"Kita harus melakukan unjuk rasa di depan kediaman duke! Kita akan membakar kediaman itu beserta manusia-manusia yang ada di dalamnya!"
Pria berbadan kekar. Memiliki otot yang keras dan tubuh yang besar. Akan tetapi, pikirannya yang sempit.
Ilkay tidak melanjutnya ucapannya. Ia menatap pria berbadan kekar tersebut dalam diam. tatapannya menyiratkan tanda bahwa ia tidak setuju dengan perkataan pria tersebut.
"Apa yang dia katakan?" tanyaku.
Namun, Ilkay tidak menjawab.
"Orang-orang yang tinggal di kediaman duke telah memakan uang yang tidak pantas! Istana tidak akan bergerak jika kita tidak bergerak lebih dulu!"
"Tentu saja! Perbudakan ini pasti dilakukan secara diam-diam oleh Duke agar tidak ketahuan oleh anggota kerajaan!"
Banyaknya yang protes, banyak yang tersulut emosi, bahkan ada yang mendobrak meja cukup keras. Suasana sangat riuh dan kemungkinan suara mereka sampai ke luar bar ini.
"Wow, mereka sungguh mengerikan," ujar
"Um ... permisi." Aku bersuara, berupaya untuk menepis semua rasa takut dan canggung.Kuperhatikan semua orang yang berada di tempat ini. Mereka memiliki berbagai macam tatapan yang sebagian tidak kumengerti. Mereka bertanya-tanya dan ada juga yang menunggu sambil berkacak pinggang."Apa aku boleh mengutarakan pendapat?" tanyaku.Kutatap pria berbadan kekar itu. Pria itu telah memberikanku kesempatan untuk dijadikan pusat perhatian.'Sebenarnya, aku tidak suka menjadi pusat perhatian.'Pria itu tak kunjung berkata. Ia bungkam sambil menatapku dengan sorot mata yang tajam–meskipun tatapan tajam itu tidak mengerikan jika dibandingkan dengan Ilkay."Apa aku boleh ke sana?"Tanganku bergerak untuk menunjuk tempat yang dijadikan sebagai pusat perhatian dan hebatnya, tanpa perintah dari sang pria berbadan kekar itu, orang-orang yang ada di hadapanku menyingkir. Mereka memberikan jalan dengan tatapan mereka yang penuh dengan rasa penas
"Ada kemungkinan mereka akan mogok kerja yang tentu berdampak pada bangsawan seperti mereka," lanjutku setelah berbicara panjang lebar.Kutatap Ilkay secara diam-diam, lalu suara seorang wanita tadi berhasil mengerjapkanku. Ia berbicara dengan lantang, meskipun wanita itu tidak jauh berdiri di hadapanku. Ah benar, dia sengaja membuat suaranya agara didengar oleh semua orang di dalam bar."Dari mana kau tahu jika pelayan kediaman duke akan kontra terhadap tuannya?"Itu benar. Pertanyaan tersebut memang sewajarnya ke luar dari mulut orang-orang yang realistik. Aku akui bahwa dia wanita dengan daya pikir yang hebat.Toh, tidak mungkin wanita sepertiku–wanita yang dianggap tidak berpendidikan, tidak anggun, sama sekali tidak memiliki makna hidup ini dapat mengetahui lingkungan kediaman duke."Mereka manusia dan mereka tentu memiliki hati nurani," balasku. Setelah itu, aku menarik napas dalam-dalam. Mencoba untuk menenangkan akal dan pikiran untuk
"Itu artinya kita sama saja dengan para bandit."Kesimpulanku berhasil membuat mereka semua membungkam mulut. Orang-orang yang berada di dalam bar merasa terkejut. Sebagian tertegun dengan membuka mulut mereka dengan lebar, sebagian menutup mulut, dan sebagian lagi terkesiap.Mereka terkejut akan kalimat sarkas yang ke luar dari mulut wanita yang terlihat anggun. Ya. Aku tidak peduli.Kali ini, akan aku tunjukkan cara memenangkan perdebatan–adu argumen dengan para pengembara yang otaknya telah tercuci oleh mantan bandit tersebut."Itu tidak benar. Kita hanya–""Bukannya hidup kita telah makmur dengan pasokan yang diberikan dari istana?" tanyaku, seakan sedang menantang sang pria berbadan kekar dengan perang adu mulut.Senyum terlukir di bibirku, membuat pria tersebut menelan air ludahnya yang terasa begitu kering.Aku tahu dia tak bisa menjawab, pria kekar itu telah mengeluarkan desisan. Menahan rasa sakit hati karena kala
