Naom mulai menjerit keras saat Richard mulai bermain di bawah sana dengan cepat, bahkan tak cuma benda lunak itu saja yang mencagak isi dalam lembah milik Naomi. Dua jari bergantian dengan cepat mengobrak abrik milik Naomi."Ahhhhh, Richarddd..... tidakkkk oh....." Naomi semakin berteriak keras saat lahar kenikmatan miliknya mulai menyembur disana. Richard sendiri menikmatinya tanpa ada rasa jijik padanya. Napas Naomi tersengal sengal saat badai gelombang itu datang dengan cepat.Richard melihat ke arah wajah Naomi yang masih memerah dan nampak wajah sayu serta mata yang masih menatap Richard dengan pandangan yang berbeda.Richard mulai berdiri dan dia mulai melepas apa yang masih ada di badannya. Naomi yang sebenarnya sudah terbiasa melihat itu masih memalingkan wajahnya karena malu."Kenapa masih malu? Padahal kamu sudah biasa melihatnya?" goda Richard.Bukan masalah Naomi yang sudah terbiasa melihatnya tapi karena Richarda sedang memainkan benda milikna di hadapan Naomi tanpa ras
"AKavaya dan Kaito sudah dalam perjalanan kembali ke tempat dimana Kavaya pernah tinggal. Kaito sejak tadi memerhatikan Kavaya yang hanya diam dan tak bersuara lagi."Ada apa? Apa yang kamu pikirkan?" Kavaya membuka matanya perlahan dan menatap ke arah Kakaknya saat ini. Dia bingung apa yang ada di pikirannya saat ini."Kak jika aku ikut bersama kakak ke kantor aku takut akan ada yang langsung mengenaliku nanti. Jadi nanti aku nggak akan ikut kakak ke kantor." Kavaya mencoba memberitahu sang kakak tentang apa yang dia pikirkan saat ini. Dan Kaito pun nampak memikirkan apa yang di bicarakan sang adik."Kamu benar, mungkin jika harus kembali ke kantor nanti ketika semua sudah berjalan dengan apa yang kita mau. Tapi setelah kita sampai akan ada pesta penyambutan. Apa yang akan kamu lakukan?" Kavaya menaikkan sebelah alisnya."Pesta untuk apa?" "Untuk penyambutan karena kita sudah kembali ke kantor. Apa kamu punya ide yang lain? Sebenarnya ini ide semua direksi yang ada disana karen
Keesokan paginya Kaito yang sudah ada di kantor pun segera menyuruh beberapa orang kepercayaannya untuk menyiapkan pesta topeng sesuai dengan apa yang di mau Kavaya. Dan dengan begitu tak ada yang tahu jika Kavaya ada disini. Karena memang selama ini wajah cantik Kavaya sudah di bingkai dengan topeng yang sudah di design sendiri oleh Kavaya jadi tak akan ada yang tahu wajah dan rupa di balik topeng hitam yang menutup sebagian mata indah milik Kavaya."Apa ada yang harus di siapkan lagi tuan muda?" tanya asisten Kaito yang selalu setia pada Kaito selama ini.Kaito nampak memeriksa semuanya dengan teliti, dia tak ingin ada yang luput dari pengawasannya. Terutama mengenai semua pesta itu dan tak ingin ada yang mengganggu kenyamanan Kavaya nanti."Aku rasa sudah semua, dan lagi teliti semua makanan yang akan di konsumsi semua orang nanti. Pastikan jika tak akan ada satu hal pun yang membuat gaduh nanti." pesan Kaito pada asistennya.Sang asisten mengangguk mengerti, dia juga tak ingin ad
