Beranda / Romansa / Cassy / Pengakuan

Share

Pengakuan

Penulis: Merry
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Jangan asal ngomong ya ... Siapa yang mendengkur coba? Lagian kenapa juga Aku bisa ada di sini? Dan tadi ... Pas bangun, kenapa Kamu melihat seperti itu? Jangan-jangan ... Kamu ...."

Pria itu masih menatapku tajam, "Jangan berfikir macam-macam. Saya tidak tertarik dengan perempuan lemah seperti Kamu. Jika sudah merasa baikan, silahkan pergi dari ruangan kerja Saya!" Suaranya pelan, tapi semua kalimat yang terucap dari mulutnya adalah kata-kata yang menyakitkan untuk didengarkan.

"Salah sendiri bawa Aku kesini. Siapa juga yang mau lama-lama dengan vampir menakutkan seperti Kamu!" ucapku dengan nada yang tinggi. Aku tidak bisa menahan emosi melihat wajahnya yang tak ada ekspresinya itu.

"Saya hanya ingin menjaga reputasi bisnis yang tengah saya bangun. Tidak lebih dari itu. Baik, Sekarang Kamu saya antar pulang."

"Oh ... Jadi Kamu ya

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cassy   Janji Temu

    Cassy masih berkutat dengan pikirannya sendiri, sampai akhirnya ia memutuskan untuk mengambil handphone yang tadi ia letakkan begitu saja di sampingnya."Berhenti memikirkan pria aneh itu Cassy, banyak hal yang harus dipikirkan setelah ini. Salah satunya adalah membereskan urusan dengan Raka dan Mona!" ucap Cassy pada dirinya sendiri.Gadis berkulit putih bersih bak pualam itu teringat akan banyaknya panggilan tak terjawab dan pesan masuk yang tak terhitung jumlahnya tadi, akhirnya ia pun memutuskan untuk mengeceknya satu per satu.Raka dan Mona yang memenuhi hampir semua pesan dan panggilan yang tidak terjawab. Cassy terus membaca ... hingga satu nama menarik perhatiannya, Dimas.Apa kabar pria itu, Cassy langsung mengecek pesan singkat darinya ...."Hai Cass ... Apa kabar? Kamu udah balik belum? Mas

  • Cassy   Putus

    Cassy memberikan senyuman terbaik yang ia punya saat berhadapan langsung dengan Mona dan Raka yang kini tak mengedipkan matanya sekalipun saat melihatnya."Hai Mon, Ka ... Sorry agak lama, tadi masih harus belanja sedikit" ucap Cassy sembari mengangkat tas belanjaannya yang tak terlalu besar itu."Santai aja lah Cass, ini juga Aku dan Raka belum lama kok. Baru selesai meeting tadi, ya kan Ka?" jawab Mona sambil tersenyum dan beralih menatap Raka yang terlihat gugup tak bisa mengalihkan pandangannya dari Cassy yang terlihat ceria."Aku langsung duduk aja ya ..." ujar Cassy sambil menarik salah satu kursi dan duduk tepat di depan Raka, Pria itu tiba-tiba terbatuk. Mona langsung menyodorkan ia minuman yang sudah tersaji di depan mereka sejak tadi.Cassy hanya tersenyum melihat Raka yang tampak jelas salah tingkah di depannya.

  • Cassy   Berkenalan

    Cassy mencoba menghapus air matanya yang terus menetes dengan telapak tangannya, ia berlari dengan menundukkan kepala. Khawatir jika ada yang mengenali. "Bukkk ... "Gadis itu menabrak sesuatu ... Atau seseorang? Sepertinya memang ia menabrak seseorang, dan orang itu berdiri tepat di depannya. Beruntung Cassy tidak terjatuh tadi, ia hanya terdiam mematung di depan pria itu. "Cassy, Kamu nggak apa-apa kan?" tanya Raka terdengar khawatir. Ia berdiri di belakang Cassy sekarang. 💍💍💍Sebelum Cassy mengalami tabrakan dengan Pria yang sudah membelakanginya tanpa berucap satu kata pun itu, terjadi ketegangan antara Raka dan Mona."Sudah! hen

