahinya berkerut saat melihat nomor tidak dikenal yang menghubunginya. Rain segera duduk dan mengangkat panggilan itu, takut ada hal yang penting yang ingin disampaikan. "Halo. Selamat malam?" Rain berbicara dengan lembut. "Halo." Rain sedikit terkejut mendengar suara seorang pemuda di seberang. Seingatnya, ia tak memiliki teman lelaki. "Ini siapa ya?" tanya Rain dengan penasaran. "Aku Chandra, calon suamimu." Pemuda di seberang tertawa. Rain langsung mematikan sambungan t

    Last Updated : 2021-09-14

Latest chapter

  • Chandra   32.

    Fani tidak mendapatkan tanggapan setelah mengetuk pintu kamar Chandra beberapa kali. Ia khawatir pada pemuda itu, karena tadi Chandra pulang dengan keadaan basah kuyup. Chandra tidak banyak mengatakan apapun dan langsung masuk. "Bang." Fani masuk dan melihat Chandra yang sudah membungkus tubuhnya dengan selimut. Chandra sepertinya tertidur sehingga tidak merespon panggilan Fani. Fani merasa Chandra sedang tidak baik. Tubuh pemuda itu terlihat menggigil dan hidungnya merah. Fani menyentuh dahi Chandra. Ia terkejut saat merasakan panas. Kemudian Fani beranjak dan terlihat sedang mencari sesuatu. "Kenapa Fan?" Fani menoleh saat mendengar suara Chandra. Suara pemuda itu kini terdengar serak dan beberapa kali ia bersin. "Termometer." "Udah, gue gak apa-apa. Udah minum obat juga. Sana tidur, entar malah ketularan sakit." Fani tidak mengindahkan ucapan Chandra, ia tetap mencari termometer. Setelah membersihkannya, Fani memasukkan termometer itu ke mulut Chandra. Tak lama Termometer itu

  • Chandra   31.

    Kedatangan Rain dan Chandra disambut hangat oleh Khanza. Gadis itu tidak terlihat sakit. Sejak tadi Khanza sangat heboh karena Chandra dan Rain datang berdua. Khanza tidak henti-hentinya menggoda Rain. "Sebuah keajaiban Ra, lo mau dateng sama cowok." Seperti biasa, Rain hanya memasang muka datar. Melihat wajah datar sahabatnya itu, Khanza makin gencar menggoda Rain. "Udah mau malam ini kita pamit dulu ya Za," ucap Chandra ia merasa kalau Rain sudah tidak nyaman berada di sana. Chandra tidak tega melihat Rain, karena seharian ini Chandra sudah membuat Rain kesal. "Cepet amat, papa sama mama belum dateng, kalian ga mau nunggu mereka?" "Yang ada kita pulang tengah malem." Rain berdiri dan menarik lengan Chandra. "Ayo." "Eh, bentar. Baru juga ngobrol." "Yang penting gue udah liat lo baik-baik aja. Kita pamit." "Wei." Khanza mengikuti Rain yang menarik Chandra ke pintu keluar. "Keburu malem Za, Rain takut ketemu mbak Naya. Aduh." Tangan Rain yang semula menarik lengan Chandra, kin

  • Chandra   30. RaChan

    Dengan raut wajah kebingungan, Rain turun dari motor Chandra. Bukan karena sudah sampai, namun karena Chandra berhenti di depan sebuah pohon dan menyuruh Rain turun. Rain menatap Chandra sementara Chandra tersenyum lebar ke arahnya. Rain mundur dua langkah. Ia takut Chandra kesurupan makhluk penunggu pohon itu. Chandra maju ke arah Rain dengan ekspresi yang sama. Rain terlihat ketakutan dan langsung memukul kepala Chandra. "Sakit Ra." Chandra mengelus kepalanya yang di pukul Rain. "Bodo!" Rain ingin pergi namun Rain menahannya. "Kamu belum kenalan sama Rachan." Chandra melihat ke arah pohon. Rain menyangka Chandra bisa melihat makhluk tak kasar mata. "Apaan sih Chan! Mending pulang! Mana sepi, mendung juga," omel Rain Melihat Rain mengomel, Chandra akhirnya menurut. Rain terlihat benar-benar kesal, meski Chandra tak tau apa penyebabnya. Padahal Chandra hanya ingin mengenalkannya pada pohon yang ia beri nama 'Rachan'. Pohon tempat Rain membantunya dulu. "Kamu kenapa sih Ra? Dulu