"Gery sudah melihat Kavaya naik ke atas dengan menggunakan Lift khusus yang ada disana. Sedangkan para karyawan yang lain disana masih mematung di tempatnya karena Kavaya hanya terdiam saat masuk ke dalam lift yang akan membawanya naik ke lantai atas. Mereka sempat terpaku sekilas saat Kavaya menatap mereka dari balik topeng wajah yang dia kenakan."Kalau tuan Kaito saja bisa datar dan dingin gitu, apalagi adiknya yang cewek?""Iya, ku kira adik ceweknya akan manja seperti kebanyakan orang kaya. Ternyata malah menakutkan seperti itu,""Lihat;ah, Yesi yang sudah sombong itu tak bisa berkutik, rasakan kena batunya dia.""Huum, padahal dia tak mampu bekerja tapi tiba tiba di angkat jadi jejeran sekertaris utama."Bisik bisik mulai terdengar disana karena memang mereka mengenal bagaimana Yesi bersikap setelah satu bulan ini di angkat jadi sekertaris tetap. Tak lama dari Kavaya menghilang dari balik pintu lift itu terdengar semua ponsel karyawan berbunyi sahut sahutan terutama beberapa o
Makan siang itu cukup tenang karena baik Kaito dan Kavaya saling menikmati makana siang mereka. Semua makanan yang tersaji disana adalah makanan kesukaan mereka berdua jadi tak ada obrolan sama sekali selama itu.Tok... tok...Berbarengan dengan mereka selesai terdengar suara pintu ruangan itu yang di ketuk dari luar. Dan nampalah Gery yang masuk ke dalam ruangan itu sambil menunduk hormat."Tuan muda, nona muda, maaf di luar ada tuan muda King dan tuan Leo ingin bertemu. Mereka ingin membicarakan masalah kerja sama kita yang akan di mulai seminggu lagi."Deg...Tubuh Kavaya menegang di tempatnya tapi itu hanya sepersekian detik karena setelahnya Kavaya sudah bersikap biasa saja. Sedangkan Kaito melirik sekilas ke arah sang adik. Dia ingin memastikan jika Kavaya baik baik saja saat ini.Kaito melihat Kavaya yang mulai mengangguk tipis pertanda jika Kavaya akan baik baik saja bertemu dengan mereka."Apa mereka hanya datang berdua?" pancing Kaito.Gery menggelengkan kepalanya pelan, "Tu
Kavaya masih terdiam di ambang pintu setelah mengatakan itu semua pada King. Disana dia juga melihat aura kemarahan jelas tersirat di wajah King yang memang terlihat lebih dewasa saat ini. Jangan di tanya bagaimana wajah Gisela yang sudah semakin ketakutan. "Tidak King, ini pasti jebakan. Dia pasti menjebakku, dia pasti iri denganku karena aku menjadi tunanganmu." elak Gisela lagi.Kavaya menaikkan sebelah alisnya mendengar itu, dia merasa lucu saat ini karena Gisela masih mampu mengelak sedangkan Leo sudah menutup matanya karena kesal. Proyek senilai milyaran harus hilang karena kebodohan Gisela yang memang sangat bodoh dari awal dia ada di hidup King."Cih, aku bahkan baru datang ke negara ini? Bagaimana aku bisa mengenal tunanganmu? Apa kamu begitu bodoh dalam berpikir? Apa otakmu berpindah ke lutut? Jika aku ingin menjebakmu lebih baik aku langsung menghabisimu!"Tubuh Gisela semakin menegang mendengar itu sedangkan Kaito sudah menutup mulutnya karena menahan tawanya begitu juga
Richard masih memandangi Gisela yang mulai akan mengamuk disana. Leo pun masih menunggu apa yang ingin di lakukan oleh Richard pada Gisela. Dia tahu Richard juga berdarah dingin seperti King jika dengan wanita. "Apa seorang perempuan seperti kamu ini tak punya harga diri sama sekali? Mengejar laki laki yang tak pernah bisa di dapatkan dan malah merusak apa yang di lakukan laki laki itu?""Leo, hukuman apa yang harus aku berikan pada perempuan pembawa sial seperti dia?" Richard sudah berdiri di depan Gisela dengan muka datar dan dinginya, sementara hawa lobi kantor semakin mencekam saat ini. Bagaimana tidak, Gisela tak berkontribusi apa apa tapi malah mengacaukan segalanya."Mungkin lidahnya bisa di buat makanan Jerom kesayanganmu." sahut Leo asal.Richard menyeringai sementara semua karyawan yang ada disana sudah bergidik ngeri mendengar itu. Mereka sangat tahu jika Richard pun juga bisa kejam seperti King tapi dia masih melihat kesalahan musuhnya. Berbeda dengan King yang tak aka
