Share

Bab 39

Penulis: Lin shi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-19 21:24:17

Dina masuk ke dalam kamar dan melihat sang suami, Danang, sedang memasukkan pakaiannya ke dalam tasnya. Raut heran tergambar jelas di wajah Dina.

"Mas mau pulang?" tanya Dina heran dengan apa yang dilakukan oleh Danang.

"Iya," sahut Danang singkat, tanpa banyak penjelasan.

"Bukannya lusa baru balik, Mas?" tanya Dina, merasa semakin bingung dengan rencana pulang yang tidak sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya.

"Kebetulan ada kerjaan mendadak," jawab Danang dengan nada datar, mencoba menghindari penjelasan lebih lanjut.

"Mas marah?" tanya Dina mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik sikap Danang.

Danang memutar badannya dan menatap Dina dengan tajam. "Menurutmu?" tanya Danang balik.

Dina menatap Danang dengan lekat, "Mas marah karena apa yang dikatakan oleh bunda, karena bunda tidak ingin menjual sawah itu ? Sudah berkali-kali kami katakan, Mas, kamu tidak akan mau menjual peninggalan ayah. Kenapa Mas tetap ngotot terus membahas hal ini? Bunda kan tidak ing
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 40

    Mobil Danang sudah meninggalkan pekarangan rumah Dina, dan Dina menatapnya dengan sedih. Sejak bangun tidur hingga kepergian Danang, tidak satu kata pun terucap antara keduanya. Perasaan sedih dan kehampaan terasa begitu kuat dalam hati Dina, seolah-olah kesalahannya begitu besar karena menolak untuk menjual bagian tanahnya.Bunda Dina memperhatikan ekspresi putrinya yang sedih, lalu bertanya, "Kenapa tidak ikut Danang pulang, Din?""Dina mau pulang setelah tujuh hari ayah, Bunda," jawab Dina dengan suara lembut.Dina menyimpan kerinduan yang mendalam terhadap ayahnya, dan rencana untuk kembali setelah tujuh hari sebagai tanda penghormatan dan cinta pada almarhum ayahnya. Meskipun hatinya terpukul dengan kepergian Danang tanpa komunikasi yang jelas, ia tetap mempertahankan keputusannya dengan penuh keyakinan.Saat keduanya duduk di teras rumah, dua orang sepasang suami istri mendekati Aini dan Dina d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 41

    Di sekolah, saat jam istirahat tiba, Deni bertanya kepada sahabatnya, Johnny, "Bagaimana cara saya mengembalikan file yang hilang, John?" Deni menunjukkan ponsel ayahnya yang dibawanya kepada Johnny.Johnny mengambil ponsel tersebut dan bertanya, "Ponsel siapa ini, Den?""Ini ponsel ayahku," jawab Deni. "File apa yang hilang?" tanya Johnny, sambil memandang ponsel ayah Deni yang dipegangnya."Aku tidak tahu file mana secara spesifik, tetapi aku ingin menemukan file tersembunyi di ponsel ini," ungkap Deni."Izinkan aku mencoba," kata Johnny. Selama 15 menit, Johnny mencoba mengutak-atik ponsel ayah Deni dengan keringat bercucuran dari dahinya. Akhirnya, Johnny menyerah, "Maaf, aku mencoba tapi aku tidak bisa menemukannya. Lebih baik dibawa ke tempat service ponsel daripada mencari sendiri dan berisiko kehilangan file lainnya," sarannya Johnny.Deni mengangguk mengerti, "Baiklah, aku akan mengikuti saranmu, Johnny. Terima kasih sudah mencoba." Deni merasa lega karena mendapatkan saran

