Home / Fantasi / Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir / Bab 199: Dyah Sulastri Menghadapi Ketakutan

Share

Bab 199: Dyah Sulastri Menghadapi Ketakutan

last update Last Updated: 2025-03-26 02:00:50

Malam itu, langit di atas Kerajaan Gilingwesi tampak lebih kelam daripada biasanya. Awan tebal menutupi bulan, hanya menyisakan sedikit cahaya yang menerangi halaman istana. Udara dingin berhembus pelan, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang membusuk. Di sudut istana, kolam suci tampak tenang, namun permukaannya memantulkan bayangan-bayangan gelap yang tak terlihat oleh mata biasa.

Dyah Sulastri duduk di tepi kolam, matanya tertuju pada air yang diam namun penuh rahasia. Ia merasakan beban besar di pundaknya, seolah-olah seluruh nasib kerajaan ini bergantung pada keputusan-keputusannya. Tangannya gemetar saat ia menyentuh air, mencoba mencari jawaban dari kedalaman kolam yang mistis.

"Apakah aku benar-benar penyebab kehancuran ini?" gumam Dyah pelan, suaranya ny

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   BAB 200: RESI AGUNG DARMAJA MUNCUL LAGI

    Malam itu, udara di istana terasa lebih berat daripada biasanya. Angin dingin berdesir lembut, membawa aroma bunga kenanga dan tanah basah yang menguar dari hutan sekitar. Raka sedang duduk sendirian di halaman belakang istana, memandangi api unggun kecil yang menyala di depannya. Pikiran-pikirannya dipenuhi oleh ketegangan yang semakin mendekat—pertempuran besar melawan pasukan bayangan Ki Jagabaya dan penyihir gelap hanya tinggal beberapa hari lagi. Tiba-tiba, langkah kaki pelan terdengar di balik bayang-bayang pohon kenanga. Raka menoleh, dan ia melihat sosok tua yang akrab muncul dari kegelapan. Resi Agung Darmaja, pendeta kerajaan yang selama ini misterius, berjalan perlahan menuju api unggun. Matanya yang tajam seperti menyimpan ribuan rahasia, dan senyum tipisnya terlihat bijaksana namun sulit dibaca. "Resi Agung," kata Raka dengan nada hormat, meskipun ada rasa waspada di dalam hatinya. "Aku ti

    Last Updated : 2025-03-26
  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   BAB 201: PENYIHIR GELAP MENGIRIM ANCAMAN TERAKHIR

    Malam itu, Raka tertidur di kamarnya setelah seharian mempersiapkan strategi pertahanan kerajaan. Tubuhnya lelah, tetapi pikirannya masih dipenuhi oleh kekhawatiran tentang pertempuran yang akan datang. Namun, tidurnya tidak tenang. Sebuah mimpi mengerikan menghampirinya—mimpi yang lebih nyata daripada yang pernah ia alami sebelumnya. Dalam mimpi itu, Raka berdiri di tengah hutan mistis yang gelap dan dingin. Udara terasa berat, membawa aroma belerang yang menusuk hidungnya. Di depannya, sosok penyihir gelap muncul dari bayangan. Wajahnya tertutup topeng hitam, dan matanya bersinar merah seperti bara api. Suaranya dalam dan penuh ancaman, menggema di udara malam. "Kau pikir kau bisa melindungi kerajaan ini?" kata penyihir gelap dengan nada sinis. "Kau hanya seorang manusia biasa yang tersesat dalam waktu. Kehadiranmu di sini adalah kesalahan besar." Raka mencoba

    Last Updated : 2025-03-27
  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   BAB 202: RITUAL GAIB UNTUK MELINDUNGI KERAJAAN

    Malam semakin larut, dan angin dingin berdesir lembut di sekitar istana. Udara dipenuhi oleh aroma dupa yang menyengat, bunga kenanga yang harum, dan belerang dari api ritual yang menyala-nyala. Di halaman dalam istana, Dyah Sulastri memimpin persiapan untuk ritual gaib yang akan dilakukan untuk memperkuat pertahanan kerajaan. Para pendeta kerajaan berkumpul di sekitarnya, membawa berbagai artefak kuno dan simbol spiritual. Raka berdiri di tepi halaman, mengamati segala sesuatunya dengan perasaan campur aduk. Ia merasakan getaran magis yang kuat di udara—energi yang membuat bulu kuduknya berdiri. Meskipun ia bukan orang yang mudah percaya pada hal-hal mistis, ia tidak bisa menyangkal bahwa ada sesuatu yang besar sedang terjadi malam ini. "Dyah," panggil Raka pelan saat ia mendekati sang putri. "Apa yang akan kau lakukan? Ini terlihat... sangat berbahaya." Dyah S

