"Kayaknya aku musti ngasih hadiah buat Ane-san nih," ujar Ben saat Ann menyambutnya di pintu kamar. Ia baru saja tiba sepulang dari pelabuhan. "Cara kamu beli saham yayasan bikin orang-orang yang tadi nyoba buat mengintimidasiku jadi nggak berkutik, Mas," desis Ann lalu memeluk erat tubuh suami, mengadu lelah. "Bastian yang nawarin. Harganya masih bisa kujangkau, ya buat tambah-tambah, nggak rugi juga," ucap Ben. "Christ ke mana?" tanyanya. "Latihan pedang sama Benji," jawab Ann. "Aku sambil siap-siap berangkat show ya Mas," pintanya. "Ah, kamu masih ada show terakhir hari ini," Ben mengangguk. "Terus gimana? Tawaran Indra buat stay lebih lama di show boleh kuterima?" Jawaban tak langsung Ben berikan. Ia berjalan mendekati jendela kamar, menatap nanar di luarnya. Semburat senja sore nampak indah menghiasi langit di sebelah barat. "Raja masih usaha buat dapetin kamu, kan?" tebak Ben akhirnya keluar juga apa yang coba ia pendam beberapa hari ini. Ann tertegun. Sebenarnya
"Hari ini aku nggak usah tampil aja," ucap Ann setelah ikut terdiam lama. "Cuma model tamu ini kan nggak terikat kontrak," tambahnya ikut mengembuskan asap rokoknya santai, wajahnya tampak tak memiliki beban bahkan saat Ben menolehnya kaget. "Ann," desis Ben terpana. "Jadi model, it's my dream Mas," kata Ann, mengucap jargon viral yang pernah sangat menjamur di Indonesia itu.Sontak Ben tertawa mendengar ucapan istrinya. Tangannya terangkat, mengusap kepala Ann sayang, rasa gusar yang sejak tadi menyelimutinya tiba-tiba menguap."Iya, maafin cemburuku yang kekanak-kanakan ini ya," ujar Ben. "Belom telat kalau kamu mau ngejar show, aku bisa minta Janice buat undur jamnya jadi satu jam lebih sore," urainya. "Ini juga masih ada waktu kok Mas. Nggak pa-pa aku nggak usah ke sana aja," lirih Ann. "Enggak, aku nggak akan cemburu lagi, Ane-san. Asal, kamu bilang ke Raja soal status kamu yang adalah istriku," ucap Ben membuat syarat. "Rencanaku kan juga gitu Mas.""Ya udah gih siap-siap.
"Akhirnya aku bisa ketemu langsung sama kamu," ucap Raja saat Ann duduk menghadapinya di ruang transit. "Silakan minum dulu," pintanya. "Pak Raja," Ann melebarkan senyumnya, sekadar formalitas. "Saya pikir Pak Raja sudah paham maksud penolakan saya," katanya. Harus Ann akui, Raja memiliki semua kelebihan pria yang diidamkan perempuan. Wajah tampan, kekayaan, kharisma dan tutur kata yang sopan, selayaknya seorang don juan. Namun, di mata Ann, ada lelaki yang nilainya jauh lebih sempurna dari Raja, seorang Big Ben. "Apa ada isi dalam kontrak yang nggak kamu sukai? Kita bisa hapus itu," ujar Raja. "Enggak," jawab Ann mantap. "Maaf, saya bahkan tidak membaca isi kontrak yang Pak Raja kirim ke saya," katanya. "Kenapa? Apa yang kamu minta?""Saya terikat kontrak seumur hidup dengan orang lain, Pak.""Ya," Raja manggut-manggut. "Aku udah denger itu dari Rika," ujarnya. "Nah, berarti kita udah sama-sama paham kan Pak? Saya nggak perlu ngasih penjelasan panjang lebar kenapa saya nolak."
"Ane-san, aku laper," keluh Christ saat ia tiba di rumah seusai pulang sekolah. "Ben lagi masak, tunggu ya," balas Ann. "Christ, boleh aku tanya sesuatu?" tahannya pada Christ yang hampir melangkah masuk ke kamarnya. "Apa?" gumam Christ. "Nggak ganti baju dulu?" "Bentar aja kok," ucap Ann lembut. "Duduk sini, Christ," ajaknya menggiring Christ duduk di sofa panjang ruang tamu. "Kalau kamu mau tanya soal kejadian di sekolah, Fariz udah minta maaf," lapor Christ. Ann menggeleng, "Iya aku tau dia pasti minta maaf, kubikin dia begitu. Ini bukan soal sekolah, Christopher," desisnya. "Aku nggak pernah bolos latihan pedang sama Benji." "Ini juga bukan soal latihan pedang." Christ mengernyit, "Terus apa?" tanyanya bingung. "Seandainya ada orang lain yang ngambil kamu dari kami dan ngajak kamu pergi, apa kamu bakal ikut mereka?" tanya Ann berusaha memakai kalimat sederhana agar Christ memahami maksudnya. "Siapa orangnya?" tanya Christ balik, ia mengedip lugu sekali.
