“Mau Abang praktekkan?!” Tanyanya begitu jumawa. Hingga hanya akun jawab dengan anggukan.
Setelah mengucapkan kata itu, bahkan ia langsung menarik nafas dalam-dalam seperti akan benar-benar mempraktekkan.
“Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha Alyah Putri binti Rahman Effendi alal Mahril Madzkuur wa Radhiitu bihi, Wallahu Waliyut Taufiq.”
Dia bahkan dengan lantang mampu mengucapkan kata yang seharusnya tidak ia ucapkan saat ini. Suaranya yang tegas utu bahkan mampu mengundang beberapa orang mengintip kami.
Seketika saja aku menutup wajah dengan kedua tangan. Kenapa punya calon suami gini amat. Malu-maluin!
“Udah nggak sabar nikah niih rupanya!” Ucapan dengan bahasa Inggris dari dengan rambut coklat seperti bang Genta yang bahkan aku belum tahu namanya itu menyadarkan bang Genta.Wajah yang semula menatapku heran itu kini akhirnya berbalik arah, melihat apa yang sedang terjadi di balik pungg
Ada banyak hantaran yang kini memenuhi kamarku, masih dengan bingkisan-bingkisan indah hingga sangat sayang jika di buka. Namun demi menghemat tempat, saking banyaknya hantaran akhirnya aku buka beberapa dari bingkisan-bingkisan itu.Di pojok sana juga ada tiga karton camilan yang di berikan bang Genta saat tadi pamit pulang.“Eh kenapa masih bawa kardus ke dalam. Bukannya tadi hantarannya semua sudah masuk?” Mama bertanya pada bang Genta sedang aku hanya melihatnya sekilas saat baru keluar dari kamar “Kalau yang tadi kan, hantaran Tante, makanannya bisa untuk semua orang. Dan itu juga dari Mama sama Papa, kalau ini dari saya, buat, Alyah.” Ngapain pakai pasang muka malu-malu kayak gitu segala!Aku heli sendiri saat melihat ekspresi wajah bang Genta.Mungkin kalau saudara-saudaranya masih ada di sini dia akan kembali dijadikan bahan olokan oleh mereka. Namun ternyata orang-orang yang masih berkumpul diruang tamu itu yang bergantian menggoda bang Genta.Astaga, punya calon gini amat.
Jika bra, kenapa ini terlalu besar. Jika dikatakan baju, kenapa ini terlalu menerawang. Jika dikatakan kardigan ...Tak akan berhasil jika hanya menerka-nerka. Aku menyerah menebak nama kain itu, hingga dengan ragu, aku mulai membuka google dan menscane gambar. Hingga muncul sebuah kata ...Lingerie ...Satu kata yang akhirnya aku jadikan kata kunci dalam mencari nama barang itu. Ada banyak sekali artikel yang kudapat.Tak ada yang mencurigakan selain gambar yang tampak mengumbar aurat. Namun semakin lama di scroll semau tentang hubungan dewasa dan, astagfirullah!Akhirnya satu misteri yang selama ini ada di benakku terjawab. Satu kata yang sering aku temukan saat membaca sebuah cerita “baju dinas malam” bahkan sekarang aku punya.Aku yang masih agak ragu dengan benda itu akhirnya tersadar dengan suara dering ponsel.Tertulis di notifikasi, Bang Genta[Al, kenapa tadi pesan Abang nggak kamu jawab?]
