Lia meregangkan otot-otot tubuhnya berkali-kali ke kanan dan ke kiri. Tubuhnya lemas sekali. Tulang-tulangnya seolah-olah dilolosi semua dari tubuhnya. Belum lagi di kepalanya seolah-olah banyak sekali burung-burung kecil yang bercuitan di sana.
Lia memeluk bantal gulingnya dengan erat. Matanya seperti ada lemnya. Susah sekali untuk dibuka. Dia masih merasa lemas dan mengantuk sekali.
Tapi ini kenapa bantal gulingnya keras sekali ya? Ia meraba makin ke atas. Kok gulingnya berbulu? Ini benda apa lagi. Bentuknya seperti pisang dan keras sekali. Dan tiba-tiba benda itu seperti hidup dan bergetar. Lia penasaran. Ia pun mulai membuka matanya perlahan.
Huaaa!
Ia kaget saat melihat milik pribadi seorang pria seperti film-film biru yang dulu pernah sesekali ditontonnya bersama Dara saat-saat mereka masih kuliah dulu.
Milik pribadi pria ada di depan matanya? Di tempat tidurnya? Sepertinya ada yang salah di sini. Per
Lia duduk gelisah di salah satu gerai restaurant sea food yang dipilih Raline untuk makan siang bersama. Ya, tidak ada lagi kesialan yang lebih hebat daripada hari ini. Mereka berempat Aksa, Raline, Heru dan dirinya sendiri duduk bersama menikmati makan siang. Sementara menurut Lia, saat ini lebih cocok bila dikatakan menikmati makan hati.Bayangkan saja bagaimana awkwardnya suasana di sini. Raline gembira-gembira saja. Karena bisa bermanja-manja dengan Aksa. Walaupun Aksa menanggapinya dengan datar-datar saja. Sementara Heru terus memandanginya dengan berjuta makna. Makan pun tidak enak jadinya. Lia sebenarnya ingin kabur saja, karena terus-menerus dipandangi oleh manusia omes tingkat dewa ini. Makanya sedari tadi ia menunduk saja. Berpura-pura menikmati makan siangnya.Di saat kecanggungan yang terasa semakin mencekam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki, yang langsung saja duduk ditengah-tengahnya dan Heru. Dan dia adalah Arsaka adik laki-
Baru saja Aksa masuk ke dalam rumahnya, ia telah disambut oleh tangisan histeris ibunya.Ck! Ada drama apa lagi ini?Padahal pikirannya tengah mumet karena kedua orang tua Raline tadi ke kantor. Mereka berdua kompak menuntutnya agar secepatnya menikahi anak gadis kesayangan mereka. Aksa tahu memang mereka sudah terlalu lama berpacaran. Delapan tahun! Bayangkan. Orang tua mana yang tidak kesal kalau anaknya dipacari bertahun-tahun, tapi tidak kunjung dinikahi. Dan tadi mereka telah mengultimatumnya untuk secepatnya melamar Raline."Ada apa, Bu? Kenapa Ibu menangis begini? Ibu sakit?" Aksa mengelus sayang bahu ibunya. Satu-satunya wanita yang paling ia cintai dan hormati di dunia ini. Bagi Aksa ibunyaadalah yang terhebat di dunia. Karena hanya ibunya di dunia ini yang mencintainya tanpa batas."Iya, Sa. Ibu sakit. Tepatnya Ibu sakit hati. Ayahmu sudah berselingkuh, Sa. Ibu melihatnya dengan mata kepala Ibu sendiri. Se
Lia membuka matanya perlahan. Sejurus kemudian ia meringis. Kepalanya terasa pusing dan ia merasa mual sekali."Siapa?" Sepertinya ayahnya berbicara padanya. Tetapi Lia heran. Ayahnya sepertinya menahan amarah. Lia kembali mengerjap-ngerjapkan matanya yang sebenarnya masih belum begitu fokus akibat baru saja siuman dari pingsannya.Ia melihat ayahnya, Bu Citra dan Aksa saling diam dan sepertinya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Wajah mereka semua tampak kalut dan bingung."Ayah tanya sekali lagi kepadamu, Lia siap orang yang sudah menghamili kamu?"Menghamili? Astaga!Lia membelalakkan kedua matanya. Hamil? Dia hamil. Hamil diluar nikah saja sudah merupakan aib yang sudah sangat memalukan. Apalagi ini dia hamil oleh kakaknya sendiri? Bagaimana ini? Lia ketakutan.Pandangan matanya refleks tertuju kepada Aksa. Ada pengertian tanpa kata dibalik pandangan