    Last Updated : 2025-03-27
  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   BAB 203: SERANGAN MENDADAK DI MALAM HARI

    Malam itu, istana Gilingwesi tampak tenang di bawah sinar bulan sabit yang redup. Udara dingin menyelimuti halaman istana, dan hanya suara angin yang berdesir lembut di antara pepohonan yang memecah keheningan. Namun, di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang tidak beres—sebuah firasat buruk merayap di benak Raka. Ia berdiri di teras istana, menatap kegelapan malam dengan perasaan waspada. "Aku merasakan sesuatu," gumam Raka pelan kepada Arya Kertajaya, yang berdiri di sampingnya. "Ada yang tidak beres." Arya Kertajaya mengangguk, tangannya erat mencengkeram pedangnya. "Aku juga merasakannya. Tapi kita harus tetap waspada. Jika Ki Jagabaya benar-benar akan menyerang, ia akan melakukannya saat kita lengah." Tiba-tiba, suara gemerisik muncul dari arah hutan. Daun-daun bergoyang tanpa angin, dan bayangan hitam mulai bergerak di tepi cahaya obor. Para prajurit penja

    Last Updated : 2025-03-28
  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   BAB 204: ARYA KERTAJAYA TERLUKA PARAH

    Setelah pasukan bayangan Ki Jagabaya mundur sementara, suasana istana dipenuhi oleh keheningan yang mencekam. Darah dan reruntuhan mengotori halaman istana, saksi bisu dari pertempuran brutal yang baru saja terjadi. Raka berdiri di tengah puing-puing, menatap medan pertempuran dengan rasa marah dan putus asa. Ia merasakan beban tanggung jawab semakin berat, terutama setelah menyadari bahwa pengorbanan mereka belum berakhir. Namun, fokus utama saat ini adalah Arya Kertajaya. Panglima perang yang gagah itu terluka parah saat melindungi Dyah Sulastri dari serangan mendadak pasukan bayangan. Tubuhnya dilarikan ke ruang medis oleh para prajurit, kondisinya kritis. Raka merasakan getaran aneh dari artefak perunggu yang ia simpan di sakunya. Getaran itu begitu kuat hingga ia tidak bisa mengabaikannya. Ia mengeluarkan artefak tersebut, dan saat ia menyentuhnya, pandangannya mulai kabur. Sebuah visi singkat mun

    Last Updated : 2025-03-28
  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   BAB 205: KLIMAKS AWAL PERANG BESAR

    Pagi mulai menyingsing, dan cahaya matahari yang lembut menembus kabut tipis di sekitar istana Gilingwesi. Di luar dinding istana, pasukan loyalis berkumpul dalam formasi yang rapi, bersiap untuk menghadapi ancaman besar yang akan datang. Para prajurit memeriksa senjata mereka, sementara para tabib dan dukun spiritual mempersiapkan ramuan serta mantra untuk mendukung pasukan. Namun, bukan hanya manusia yang hadir di medan perang ini. Makhluk-makhluk gaib juga turut berkumpul, masing-masing dengan kekuatan unik mereka. Banaspati, roh api yang melindungi kerajaan, berdiri di barisan depan dengan tubuhnya yang bercahaya merah menyala. Buto Ijo, penjaga candi yang perkasa, berdiri tegak di sisi lain, siap untuk melindungi tanah kerajaan dari musuh-musuh yang mencoba menyerang. Genderuwo, makhluk bayangan yang biasanya menghindari manusia, kini bergerak di antara pasukan, menggunakan kemampuannya untuk menyusup ke barisan musuh.