Senang? Pasti! Apalagi saat sudah ditetapkannya tanggal pernikahan kami. 45 hari, Alyah akan aku halalkan. Padahal jika dalam Minggu ini pun, sebenarnya aku sudah siap, buktinya waktu itu aku lancar kan mengucap ijab kabulnya? WkwkwkwBanyak target yang harus aku lakukan sebelum pernikahan itu digelar. Salah satu dan terpenting adalah, membuat Alyah jatuh cinta.Terlihat remeh, namun menjadi hal yang paling sulit.Mungkin jika hanya tentang memiliki ... Insyaallah aku akan tetap memiliki.Tapi rumah tangga juga tak akan bisa dibangun seutuhnya jika hanya salah satu yang memiliki cinta. Tapi aneh, ketika aku memanggilnya dengan mesra, kenapa ia malah marah-marah? Padahal sudah aku pastikan juga dengan bertanya pada Google, kalau wanita suka dengan kata-kata yang manis. Tapi kenapa tanggapannya berbeda? Google yang salah atau Alyah yang terlalu limited edition untuk ukuran seorang wanita? Untung juga, wanita sialan itu tak lagi menampakkan batang hidungnya. Bukan, bukan lantaran p
“Tante kira dia keluar sama kamu, karena sejak tadi pagi dia sudah tidak ada di rumah.”Hais, kenapa sekarang suasananya jadi tidak kondusif seperti ini.“Ke mana dong Yah?! Alyah ke mana, kalau Genta aja nggak tahu.”Bisa dibilang, saat ini aku hampir seperti orang oon yang tengah kebingungan karena melihat orang yang tengah kebingungan.Aku padahal datang ke sini karena ingin bertemu dengan Alyah, namun malah dia saja tidak ada.“Lah, terus di mana? Kan tadi pamitnya sama Mama!” Semua heran, aku pun tambah heran ditambah dengan rasa khawatir yang kini semakin mengusik hati.Sedang laki-laki yang sedang fokus pada ponselnya, yang kuketahui bernama Agus itu seketika langsung meletakkan ponselnya dan beranjak mendekat.Mungkin karena mendengar apa yang tengah kami bicara’.“Gus, kamu tahu nggak Kakakmu ke mana? Sudah dari tadi pagi lho, belum p
Ide dari Alan yang disampaikan oleh Ayumi itu akhirnya langsung dilaksanakan oleh Genta. Namun ide yang bagus itu tak lantas dapat ditunaikan dengan baik. Ada saja rintangan yang membuat kecemasan semakin menguat di antara mereka.Orang IT perusahaan yang dikatakan oleh Alan tak juga menjawab panggilan.“Sial! Apa hari ini sedang terjadi pemadaman listrik dan semua sedang kehabisan baterai?! Kenapa semua ponsel susah di hubungi!” Gerutu Genta saat panggilan ketiga namun juga tidak mendapatkan jawaban.Panggilan kelima, akhirnya terhubung juga. Tak ada kata basa-basi atau sekedar menyapa, genta langsung mengungkapkan apa niatnya.Bahkan bukan nada tolong atau sekedar meminta dibantu. Namun suara yang ia gunakan sudah seperti bentakan yang menginginkan apa yang ia katakan segera dilaksanakan.Sedang Agus dia hanya diam pasrah tak tahu harus berbuat seperti apa. Ia hanya terus memegang ponsel. Khawatir ketika nanti ada panggilan ia sampai tak dengar.Hampir seperempat jam keduanya menu
“Em, bagaimana ya ...” Ragu dokter itu menjawab, namun atas ke tidak sabaran mereka berdua, akhirnya langsung membuka pintu dan masukBetapa terkejut keduanya ketika melihat dua wanita itu tertidur pulas di atas ranjang. Tubuhnya tertutup selimut, sedang rambutnya terlihat, sebab tak mengenakkan kerudung.(Enak kali ya, ada selimutnya)Buru-buru mereka keluar, tak ingin melihat terlalu jauh.“Tolong bangunkan mereka.” Genta berucap pelan sedang Agus hanya terdiam“Kalau masih nggak mau bangun juga, siram pakai air!” Genta kini tengah merasa jengkel. Sebab sekilas tadi dia melihat wanita yang kata resepsionis adalah teman Alyah dan sudah menjadi langganan salon ini adalah Adiknya sendiri, Anin.Genta terkekeh pelan, mengingat apa yang telah terjadi hari itu. Bahkan ada cairan bening yang juga mengalir dari kedua mata hazelnya. Ada perasaan senang, juga kesal menyatu dalam dirinya.