"Melakukan pemberontakan sama saja memenggal kepalamu sendiri di tempat umum." Aku menyela ucapan pria berbadan kekar itu–tidak peduli akan tatapan tajamnya."Kapan aksi itu dimulai?" tanyanya.Aku kembali menyunggingkan senyum. "Pagi di esok hari, mereka akan memulai aksi mogok kerja dan akan memberontak di dalam halaman kediaman duke."-oOo-Author POVItu adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh gadis yang bernama Helena. Berkat kerja kerasnya, berkat saran yang diberikan oleh pria yang baru saja dikenalnya, aksi pemberontakan ini berjalan dengan begitu mulus–meskipun ia sempat mengalami masalah di antara para pelayan yang menolak keputusannya."Aku tidak yakin ini akan benar-benar berjalan mulus." Seorang wanita yang lebih pendek darinya berdiri di samping sambil membuang napas pasrah.Helena merasa tertarik. Ia bertanya dengan kedua alis terangkat. "Kenapa?""Karena kita sedang berhadapan dengan pemimpin tiran."
Tak ada percakapan kali ini setelah Ophelia memilih untuk bungkam dan Ilkay yang ternyata juga tidak berniat untuk melanjutkan perdebatannya yang sia-sia.Ilkay hanya melepas rasa bosan dan sekarang lebih memilih untuk menatap jalanan–melakukan hal yang sama dengan Ophelia, berdiri sambil menatap jalanan dengan pandangan kosong.Tidak peduli dengan orang-orang yang berlalu lalang akan merasakan tidak nyaman dari tatapan mereka.Sesekali, Ophelia menguap. Ia menutup mulutnya dengan rapat. Matanya tidak kuasa menahan kantuk. Ini semua karena Ilkay yang menuruhnya untuk bangun pagi, padahal tempat tidur di rumah sewa itu terlalu membuat dirinya nyaman.Setelah menguap, matanya memandang lurus ke depan. Berharap seseorang berjalan mendekati mereka dan ternyata doanya terkabul.Seorang wanita yang tidak asing baginya itu melambaikan sebelah tangannya yang mengarah ke arah mereka."Apa itu orangnya?" tanya Ilkay. Pria itu lebih dulu mengelua
"Ah, itu ...." Tanpa disadari, tangannya bergerak. Memainkan jemari yang menandakan bahwa dirinya merasa canggung. "Te–terima kasih."Ophelia terkejut.Yah, wanita berambut cokelat mahoni itu tidak menunggu ucapan terima kasih dari Helena. Ia berniat untuk tersenyum seraya meminta maaf. Akan tetapi, ucapan terima kasih dari Helena terdengar tulus meskipun wanita itu terasa canggung.Kali ini ... untuk yang pertama kalinya, Ophelia Aelios yang telah membuang nama Lotus setelah kehidupan keduanya menerima ucapan terima kasih dari seseorang.-oOo-"Aku sudah mengetahuinya," ucap Ilkay dengan nada santai yang dibuat-buatnya.Ophelia yang terkejut bukan main itu sukses membelalakkan matanya. Mulutnya terbuka lebar mendengar ucapan Ilkay."Darimana kau tahu?" tanya Ophelia. Ia berusaha untuk tetap tenang dalam keadaan apapun.Ilkay membalikkan tubuhnya. Semilir angin pada saat itu membawa hawa dingin yang menusuk tulang Ophelia
"Ah, iya ... aku mengatakannya pada saat itu," jawab Ophelia. Ia berusaha tersenyum selayaknya senyuman Ilkay, akan tetapi mengapa terasa sulit?"Kau membutuhkan teratai putih kuno setelah Kerajaan Lotus dihancurkan. Bukankah kekuatanmu dalam masa yang tidak stabil?" tanya Ilkay.Deg.Bagaikan jantungnya berhenti berdetak dan petir menyambar di benaknya secara berkali-kali, Ophelia benar-benar membungkam mulutnya pada saat itu."A–aku ....""Tidak masalah jika kau menyembunyikannya," sela Ilkay.Namun, bukan itu maksud dari wanita berambut mahoni tersebut. Dengan cepat ia menggelengkan kepala dan berdeham untuk memperbaiki jantung yang masih saja berdetak tidak karuan.Setelah jantungnya ia perbaiki dengan baik, mata nan indah itu menatap tajam pada Ilkay. Tentu saja, pria berambut kuning keemasan itu masih saja menunjukkan senyuman yang entah mengapa kali ini berhasil membuat Ophelia kesal."Dari mana kau mengetahuinya?"
