Sejak Anna membeli catur mini itu, kami jadi punya hobi baru. Setiap jam pulang kerja Anna pasti sudah menunggu di balkon dengan pion catur yang sudah ditata sesuai petaknya. Kalau sudah begitu kami bisalupa waktu. Kadang sampe lupa makan, jam sembilan malam masih mengenakan seragam kerja.Makanya gw sering beli nasi dulu sebelum balik biar maen caturnya bisa sambil makan. Dan harusdiakui, Anna memang lawan main yang tangguh. Pernah gw kalah telak 6-0 dalam semalam. Alhasil gw harus menerima muka gw belepotan bedak sementara kuping gw panas terbakar ejekan Anna.
"Magnetnya rusak tuh, jadi geser sendiri pionnya," itu kalimat yang biasa diucapkan Anna tiap dia dapet skak mat.
"Kok bisa yah? Padahal gw nggak niat kesitu lho," dan ucapan sok polos ini juga sering diucapkannya.
Well, nilai penting yang didapat adalah bahwa gw bisa mengalihkan perhatian gw dari Echi. Rasanya sebelum ini gw nyaris frustasi karena selalu dihantui perasaan bersalah tentang Echi. Meskipun
"Apa sih yang lo rasain," kata gw, "waktu lo ngelakuin itu semua? Nusukin jarum kayak gitu, apa itu nggak sakit?"Anna duduk di sebelah gw di kamar yang berpencahayaan redup. Tangan kanannya memeluk lutut sementara tangan kirinya terkulai dengan tujuh lembar plester menutupi bekas tusukan jarum. Dia menatap gw sejenak lalu menjawab."Mungkin buat lo aneh, tapi gw butuh ini Ri..." katanya tanpa mengalihkan matanya dari mata gw.Hati gw mencelos mendengar jawaban yang terlontar dari mulutnya. Seperti ada sebongkah es meluncur dan meliuk-liuk dalam perut gw."Sebutuh itukah lo dengan rasa sakit?" tanya gw lagi, "gw mau tau apa yang lo dapatkan dari kesakitan itu!"Anna tersenyum, mengalihkan pandangannya pada gorden jendela di depan kami, lalu menatap gw lagi."Gw menikmati sakit yang gw rasakan Ri," jawabnya pelan.Suaranya tercekat di tenggorokan. Ada bulir-bulir airmata yang menggenangi pelupuk matanya."Gw butuh itu. Entahlah,
Ciuman itu cukup "mengganggu" gw. Malam setelah kejadian itu, gw nggak bisa tidur sepanjang malam! Menjelang subuh baru gw bisa memejamkan mata. Dan bukan cuma itu, gw yang dulunya nyantai sekarang mendadak jadi sedikit gugup saat ngobrol atau saat maen catur bareng Anna. Gw merasa, entahlah mungkin ini cuma perasaan gw aja, beberapa kali Anna mencuri pandang ke gw pas gw lagi nggak fokus ke dia. Gw canggung, padahal Anna sendiri nggak menunjukkan perubahan sikap apapun setelah hari itu seolah kecupan di pipi gw hanya terjadi di dongeng anak-anak. Dia tetep Anna yang biasanya, bertindak semau sendiri dan diktator ( gw suka banget nyebut kata ini, berasa keren ya?? ). Makanya sekarang gw lagi berusaha menetralkan sikap gw, coz kayaknya dia tau perubahan sikap gw ini. Nggak bisa dipungkiri, gw memang suka sama Anna. Sejak pertama dia nyapa gw waktu itu, gw memang sering bermimpi bisa jadi cowoknya. Tapi ya itulah, itu hanya sebatas mimpi indah buat gw, yang saat gw terbangun nanti mim
Rabu malam yang gelap di bulan Mei..Butiran-butiran air hujan mendadak turun dengan derasnya mengguyur sebagian Bogor. Beberapa pengendara sepeda motor terpaksa menepikan kendaraannya menghindari hujan, termasuk gw. Karena tanggung di depan ada mall Ramayala maka gw memutuskan berbelok ke tempat parkir mall dan berteduh di depan kaca-kaca besar mall yang menampilkan banyak model busana wanita di baliknya. Balik gawe tadi gw mampir ke kosan temen di dekat stasiun dan pulangnya gw pinjam motornya karena gw memang nggak punya motor sendiri. Rencananya motor akan dikembalikan besok pagi saat bertemu di kantor."Hufft.... kenapa mesti ujan sih?" gw mendesah.Hp gw mendadak bergetar, sms dari Candra. 'Lu dimana? Jam segini belom balik. Tuh pacar lu nanyain mulu. Bosen gw dengernya.' Gw tersenyum simpul. Lalu jari gw menari di atas keypad mengetikkan pesan balasan yang menjelaskan posisi gw sekarang. Gw menatap sekeliling, banyak juga yang berteduh di sini. Ah daripad
