Bulan pun berganti tahun, dan banyak sekali yang berubah. King semakin dingin dan semakin kejam tapi sayapnya semakin mengepak lebar dengan semua usahanya baik perusahaan maupun dunia bawah. Tak sedikit juga para partner King menyodorkan anak gadis mereka untuk King tapi semua berakhir dengan penolakaapa sudah dan bahkan ada yang sampai tewas di tangan King karena berusaha naik ke ranjang King dengan menjebaknya.Leo dan Richard pun tak bisa melakukan apa apa ketika King marah atau mereka berdua akan berakhir di rumah sakit lagi dengan banyak luka dan patah tulang. King sendiri sudah seperti robot yang kaku dan tak tersentuh, hanya dengan Moa saja King masih bisa berbasa basi meskipun dengan wajah yang datar itu."King, ada laporan soal perusahaan yang di anak cabang, ada yang menggelapkan dana tapi tak ada bukti sama sekali yang mereka temukan."Leo masuk ke dalam ruangan King yang sedang menghisap rokoknya itu. Leo melihat King masih berdiri di dekat jendela tapi tak lama dia seger
"Cih, enak banget dia bilang suruh aku serahin perhiasan mama yang sudah jadi milikku. Kenapa ayah nggak pernah tahu wajah asli siluman betina itu sebelum dia membawanya pulang ke rumah. Apa selama ini memang mereka sudah menjalin hubungan sampai sampai ayah lebih membelanya dari pada anaknya sendiri?"Seorang gadis remaja yang mulai beranjak dewasa berjalan sambil menggerutu di malam hari setelah dia bertengkar dengan ibu tirinya. Bahkan saudara tirinya juga ikut campur dengan masalah yang menimpanya seolah memang saudara tirinya itu senang jika dia tertimpa masalah dan akan di hukum lagi oleh sang ayah.Kavaya Athena Lavender, dia putri dari pengusaha kain di kota A yang lumayan sukses. Dia juga sangat di manja oleh kedua orang tuanya, terutama sang ayah. Tapi semenjak ibunya meninggal karena kecelakaan beberapa tahun yang lalu semuanya berubah. Sang Ayah nampak selalu memarahinya, bahkan dia juga membawa pulang seorang perempuan dan anak perempuan yang Orlando sebut akan menjadi ib
Derap langkah yang semakin banyak nampak mendekat ke arah Kavaya yang masih saja kebingungan saat ini dengan apa yang akan dia lakukan."Arghhh... Kalau gini kan aku jadi yang susah." dumel Kavaya pelan.Dia melihat laki laki yang tergeletak dan terluka itu, karena dia sudah kebingungan akhirnya dia memutuskan untuk membawa laki laki itu dengan cara menyeretnya masuk lebih dalam ke gedung kosong itu dan menutupinya dengan berbagai kain lusuh yang ada di sana.Kavaya sendiri segera berdiam diri dan bersembunyi di balik barang barang yang tak terpakai itu."Dimana dia?" "Tapi ini mereka siapa yang menghabisi mereka semua?"Beberapa orang itu mulai menyebar di seluruh gudang dan hampir saja Kavaya juga ketahuan. Hampir setengah jam dia duduk berjongkok untuk menghindari orang orang berpakaian hitam itu dan itu membuat kakinya mulai kesemutan."Kita pergi dari sini, dia tak ada di sini. Mungkin dia sudah kabur ke tempat yang lain."Beberapa orang yang terlihat seperti bawahan itu mengang
