Gw tetap terjaga sampai malam tiba dan seperti malam-malam sebelumnya, malam minggu ini gw cuma duduk di balkon sambil bermain gitar. Candra tadi sempat mengajak bermain PS tapi gw akui gw nggak ahli dalam bermain game seperti itu. Candra sudah tenggelam di depan layar tivinya beberapa saat setelah maghrib. Malem ini suasana kosan terbilang ramai. Dua kamar yang nyaris selalu kosong karena penghuninya lembur, sekarang terbuka lebar dengan alunan lagu-lagu remix terdengar nyaring dari salah satunya. Sedang asyik bernyanyi terdengar suara langkah kaki menaiki tangga. Dan sesuai dugaan gw, Anna muncul dari tangga. Dia tersenyum begitu melihat gw. Tapi jujur saja gw masih kesal soal tadi pagi.
“Malem minggu nggak ngapel Ri?” tanyanya dengan nada riang.
Gw sengaja acuh dengan pertanyaannya, gw berpura-pura menyibukkan diri dengan nyanyian.
“Hallooo..........” dia todongkan wajah di depan wajah gw dengan jarak yang sangat dekat, “ada oran
Minggu pagi yang dingin gw terbangun saat langit di luar nampak sedikit menghitam tertutup awan hujan. Ah, senangnya gw karena pagi ini gw nggak direcoki cewek aneh si Anna. Gw lihat jam dinding menunjukkan pukul setengah sebelas. Cukup siang tapi karena mendung jadi saat ini nampak seperti masih jam delapan pagi. Gw menggeliat dengan malasnya sambil memikirkan menu apa yang enak buat sarapan sekaligus makan siang kali ini. Gw duduk di tepi kasur dan masih dengan nyawa yang baru setengah kumpul gw duduk melamun. Sampai sebuah suara dari kamar mandi mengagetkan gw. Gw diam, mencoba memperhatikan dengan saksama. Ada seseorang yang sedang bersenandung dari dalam kamar mandi kecil itu. Suara wanita! “Siang-siang kok ada setan?” gw dalam hati “apa si Candra yah? Ah, sejak kapan suara si dodol mirip suara cewek??” Gw lebih lekat lagi mendengarkan. “Jangan-jangan Anna?” batin gw lagi. “Tapi sejak kapan suara Anna kayak suara cewek?? Eh, dia kan ema
“Kalo lagi sama loe, kayak sekarang ini. Gw nggak bete” jawabnya“Tadi lo bilang lo ke sini kalo lagi bete, berarti sekarang juga lo lagi bete dunk?” tanya gue heran“Yeeeey……….. bukan gitu maksud gw. Pertanyaan tadi nggak ada hubungannya sama itu” jelasnya.Gw tertawa, benar juga kata Anna sekedar duduk-duduk di sini memang menyenangkan. Gw mulai suka tempat ini. Selain pengunjung atau pejalan kaki yang beristirahat, ada juga pedagang-pedagang mainan anak kecil serta aksesoris sederhana semacam itu di sekitar alun-alun ini. Kalau hari biasa, gw yakin pasti jam segini dipenuhi dengan anak-anak sekolah yang baru balik. Ada beberapa gedung sekolah di sekitar sini.“Eh, lo mau liat monyet-monyet itu nggak?” tanya Anna membuyarkan lamunan gw, dia menunjuk deretan kandang besi di sisi timur“Tiap hari gw liat wajah gw di kaca, itu udah cukup kok” jawab gue malas&ldq