_Marah kadang tak hanya menunjukkan bahwa dia sedang tak ingin dengan kita. Bisa jadi marahnya adalah bentuk kepedulian yang dia sendiri tak mampu bagaimana cara menunjukkan, hingga dengan marah ia meluapkan_[Bang, maaf] [Besok kalau mau kasih aku bunga jangan yang warna merah ya][Aku lebih suka sama mawar putih][Kok cuma di read?][Abang belum maafin aku ya?]Pesan aku kirimkan bertubi-tubi pada alamat nomor yang sama, Bang Genta. Ada perasaan bersalah yang sangat besar kini mengganjal dalam dada.Tadi setelah di mobil, dia hanya diam tanpa sekalipun mengajak berbicara saat makan pun ia juga hanya diam. Yang lain ditawari mau makan apa. Dan hanya aku yang didiamkan, ia hanya memesan ayam Kentucky tanpa tanya apa yang aku inginkan.Padahal, aku sangat tergiur dengan apa yang agus makan. Sesampainya di rumah, ia hanya menyapa Ayah dan Mama. Setelah itu langsung pamit pulang termasuk pada Agus, dan lagi-lagi aku dilupakan. Sesalah itukah aku? Dan semarah itukah dia padaku?Sampa
Tak ada yang sempurna dalam hidup ini, dan itulah gunanya sebuah pernikahan. Keduanya harus saling ada, melengkapi kekurangan masing-masing. Bukan malah mencela hingga tak bisa menghindari luka.Pernikahan adalah ajang kedua insan untuk salin menerima segala.kelebihan dan kekurangan. Jika itu tak dilakukan, maka mungkin perceraian akan rawan dilakukan. Dengan saling percaya, maka itulah sempurna. Meski tak ada yang benar-bemar sempurna kecuali Tuhan yang maha esa.Satu minggu setelahnya, tante Ayumi terus mengajakku untuk membuat gaun pernikahan.Padahal jika dipikir, menyewa pun tak ada salahnya. Tak banyak keuntungan yang didapat, aku juga tak mungkin memakai gaun itu selain dihari pernikahan.“Ya nggak papa, biar pernikahannya makin sepesial, menggunakan gaun yang benar-benar milik kita sendiri.Masalah nanti setelah dipakai, kan bisa di simpan, dijadikan pengingat bahwa pernah sebahagi
Selamat bulan November kawan, semoga kabar baik selalu menyertai pembaca semua.Cerita Genta dan layah pada akhirnya harus berakhir di sini. Ini adalah cerita pertama saya yang berhasil terbit di beberapa aplikasi dan tanda tangan kontrak.Dan sekarang cerita ini telah tamat, dan semoga saja menjadi novel yang bisa memberikan nilai harga bagi penulisnya ini.Berhubung ini adalah cerita pertama saya, maka maaf jika masih banyak typo apalagi kekeliruan tanda baca.Pembuatan novel ini juga tanpa persiapan apa pun sehingga sering mandek di tengah jalan.Jadi maafkan karena sering nggak konsisten dalam update bab baru. Dilain itu, saya juga ada pekerjaan lain, sehingga tidak bisa hanya fokus pada novel saja.Namun, lagi-lagi saya katakan bahwa cerita ini kini telah tamat, sedikit membuat hari saya bangga, bahwa pada nyatanya saya berhasil merampungkan apa yang saya sengaja mulai.Bagi yang telah membaca
Wajar jika seorang ibu hamil mengidam dan menginginkan banyak hal-hal aneh. Namun nampaknya bayi yang belum kelihatan wujudnya itu tahu kalau keluarganya kaya. Terbukti banyak makanan aneh atau hal-hal yang di luar nalar namun mampu menguras dompet.Seperti saat mengidam jamur matsutake atau jamur pinus, meski jamur dengan harga fantastis itu tidak membeli karena berburu sendiri, namun pengiriman juga menggunakan pesawat langsung dan tentunya menghabiskan dana yang tak sedikit.Semua berjalan normal, bayi yang di dalam kandungan juga sehat. Tentu karena Genta juga memiliki dokter langganan yang sudah ia bayar mahal untuk melihat perkembangan calon anaknya.Tentu bahkan anak yang masih belum terlihat wajahnya itu perlu proses empat tahun. Hingga sepatu ketika Genta pernah mengatakan.“Kalau tahu bulan madu ke Paris bisa langsung jadi, mungkin sejak awal kita bulan madu ke sana saja,” dan hal itu hanya ditanggapi senyuman