Kavaya masih berdiam diri di depan pintu mendengarkan pembicaraan semua orang yang ada di dalam sambil berpikir siapa yang akan menikah karena tak mungkin Rebeca. Dia tahu sekali kehidupan Rebeca seperti apa.Ceklek..."Eh, astaga, nona Kava, dari mana saja nona... Kenapa semalam tak pulang ke rumah?" Sang pelayan yang baru saja membuka pintu itu terkejut saat melihat nona mudanya berdiri di depan pintu dengan pakaian yang lusuh dan kotor semua bekas tanah. Pelayan ini adalah pelayan setia mamanya dari dulu dan paling menyayangi Kavaya sejak kecil sampai sekarang.Kavaya sendiri masih diam dan tersenyum tipis ke arah pelayan yang selalu di panggilnya bibi Ami ini. Dia seperti ibu pengganti bagi Kavaya selama ini.Miranda dan Rebeca yang melihat Kavaya pulang tersenyum sinis. Begitu juga dengan beberapa tamu yang datang ke sana. "Nah, ini anak sialan yang aku bilang pada kalian. Benar kan apa kataku kalau dia nggak tahu diri. Dia pulang malah dalam keadaan nggak jelas begini. Juga se
Saat Kavaya berkedip sekali orang yang ada di bawah itu sudah hilang tak ada lagi di tempatnya tadi. Kavaya keluar dari kamarnya ke balkon dan celingukan mencari orang yang tengah mengawasinya tadi. Tapi meskipun Kavaya mencarinya tapi dia tak menemukan orang itu dimana mana."Dia pergi kemana?"Kavaya segera kembali masuk ke dalam kamarnya dan menutup jendela kamarnya. Dia juga langsung mengunci jendela kamarnya dan berlari masuk ke dalam kamar mandi."Nggak mungkin kan dia ngikutin aku dari gudang tadi? Dia jahat apa ya? Apa ada hubungannya dengan orang yang aku temuin tadi di gudang itu?" batin Kavaya.Kavaya menggelengkan kepalanya berusaha mengusir semua pikiran buruk dari otaknya. Dia memutuskan untuk segera membersihkan dirinya karena bajunya sudah semakin bau. Berhubung dua siluman betina itu pergi Kavaya bisa mengambil makanan sepuasnya saat ini tanpa takut di maki dan di marahi.Kavaya bukan tak ingin melawan, hanya saja dia terkadang sudah tak ingin ada keributan di rumah i
King yang sedang dalam perjalanan pun merasa tak jenak karena info yang di berikan Leo tadi sangat mengganggunya. Dia amenggeram marah dan Leo pun yang ada di depan melirik King dari kaca spion yang ada di sana."Kamu benar benar jatuh cinta sama dia atau cuma ingin berterima kasih kepadanya karena udah nolongin dia?" King melirik ke arah Leo, dia yang awalnya bingung dengan apa yang akan di jawabnya akhirnya tersenyum tipis. King menatap keluar jendela dan melihat banyak pohon di luar sana yang berjajar dalam kegelapan."Awalnya aku nggak tahu dia siapa bahkan sampai aku terluka itu juga tak menyangka. Aku nggak tahu kenapa bisa sampai di gudang itu padahal tempat penyeranganku pun jauh dari sana. Yang lucunya malah tiba tiba aku kehabisan tenaga dan malah dia menolongku tanpa pikir panjang. Dia nggak tahu siapa aku dan juga nggak tahu siapa yang menyerangku tapi dia berani menolongku. Kalau sekarang aku belum cinta sama dia, bukannya dia layak buat di perjuangkan? Aku nggak butuh
Kavaya segera membereskan semua barang barang miliknya agar jika nanti terjadi sesuatu dia tinggal pergi dan angkat kaki dari rumah terkutuk itu. Kavaya tak ingin tinggal di sana meskipun rumah itu banyak menyimpan kenangan bersama dengan sang mama tapi Kaavaya juga merasakan sakit yang berbarengan di sana karena ulah papanya yang menurutnya tak tahu diri itu."Aku harus bisa lebih kuat lagi, jangan sampai mereka nanti mereka melakukan sesuatu yang malah akan membahayakan nyawaku nantinya." gumam Kavaya.Dia kembali ke dalam kamar dan berdiam diri disana. Malam ini dia ingin tidur dengan nyenyak tanpa ada gangguan apapun dari dua wanita yang selalu mengganggunya itu.Tak menunggu lama Kavaya terlelap di ranjangnya yang sangat sempit itu. Semenjak sang mama tiada semenjak papanya membawa dua benalu ke rumah mereka Kavaya tak pernah menangis sama sekali.**Rebeca dan Miranda pulang dalam keadaan setengah mabuk dan banyak sekali belanjaan milik mereka yang di turunkan dari mobil yang