Disakiti atau menyakiti?Ophelia tidak akan pernah mengetahuinya jika ia tidak pernah mengalaminya.Tak cukup waktu yang lama ia menyadari akan perubahan rasa hatinya pada Ilkay. Ke mana tingkat kewaspadaannya? Mengapa berubah menjadi rasa nyaman yang pernah membuatnya mual?Dia kembali mengangkat wajah, menatap rambut keemasan itu berpadu dengan warna alam yang dominan hijau.Mengingatkannya pada ksatria yang menjadi pengkhianat kerajaan hanya demi dirinya tak lagi hidup penuh penderitaan."Kau mengetahui bahwa aku pemilik kekuatan purnama merah, bukan?"Ilkay bungkam. Anehnya, pria itu tersentak dan menghentikan langkah kakinya. Aura gelap begitu terasa di sekitarnya membuat mau tak mau Ophelia menelan air ludahnya dengan begitu sulit.'Apa aku salah bicara?' pikir Ophelia. Akan tetapi, ia yakin bahwa dirinya tidak bersalah."Kau tahu tentang manusia abadi?" tanya Ilkay.Ophelia bertanya dan dibalas dengan pertanyaan I
“Siapa gadis itu, Yang Mulia?”Aku menutup mulutku dengan rapat. Kedua alis terangkat dan tubuhku seperti menjadi patung.Bisikan-bisikan semakin terdengar jelas dari belakang. Para pelayan itu semakin menunjukkan rasa penasarannya satu sama lain.Tak bisa berkata-kata, aku pun terus menatap punggung kekar Ilkay yang dibalut jubah kumuh.“Vander,” panggil Ilkay.Pria bernama Vander itu menatap Ilkay penuh penasaran. Tatapan seolah tidak ada tujuan untuk hidup, hanya mengikuti perintah dari seseorang.“Akan kujelaskan nanti setelah kita makan malam. Kau pastinya belum makan malam, bukan?” tanya Ilkay.Terlihat bahwa Vander tertegun. Dia membungkuk, tangan kirinya di letakkan di dada. Tanpa melihat Ilkay, pandangannya tertuju pada tanah.“Ya, Yang Mulia. Akan saya pinta pada kepala koki untuk memasakkannya,” balas Vander.Ilkay mengangguk. Dia berbalik secara tiba-tiba, membuatku terperanjat kaget.Wajah berseri tak pernah pudar di wajahnya setelah memasuki mansion ini. Matanya menatap
“Aku akan jelaskan nanti– jadi, kalian akan membiarkanku berdiri di sini?”Lantas, dua wanita yang tampaknya sangat mengenal Ilkay itu segera berdiri. Mereka beranjak, sambil membungkuk, dan salah satu mereka berjalan mendekati pintu.Pintu tersebut digedor, sampai seorang pria berzirah membuka pintu dengan raut wajah masamnya.Mulutnya hendak terbuka menanyakan apa yang terjadi, tapi kembali tertutup bersamaan dengan mata membelalak kaget.“Oh– Astaga– HORMAT SAYA PADA YANG MULIA.”Aku tercengang. Melihat ksatria tersebut juga menunjukkan sikap yang sama dengan dua pelayan wanita itu.‘Sebenarnya, apa yang terjadi?’Tidak mungkin jika pria di hadapanku saat ini merupakan orang yang disegani atau bisa dibilang dari keluarga kerajaan.Namun, jika dilihat-dilihat, perawakan yang berwibawa dengan senyum profesional, terlihat seperti bangsawan ataupun keluarga kerajaan yang telah diajarkan cara menyimpan masalah melalui senyum manis mereka.Pelajaran etika yang tidak pernah diajarkan pada