  • Cassy   Curahan Hati

    Tiga hari yang melelahkan akhirnya berlalu dengan begitu banyak emosi yang terlibat di dalamnya.Meski berat, tapi Winda melepaskan kepergian putrinya kembali ke Negeri Kangguru.Hanya sebulan lagi ia harus menahan rindu pada putri semata wayangnya. Tapi waktu yang singkat itu tetap terasa sangat lama bagi seorang Ibu yang dilanda rindu."Hati-hati ya Sayang di sana. Jaga kesehatan. Kalo udah sampai di apartemen langsung kasi kabar.""Iya Mah. Pasti Cassy langsung ngabarin."Cassy dan Mamanya kembali berpelukan dalam haru. Sedih, tapi Cassy selalu meyakinkan sang Mama untuk tetap sabar. Sebentar lagi ia akan lulus dan akan menetap di Indonesia.💍💍💍Cassy telah sampai di Bandara Udara Internasional Adelaide. I

  • Cassy   Pertemuan di Restoran

    Pagi yang cerah dengan kicauan burung menyambut sang surya yang mulai menghangatkan Bumi dengan segala isinya. Di kediaman Darian Retiansyah yang kini kembali sunyi tanpa kehadiran sang putri yang telah kembali ke Australia, tampak sepasang suami istri yang masih tetap mesra di usia pernikahan mereka yang sudah menginjak 22 tahun tengah menyantap sarapan sambil bertukar cerita. "Mama ada acara apa hari ini?" tanya Ardian pada sang istri setelah menenggak air putihnya. "Rencananya sih Mama mau ke Restoran Pa, mau ngecek untuk acara arisan besok." "Kenapa nggak di rumah Ma?" "Pengen cari suasana baru aja Pa, selain itu ... Mama juga pengen ketemu sama owner restorannya ...." Ardian menatap istrinya dengan dahi mengkerut, tanda ia sedang bingung atas pernyataan sang istri lontarkan barusan. Winda yang melihat wajah Ardian hanya bisa tersenyum, ia tahu betul arti dari tatapan sang suami yang kini

  • Cassy   Telepon Dimas

    “Sudah jadi tugas saya untuk melakukan hal itu,” ujar Dirga sambil tersenyum hangat dan ia pun melanjutkan, “Bisakah saya menjaga Puteri Bapak dan Ibu seumur hidup saya?”Ingin rasanya Dirga menjawab seperti itu, namun sebisa mungkin kalimat itu ditahannya dalam hati. Sebaliknya ia hanya tersenyum sambil berucap, "Iya Pak, sama-sama." Pria itu mengutuk dirinya sendiri yang kini merasa bodoh dengan jawabannya yang terlanjur diucapkan.Pembahasan mengenai Cassy pun telah berakhir berganti dengan topik yang lain. Tampaknya Winda dan Evi punya banyak hal yang ingin dibahas, Darian yang ada janji dengan Client di tempat lain langsung berpamitan dengan mereka semua dan Dirga yang juga merasa tak pantas berada diantara obrolan seru kedua wanita yang ia hormati itupun segera undur diri untuk kembali ke ruangannya. Bukan hanya untuk bekerja, tapi ada hal penting lain yang ingin ia pastikan. Sesuatu yang beberapa ha

  • Cassy   Permintaan

    Pov CassySenang rasanya saat semua urusan di sini berjalan lancar, sedikit lelah namun tetap menyenangkan. Bagaimana tidak, aku bisa menikmati hari dengan perasaan lebih bebas tanpa beban. Kadang untuk membunuh waktu aku menemani sahabatku Tiara di tempatnya bekerja, sekedar untuk makan camilan atau minum jus favoritku.Hari minggu adalah hari tanpa aktifitas berarti bagiku dan tiara, ia libur dari kerjanya sedangkan aku? Mulai membuka kembali blok kuliner yang sempat terhenti ku awasi selama beberapa waktu. Sedang asyiknya memilih foto makanan yang beberapa hari lalu aku ambil di kedai makan, ponselku yang tergeletak begitu saja di atas meja berdering.Dengan gerakan malas, aku mengambil benda pipih itu, untuk melihat siapa yang menelpon pagi-pagi begini. Dimas, sebuah nama yang paling banyak dalam list panggilan telpon ku sekarang."Pagi Cassy," Suara khas Dimas langsung menyapa begitu kutekan

  • Cassy   Apa kau menyukainya?