Saat King pergi dari tempat buat meting tadi gumpalan asap hitam sudah mengepul di udara dan itu pertanda jika apa yang di inginkan King sudah terlaksana. Dan King memutuskan untuk segera kembali ke negara A karena entah perasaannya tak tenang tentang Kavaya yang ada di sana. "Leo beri perintah pada anak buah kita di sana untuk terus mengawasi gadisku. Aku mempunyai firasat tak enak tentangnya!"Leo yang sedang memeriksa beberapa laporan pekerjaan segera menghentikannya dan meraih ponselnya untuk menghubungi anak buahnya yang ada di dekat rumah Kavaya. Dan setelah memastikan semua aman, dia melanjutkan pekerjaannya kembali. Sementara King berusaha memejamkan matanya meskipun dia tak akan bisa tidur untuk saat ini.**Pagi hari menjelang dan Kavaya sudah siap untuk pergi kuliah hari ini tapi bukan berarti dia akan berpenampilan rapi seperti anak kuliahan lainnya. Karena jika itu sampai ketahuan nasibnya akan berakhir tragis di tangan ibu tiri dan saudara tirinya.Tap.. tap...Suara l
Bulan pun berganti tahun, dan banyak sekali yang berubah. King semakin dingin dan semakin kejam tapi sayapnya semakin mengepak lebar dengan semua usahanya baik perusahaan maupun dunia bawah. Tak sedikit juga para partner King menyodorkan anak gadis mereka untuk King tapi semua berakhir dengan penolakaapa sudah dan bahkan ada yang sampai tewas di tangan King karena berusaha naik ke ranjang King dengan menjebaknya.Leo dan Richard pun tak bisa melakukan apa apa ketika King marah atau mereka berdua akan berakhir di rumah sakit lagi dengan banyak luka dan patah tulang. King sendiri sudah seperti robot yang kaku dan tak tersentuh, hanya dengan Moa saja King masih bisa berbasa basi meskipun dengan wajah yang datar itu."King, ada laporan soal perusahaan yang di anak cabang, ada yang menggelapkan dana tapi tak ada bukti sama sekali yang mereka temukan."Leo masuk ke dalam ruangan King yang sedang menghisap rokoknya itu. Leo melihat King masih berdiri di dekat jendela tapi tak lama dia seger
King sudah sampai di rumah sakit tempat Kavaya di rawat. Beberapa petugas kesehatan itu mulai dari Directur dan juga jajarannya serta para dokter yang bertugas menjaga Kavaya hanya bisa menunduk tak berani menatap ke arah King serta Leo yang baru saja datang.Sementara di satu sisi ada Moa yang terus menangis di pelukan Axel."Papi..." Panggil King yang langsung menghampiri Axel.Sorot mata King yang tajam membuat Axel sedikit tak nyaman, dia sangat tahu bagaimana King saat marah. Pedro pun juga sudah sampai di sana untuk menemani anak buah Axel mencari dan melacak keberadaan Kavaya yang sudah pergi tanpa jejak. King yang melihat Moa terus menangis pun tak tega, dia berjongkok di depan maminya dan memegang lembut tangan sang mami."Mami, tenanglah.... Aku akan segera mencarinya. Jika mami terus menangis mami akan sakit nanti." ucap King lirih.King tak menyangka jika hilangnya Kavaya membuat maminya terpukul.Dia menenangkan sang mami sampai terpaksa sang mami di berikan obat penen