    Last Updated : 2025-03-29
  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   BAB 1: DUNIA BARU

    Raka, seorang arkeolog, memimpin timnya yang terdiri dari Andini (ahli botani), Budi (fotografer dokumentasi), dan Agus (geolog) dalam ekspedisi ke hutan mistis di Jawa Tengah. Mereka mencari gua misterius yang diyakini memiliki hubungan dengan Kerajaan Mataram Kuno. Namun, saat mereka berhasil menemukan gua tersebut, tiba terjadi sesuatu yang miterius. Raka seolah tersapu badai dan terpisah dari timnya lalu pingsan. ___________________________________________________Raka membuka matanya perlahan, kepalanya terasa berat seolah baru saja melewati badai magnetik. Ia mencoba duduk, tetapi tubuhnya masih lemah, seperti habis berlari maraton tanpa henti. Cahaya matahari yang menembus dedaunan di atasnya membuatnya menyipitkan mata. Napasnya tersengal-sengal, dan ia menyadari bahwa ia tidak lagi berada di gua—atau bahkan di tempat yang sama dengan timnya."Di mana aku?" gumamnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar di antara desiran angin yang meliuk-liuk di antara pepohonan.Ia berusaha

    Last Updated : 2025-02-03
  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   BAB 2: DUNIA ASING DI BALIK HUTAN MAGIS

    Raka melanjutkan perjalanannya dengan langkah hati-hati, berusaha mengikuti arah yang ditunjuk oleh anak kecil tadi. Pepohonan tinggi di sekitarnya semakin rapat, dan udara terasa semakin dingin meskipun matahari masih bersinar di atas kepala. Suara alam—desiran angin, gemericik air, dan kicau burung—menciptakan harmoni yang menenangkan, tetapi Raka tidak bisa sepenuhnya merasa aman. Perasaan bahwa ia sedang diikuti semakin kuat, seolah ada banyak pasang mata yang mengamati setiap gerakannya dari balik bayang-bayang pepohonan.Tiba-tiba, suara derap langkah kaki terdengar dari kejauhan. Langkah-langkah itu cepat dan teratur, seperti milik orang-orang yang terlatih. Raka berhenti sejenak, tubuhnya membeku. Ia mencoba bersembunyi di balik pohon besar, berharap tidak terlihat. Namun, suara itu semakin dekat, dan tak lama kemudian, sekelompok prajurit muncul dari balik pepohonan.Prajurit-prajurit itu mengenakan pakaian kuno—baju besi ringan yang terbuat dari kulit dan logam, serta celana

    Last Updated : 2025-02-03

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   BAB 205: KLIMAKS AWAL PERANG BESAR

    Pagi mulai menyingsing, dan cahaya matahari yang lembut menembus kabut tipis di sekitar istana Gilingwesi. Di luar dinding istana, pasukan loyalis berkumpul dalam formasi yang rapi, bersiap untuk menghadapi ancaman besar yang akan datang. Para prajurit memeriksa senjata mereka, sementara para tabib dan dukun spiritual mempersiapkan ramuan serta mantra untuk mendukung pasukan. Namun, bukan hanya manusia yang hadir di medan perang ini. Makhluk-makhluk gaib juga turut berkumpul, masing-masing dengan kekuatan unik mereka. Banaspati, roh api yang melindungi kerajaan, berdiri di barisan depan dengan tubuhnya yang bercahaya merah menyala. Buto Ijo, penjaga candi yang perkasa, berdiri tegak di sisi lain, siap untuk melindungi tanah kerajaan dari musuh-musuh yang mencoba menyerang. Genderuwo, makhluk bayangan yang biasanya menghindari manusia, kini bergerak di antara pasukan, menggunakan kemampuannya untuk menyusup ke barisan musuh.

  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   BAB 204: ARYA KERTAJAYA TERLUKA PARAH

    Setelah pasukan bayangan Ki Jagabaya mundur sementara, suasana istana dipenuhi oleh keheningan yang mencekam. Darah dan reruntuhan mengotori halaman istana, saksi bisu dari pertempuran brutal yang baru saja terjadi. Raka berdiri di tengah puing-puing, menatap medan pertempuran dengan rasa marah dan putus asa. Ia merasakan beban tanggung jawab semakin berat, terutama setelah menyadari bahwa pengorbanan mereka belum berakhir. Namun, fokus utama saat ini adalah Arya Kertajaya. Panglima perang yang gagah itu terluka parah saat melindungi Dyah Sulastri dari serangan mendadak pasukan bayangan. Tubuhnya dilarikan ke ruang medis oleh para prajurit, kondisinya kritis. Raka merasakan getaran aneh dari artefak perunggu yang ia simpan di sakunya. Getaran itu begitu kuat hingga ia tidak bisa mengabaikannya. Ia mengeluarkan artefak tersebut, dan saat ia menyentuhnya, pandangannya mulai kabur. Sebuah visi singkat mun