"Ehm, maaf yah tadi gw lupa naro euy.. padahal udah sempet gw beli," kata gw sambil meletakkan bidak catur di petaknya"emang lo beli apaan sih?" tanya Anna penasaran, "kayaknya serius banget?" sambungnya lagi"eh, enggak kok.... bukan sesuatu yang penting juga sih," sergah gw "cuma khan sayang ajah udah beli tapi malah ketinggalan, bego banget yah gw?""haha... itu mah emang dari dulu Ri," dan Anna pun tertawa kecil, dia mulai melangkahkan dua pion di depan raja dan kuda"yeeeh nggak gitu juga kali. Tapi ya udah deh biar aja, daripada ntar lo nggak suka mending nggak jadi" gw buka permainan dengan melangkahkan pion di depan kuda"yah itu mah elo nya aja emang nggak niat ngasih. Jangan-jangan lo malah belum beli apa-apa iya khan??" tanyanya curiga"enak aja! enggak kok gw beneran udah beli tadi" jawab gw"emang apaan sih? gw jadi penasaran nih" tanyanya lagi"baguslah kalo penasaran" canda gw"yeeeeeee bagus apanya?? das
Memasuki bulan September kami jadi lebih sibuk dari biasanya. Candra baru saja naik jabatan jadi foreman di tempat kerjanya, lalu Anna yang sekarang lagi giat-giatnya ngejar ketinggalan tugas-tugas yang dulu sempat terbengkalai. Sementara gw sendiri, karena ini adalah bulan terakhir dari masa magang gw, jadi gw sibuk “mencuri” penilaian baik dari para bos gw. Tapi bukan menjilat lho. Hehehe….. Gw cuma berharap gw akan resmi jadi karyawan tetap di perusahaan gw sekarang karena gw malas kalo mesti mengulang dari awal mencari kerja. Dan imbasnya adalah gw sekarang jadi sering pulang malam karena lembur. Otomatis dengan kesibukan dari masing-masing membuat kami jadi sedikit jarang bertemu. Gw yang dulunya tiap hari menghabiskan malam dengan duduk menghadapi papan catur, sekarang pulang di jam-jam biasanya gw sudah selesai main catur. Hampir tiap hari gw lihat kamar Anna sudah gelap, dia pasti sudah tidur. Kalau sudah begitu gw juga biasanya langsung beranjak tidur di
“ya makan lah. Kan lo tadi ngajakin dinner?” jawabnya“hahaha… keren banget yah dinner di warung mi ayam” ejek gw“buat gw, bukan di mana atau apa yang dilakukan, yang gw nilai. Tapi dengan siapa kita melakukannya” kata Anna dengan sok bijakGw tertawa pelan, “udah ah lo jago banget kalo ngeombal kayak gitu”“yeeeee….. sapa yang ngegombal? Orang gw cuma ngomong biasa kok? Lo ngerasa kegombal yah? Hehehe…” sindirnya“enggak juga tuh” jawab gw jaim“eh eh, gini ajah gini ajah, gw punya ide,” katanya semangat.Gw tau kalo Anna ngomong kayak gitu pasti ide yang keluar adalah ide aneh.“Ide apaan lagi?” tanya gwDia tampak berpikir sebentar lalu tertawa sendiri, “gw punya permainan,” katanya lagi. “Yang kalah nanti harus nraktir makan malem ini”“caranya?” gw kernyitka
Akhirnya kontrak magang gw berakhir dan kini gw berganti status jadi karyawan tetap. Nggak ada perbedaan mencolok memang, tapi sekarang gw mulai memikirkan untuk membangun kehidupan gw di kota ini. Keluarga di rumah menyambut kabar baik ini dengan antusias. Mereka, terutama nyokap, meminta gw pulang sekedar bertemu dan sedikit syukuran. Gw belum tau pasti bisa atau nggak nya, karna terkait jarak yang nggak memungkinkan gw mudik memanfaatkan weekend yang cuma 2 hari. Maka gw sudah memutuskan mengambil cuti pada akhir tahun nanti. Gw juga sudah kangen karena lebaran kemarin gw nggak mudik. Dan nggak kerasa perkembangan karir masing-masing penghuni kosan atas juga berkembang pesat. Candra sudah jadi foreman muda yang potensial. Baru tiga bulan menempati posisi itu dia mulai dipertimbangkan untuk merangsek naik ke supervisor. Keren! Kadang gw pengen seperti dia yang karirnya begitu cepat naik. Dan Anna, dia tetap jadi mahasiswi yang rajin. Sejak terakhir dia menusukkan jarum ke tangan,
Gw langkahkan kaki menaiki tangga dengan malas, hari ini kecewa banget gw gagal mudik gara-gara jadwal penerbangan di delay sampe besok siang jam 10 karena ada trouble di mesin. Maskapai yang bersangkutan memang mengembalikan ongkos tiket sebagai bentuk tanggungjawab dan artinya besok gw bisa pulang gratis, tapi tetep aja gw kecewa karna gw pikir malam ini gw udah bisa kumpul bareng orang tua di rumah. Saat itu sudah hampir jam dua belas malam, beberapa penghuni lantai 1 dan 2 masih asyik ngobrol di luar kamar dan memutar lagu-lagu klasik. Sementara di lantai 3, karena penghuninya memang lebih sedikit, sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Pintu kamar Candra terkunci, sepertinya dia lagi keluar. Gw raih gagang pintu kamar gw, terkunci. Lalu gw rogoh kantong celana, tadi pagi gw yakin gw taroh di situ. Tapi nggak ada! Gw cek lagi di kantong kemeja dan dompet, tetep nggak ada!"Jangan-jangan..." otak gw mulai menerka dan mengingat dengan keras."Di dalam tas!! K