"Kalau kamu mau bertemu dengan tante Moa gampang, kamu bisa ikut denganku nona Ava!"Deg...Dua wanita yang sedang bercengkerama tadi membeku di tempatnya terutama Naomi. Mereka berdua menoleh bersamaan dan disana sudah ada Richard yang sedang bersedekap dada dengan bersandar pada dinding dekat ruang tengah tempat Kavaya dan Naomi mengobrol."Rich...."Naomi segera berdiri dengan panik saat melihat Richard sudah ada disana. Dia bingung kenapa Richard kembali kesana padahal tadi dia sudah pamit jika dia akan pergi ke kantor.Richard sudah mengangkat sebelah tandanya dan itu membuat Naomi menghentikan langkahnya. Naomi sudah menghela napas panjang dan menatap ke arah Richard dengan tatapan yang memelas. Sementara Kavaya sendiri masih nampak santai dengan kedatangan Richard karena dia sudah merasa di awasi sejak naik ke apartemen Naomi sejak tadi."Duduk sini, ngapain kamu berdiri aja disana? Nggak capek kamu nguping aja sejak tadi?"Naomi yang mendengar perkataan Kavaya sontak menoleh k
Leo terpaku di tempatnya karena mendengar perkataan Kavaya yang menyuruh Naomi dan Richard mencari ayahnya.Dia kira tak akan ada yang tahu keadaan ayahnya yang menghilang selain King, tapi ternyata Kavaya yang baru kembali pun juga tahu jika mereka sedang mencari Pedro."Aku belum mengetahui siapa yang berkomunikasi dengan ayah yang terakhir. Ada banyak kemungkinan karena beberapa hari terakhir ayah bertemu dengan banyak orang,"Kavaya diam memikirkan semua perkataan Leo dia kemudian melirik ke arah King yang sejak tadi hanya diam saja."Periksa semua pekerja yang ada di mansion utama tapi jangan sampai ketahuan orang itu, apa kamu bisa melakukannya?" tanya King pada Leo.Leo terdiam sebentar untuk memikirkan sebuah rencana tapi kemudian dia mengangguk menyetujuinya karena dia yakin dia bisa melakukannya."Hmm, aku usahakan. Kalau begitu bukannya lebih baik kalau sering ke mansion utama?" King mengangguk meskipun dia berat tapi dia harus melakukannya demi menemukan Pedro dan juga pa
Selena yang mendengar apa yang di katakan Kavaya pun gelisah, dia tak mungkin membiarkan kedua orang tuanya mendapatkan hukuman juga karena kesalahannya. Di tambah dia baru tahu jika Kavaya adalah adik Kaito yang juga tak akan bisa di sentuh seperti King."Maafkan aku, tolong jangan sakiti kedua orang tuaku. Aku tak tahu kalau kamu tunangan King dan juga adik Kaito. Jika aku tahu aku tak akan mengganggu," pinta Selena sendu.Kavaya menaikkan sebelah alisnya merasa jika apa yang di katakan Selena tak masuk akal."Apa jika aku bukan orang terdekat mereka kamu akan bebas melakukan ini padaku? Kamu terlalu arogan Selena. Kamu baru di atas sebentar kamu sudah berbuat ulah. Tapi bukannya didikan orangtuamu juga begitu? Bagaimana jika papamu tahu kalau kamu ternyata bukan anak kandungnya, melainkan anak dari sopir pribadi mamamu?" Kavaya menatap miring pada Selena yang semakin pucat pasi. King yang terus terang baru mendengar hal ini langsung menoleh ke arah Kavaya.Benar benar banyak kejut