  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   BAB 203: SERANGAN MENDADAK DI MALAM HARI

    Malam itu, istana Gilingwesi tampak tenang di bawah sinar bulan sabit yang redup. Udara dingin menyelimuti halaman istana, dan hanya suara angin yang berdesir lembut di antara pepohonan yang memecah keheningan. Namun, di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang tidak beres—sebuah firasat buruk merayap di benak Raka. Ia berdiri di teras istana, menatap kegelapan malam dengan perasaan waspada. "Aku merasakan sesuatu," gumam Raka pelan kepada Arya Kertajaya, yang berdiri di sampingnya. "Ada yang tidak beres." Arya Kertajaya mengangguk, tangannya erat mencengkeram pedangnya. "Aku juga merasakannya. Tapi kita harus tetap waspada. Jika Ki Jagabaya benar-benar akan menyerang, ia akan melakukannya saat kita lengah." Tiba-tiba, suara gemerisik muncul dari arah hutan. Daun-daun bergoyang tanpa angin, dan bayangan hitam mulai bergerak di tepi cahaya obor. Para prajurit penja

  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   BAB 202: RITUAL GAIB UNTUK MELINDUNGI KERAJAAN

    Malam semakin larut, dan angin dingin berdesir lembut di sekitar istana. Udara dipenuhi oleh aroma dupa yang menyengat, bunga kenanga yang harum, dan belerang dari api ritual yang menyala-nyala. Di halaman dalam istana, Dyah Sulastri memimpin persiapan untuk ritual gaib yang akan dilakukan untuk memperkuat pertahanan kerajaan. Para pendeta kerajaan berkumpul di sekitarnya, membawa berbagai artefak kuno dan simbol spiritual. Raka berdiri di tepi halaman, mengamati segala sesuatunya dengan perasaan campur aduk. Ia merasakan getaran magis yang kuat di udara—energi yang membuat bulu kuduknya berdiri. Meskipun ia bukan orang yang mudah percaya pada hal-hal mistis, ia tidak bisa menyangkal bahwa ada sesuatu yang besar sedang terjadi malam ini. "Dyah," panggil Raka pelan saat ia mendekati sang putri. "Apa yang akan kau lakukan? Ini terlihat... sangat berbahaya." Dyah S

  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   BAB 201: PENYIHIR GELAP MENGIRIM ANCAMAN TERAKHIR

    Malam itu, Raka tertidur di kamarnya setelah seharian mempersiapkan strategi pertahanan kerajaan. Tubuhnya lelah, tetapi pikirannya masih dipenuhi oleh kekhawatiran tentang pertempuran yang akan datang. Namun, tidurnya tidak tenang. Sebuah mimpi mengerikan menghampirinya—mimpi yang lebih nyata daripada yang pernah ia alami sebelumnya. Dalam mimpi itu, Raka berdiri di tengah hutan mistis yang gelap dan dingin. Udara terasa berat, membawa aroma belerang yang menusuk hidungnya. Di depannya, sosok penyihir gelap muncul dari bayangan. Wajahnya tertutup topeng hitam, dan matanya bersinar merah seperti bara api. Suaranya dalam dan penuh ancaman, menggema di udara malam. "Kau pikir kau bisa melindungi kerajaan ini?" kata penyihir gelap dengan nada sinis. "Kau hanya seorang manusia biasa yang tersesat dalam waktu. Kehadiranmu di sini adalah kesalahan besar." Raka mencoba

  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   BAB 200: RESI AGUNG DARMAJA MUNCUL LAGI