Melihat tes yang masih ada di tangannya itu, seketika badannya bergetar. Tuhan ...Hanya dalam hitungan detik, Alyah sudah menangis di pelukan mertua. Kedua wanita itu kini berpelukan dengan tangis yang mengisi ruangan.Tentunya saat itu dokter sudah pergi. Tanpa diantar tanpa diberikan bayaran.Sedang Genta? Dadanya naik turun, terengah-engah mendengar kabar yang baru saja diterimanya.Ia hanya diam melihat istrinya menangis. Tak ada yang bisa ia lakukan saat ini. Ia tak tahu harus mengekspresikan kabar ini dengan cara seperti apa. Hingga tak terasa, bukit bening jatuh juga dari sepasang mata hazel itu. Tangannya kanannya bergerak menguap mata yang kian sembab. Sedang tangan kiri ya masih membawa tes kehamilan yang tadi ia minta dari istrinya.Ada garis dua di sana, meski garis satu masih terlihat samar. Namun, ada dua garis adalah anugrah yang sudah beberapa tahun mereka impikan.Hingga tahun ked
Bukan hanya dihari itu saja Genta dikejutkan oleh hal-hal aneh yang dilakukan oleh istrinya. Kadang bukan makanan, namun ingin mandi menggunakan sabun batangan warna pink.Hal-hal yang menurut Genta sangat aneh itu berjalan hingga sudah satu Minggu, dan puncaknya pada hari Minggu ketika Alyah menggigil tak karuan.Untungnya saat itu memang hari libur bagi keduanya, hingga akhirnya Genta juga bisa lebih fokus menjaga sang istri.Dan karena saking bingungnya dengan apa yang terjadi pada istrinya, Genta akhirnya memanggil namanya untuk datang ke kediaman.Wanita yang masih cantik meski bukan hanya satu atau dua keriput menghiasi di bawah kelopak mata. Bahkan, kini Anin juga akan segera melepas lajang dengan pemuda dari Amerika.Sungguh, mungkin wanita tua itu akan kesepian di hari tuanya kelak jika tidak segera diberi mainan berupa cucu.“Mac, Bagaimana keadaan menantuku!” Tanpa basa basi, Ayumi l
Genta hanya tersenyum hambar mendengar perkataan si penjual, namun meski begitu Genta juga masih menanggapi dengan santai.“Doakan saja ya, Pak. Kami sudah menikah selama empat tahun, tapi kami belum diberi kesempatan untuk memiliki anak.” Dan jawaban dari Genta berhasil membuat si penjual merasa tak enak.“Baik, Mas bule. Semoga saja cepat beberapa hari atau beberapa Minggu atau bulan ke depan kabar baik itu akan segera diterima. Saya buatkan dulu pesanannya,” Jawab si penjual.Namun bukan si kaya jika hanya memesan satu macam makanan saja. Genta juga merasa lapar, dan untungnya warung tenda itu menyediakan beberapa menu masakan.“Pak, saya mau tambah capcay satu porsi, kwetiau goreng satu porsi, sama ayam goreng dua.” Genta takut jika nanti istrinya itu seperti tadi siang. Yang seperti orang yang sudah beberapa hari tidak makan.Kini Genta dan Alyah duduk di tempat lesehan. Jika dulu saa