  • Chandra   29. Pulang

    Rain melihat ke atas, ia melihat awan hitam yang siap menjatuhkan air hujan. "Giliran udah pulang gini, malah mau hujan." "Enggak apa-apa Ra, kita pulang hujan-hujanan biar romantis." Rain langsung menghadiahi Chandra dengan pukulan, sedangkan Chandra hanya tertawa melihat reaksi Rain. Mereka melanjutkan perjalanan mereka ke parkiran. Chandra tidak henti-hentinya membuat Rain kesal dengan tingkahnya. Mereka sampai jadi tontonan beberapa siswa yang lewat, bahkan tak jarang mereka mendapat cibiran. Rain tidak menghiraukannya. Ia memang kesal, tapi ia tidak mau menunjukkannya pada Chandra. Setiap situasi seperti ini, biasanya Rain akan menyalahkan Chandra dan pergi begitu saja. Kali ini dia memilih untuk diam. Chandra banyak menolongnya hari ini, meski pemuda itu tetap menyebalkan baginya. "Ra, aku lupa, sepedaku gak ada di parkiran." "Lah, iya ya. Ngapain kita ke parkiran." Rain dan Chandra tertawa karena mereka lupa bahwa sepeda Chandra tidak berada di parkiran. Akhirnya mereka

  • Chandra   28. Hukuman

    Chandra dan Rain hanya bisa diam mendengar omelan Bu Sri. Bu Sri membahas banyak hal, bahkan membandingkan kehidupan sekolahnya dengan Rain dan Chandra. Bagaimana susahnya Bu Sri bersekolah dulu. Saking lamanya, upacara bendera pun telah selesai dan kini para murid sedang beristirahat. "Kalian berdua saya hukum untuk hormat pada bendera sampai jam pelajaran pertama selesai. Jangan lupa renungi kesalahan kalian. Saya berharap kalian bisa belajar dari peristiwa ini dan tidak mengulanginya." "Baik bu." Chandra dan Rain melangkahkan kaki keluar ruang BK dan mengikuti Bu Sri. Beberapa murid yang berada di koridor, menatap mereka. Setelah upacara para murid biasanya memang diberikan waktu lima belas menit untuk istirahat, maka dari itu banyak murid yang berkumpul di koridor. Saat sampai di lapangan Bu Sri menatap bendera merah putih yang berkibar di atas mereka. "Kalian lihat bendera itu. Mengibarkan bendera itu bukanlah hal yang mudah. Butuh banyak perjuangan dari para pahlawan. Coba ka

  • Chandra   27. Terlambat

    Rain begegas turun dan berjalan ke meja makan. Ia mengambil susu yang disiapkan Bundanya lalu meminumnya dengan cepat. Hari ini Rain terlambat bangun karena terlalu asik membaca novel yang Juan belikan, hingga larut malam. Oleh karena itu, pagi ini Rain terlihat sangat terburu-buru. "Pelan-pelan Ra." "Bang Juan mana Bund?" tanya Rain setelah menaruh gelas kosong ke tempat cucian piring. "Gak tau dia kemana, tadi pagi-pagi banget udah pergi." Rain terlihat panik. "Aduh, yang nganter Rain siapa?" "Chan–" "Yaudah Bund, Rain berangkat dulu ya. Assalamualaikum" Belum juga Bunda Rain menyelesaikan ucapannya, Rain tiba-tiba memotong. "Iya, Waalaikumusalam. Hati-hati Ra." Rain segera keluar, ia setengah berlari. Harapan terakhirnya adalah Chandra. Ia harap Chandra belum berangkat. "Ra, ayo berangkat." Rain benar-benar bersyukur saat melihat Chandra sedang menunggu di luar gerbangnya. Tanpa pikir panjang Rain langsung menghampiri Chandra dan naik di jok motornya. "Ayo Chan." Chandr