    Tak ada yang lebih menyesakkan hati siapapun selain kebohongan yang menyakitkan. Dimas terpaksa melakukannya, meski ia tahu konsekuensi atas perbuatannya adalah rasa sakit itu sendiri.Tepatnya, Dimas tengah menyakiti hatinya yang sudah terpaut pada Cassy setelah sekian lama dan harus melepaskannya dengan harus membuat gadis itu ikut tersakiti. Meski belum terlalu yakin, tapi Dimas merasa bahwa Cassy mulai memiliki rasa untuknya, satu hal yang tentu membahagiakan.Tapi fakta yang tersaji di depan mata, nyatanya mampu memadamkan segalanya. Panggilan suara dari Dirga Aditya semalam adalah alasannya melakukan semua ini."Gimana kabar kamu di sana Dim?" tanya Sang Kakak di seberang sana."Baik kak, kabar kakak dan bapak sama ibu gimana?""Baik juga. Kapan kamu balik?""Rencananya minggu depan kak, masih ada beberapa hal yang belum selesai."

Bab terbaru

  • Cassy   Kemarahan Raka

    "Apa maksudnya ini?" tanya Raka sambil memperlihatkan video antara aku dan Cassy di restoran tadi, dengan tatapan penuh amarah. "Kenapa tanya aku sayang? Si Cassynya aja tuh yang keterlaluan. Malah di sini aku yang sakit lo. Sampai sekarang pipiku masih terasa perih.""Berhenti pura-pura Mona! Aku tahu semua ini rencana busukmu kan? Aku juga sudah tahu bagaimana kau menjebakku dulu, agar aku bisa tidur denganmu!" Bentak Raka dengan suara yang sangat keras. Aku belum pernah melihat ia semarah ini. "Tapi sayang, aku ...""Jangan panggil aku sayang! Jijik aku melihatmu Mona! Mulai hari ini, menjauhlah dari kehidupanku! Gara-gara kebusukanmu, aku harus kehilangan Cassy! Kita putus! Keluar kau dari sini!""Jangan sepert ini Raka. Aku mohon, aku cinta sama kamu sayang. Aku melakukan semua ini, karena rasa cintaku padamu yang terlalu besar. Tolong jangan tinggalkan aku ...." Tangisku pecah. Aku mengiba padanya sekarang. Aku benar-benar tak menyangka ia

  • Cassy   Rencana Mona

    "Sudah puas kau Cassy?" teriakku sambil menitikkan air mata. Semua yang ada di rumah makan itu, langsung menoleh ke meja kami. "Belum Mona, ini tidak seberapa. Rasa sakit hati yang kalian torehkan di hatiku lebih pedih dari tamparan ini.""Kau salah sangka Cassy, ini tidak seperti yang kau duga ... aku ...." Belum selesai ucapanku, tiba-tiba Dimas langsung datang menarik tangan Cassy. "Ayo pulang Cassy, jangan sampai kamu masuk perangkap perempuan berbisa ini!""Kamu jangan fitnah aku ya, dasar perebut pacar orang! Kamu yang sudah merebut Cassy dari Raka kan? Sampai Raka berpaling padaku!""Maksudnya?" Cassy terlihat bingung atas pernyataanku barusan. "Gak ada gunanya meladeni perempuan sinting ini! Ayo Cass ... kita pergi dari sini!""Kasihan sekali Raka ..." Aku menangis histeris seiring dengan langkah kaki Cassy yang diseret Dimas dari rumah makan. Setelah mereka tak nampak, aku langsung duduk d