Aku hanya mengikutinya dari belakang. Lagi dan lagi, entah mengapa aku terlalu menurut pada pria itu.Langkah demi langkah, kudengar terus suara tebasan semak belukar yang ada di depanku. Hanya menggunakan pedang panjang, dia memotongnya dalam sekali tebasan. Begitu hebat dan kuat.Aku pun menengadah. Secara perlahan, langit mulai menggelap. Kini, langit berwarna jingga telah berubah menjadi biru gelap yang dihiasi oleh bintang-bintang.Suara hewan yang ada di hutan ini cukup mengerikan, sunyi senyap yang ditemani dengan suara lolongan.Ilkay tadi mengatakan akan membawanya ke tempat istirahat, tapi maksud dari istirahat tersebut apa?Tak berani mulutku bergerak untuk menanykanannya. Aku diam membisu seperti anak ayam yang baru saja dikenai berang sama induknya. Lalu, mengekor ke sana kemari dalam diam.“Kita sampai,” ucap Ilkay.Aku mengalihkan pandangan. Menatap kakinya yang tidak lagi melangkah. Aku pun ikut berhenti.Kutatap punggungnya yang lebar, lalu bergerak menyamping untuk m
“Kekuatan?” tanya Ilkay. Aku mengangguk. “Purnama bulan merah.” Dapat kurasakan keheningan yang mencekam. Melihat Ilkay dengan mata yang sedikit melebar, menunjukkan manik mata biru permata yang indah, lalu mulut tertutup rapat seakan dia terkejut mendengar ucapanku tadi. “Kau tahu cara mengendalikannya?” tanya Ilkay. Barusan, kekuatanku muncul bisa kemungkinan karena untuk melindungiku … tapi, dibilang melindungi, kenapa saat itu aku tidak dilindunginya? Tubuh yang mudah hancur ini tidak tahu cara mengeluarkan kekuatan, apalagi mengendalikannya. Aku pun menggeleng hebat. Menatap Ilkay dengan rasa penuh bersalah dengan kening mengernyit dan mulut cemberut. “Tidak. Aku tidak tahu. Kekuatan itu muncul begitu saja,” jawabku. Entah mengapa … aku merasa diriku yang dulu, bahkan yang sekarang sama-sama merepotkan. “Jadi, dia muncul saat-saat yang genting, huh?” Ilkay bergumam, tapi aku dapat mendengar ucapannya dengan jelas. Kepalaku terangkat untuk melihat wajahnya lagi. Sambil b
‘Bajunya–’ Mata Ophelia melebar. Mulutnya sedikit ternganga. ‘Ledakan tadi pasti membuat Ilkay kehilangan fokus.’ Hingga, dia kembali pada keadaan Ilkay yang saat ini bertarung melawan Hydra.[]Ophelia POV‘Bajunya–’ Aku melebarkan mata dan bahkan mulutnya menganga melihat ujung bajunya sedikit robek dan penampilannya yang kusut.Kucoba untuk tenang, sambil menatap Ilkay.‘Ledakan tadi pasti membuat Ilkay kehilangan fokus.’Aku pun mengalihkan pandangan. Menjatuhkan pandanganku pada monster yang ternyata sudah menyadari keberadaan kami. Akan tetapi, Ilkay tampak tidak mengetahui ada monster yang sedang menatap kami dengan intens.Tanganku bergerak mengarah ke monster tersebut dan monster itu pun bergerak bersamaan aku memegang tangan kananku.Kedua bahuku terangkat, spontan mataku memejam melihat monster besar tersebut bergerak cepat.‘Bagaimana cara mengeluarkan kekuatan tadi!?’ pikirku.Pikiranku terus tertuju pada kejadian yang sebelumnya. Dimana secara tiba-tiba ledakan terjadi