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 42

    Setelah Danang selesai mandi, ia segera meluncur untuk menjemput Sinta di alamat yang telah diberikan oleh Sinta. Mobil Danang melambat saat mendekati lokasi, dan ia nampak Sinta berdiri di pinggir jalan menunggu dengan sabar. Danang langsung menghentikan mobilnya. Ia membuka kaca mobil dan memanggil Sinta, "Sinta!"Sinta, yang tidak menyadari keberadaan Danang dalam mobil yang berhenti di depannya, segera menoleh. Awalnya ingin menggeser tubuhnya menjauhi mobil tersebut, namun panggilan Danang baru ia tahu, yang mengemudikan mobil tersebut adalah Danang."Mas Danang !" Sinta tersenyum cerah saat melihat Danang."Masuk ," kata Danang.Dengan langkah ringan, dia masuk ke dalam mobil dan senyum lembut Danang menyambutnya."Tenyata, kamu mas, aku kira orang iseng yang berhenti depanku. Senang sekali bisa bertemu denganmu, Mas," kata Sinta dengan gembira.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 43

    "Al, kamu lihat apa?" tanya Ayumi, yang melihat keanehan perilaku Alma."Lihat itulah," jawab Alma sambil menunjuk ke arah layar besar di depan."Kenapa kau tidak tertawa?" tanya Ayumi, heran dengan sikap Alma yang tampak serius."Untuk apa tertawa? Film seram kok harus tertawa, aneh," jelas Alma dengan tegas."Kau yang aneh. Semua orang tertawa dan berteriak, tapi kau malah diam saja," sindir Ayumi.Alma tidak menanggapi perkataan Ayumi, dia terus memperhatikan Danang, "Gila !" Alma kesal, saat melihat Sinta berteriak dan memeluk Danang."Cewek genit ! Sepertinya mereka ada hubungan terlarang," gumam Alma dalam hati.Setelah film selesai, Danang dan Sinta berdiri untuk meninggalkan tempat duduk mereka. Alma ingin mengikuti mereka, tetapi Ayumi mencegahnya."Tunggu sebentar, kita keluar nanti biar tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 44

    Hari ini, Dina akan pulang, rencananya Minggu terpaksa diundur menjadi hari Senin ia pulang. Dina telah menyiapkan apa yang ingin dibawa pulang."Din, singkongnya jadi di bawa?" tanya ibunya sambil menunjuk singkong yang terletak di dapur."Ya, Bu. Mau di kasih sebagai oleh-oleh untuk tetangga," jawab Dina dengan tersenyum."Oleh-oleh, kok singkong, Kak," seloroh Deni yang baru saja keluar dari kamarnya."Singkong ini sulit dicari di kota, dan harganya pun cukup mahal," jelas Dina sambil memperhatikan adiknya."Den, bajumu sudah lusuh dan celananya juga pendek, beli yang baru, Kakak akan memberikan uangnya," kata Dina."Tidak perlu, Kak. Sekolah tinggal beberapa bulan lagi, untuk apa beli baju seragam baru," tolak Deni dengan tegas."Baiklah, jika kau tidak mau beli baru," kata Dina.Dina mencoba memahami keputusan adiknya meskipun tetap merasa khawatir tentang penampilan Deni di sekolah. "Apa tidak naik travel saja, Kakak? Daripada naik bus," usul Deni."Naik travel berangkat malam,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 45

    Dina dan Bundanya tiba di terminal. Bus yang akan membawa Dina ke kota segera berangkat. Hati Dina begitu berat untuk naik ke atas bus. Perpisahan dengan Ibunya dan adiknya, serta kenangan bersama sang Ayah, memenuhi pikirannya."Begitu berat untuk meninggalkan bunda dan Deni." Dalam batin Dina.Bundanya melihat keraguan dari raut wajah Dina, "Naiklah, Din," kata Bundanya dengan suara lembut, mencoba menenangkan hati Dina."Bun, jangan rahasiakan apa pun pada Dina. Jika ada apa-apa, hubungi Dina," pinta Dina dengan nada sedikit cemas, karena ia takut kondisi kesehatan ibunya yang tidak begitu baik juga, karena Aini ada riwayat penyakit asma."Iya, jangan khawatirkan, kami di sini. Naik sana," kata Aini, Bundanya sambil memberikan semangat dan berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.Dina pun perlahan melangkah menaiki bus. Ia menoleh ke belakang, melihat Bunda