  • Cassy   Mona

    Aku tak menyangka semudah itu Cassy menuruti permintaanku untuk bertemu dengannya. Aku kira ia akan meradang atau bahkan menghindar dariku, ternyata perkiraanku meleset, gadis itu bahkan terdengar sangat tenang dan langsung menyanggupi untuk bertemu.Di sinilah aku sekarang. Di sebuah rumah makan yang jadi tempat favoritku dulu saat masih sangat dekat dengan Cassy, ia yang memilih tempat ini untuk berjumpa.Sudah sekian lama aku tak datang kemari, karena aku memang tak ingin datang atau melakukan sesuatu yang sering aku lakukan dengan Cassy. Aku sangat membencinya.Seperti sekarang, baru saja duduk di rumah makan ini, memoriku kembali berputar ke masa silam saat aku sering makan di sini bersama Cassy."Mon, kamu mau kan tinggal bareng aku?" tanya Cassy kala itu, ia mengutarakan maksudnya untuk mengajakku tinggal bersama memang di rumah makan ini. Aku baru tersadar hal itu seka

  • Cassy   Komentar

    Rencana awal untuk tinggal dulu di Australia, karena ingin menenangkan diri nyatanya harus berubah. Cassy memutuskan untuk pulang bersama kedua orangtuanya dan menyelesaikan urusannya dengan Raka dan Mona."Kamu yakin Cass?" tanya Tiara saat Cassy mengutakaran rencanya untuk pulang esok hari."Sangat yakin Ra, aku gak bisa begini terus. Mereka sangat keterlaluan. Bukan hanya aku yang diserang, tapi juga Dimas dan Dirga.""Baiklah, aku akan mendukung apapun keputusanmu. Titip Ibu ya Cass, aku harus di sini dulu untuk menunggu semua dokumen dari kampus kita lengkap dan juga aku akan mengajukan pengunduran diriku dari Cafe.""Makasih ya Ra, kamu emang sahabat terbaik aku." Cassy langsung memeluk sahabatnya yang langsung menyambut dengan pelukan hangatnya.***Sesuai dengan rencananya, Cassy pulang bersama mama dan papanya serta ibunda Tiara. Mereka jug

  • Cassy   Artikel

    "Kenapa kamu ngajak aku ke sini?" tanya Tiara pada Dimas saat mereka mulai menjauh dari tempat Cassy dan Dirga. "Bagaimana jika nanti mamaku juga salah paham? Kamu nggak lupa kan, di sini bukan hanya ada kita berempat?" Lanjut Tiara memastikan."Aku tahu, tapi sekarang waktu yang tepat untuk membuat Cassy dekat dengan kak Dirga," jawab Dimas sembari memilih kursi untuk mereka duduk.***Sementara itu, Cassy dan Dirga larut dalam makan malam mereka, ternyata Dirga tak sedingin yang Cassy duga. Bahkan dibalik obrolan santai mereka, terselip ilmu cullinary art yang bisa Cassy pelajari.Dirga adalah pria cerdas dengan ide-ide fresh yang sangat pantas untuk mendapatkan apresiasi. Bahkan kesan dingin yang selama ini tertanam dalam benak Cassy tentang dirinya perlahan memudar hanya karena mendengarkan ia bercerita. Mungkin bukan dingin, tapi berkharisma. Itu adalah definisi sosok seorang Dirga di mata Cassy sekaran