“Apa tidak ada yang bisa aku bantu?" tanyaku, meskipun tak ada orang yang mendengar pertanyaanku. Lagi-lagi aku mendengus. Tapi, kali ini perasaanku berbeda dari sebelumnya. Tubuhku secara tiba-tiba menggigil dan sesuatu yang ada di belakangku membuat tubuhku membeku. Bayangan yang besar ada di bawah, dan aku dapat menduga siapa yang ada di belakang hanya dengan hangatnya nafas yang mengepul mengenai puncak kepalaku. Mataku melebar, mulutku terkunci, dan suaraku tercekat hanya untuk berteriak. Aku dapat menduga bahwa sesuatu yang besar mengancam nyawaku dan ketika aku berbalik– Ledakan pun terjadi. [] Ilkay berusaha menghindari serangan semburan api yang keluar dari mulut Hybrid. Dia terperanjat kaget ketika mendapati suara ledakan yang begitu nyaring dan besar berada di dekatnya. “Suara apa itu!?” tanyanya. Sempat untuk membalikkan tubuh, mengalihkan pandangan tepatnya pada tempat Ophelia bersembunyi. Ilkay melebarkan mata. Dia tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tapi
“Setidaknya, biarkan aku membantumu,” pintaku, seakan memelas kepada Ilkay.Namun, alih-alih mendapat izin, Ilkay justru tertawa sinis. Ya, aku yakin dia sedang merendahkanku.“Apa yang bisa kau lakukan?” tanya Ilkay.Pada saat itu, suara lolongan dari serigala terdengar dari dekat. Itu berasal dari monster yang baru saja datang ke tempat ini. Badannya sangat besar, tapi bisa dikatakan sebagai badak. Pada pundaknya, terdapat duri-duri seperti landak dengan ujungnya yang berwarna merah. Seolah merah merupakan darah para penjelajah atau pemburu yang gagal melawannya. Sedangkan wajahnya … seperti serigala dengan mulut yang panjang dan telinga seperti singa. Semua giginya merupakan gigi taring dan itu pun dipenuhi dengan lendir.‘Mo
Aku pun menggeleng hebat yang membuat Ilkay mengernyit.“Kenapa?” tanya Ilkay meminta penjelasan akan sikapku.“Kau ingin melawannya?” tanyaku.Mendengar pertanyaan yang dilontarkan padanya, Ilkay pun menjawab,“Jika aku tidak melakukan itu, mereka akan tetap berada di sini.”Pandangannya berganti pada Hydra yang tak kunjung beranjak dari tempatnya. Sorot mata Ilkay menajam dan tangan yang disembunyikan dari jubah yang sedang dikenakan itu ia keluarkan. Terlihat jelas pedang yang pernah sekali ia gunakan.“Hydra dapat mencium bau manusia dan selama kita tidak muncul, mereka akan tetap berada di tempat ini.”
"Kau ...."Ilkay mengeluarkan suaranya, tapi suara tersebut terhenti begitu saja, sampai tangannya bergerak menuju tangan dan menutup wajahnya. Ia mendengus sambil mengusap wajah dengan kasar.Sebenarnya, aku tidak peduli dengan reaksinya. Tapi, melihat pria pengembara itu terlihat frustasi, aku pun mengalihkan pandangan.Aku mencoba untuk berdiri dan membersihkan kedua tangan dengan baju, tapi– ah, sayang sekali jika baju ini kotor. Hanya ada satu baju yang tidak dapat diganti sebelum pria pengembara dengan rambut pirang itu mau membelikanku baju lagi; meskipun itu tidak mungkin.Ilkay yang ada di sampingku menjangkau tanganku, memegangnya dan membersihkannya dengan sapu tangan yang tiba-tiba ada dari dalam jubahnya.&