Sore ini hujan bener-bener turun dengan derasnya. Bahkan sampai di kosan pun hujan masih saja mengguyur bumi, jadi terpaksa deh gw dan Anna basah-basahan berlari menembus hujan. Gw menggigil hebat, tapi ketika gw teringat jemuran gw di atas seketika gigilan itu menghilang dan berganti dengan pekik tertahan dari mulut gw. Bergegas gw ke atas, tapi di sana sudah tidak ada apa-apa selain kawat jemuran yang basah.“Dol, lo tau jemuran seragam gw di atas nggak?” tanya gw ke Candra sekembalinya gw dari atas.Candra sedang main Play Station sambil berselimut sarungnya.“Udah gw angkatin, ada di kamar lo” jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari tivi.Gw mendesah lega. Buru-buru gw cek ke kamar dan tumpukan seragam menyambut gw di atas kasur. Ah, beruntung sekali gw punya temen macem Candra. Thanks guys.. Segera saja gw mandi dan berganti pakaian dengan setelan pakaian hangat. Selesai mandi, gw menyeduh teh hangat dan bersembunyi di balik
Gw terjaga dari tidur gw, kepala gw terasa sangat sakit di sebelah kiri. Secara refleks gw pegangi pelipis sambil mengernyitkan dahi menahan sakit yang menurut gw nggak wajar ini. Baru kali ini gw merasakan pening yang sangat menusuk. Wajah dan leher gw berkeringat padahal saat itu baru saja selesai hujan dan masih terasa dingin. Dengan susah payah gw berhasil mengambil obat yang tadi sempat dibelikan Candra, dan langsung meminumnya. Gw mencoba bangun dan pandangan gw langsung dipenuhi kunang-kunang yang berseliweran di sekitar kepala gw. Dan makin parahnya setelah gw bangun justru gw merasa mual. Gw pengen muntah! Buru-buru gw berlari ke kamar mandi dan memuntahkan sebagian isi perut gw di sana. Setelah membersihkan lantai gw kembali ke kamar, sedikit sempoyongan gw berusaha mencapai tempat tidur. Aneh, badan gw nggak panas kok. Gw coba pegangi kening dan leher, normal.“Lo kenapa Ri?” Anna tiba-tiba masuk dan menghampiri gw“gw denger suara kayak or
Rasanya seperti beban yang menindih tubuh gw lenyap begitu saja setelah dikerok. Ternyata nggak begitu sakit kalau pake balsem yang dingin. Badan gw serasa enteng, nggak seperti sebelum ini. Gw rebahan lagi di kasur dengan posisi telungkup.“Lo nggak tidur?” tanya gw ke Anna“bentaran ah, tangan gw kesemutan euy abis ngerok lo....” kata dia“si Candra mana? Tadi siapa yang menang maen caturnya?” tanya gue“gw dong yang menang...........” Anna nyengir lebar, “Candra nggak sebaik lo maennya. Gw belum nemuin lawan yang tangguh nih!” katanya dengan bangga“belagu lo, liat aja besok gw kalahin lo” kata gw“ooh, boleh! dengan senang hati,” Anna tersenyum merendahkan gw“Oke, besok yaa....” tantang gw“oke! sapa takut...................” jawab Anna lagi.Anna menggeliatkan badannya. Dia sedikit menggeser posisi duduknya d
Sejak Anna membeli catur mini itu, kami jadi punya hobi baru. Setiap jam pulang kerja Anna pasti sudah menunggu di balkon dengan pion catur yang sudah ditata sesuai petaknya. Kalau sudah begitu kami bisalupa waktu. Kadang sampe lupa makan, jam sembilan malam masih mengenakan seragam kerja.Makanya gw sering beli nasi dulu sebelum balik biar maen caturnya bisa sambil makan. Dan harusdiakui, Anna memang lawan main yang tangguh. Pernah gw kalah telak 6-0 dalam semalam. Alhasil gw harus menerima muka gw belepotan bedak sementara kuping gw panas terbakar ejekan Anna."Magnetnya rusak tuh, jadi geser sendiri pionnya," itu kalimat yang biasa diucapkan Anna tiap dia dapet skak mat."Kok bisa yah? Padahal gw nggak niat kesitu lho," dan ucapan sok polos ini juga sering diucapkannya.Well, nilai penting yang didapat adalah bahwa gw bisa mengalihkan perhatian gw dari Echi. Rasanya sebelum ini gw nyaris frustasi karena selalu dihantui perasaan bersalah tentang Echi. Meskipun