  • Cassy   Wisuda

    "Iya, kamu kenal dengan kakakku?" tanya Dimas penasaran, sejak mengetahui ketertarikan Dirga pada Cassy, ia memang tak pernah tahu sedekat apa mereka berdua."Hanya pertemuan yang tidak disengaja." Cassy menjeda ucapannya untuk menunggu reaksi dari Dimas, walau gadis itu tidak yakin, reaksi seperti apa yang ia inginkan. "Dim, kamu datang kan minggu depan?" ucap Cassy pada akhirnya, saat menyadari tak ada respon apa pun dari Dimas."Minggu depan?" tanya Dimas memastikan, ia sedang sibuk dengan fikirannya sendiri. "Iya, minggu depan kan wisudanya Winda ...""Kamu juga kan?" Dimas bertanya dengan polosnya karena Cassy hanya menyebutkan nama Winda. "Tentu saja, tapi bukankah Winda yang jadi prioritas kamu sekarang?""Bagiku sama saja Cass, kamu dan Winda ... aku usahakan buat datang," pungkas Dimas.***Sudah dua puluh menit sambungan telpon dengan Dimas berakhir, namun Cassy masih belum bisa

  • Cassy   Kesepakatan

    Sudah jam tiga pagi, tapi mata Tiara bahkan tak bisa terpejam walau hanya semenit. Permintaan Dimas yang jadi penyebabnya.Waktu istirahatnya terganggu dengan panggilan telepon pagi tadi. Nomor tak dikenal menghubungi. Dengan santainya Tiara menjawab panggilan yang tak pernah ia duga akan membuatnya dilema seperti saat ini."Apa yang bisa aku bantu?""Terima panggilanku setiap hari mulai saat ini, sebisa mungkin aku akan menghubungimu.""Mengapa aku?""Agar Cassy terbiasa, ini semua untuk kebaikannya Tiara ....""Maksudnya gimana Dim? Ada apa sebenarnya?""Sepertinya kakakku menyukai Cassy, jadi aku akan mulai menjauh darinya. Tapi aku butuh bantuan darimu untuk meyakinkan Cassy, mari berpura-pura kita saling mengagumi.""Mengapa harus aku?""Karena kamu adalah yang paling dekat dengannya sekarang

  • Cassy   Menahan Rasa

    DIRGA PoVSuka? Benarkah itu yang aku rasakan pada gadis itu? Aku belum yakin sepenuhnya. Ada sebuah daya yang mampu membuatku ingin mengenalnya lebih dekat, magnet atau apa pun itu sebutannya, aku tidak tahu. Ya, seabsurd itu perasaanku pada gadis yang belum lama ku kenal, justru disaat ia bersitegang dengan kekasihnya, atau mantan kekasihnya? Entahlah, dalam dua kali perjumpaan aku selalu ada diposisi yang sama. Berada di tengah pertengkaran mereka, aku tidak tahu apakah itu pantas untuk dibanggakan atau tidak."Kak Dirga? Halo?" Bayangan tentangnya kembali menggangguku, bahkan disaat aku sedang dalam sambungan telepon dengan adikku."Gimana Dim? Sorry, tadi ada email masuk dari teman kakak." kilahku dengan suara yang kucoba lebih tenang."Enggak Kak, lupakan saja. Oh iya, ada yang bisa Dimas bantu nggak?" Entah apa yang ia sembunyikan, jelas-jelas aku mendengar pertanyaannya soal perasaanku pa

  • Cassy   Apa kau menyukainya?

    Tak ada yang lebih menyesakkan hati siapapun selain kebohongan yang menyakitkan. Dimas terpaksa melakukannya, meski ia tahu konsekuensi atas perbuatannya adalah rasa sakit itu sendiri.Tepatnya, Dimas tengah menyakiti hatinya yang sudah terpaut pada Cassy setelah sekian lama dan harus melepaskannya dengan harus membuat gadis itu ikut tersakiti. Meski belum terlalu yakin, tapi Dimas merasa bahwa Cassy mulai memiliki rasa untuknya, satu hal yang tentu membahagiakan.Tapi fakta yang tersaji di depan mata, nyatanya mampu memadamkan segalanya. Panggilan suara dari Dirga Aditya semalam adalah alasannya melakukan semua ini."Gimana kabar kamu di sana Dim?" tanya Sang Kakak di seberang sana."Baik kak, kabar kakak dan bapak sama ibu gimana?""Baik juga. Kapan kamu balik?""Rencananya minggu depan kak, masih ada beberapa hal yang belum selesai."

DMCA.com Protection Status