Pagi menjelang siang, akhirnya Genta berangkat keluar, tentu tanpa Alyah yang tengah menikmati tayangan Detektif Conan.Tentu, mencari mie ayam goreng saat siang hari adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan . Sebab, biasanya mie ayam goreng akan dijual saat malam hari bersamaan dengan penjual nasi goreng.Namun tentu, tak ada usaha yang menghianati hasil. Di salah satu restoran yang ada di mall menjual mie ayam. Jika di restoran, maka tentu Genta bisa request yang mungkin akan menangani harga dari pesanan tersebut.Beberapa makanan juga Genta beli, sekaligus untuk makan siang. Karena tentu Alyah tak akan masak karena bahkan saat ini meminta untuk dibelikan mie ayam.Dua jam setelahnya Genta sudah sampai di rumah, dan mendapati Alyah yang tertidur pulas sembari memeluk banyak dengan tv yang masih menyala.Apakah secapek itu? Bahkan tak biasanya istrinya itu malas untuk membersihkan rumah hingga akhirnya memanggil j
Ketiganya tengah tegang, menunggu kalimat apa yang akan dikeluarkan oleh dokter berparas cantik itu.“Dengan berat hati, kami nyatakan proses Yang selama beberapa Minggu ini telah gagal. Hasil USG yang baru saja dilakukan tidak ada tanda-tanda telah tumbuh janin. Dalam artian lain, rahim kosong”Mendengar kalimat itu, Alyah langsung menahan nafas. Sebelumnya ia sudah menguatkan hari jikalau proses ini kembali menemukan kegagalan. Namun, saat merasakan kegagalan untuk kedua kalinya, ini tak seperti yang ia persiapkan sebelumnya.Bukan hanya Alyah, namun kedua orang yang juga ikut merasa sakit atas kegagalan itu. Kini, Alyah berada di dalam dekapan dada bidang suaminya. Sedang Marsha, hanya diam menyembunyikan kesedihan melihat anak perempuannya yang begitu rapuh itu.“Pelan-pelan saja, Bun. Meski hanya sedikit dan hanya beberapa persen saja, namun ibu masih memiliki kesempatan untuk hamil secara normal. Bukankah di dunia
Semua tentang waktu, beberapa hari merenung akhirnya Alyah mencoba untuk kembali hidup biasa. Tak ingin terlalu mengharapkan sesuatu yang bahkan ia tak tahu kapan datangnya.Hari-hari dilewati dengan sibuk, Alyah juga sudah mulai lebih aktif membantu ayahnya. Tentu, hubungan dengan Zaila kini tak seintens dulu.Kini keduanya sudah memiliki kehidupan masing-masing, bukan lagi gadis ABG yang apa-apa harus selalu dilakukan bersama. Kini, pasangan salah orang pertama yang harus diperhatikan. Apalagi, Zaila menjadi salah seorang istri yang bisa dikatakan bucin akut pada suaminya.Alyah mungkin bisa lebih bersyukur, saat bahkan bisa seharian penuh bersama suami. Setiap malam selalu bersama meski tak jarang suaminya pergi keluar kota. Namun tidak dengan Zaila.Suaminya yang seorang TNI tentu tidak akan memiliki waktu yang banyak untuk keluarganya. Juga tanggung jawab Zaila atas perusahaan papanya juga tak kalah menyita perhatian.
Pulang dengan hampa bukanlah pilihan, berangkat dengan niat liburan adalah pulang dengan harapan membawa kebahagiaan.Tak ada rencana sama sekali di hidup Alyah jika kedatangannya ke Jepang sekaligus untuk melakukan program bayi tabung.Program yang melambungkan segala keinginannya untuk segera memiliki momongan. Namun pada akhirnya ia lagi-lagi harus kembali lagi dengan tangan kosong.Tak ada rencana untuk sakit hati di dunia ini, semua atas kehendak Allah. Kita hanya tak tahu, esok hadiah seperti apa yang akan Allah berikan. Bahkan, mungkin apa yang akan kita terima esok lebih baik ketimbang apa yang kita harapkan saat ini.Satu hari setelahnya, kini Alyah, Ayumi dan tentunya Genta terbang kembali ke kota Jakarta. Hampir seperti seseorang yang baru pulang dari medan perang, namun membawa rasa kekalahan.Alyah yang biasanya terlihat ceria, kini terlihat sangat murung. Bagaimana tidak, tertundanya kehamilan adalah kare