  • Chandra   26. Kesialan Chandra

    Sepulang dari rumah Aksa, Chandra bergegas menuju rumahnya. Ia tiba-tiba rindu pada Fani setelah mendengar cerita Aksa. Sebelum pulang, Aksa sempat bercerita pada Chandra tentang kematian adiknya dalam kecelakaan. Chandra terkejut dan sedih mendengarnya. Ia tak bisa membayangkan kalau itu terjadi pada Fani tepat di depan matanya, seperti yang Aksa alami. Chandra sudah memasuki kawasan kompleknya. Ia memelankan kecepatan motornya. Sayup-sayup Chandra mendengar seseorang memanggilnya. Ia menghentikan motornya, ia melihat wanita yang mendekat ke arahnya. Chandra tersenyum saat melihat wanita itu. Ia segera turun dari motornya. "Tante Arin, kapan datang?" Chandra tersenyum senang. Ia sudah lama tidak bertemu dengan wanita di hadapannya ini. Wanita itu adalah salah satu adik mamanya dan dari semua adik mamanya, Chandra memang paling akrab dengan tante Arin, karena memang hanya tante Arin yang bisa menerimanya dengan baik. "Kemarin malam, tante nginap di rumahnya mbak Dinda. Tadi tante k

  • Chandra   25. Menantang Aksa

    Fani bisa kembali tenang saat mendengar suara motor Chandra memasuki halaman rumahnya. Sejak tadi Fani memang khawatir karena Chandra belum juga pulang meski hari sudah malam. "Darimana kok baru pulang? Lo gak bareng Kak Rain, Bang?" Chandra yang baru masuk ke ruang tamu, langsung mendudukkan dirinya di kursi. Ia terlihat sangat lelah, hingga mengabaikan pertanyaan Fani. "Bang?" Chandra memejamkan matanya. "Bentar Fan." Fani akhirnya membiarkan Chandra. Ia berjalan ke dapur dan mengambilkan air untuk Chandra. "Nih." Fani menyerahkan segelas air pada Chandra. Chandra membuka matanya ia melihat segelas air yang dibawakan Fani. Tangannya terulur untuk mengambil gelas itu. Chandra segera meneguk segelas air di tangannya tanpa sisa. Chandra menaruh gelas kosong itu di meja dan kembali memejamkan matanya. Fani tetap membiarkan Chandra, ia memilih memainkan ponselnya. Sebuah pesan dari temannya membuat Fani mengernyit. "Lo ngapain bareng Mirza?" "Latihan basket," ucap Chandra tanpa me

  • Chandra   24. Kekalahan Chandra

    Chandra dengan perlahan menghisap rokok di tangannya. Setidaknya itu bisa membuatnya sedikit melupakan kejadian tadi pagi dan juga kebisingan yang dibuat para adik kelasnya saat di kantin tadi. Ia saat ini sedang berada di belakang gudang sekolah, tempat yang sangat jarang di datangi para siswa karena banyak yang menganggap tempat itu berpenunggu. Ini adalah kedua kalinya Chandra kemari, yang pertama adalah saat hari pertama ia pindah. Saat itu ia beralasan pergi ke perpus, Chandra malah berbelok ke tempat ini. Suasana sepi itu berubah ketika suara langkah kaki terdengar mendekati Chandra. Tubuh Chandra menegang, ia takut itu Rain. Bisa hancur rencana Chandra jika Rain mengetahui kelakuan Chandra yang sebenarnya. "Santai Chan, gue udah tau semuanya. Jadi gak perlu pura-pura lagi." Chandra langsung menoleh saat mendengar suara yang tidak asing baginya. Ia melihat Aksa sedang berjalan ke arahnya. Chandra membuang putung rokok di tangannya. Ia kemudian menginjak putung rokok itu untu

DMCA.com Protection Status