"Apa sih yang lo rasain," kata gw, "waktu lo ngelakuin itu semua? Nusukin jarum kayak gitu, apa itu nggak sakit?"Anna duduk di sebelah gw di kamar yang berpencahayaan redup. Tangan kanannya memeluk lutut sementara tangan kirinya terkulai dengan tujuh lembar plester menutupi bekas tusukan jarum. Dia menatap gw sejenak lalu menjawab."Mungkin buat lo aneh, tapi gw butuh ini Ri..." katanya tanpa mengalihkan matanya dari mata gw.Hati gw mencelos mendengar jawaban yang terlontar dari mulutnya. Seperti ada sebongkah es meluncur dan meliuk-liuk dalam perut gw."Sebutuh itukah lo dengan rasa sakit?" tanya gw lagi, "gw mau tau apa yang lo dapatkan dari kesakitan itu!"Anna tersenyum, mengalihkan pandangannya pada gorden jendela di depan kami, lalu menatap gw lagi."Gw menikmati sakit yang gw rasakan Ri," jawabnya pelan.Suaranya tercekat di tenggorokan. Ada bulir-bulir airmata yang menggenangi pelupuk matanya."Gw butuh itu. Entahlah,
Ciuman itu cukup "mengganggu" gw. Malam setelah kejadian itu, gw nggak bisa tidur sepanjang malam! Menjelang subuh baru gw bisa memejamkan mata. Dan bukan cuma itu, gw yang dulunya nyantai sekarang mendadak jadi sedikit gugup saat ngobrol atau saat maen catur bareng Anna. Gw merasa, entahlah mungkin ini cuma perasaan gw aja, beberapa kali Anna mencuri pandang ke gw pas gw lagi nggak fokus ke dia. Gw canggung, padahal Anna sendiri nggak menunjukkan perubahan sikap apapun setelah hari itu seolah kecupan di pipi gw hanya terjadi di dongeng anak-anak. Dia tetep Anna yang biasanya, bertindak semau sendiri dan diktator ( gw suka banget nyebut kata ini, berasa keren ya?? ). Makanya sekarang gw lagi berusaha menetralkan sikap gw, coz kayaknya dia tau perubahan sikap gw ini. Nggak bisa dipungkiri, gw memang suka sama Anna. Sejak pertama dia nyapa gw waktu itu, gw memang sering bermimpi bisa jadi cowoknya. Tapi ya itulah, itu hanya sebatas mimpi indah buat gw, yang saat gw terbangun nanti mim
Malam itu gw terbangun setelah hampir dua jam terlelap di pangkuan Anna. Kami memutuskan pulang dan sampai di kosan sekitar jam sebelas malam."Nah ini dia anaknya," seorang teman penghuni kamar bawah menyambut kedatangan gw"charger gw mana? Hp gw udah berisik daritadi minta diisi batere nya" sambungnya lagi"oh iya gw lupa kembaliin," gw menepuk jidat. "Lo tunggu aja di sini. Gw ambil dulu di atas."Temen gw mengangguk lalu kembali ke kamarnya. Gw dan Anna melanjutkan ke kamar atas, lalu gw turun mengembalikan charger punya temen gw dan kembali lagi ke kamar Anna."Sorry ya Na, gw nginep lagi di kamar lo malem ini," kata gw"enggak papa nyantai aja lah," Anna sedang menulis sesuatu di sebuah buku kecil warna kuning.Padahal kamar ini cukup gelap buat nulis, karna masih mengandalkan lilin sebagai pencahayaan."Lagi nulis apa sih?" tanya gwAnna menghentikan sejenak aktivitasnya, menatap gw lalu tersenyum, "ini diary gw.