    Malam itu, udara di istana terasa lebih berat daripada biasanya. Angin dingin berdesir lembut, membawa aroma bunga kenanga dan tanah basah yang menguar dari hutan sekitar. Raka sedang duduk sendirian di halaman belakang istana, memandangi api unggun kecil yang menyala di depannya. Pikiran-pikirannya dipenuhi oleh ketegangan yang semakin mendekat—pertempuran besar melawan pasukan bayangan Ki Jagabaya dan penyihir gelap hanya tinggal beberapa hari lagi. Tiba-tiba, langkah kaki pelan terdengar di balik bayang-bayang pohon kenanga. Raka menoleh, dan ia melihat sosok tua yang akrab muncul dari kegelapan. Resi Agung Darmaja, pendeta kerajaan yang selama ini misterius, berjalan perlahan menuju api unggun. Matanya yang tajam seperti menyimpan ribuan rahasia, dan senyum tipisnya terlihat bijaksana namun sulit dibaca. "Resi Agung," kata Raka dengan nada hormat, meskipun ada rasa waspada di dalam hatinya. "Aku ti

  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   Bab 199: Dyah Sulastri Menghadapi Ketakutan

    Malam itu, langit di atas Kerajaan Gilingwesi tampak lebih kelam daripada biasanya. Awan tebal menutupi bulan, hanya menyisakan sedikit cahaya yang menerangi halaman istana. Udara dingin berhembus pelan, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang membusuk. Di sudut istana, kolam suci tampak tenang, namun permukaannya memantulkan bayangan-bayangan gelap yang tak terlihat oleh mata biasa.Dyah Sulastri duduk di tepi kolam, matanya tertuju pada air yang diam namun penuh rahasia. Ia merasakan beban besar di pundaknya, seolah-olah seluruh nasib kerajaan ini bergantung pada keputusan-keputusannya. Tangannya gemetar saat ia menyentuh air, mencoba mencari jawaban dari kedalaman kolam yang mistis."Apakah aku benar-benar penyebab kehancuran ini?" gumam Dyah pelan, suaranya ny

  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   BAB 198: ARYA KERTAJAYA MEMIMPIN DIVISI LOYALIS

    Di bawah sinar bulan yang redup, Arya Kertajaya berdiri di tengah halaman istana, diapit oleh barisan prajurit loyalis. Udara malam terasa dingin dan berat, dipenuhi aroma tanah basah dari hutan lebat yang mengelilingi kerajaan. Api unggun menyala terang di sekitar mereka, menciptakan bayangan dramatis di wajah para prajurit yang tegang. Angin dingin berdesir pelan, membawa aroma belerang yang samar namun menusuk. Arya Kertajaya memandang pasukannya dengan ekspresi tegas, namun matanya menyiratkan kekhawatiran yang mendalam. Ia tahu bahwa pertempuran besar akan segera datang, dan tanggung jawab untuk melindungi Dyah Sulastri serta kerajaan Gilingwesi ada di pundaknya. "Kita tidak punya banyak waktu lagi," katanya lantang, suaranya menggema di udara malam. "Ki Jagabaya dan pasukan bayangannya sudah dekat. Mereka juga bekerja sama dengan makhluk gaib jahat dan pasukan asing. Tapi kita tidak boleh takut.

  • Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir   BAB 197: KI JAGABAYA MENYUSUN STRATEGI BARU

    Di balik pepohonan lebat yang menutupi tepi hutan, Ki Jagabaya duduk di atas batu besar yang tertutup lumut. Cahaya redup dari obor kecil menciptakan bayangan dramatis di wajahnya yang penuh tekad. Di sekitarnya, pasukan bayangannya berdiri dalam diam, mata mereka bersinar seperti bara api di kegelapan.Angin dingin berdesir lembut, membawa aroma belerang dan daun basah. Suara gesekan ranting kecil terdengar di kejauhan, tetapi tidak ada makhluk hidup lain di sekitar—hanya kegelapan dan keheningan yang menggema.Di sampingnya, penyihir gelap dengan jubah hitam panjang dan topeng perak berdiri tegak. Suaranya serak, penuh otoritas. "Kita tidak punya banyak waktu lagi," katanya dingin. "Raka dan Dyah Sulastri semakin kuat. Mereka mulai memperkuat aliansi dengan makhluk gaib."Ki Jagabaya mengangguk pelan, matanya menyipit dengan sinis. "Aku tahu. Itulah mengapa kita harus bertindak cepat. Aku sudah merencanakan serangan mendadak ke istana—tepat ketika mereka lenga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status