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 46

    "Yang dihapus belum sebulan, kembali Mas. Tapi, yang lewat dari sebulan, tidak bisa," jawab pemilik service ponsel sambil memberikan ponsel yang dipegangnya.Deni merasa lega mendengar jawaban pemilik service ponsel. Ia langsung membayangkan pesan yang ingin ia ketahui ada di dalam ponsel ayahnya. Ia merasa tak sabar untuk melihat isi pesan tersebut.Deni senang, "Terimakasih, mas." Deni mengeluarkan uang dari saku celananya dan memberikan pada pria tersebut dan pria tersebut memberikan kembaliannya pada Deni."Terima kasih, Mas," ucap Deni dengan penuh syukur."Sama-sama, Mas," balas pemilik service ponsel sambil tersenyum.Deni menggenggam erat ponsel ayahnya tersebut."Semoga apa yang ku curigai tidak betul," gumam Deni dalam hati.Deni pun bergegas meninggalkan tempat service ponsel. Langkah kakinya dengan cepat melangkah menyusuri jalan menuju rumahnya, karena ia ingin cepat-cepat pulang untuk mengetahui rahasia yang ada dalam ponsel ayahnya.Setibanya di rumah, Deni langsung be

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 47

    "Semoga Deni tidak ada masalah. Mas, begitu berat yang harus aku hadapi. Kenapa mas begitu cepat meninggalkan kami."Aini merasa khawatir dengan perubahan sikap Deni. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Deni. Namun, ia tidak ingin memaksa Deni untuk menceritakan masalahnya. Ia yakin bahwa Deni akan bercerita kepadanya jika ia sudah siap.Aini kemudian memutuskan untuk kembali ke dapur dan melanjutkan pekerjaannya. Ia mencoba untuk fokus pada kegiatan memasak, namun pikirannya terus tertuju pada Deni. Ia berharap Deni dapat segera menceritakan masalahnya kepadanya.Deni keluar dari kamar mandi setelah mandi, mencoba menenangkan diri setelah menemukan foto kontroversial di ponsel ayahnya. Ia berusaha tersenyum ketika melihat Ibunya di dapur.Deni melangkah menuju meja makan, "Bunda, harum sekali masakan Bund," ucap Deni mencoba memulai percakapan. 

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27

Bab terbaru

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 78

    Emosinya semakin memuncak. Dalam hati, Danang menyalahkan Dina atas keterlambatannya, meskipun ia tahu bahwa sebenarnya dirinya yang terlambat bangun. Namun, rasa frustrasi tidak memberinya ruang untuk berpikir jernih."Aku harus cepat! Aku tidak boleh terlambat. Ah... ada rapat pagi ini!" pikir Danang tiba-tiba, ingatannya muncul seperti kilatan yang semakin memperparah kekhawatirannya. Ia menambah kecepatan motornya, berharap waktu berpihak kepadanya."Dina, kau benar-benar membuatku kesal!" gumam Danang, suaranya menggeram penuh emosi. Meski jauh di lubuk hati, ia tahu bahwa kesalahannya sendiri yang membuatnya terlambat, bukan sepenuhnya salah Dina.Gas motor ditarik semakin kuat, Danang melaju dengan kecepatan tinggi, membelah keramaian jalan kota yang sibuk. Suara klakson kendaraan lain menyatu dengan deru mesin motornya, namun Danang tak peduli. Fokusnya hanya satu—mencapai kantor secepat mungk

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 77

    Danang terbangun dengan terkejut saat sinar mentari yang terang langsung menerpa wajahnya. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba menyesuaikan pandangan yang masih buram. Pandangannya segera tertuju ke jam dinding, dan matanya melebar saat melihat angkanya."Sudah siang!" serunya dengan nada panik, hampir melompat dari tempat tidur. "Jam setengah delapan!"Ia bangkit dengan tergesa-gesa, satu tangannya menyisir rambut yang acak-acakan, dan wajahnya terlihat tegang. Sambil menghela napas frustrasi, ia berseru dengan nada sedikit meninggi, "Dina! Kenapa aku tidak dibangunkan?"Di dapur, Dina mendengar suara teriakan Danang. Ia menghentikan sejenak gerakannya yang sedang mengaduk secangkir kopi. Dengan ekspresi datar, ia mengedikkan bahunya santai, seolah tak peduli. "Emang aku pengasuh," gumamnya pelan, bibirnya menyunggingkan senyum kecil yang tampak sinis. Tanpa mengubah langkahnya, ia kembali melanjutkan kegi