Gimanapun cara yang udah gw lakukan, gw tetep nggak bisa tidur. Guling-gulingan, nutupin mata pake bantal, dan banyak cara lagi yang gw lakukan tapi mata gw enggan terlelap. Dan HP gw sudah nyaris benar-benar mokad ketika gw lihat jam nya menunjukkan pukul setengah lima pagi. Gw putuskan mandi, menyeduh teh anget manis lalu duduk di tembok balkon sambil menunggu waktu berangkat. Anna akan gw bangunkan beberapa saat sebelum gw pergi, karena gw nggak mau ganggu tidurnya. Dia nampak nyenyak dalam kamar yang masih berpencahayaan satu lilin. Emh, pagi ini gw akan melakukan perjalanan balik ke kampung halaman. Ini pertama kalinya gw mudik, karna sebelum ini gw memang nggak pernah merantau. Ternyata menyenangkan sekali bisa berada di momen menunggu kepulangan seperti ini. Gw juga kangen banget dengan keluarga di rumah. Kedua orangtua gw dan adik gw, rasanya pengen buru-buru ketemu mereka. Mata yang pedih dan kepala yang nggak karuan rasa gara-gara insomnia semalam seolah bisa tertutupi ole
Gimanapun cara yang udah gw lakukan, gw tetep nggak bisa tidur. Guling-gulingan, nutupin mata pake bantal, dan banyak cara lagi yang gw lakukan tapi mata gw enggan terlelap. Dan HP gw sudah nyaris benar-benar mokad ketika gw lihat jam nya menunjukkan pukul setengah lima pagi. Gw putuskan mandi, menyeduh teh anget manis lalu duduk di tembok balkon sambil menunggu waktu berangkat. Anna akan gw bangunkan beberapa saat sebelum gw pergi, karena gw nggak mau ganggu tidurnya. Dia nampak nyenyak dalam kamar yang masih berpencahayaan satu lilin. Emh, pagi ini gw akan melakukan perjalanan balik ke kampung halaman. Ini pertama kalinya gw mudik, karna sebelum ini gw memang nggak pernah merantau. Ternyata menyenangkan sekali bisa berada di momen menunggu kepulangan seperti ini. Gw juga kangen banget dengan keluarga di rumah. Kedua orangtua gw dan adik gw, rasanya pengen buru-buru ketemu mereka. Mata yang pedih dan kepala yang nggak karuan rasa gara-gara insomnia semalam seolah bisa tertutupi ole
Gw sudah berkali-kali ganti posisi tidur. Telungkup, telentang, dan miring ke kiri. Gw nggak berani miring ke kanan coz Anna ada di situ, entah kenapa gw yakin dia belum tidur. Gw bisa merasakan tatapannya meski mata gw terpejam. Ciumannya di kening gw tadi ternyata berefek menghilangkan kantuk yang sempat menyergap. Dan entah sudah berapa lama saat gw benar-benar terbangun dan duduk di tepi kasur. Sepertinya sudah jam 3 pagi, di luar hujan sudah mulai turun dan membuat malam semakin dingin."Lo belum tidur Ri?" suara Anna terdengar lembutGw menoleh ke arahnya. Dia menopang kepala dengan satu tangan. Shit! Posenya..."Engga tau nih mendadak panas," gw sekenanya"kok bisa? Ini kan lagi ujan? Gw malah kedinginan" tanya Anna heran"emh.. iya juga sih. Sekarang dingin," jawab gw dengan bodohnya"lo aneh Ri" Anna bangun dan duduk di sebelah gw, "mau gw bikinin teh anget?"Gw menggeleng, "enggak usah repot-repot deh," kata gw. "Gulanya jan
Gw langkahkan kaki menaiki tangga dengan malas, hari ini kecewa banget gw gagal mudik gara-gara jadwal penerbangan di delay sampe besok siang jam 10 karena ada trouble di mesin. Maskapai yang bersangkutan memang mengembalikan ongkos tiket sebagai bentuk tanggungjawab dan artinya besok gw bisa pulang gratis, tapi tetep aja gw kecewa karna gw pikir malam ini gw udah bisa kumpul bareng orang tua di rumah. Saat itu sudah hampir jam dua belas malam, beberapa penghuni lantai 1 dan 2 masih asyik ngobrol di luar kamar dan memutar lagu-lagu klasik. Sementara di lantai 3, karena penghuninya memang lebih sedikit, sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Pintu kamar Candra terkunci, sepertinya dia lagi keluar. Gw raih gagang pintu kamar gw, terkunci. Lalu gw rogoh kantong celana, tadi pagi gw yakin gw taroh di situ. Tapi nggak ada! Gw cek lagi di kantong kemeja dan dompet, tetep nggak ada!"Jangan-jangan..." otak gw mulai menerka dan mengingat dengan keras."Di dalam tas!! K