Axel terus memerhatikan Kavaya dari luar dan itu membuat Moa bertanya tanya apa yang sedang Axel pikirkan saat ini. Kenapa mendadak Axel nampak gelisah saat melihat Kavaya. "Axel, apa terjadi sesuatu sampai kamu gelisah seperti ini?" tanya Moa membuyarkan lamunan Axel.Axel langsung menggelengkan kepalanya dan melihat ke arah Moa, dia bingung ingin mengatakan sesuatu tapi dia sendiri belum yakin dengan apa yang ada di pikirannya. Tapi melihat semua yang King berikan keyakinannya bisa berlipat."Apa perlu aku menyuruh Pedro untuk mencari tahu? Tapi bagaimana jika itu benar? Kavaya pasti akan di bawa sama mereka, di tambah keadaan Kavaya yang sedang tak baik!" batin Axel gundah."Moa, aku ingin mengatakan sesuatu tapi aku sendiri belum yakin dengan ini." Moa masih menunggu apa yang akan di katakan oleh Axel saat ini dan ini semakin membuatnya penasaran apalagi Axel terlihat sangat gelisah saat ini dan itu membuatnya tak tenang. Past ada sesuatu tentang Kavaya yang belum dia tahu."Mo
King masih terdiam di kamarnya saat ini, bayangan Kavaya yang bersimbah darah dan memanggil namanya terus teringang di benaknya dan membuatnya tak bisa tidur malam ini. Leo sendiri sudah kembali ke kamarnya begitu juga dengan Richard.Segelas anggur merah ada di tangan King, perlahan dia menyesap sedikit demi sedikit minuman yang bisa membuat semua orang itu melayang. Tapi berbeda dengan King, daya tahan tubuhnya pun jauh berbeda dengan orang lain, meskipun dia minum berapa botol pun tak akan berpengaruh padanya.Ting...Pesan masuk ke dalam ponselnya dan itu dari Axel yang memberi tahu jika mereka sudah tiba di rumah sakit yang menjadi tujuan Axel saat ini. Dia juga menerima sebuah foto Kavaya yang sudah terbaring di ruangannya.Air mata King kembali menetes saat dia melihat Kavaya yang terbaring lemah dengan banyak selang di semua badannya. King mengusap ponsel itu yang ada foto Kavaya, tapi dia segera menutup kembali ponselnya agar dia tak semakin larut dengan kesedihannya. Dia ta
Leo pun pergi menyusul King dan memastikan sepupunya itu juga baik baik saja. Sedangkan Richard yang baru saja melihat Leo pergi sudah menghembuskan napas panjang dan memejamkan matanya sejenak.Setelahnya Richard kembali memandang Rebeca dengan tajam, dia meraih sarung tangan yang di berikan anak buahnya kepadanya.Richard berjalan pelan ke arah Rebeca dan itu membuat Rebeca tentu saja gemetar ketakutan."Ap-apa yang ingin kamu lakukan sebenarnya? Apa belum puas kalian menghukumku kemarin?" tanya Rebeca terbata bata.Richard tersenyum tapi senyumannya tak seperti senyuman yang biasa tapi lebih menakutkan dari pada yang dia lihat biasanya."Kamu sudah tahu apa kesalahanmu tapi kamu masih saja banyak bicara dan itu membuat aku semakin kesal. Kalau sudah busuk mau kamu berlaku seperti apa tetap aja busuk, bahkan dari kejauhan pun sudah tercium bau busuk kalian!" ucap Richard dengan kejamnya.Rebeca terhenyak dengan perkataan Richard, apa sebegitu pentingnya Kavaya buat mereka sampai dia
Kavaya sudah di bawa pergi oleh Axel dan Moa sedangkan Leo serta Richard menemani King untuk memakamkan bayi King dan Kavaya yang sudah tiada. King memang tak mengantarkan kepergian Kavaya karena dia takut jika dia tak akan rela melepas kepergian Kavaya nanti. Jadi dia memutuskan untuk tak ikut dan hanya menyuruh anak buahnya untuk mengantar kedua orang tuanya ke bandara. Meskipun itu berat untuknya tapi King tak punya pilihan atau dia semakin sakit nantinya. Mereka bertiga sudah sampai di makam keluarga dan segera menguburkan jenazah bayi King dengan layak. "Tenang di sini ya sayang, nanti Daddy pasti kesini lagi bersama mommymu." gumam King lirih. Leo menepuk pundak King pelan, dia mengajak King untuk segera kembali ke markas karena hujan pun mulai turun seolah alam pun tahu dengan kesedihan King dan semua orang terdekatnya. Awalnya King ingin menolak tapi suara Richard menyadarkannya jika masih ada hal yang harus di urus sampai selesai. "Kita bisa kembali kesini lagi Lord, tapi