"Menikmati peranmu, hem?" Masayu mendatangi Ann yang tengah duduk di kursi taman belakang. "Peran apa, Ma?" tanya Ann santai. "Mama apa kabar? Maaf aku nggak ikut jemput ke bandara tadi," ujarnya berbasa-basi. "Mana mungkin seorang Ane-san disuruh jemput ke bandara, aku juga nggak mengharap," sahut Masayu. "Kalau Mama makin membenciku karena aku nggak bisa ngasih keturunan ke Mas Ben, aku maklum kok," tembak Ann langsung. "Nggak pa-pa," tandasnya. "Sejak awal Mama nggak pernah suka aku jadi istrinya Mas Ben," gumamnya. "Mulutmu berbisa banget, sadar diri artimu di sini, nggak bisa punya anak juga," desah Masayu, ia duduk di seberang Ann. "Anak itu, aku udah ketemu," ungkapnya menyebut Christ. "Anaknya Irfan, adik tiri Eriska," ucap Ann. "Gila! Kalian ngebesarin bayi serigala di kandang macan kumbang!""Nggak pa-pa kan? Lama-kelamaan dia juga bakalan menjelma jadi macan kumbang," balas Ann. "Aku yang bakalan mastiin dia menjelma jadi anggota kawanan. Dan aku nggak akan pernah nin
Ann terkesiap dan untuk sesaat ia kehilangan suaranya. Bukan ia tidak serius meminta Ben untuk mengikuti program sewa rahim atau apapun sejenisnya, ia hanya kaget melihat reaksi Ben yang spontan itu. Ben tidak menolak, justru mengarah untuk menyetujui usul Ann. "Kamu kaget kan kalau aku jawab begitu?" gumam Ben tersenyum. "Jangan mancing-mancing aku buat bertindak gila, Ane-san. Aku mencintai Joanna Diajeng Arumdalu dan nggak terpikirkan sedikitpun di kepalaku buat bikin anak sama perempuan lain," tegasnya. "Kamu ngetest reaksiku, Mas?" geram Ann mencembikkan bibirnya kesal. "Abis kamu selalu pura-pura rela kasih tawaran sewa rahim. Padahal aku tau banget, jauh di lubuk hati kamu, kamu nggak rela kan?" "Aku harus realistis sih Mas," sambar Ann. "Kondisiku memaksaku buat sok kuat dan ikhlas. Makasih karena kamu udah memahami situasiku," ucapnya. "Aku tau kamu pasti bakalan kasih tawaran itu karena kamu ngerasa upset sama kondisimu yang harus kehilangan rahim. Tapi Ann, aku cukup b
Ann bungkam, Masayu juga tak membuka suara. Fokus keduanya ada pada Ben yang terlihat kesal, marah karena merasa tidak dianggap. Sementara Taka tampak memilih untuk menyantap hidangannya, tak mau peduli."Aku yang mutusin soal sewa rahim itu, kalian nggak perlu repot-repot berdebat!" desis Ben berusaha untuk memelankan suaranya agar Christ tak kehilangan selera makan. "Dan keputusanku udah bulat, nggak akan ada sewa rahim atau apapun itu, berhenti saling merasa benar!" tegasnya. "Kalian udah denger?" Taka angkat bicara. "Sekarang makan, jangan ada yang bahas soal itu lagi," pintanya. Ann mengangguk. Ben saat marah memang jauh berkharisma dan penuh pesona, ia bahkan terbius oleh aura dominan sang suami meski sudah menikah lama dengannya. Sedangkan Masayu memilih untuk menyuap makanannya, ia tidak mau melawan Ben karena rasa bersalahnya dulu masih bersisa hingga kini. "Taka-sama, memang sewa rahim itu apa?" celetuk Christ memecah kebekuan. "Nggak ada, kamu belum perlu tau," jawab Ta
"Ann bisa ngatasi orang-orang itu. Untungnya, dia sama Bas yang dateng buat jemput Christ langsung ke sekolah hari ini," lapor Benji saat Ben tiba di rumahnya. "Sekarang pada di mana?" tanya Ben mengitarkan pandangan ke seisi ruang tamu."Ann gue suruh istirahat di kamar tamu paling belakang, ada Christ juga di sana," jawab Benji. Ben segera bergegas mendatangi arah tunjukan Benji. Menempati rumah baru yang dibelinya belum lama ini, Benji memang sengaja mengundang seluruh anggota keluarga untuk makan siang bersama. Berbagi tugas, Ben yang harus menyelesaikan pekerjaannya meminta Bastian menemani Ann menjemput Christ ke sekolahnya. Siapa sangka, saat Bastian dan Ann tiba di sekolah, Christ hampir saja dibawa oleh dua orang tak dikenal yang berhasil dilumpuhkan. "Mas!" sambut Ann saat mendengar suara khas milik suaminya dari kejauhan. Ia menubruk Ben begitu saja, merasa bersyukur tidak kehilangan Christ karena kelalaiannya. "Kalian nggak pa-pa, kan?" tanya Ben balas memeluk Ann, ia