Akhirnya kontrak magang gw berakhir dan kini gw berganti status jadi karyawan tetap. Nggak ada perbedaan mencolok memang, tapi sekarang gw mulai memikirkan untuk membangun kehidupan gw di kota ini. Keluarga di rumah menyambut kabar baik ini dengan antusias. Mereka, terutama nyokap, meminta gw pulang sekedar bertemu dan sedikit syukuran. Gw belum tau pasti bisa atau nggak nya, karna terkait jarak yang nggak memungkinkan gw mudik memanfaatkan weekend yang cuma 2 hari. Maka gw sudah memutuskan mengambil cuti pada akhir tahun nanti. Gw juga sudah kangen karena lebaran kemarin gw nggak mudik. Dan nggak kerasa perkembangan karir masing-masing penghuni kosan atas juga berkembang pesat. Candra sudah jadi foreman muda yang potensial. Baru tiga bulan menempati posisi itu dia mulai dipertimbangkan untuk merangsek naik ke supervisor. Keren! Kadang gw pengen seperti dia yang karirnya begitu cepat naik. Dan Anna, dia tetap jadi mahasiswi yang rajin. Sejak terakhir dia menusukkan jarum ke tangan,
“ya makan lah. Kan lo tadi ngajakin dinner?” jawabnya“hahaha… keren banget yah dinner di warung mi ayam” ejek gw“buat gw, bukan di mana atau apa yang dilakukan, yang gw nilai. Tapi dengan siapa kita melakukannya” kata Anna dengan sok bijakGw tertawa pelan, “udah ah lo jago banget kalo ngeombal kayak gitu”“yeeeee….. sapa yang ngegombal? Orang gw cuma ngomong biasa kok? Lo ngerasa kegombal yah? Hehehe…” sindirnya“enggak juga tuh” jawab gw jaim“eh eh, gini ajah gini ajah, gw punya ide,” katanya semangat.Gw tau kalo Anna ngomong kayak gitu pasti ide yang keluar adalah ide aneh.“Ide apaan lagi?” tanya gwDia tampak berpikir sebentar lalu tertawa sendiri, “gw punya permainan,” katanya lagi. “Yang kalah nanti harus nraktir makan malem ini”“caranya?” gw kernyitka
Memasuki bulan September kami jadi lebih sibuk dari biasanya. Candra baru saja naik jabatan jadi foreman di tempat kerjanya, lalu Anna yang sekarang lagi giat-giatnya ngejar ketinggalan tugas-tugas yang dulu sempat terbengkalai. Sementara gw sendiri, karena ini adalah bulan terakhir dari masa magang gw, jadi gw sibuk “mencuri” penilaian baik dari para bos gw. Tapi bukan menjilat lho. Hehehe….. Gw cuma berharap gw akan resmi jadi karyawan tetap di perusahaan gw sekarang karena gw malas kalo mesti mengulang dari awal mencari kerja. Dan imbasnya adalah gw sekarang jadi sering pulang malam karena lembur. Otomatis dengan kesibukan dari masing-masing membuat kami jadi sedikit jarang bertemu. Gw yang dulunya tiap hari menghabiskan malam dengan duduk menghadapi papan catur, sekarang pulang di jam-jam biasanya gw sudah selesai main catur. Hampir tiap hari gw lihat kamar Anna sudah gelap, dia pasti sudah tidur. Kalau sudah begitu gw juga biasanya langsung beranjak tidur di
"Ehm, maaf yah tadi gw lupa naro euy.. padahal udah sempet gw beli," kata gw sambil meletakkan bidak catur di petaknya"emang lo beli apaan sih?" tanya Anna penasaran, "kayaknya serius banget?" sambungnya lagi"eh, enggak kok.... bukan sesuatu yang penting juga sih," sergah gw "cuma khan sayang ajah udah beli tapi malah ketinggalan, bego banget yah gw?""haha... itu mah emang dari dulu Ri," dan Anna pun tertawa kecil, dia mulai melangkahkan dua pion di depan raja dan kuda"yeeeh nggak gitu juga kali. Tapi ya udah deh biar aja, daripada ntar lo nggak suka mending nggak jadi" gw buka permainan dengan melangkahkan pion di depan kuda"yah itu mah elo nya aja emang nggak niat ngasih. Jangan-jangan lo malah belum beli apa-apa iya khan??" tanyanya curiga"enak aja! enggak kok gw beneran udah beli tadi" jawab gw"emang apaan sih? gw jadi penasaran nih" tanyanya lagi"baguslah kalo penasaran" canda gw"yeeeeeee bagus apanya?? das