Miranda yang di kurung di tempat berbeda pun masih menunggu apa yang akan di terimanya mengingat dia di pisah oleh Leo. Dan ternyata memang King sengaja menyuruh Leo untuk memberi makanan yang enak untuk Miranda. Dia sudah menyiapkan hukuman lain untuk wanita yang sudah serakah tentang harta itu.Di sisi lain, Richard sudah siuman dan dia sedang di periksa oleh dokter pribadi yang ada di markas itu. Leo sendiri masih menunggu apa hasil dari pemeriksaan Richard nanti."Bagaimana?" tanya Leo langsung setelah melihat dokter itu selesai memeriksa Richard."Tuan Richard sudah membaik dan semua lukanya sudah kering. Dia sudah bisa beraktifitas normal kembali. Hanya saja untuk makanan sementara harus di banyakin sayur dan buah, sedangkan proteinnya hanya beberapa yang boleh agar lukanya bisa sembuh dengan benar." pesan sang dokter.Leo mengangguk mengerti dan menerima uluran obat yang di berikan sang dokter sedangkan Richard meringis ngeri melihat banyaknya obat yang harus dia minum nanti. L
Rebeca masih menunggu jawaban dari King, dia ingin memastikan jika apa yang ada di pikirannya ini salah. Dan King melakukan ini karena kesalahan Rebeca yang lain. Rebeca terus berperang dengan pikirannya, dia takut jika apa yang dia pikirkan ini adalah kebenaran. Sejak tadi dia berusaha menepis semua pikirannya tapi melihat King malah membuatnya semakin ketakutan."Apa kamu yakin ingin tahu kenapa kamu dan ibumu ada di sini?" King kembali mengulangi pertanyaannya karena dia ingin menarik ulur wanita yang ada di depannya saat ini.Rebeca mengangguk gagu dan dia sudah menanti apa yang akan King jawab tentang pertanyaannya tadi."Wanita yang kalian siksa dan kalian rebut hartanya itu adalah tunanganku, calon ibu dari anakku yang sedang dia kandung!!" jawab King dingin dan datar.Duarrrr...Tubuh Rebeca langsung kaku seperti patung, serasa nyawanya di tarik langsung dan hanya tersisa badannya saja."Tidak mungkin...." gumam Rebeca lirih.Dia memandangi King dengan tatapan tak percayanya
Moa terus memeluk King sementara Axel berusaha menghubungi Leo dan Richard. Dia menanyakan apa semua penjahat itu sudah di bawa ke markas apa belum.Tapi tak ada satupun dari mereka yang mengangkat telfon dari Axel dan terpaksa Axel hanya mengirimkan pesan singkat pada mereka berdua.King masih nampak memandangi ruang IGD itu dengan pandangan kosong dan tak lama semua tim medis keluar dari sana dengan mendorong Kavaya yang masih setia menutup matanya dengan erat."Apa yang terjadi dokter?" tanya Axel langsung."Maaf tuan besar, nona muda harus segera di operasi untuk pengangkatan janinnya yang sudah tiada. Dan kami juga harus segera membersihkan rahimnya jika tidak rahimnya akan rusak." jawab sang dokter dengan cepat.Duarrrr....Penjelasan dokter tadi seperti petir di siang bolong dan semakin membuat King linglung dan tak punya tenaga lagi. Sedangkan Moa harus berusaha tetap kuat untuk bisa menguatkan putra semata wayangnya itu. Sedangkan Axel segera mengambil berkas yang di sodorkan