Leo yang sudah selesai sarapan pun sedang menikmati secangkir kopinya di ruang tengah markas dengan beberapa berkas yang ada di tangannya. Dia dan King membatalkan keberangkatan mereka karena insiden yang di buat Selesa.Leo segera mengangkat kepalanya saat mendengar suara derap langkah memasuki ruangan itu.Byurrr....Kopi yang baru saja masuk ke dalam mulutnya kembali menyembur keluar saat dia melihat kedatangan King yang sudah menggandeng seorang perempuan yang sangat dia kenali."Secepat itukah?"Itu yang ada di otak Leo saat ini karena di depannya sudah berdiri King yang tak mengenakan setelan pakaian yang dia gunakan semalam begitu juga dengan Kavaya yang sudah berganti pakaian yang lainnya.Tak hanya itu, sudah bisa di pastikan jika King menginap di hotel semalam, tapi dia tak menyangka jika Kavaya juga akan datang ke markas sepagi ini dan itu pertanda jika mereka berdua sudah menghabiskan malam bersama.Leo sudah memastikan jika King tak ada di mansion dan apartemennya berarti
Setelah semua yang King dan Kavaya lalui mereka memutuskan kembali bersama dan memulainya dari awal. Tapi tetap dengan Kavaya yang masih menyembunyikan identitasnya. Dia masih ingin meliahat orang orang yang ada di sekelilingnya seperti apa terlebih saat ini Moa sedang bersamanya."Baby aku antar kamu pulang ke mansion." Kavaya yang baru saja selesai sarapan langsung menoleh ke arah King dengan pandangan horor. Dia takut jika Kaito akan langsung menghajar King saat ini juga."Kenapa melihatku seperti itu? Apa aku salah bicara baby?" tanya King bingung."Kamu yakin mau bertemu dengan kakak?" tanya Kavaya balik.Ada rasa khawatir di sorot matanya kepada Kavaya dan itu membuat hati King menghangat. Dia merasa di cintai saat ini oleh Kavaya meskipun Kavaya tak menjelaskannya secara langsung.King terkekeh saat melihat Kavaya yang masih melotot ke arahnya dan dia mendekati Kavaya yang saat ini sedang duduk di sofa yang ada di kamar itu."Apa yang kamu takutin? Semalam aku udah maksa adikn
King yang sudah selesai membersihkan diri pun melihat Kavaya yang sudah duduk anteng di sofa dengan baju yang di berikan tadi. Ada rasa lega di hati King saat masih melihat Kavaya tak kabur dari sana atau pergi meninggalkan dirinya.King pun duduk di depan Kavaya dan membuka paper bag yang berisi makanan itu."Kenapa nggak makan duluan?" tanya King pada Kavaya.Kavaya yang baru saja memberi kabar pada kakaknya lantas menaruh ponselnya."Nungguin kamu selesai mandi." jawab Kavaya santai.Dia lalu membantu King membuka semua kotak makanan yang sudah King pesan. Berbeda dengan King yang malah berhenti membuka makanan itu dan malah memilih memerhatikan wajah Kavaya yang sedang sibuk dengan kotak kotak makanan itu."Aku tahu aku cantik, jadi nggak usah nglihatin kayak gitu." King menaikka sebelah alisnya lalu terkekeh, ternyata sifat tengil Kavaya tak berubah dan masih ada sampai sekarang.Dia mulai mengambil makanan yang Kavaya siapkan untuknya, dia hanya tersenyum tipis ke arah Kavaya k
King masih terus mengungkung badan Kavaya di dinding sampai Kavaya merasakan hembusan napas King yang semakin panas di punggungnya. King berhasil membuka gaun hitam milik Kavaya dan terpampanglah punggung mulus milik Kavaya. Cup...King mencium pundak mulus Kavaya dan itu tentu menimbulkan gelenyar panas pada tubuh Kavaya. King masih setia menempelkan bibirnya pada pundak mulus itu meskipun dia menahannya setengah mati karena efek obat itu benar benar menyiksanya.Sedetik kemudian gaun hitam Kavaya sudah teronggok jatuh di lantai dan meninggalkan tubuh indah Kavaya yang ada di depannya. Kavaya sudah tak bisa melawan, dia ternyata salah sudah menganggap King berubah, ternyata King masih berkuasa seperti dulu hanya saja dia tak memperlihatkannya pada orang lain. Untuk itulah julukan dia tetap LORD, dia akan terus menjadi penguasa.King memutar balik badan Kavaya dan tatapannya masih seperti dulu memuja kepada Kavaya. King meraih dagu Kavaya agar Kavaya mau melihat ke arahnya."Baby j