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 76

    Dina tidak bisa menerima apa yang dilakukan oleh Danang. Tubuh dan pikirannya menolak sentuhan Danang. Pikirannya menyuruh Dina untuk mendorong tubuh Danang menjauhinya. Pelukan dan ciumannya, yang biasanya menjadi sumber ketenangan, sekarang terasa seperti sangkar, menjebaknya dalam labirin perasaan yang tak terucapkan.Kehadiran Danang, yang dulunya menjadi sumber kenyamanan, sekarang terasa seperti pengingat konstan tentang kebencian yang tak terucapkan. Dia adalah teka-teki yang tidak bisa dia pecahkan, melodi yang tidak bisa dia uraikan. Dan seiring berjalannya malam, Dina tahu bahwa satu-satunya cara untuk melarikan diri dari siksaan ini adalah dengan menghadapi kebenaran, menghadapi emosi yang menawannya, dan menemukan keberanian untuk mengucapkan kata-kata yang terjebak di hatinya. Tapi, Dina tidak ingin melakukannya, di saat dia begitu letih dengan apa yang dialaminya hari ini.Tubuh Dina tiba-tiba meronta, "Lepas!!" serunya dengan

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 75

    Dina masuk ke dalam kamar dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 11 malam."Belum pulang juga," gumamnya. Dina kemudian merebahkan tubuhnya dan menarik selimut hingga menutupi hampir seluruh tubuhnya. Matanya terpejam, tubuhnya lelah, dan pikirannya kosong. Ia tertidur tanpa menunggu kepulangan Danang, sesuatu yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Sekarang, ia tidak ingin melakukan itu lagi. Hatinya sudah penuh terisi dengan kekecewaan, tidak ada lagi nama sang suami di dalam pikirannya.Sejak pagi, Dina disibukkan dengan berbagai aktivitas. Ia berlari dari satu tempat ke tempat lain, berusaha menyelesaikan semua apa yang menjadi target masa depannya. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk masa depannya. Dia ingin meraih kesuksesan setelah perpisahannya dengan Danang terjadi. Namun, di balik semua itu, ada rasa lelah yang tak tertahankan.Suara orang membuka pintu pagar. Dan suara motor juga tidak berhasi

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 74

    Deni sedang asyik belajar dalam kamarnya. Buku-buku terbuka di mejanya, pena bergerak cepat menorehkan huruf di atas kertas. Cahaya lampu meja menyinari wajahnya yang kusut karena lelah."Den, jangan tidur terlalu larut, ya," ujar bundanya dengan suara lembut, penuh perhatian. Ia masuk ke kamar Deni dengan langkah tenang, membawa segelas susu hangat di tangannya. Ia meletakkan susu itu dengan hati-hati di atas meja belajar Deni."Minumlah, selagi hangat," lanjut bundanya, senyum hangat menghiasi wajahnya."Terima kasih, Bun," sahut Deni dengan senyum lebar. Ia mengambil gelas itu, meneguk susu hangat tersebut dengan lahap. Rasanya begitu nikmat, menghangatkan tubuhnya dan membuat perutnya terasa nyaman."Sudah malam, Den. Istirahatlah sebentar," kata bundanya sambil mengusap rambut Deni dengan lembut, penuh kasih sayang. "Besok kamu harus bangun pagi untuk sekolah.""Iya, Bun," j