Selena sudah merencanakan sesuatu untuk King dan dia pamit dari hadapan Leo. Sedangkan King sudah bercengkerama dengan Kaito tanpa menoleh ke arah Kavaya yang sejak tadi memilih duduk di kursi yang tak jauh dari sang kakak.Leo pun tak masalah menikmati pesta itu sendirian tanpa King karena dia sudah terbiasa dengan itu."Pestanya sungguh meriah dan aku yakin setelah ini akan banyak proposal yang masuk ke perusahaanmu. Tentunya aku tak akan menyerah meskipun pernah sekali di tolak." kelakar King renyah.Kaito tersenyum tipis tapi dia juga sempat melirik ke arah Kavaya yang sedang menikmati minuman dan makanan yang tersaji.Tak lama dari itu ada seorang pelayan yang mengedarkan minuman dan King serta Kaito pun meminumnya karena mereka sudah lama mengobrol. Dari kejauhan Selena yang melihat itu pun tersenyum puas tanpa dia tahu jika rencananya pun sudah terendus sejak tadi.King yang sengaja meminum minuman itu pun sudah punya rencana sendiri sejak tadi dan dia akan menggunakan kesempat
Kavaya pergi meninggalkan apartemennya dengan perasaan berkecamuk. Dia sempat melihat mata Moa yang penuh harap untuk Kavaya mau bertemu dengan King tapi untuk saat ini dia belum terpikirkan untuk bertemu dengan King.Sementara di apartemen Moa sudah melihat Richard penuh tanda tanya pada Richard karena bagaimana bisa Richard lebih dahulu bertemu dengan Kavaya.Richard menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia bingung harus mulai dari mana sedangkan Naomi masih diam saja sejak tadi dan kembali bersikap seperti Naomi yang biasanya."Jadi apa yang terjadi sebenarnya?""Ehm, aku harus mulai dari mana ya? Aku sendiri bingung tante dan ini juga bukan keinginannku saat aku bertemu dengan Kavaya lebih dahulu. Ini ada hubungannya dengan Naomi tante," jawab Richard pelan.Naomi yang sejak tadi diam langsung menatap tajam ke arah Richard, karena bisa bisanya Richard membawa namanya dalam hal ini.Sementara Moa menatap Richard dan Naomi bergantian dengan tatapan yang semakin bingung, ada apa seb
Kavaya masih setia menunggu jawaban Moa, tapi melihat Moa hanya diam saja Kavaya pun tak memaksanya lagi. "Mami ingin bertanya apa kepadaku?" Akhirnya setelah mereka berdua saling diam Kavaya membuka omongan kembali agar Moa baru bercerita. "Apa King tahu kamu sudah kembali?" Hanya kata kata itu yang tercetus dari bibir Moa dan memang itu yang ingin di tanyakan pada Kavaya. Kavaya tersenyum tipis kemudian menggeleng pelan. "Aku nggak harus bertemu dia saat aku ingin kembali ke negara ini. Karena tujuanku kembali tak hanya dia," Moa langsung terdiam mendengar jawaban Kavaya, dia tak menyangka jika akan ada banyak perubahan dari wanita yang dari dulu selalu menempati tahta tertinggi di hati King putranya. "Jadi mam, katakan padaku dimana paman Pedro? Kenapa dia tak menjagamu di vila itu?" Moa menerawang jauh mengingat semua kejadian yang menimpanya lalu dia menghembuskan napas panjangnya. "Mereka membawa Pedro dan aku tak tahu dimana Pedro sekarang." Kavaya menaikkan