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 73

    "Sudah lama menunggu, Mas? Maaf ya, tadi boss masih sibuk kerja, jadi aku nggak bisa pulang lebih cepat," kata Sinta, suaranya lembut, penuh rasa penyesalan. Nada bicaranya yang tenang membuat hati Danang sedikit terasa nyaman.Danang tidak langsung menanggapi ucapan Sinta. Matanya tertuju pada rambut Sinta yang terlihat sedikit basah, menarik perhatiannya. Ia mengerutkan dahi, seolah mencoba mencari alasan di baliknya.Sinta menyadari tatapan Danang yang begitu lekat mengamatinya. "Ada apa, Mas?" tanyanya, penasaran dengan sorot mata Danang."Rambutmu basah? Kenapa?" tanya Danang akhirnya dengan nada ingin tahu, matanya tertuju pada rambut Sinta yang tampak lembap, sementara alisnya sedikit berkerut."Ah, tadi kehujanan sedikit pas keluar kantor. Ada urusan mendadak, dan aku lupa bawa payung," jawab Sinta sambil tersenyum tipis. Tangannya bergerak mengipas-ngipaskan rambutnya, mencoba

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 72

    Begitu Dina tiba di rumah, Dina langsung membersihkan tubuhnya. Dina berdiri depan cermin dan menatap pantulan tubuhnya dalam cermin, "Pegal sekali," kata Dina sambil memijat pinggangnya yang terasa pegal. Lalu dia kemudian melihat ke arah jam dinding. "Sudah jam 5 sore, aku belum masak. Ahh... untuk apa masak, masak juga tidak ada yang makan," kata Dina."Beli makanan siap saja. Untuk apa capek-capek masak, tidak ada yang makan. Mulai hari ini, jangan pikirkan orang lain. Aku harus memikirkan diri sendiri. Untuk apa memikirkan orang, jika kita tidak dihargai."Lalu Dina mengambil ponselnya dan mencari makanan yang ingin dipesannya. Setelah mendapatkan apa yang ingin dimakannya untuk makan malam, Dina memesan dan kemudian meletakkan ponselnya.Tiba-tiba, Dina terpikir untuk mulai mengumpulkan syarat-syarat untuk mengajukan perceraian. "Aku harus mengumpulkan berkas-berkas untuk mengajukan perceraian. Aku harus mencari buku nikah, sebelum Mas Danang pulang."Dina kemudian melangkah men

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 71

    Dina sibuk merencanakan masa depan setelah perpisahan dengan Danang terjadi, sementara di sisi lain, Danang tenggelam dalam pikirannya yang dipenuhi kegelisahan akibat permintaan cerai dari Dina. Ia terus mencari cara agar bisa membujuk Dina untuk membatalkan niatnya berpisah."Dina harus segera hamil secepatnya," gumam Danang dengan wajah penuh tekad, sambil melamun di ruang kerjanya, memutar otak untuk mencari solusi.Bagaimana bisa hamil, belakangan ini dia tidak mau aku sentuh. Hemmm... Apa aku beri dia obat, agar mau ku sentuh." Danang tersenyum memikirkan idenya yang cemerlang menurutnya."Tok tok " bunyi pintu ruang kerja Danang diketuk, diikuti dengan suara pintu yang terbuka perlahan sebelum Danang sempat memberikan izin. Danang mendongak dari meja kerjanya dengan wajah sedikit terganggu."Dan, sudah daftar untuk ikut family gathering?" tanya Yoga sambil melangkah

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 70

    "Bagaimana kalau kita kembali untuk nego harga sewa?" kata Alma."Ya, baiklah. Aku mau coba nego lagi," kata Dina. Ia berharap bisa mendapatkan harga sewa yang lebih rendah."Kita coba aja, Din," kata Alma. "Yang penting kita berusaha dan tidak menyerah."Keduanya kemudian kembali ke toko milik Bu Linda. Dina mencoba mengumpulkan semua keberaniannya untuk bernegosiasi dengan Bu Linda.Tiba di ruko, Bu Linda masih berada di rukonya tersebut dan tersenyum ramah melihat kedatangan Alma dan Dina."Permisi, Bu," kata Dina. "Kami ingin menanyakan tentang harga sewa toko lagi. Apakah bisa dikurangi?""Ya, Bu. Kami mencoba menghitung biaya yang dibutuhkan. Dan ternyata harga sewanya sedikit tinggi untuk kami. Apakah bisa dikurangi sedikit?" tanya Dina."Hmm, kalau ambil setahun bisa saya berikan diskon 10%. Tapi kalau hanya sebulan, maaf ya, saya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status