Semenjak semua orang tahu bahwa dirinya adalah putri kandung Pak Surya, kehidupannya pun berubah 180 derajat. Semua rekan-rekan kerjanya yang dulu selalu bersikap santai dan apa adanya, mendadak seperti menjaga jarak. Mereka tidak pernah lagi berbicara sembarangan dengannya. Mereka juga tidak lagi memanggilnya dengan sebutan nama belaka? Tetapi telah ditambah dengan embel-embel dengan kata Ibu di depan namanya.Sebenarnya Lia merasa risih. Ia tidak biasa diperlakukan secara berlebihan seperti ini. Apalagi dianggap sangat penting dan diagung-agungkan. Sedari kecil ia menganut paham bahwa setiap manusia hanyalah tamu di dunia ini. Harta dan jabatan adalah barang pinjaman. Di saat kita pulang suatu hari kelak, maka semua pinjaman akan kita kembalikan kepada yang Maha Kuasa. Makanya ia begitu risih saat diperlakukan istimewa. Dan yang paling berubah sikapnya adalah Si Gunung Mahameru. Setelah tahu bahwa Aksa itu adalah kakak seayahnya dan Pak Surya, sikapnya berubah
Ckitttt!!!Suara mobil yang direm mendadak berdecit di parkiran. Satpam mengelus dada karena kaget, dan tidak sempat memberikan aba-aba. Biasanya mobil yang masuk ke tempat parkir, akan diberi aba-aba olehnya, agar memudahkan pengemudi parkir dengan baik.Ini jangan kan memberi aba-aba, berdiri saja ia belum sempat, tapi mobilnya sudah berhenti dengan sembarangan. Baru saja ia bermaksud memberi peringatan, tetapi ternyata pemilik mobil adalah bossnya. Mata tua tiadak awas mengenali nomor polisi si pemilik mobil."Pak Kosim, tolong parkirin mobil Saya ya, Pak? Saya lagi buru-buru soalnya."Aksa menyerahkan kunci mobil pada Pak Kosim, dan berlari kembali menuju kantor. Aksa tampak menjinjing satu bungkusan."Oalah kenapalah Pak Aksa ini berlarian ke sana ke mari? Tidak biasa-biasanya ia begitu?" Pak Kosim menggeleng-gelengkan kepalanya.Aksa terus berlari ke pantry. Dengan c
Lia melambai-lambaikan tangannya saat melihat Dara celingukan mencarinya di dalam restoran. Di saat-saat jam makan siang seperti ini, restaurant pasti full."Hoii Darong, gue di sini!Lama banget sih lo? Gue sampe lumutan nungguin lo dari tadi." Lia mengomel sembari melambaikan tangannya."Elahhhh cuman terlambat 10 menit doang, lebay banget sih lo!"Dara menghempaskan pinggul seksinyanya pada kursi di samping Lia. Ia bersiap-siap memesan menu makanan yang begitu menggugah selera."Lo ngerasa nggak sih, Liong, kalo kita lagi laper maksimal kayak gini, rasa-rasanya semua gambar-gambar makanan di buku menu itu pengen kita pesen semua ya? Yang ini kelihatan enak. Yang onoh mengundang selera. Kalap lambung nih rasanya. Ntar giliran liat billing baru rasanya nyesel karena tadi makannya beringas gila. Hahaha."Dara ngakak. Si Dara ini kapan pun di mana pun selalu ceria dan koplak. Sama
Dan akhirnya malam ini ia terdampar dalam situasi akward ini. Lia sangat canggung. Namanya saja makan malam keluarga. Tetapi entah mengapa semua pada diam-diaman seperti ini. Setelah pulang kantor tadi Aksa memaksanya untuk ikut dalam acara keluarga di rumahnya. Aksa dengan sabar menungguinya mandi dan berdandan. Bagaimana ia bisa menolak bukan?Saat ini mereka semua tengah menikmati makan malam keluarga. Heningnya suasana karena masing-masing orang menekuri piring masing-maaing, membuat Lia iseng melayangkan pandangan pada Raline. Tunangan Aksa ini terlihat cantik dengan gaun pink berbahan plisketnya. Raline terlihat berkali- kali mengambilkan lauk Aksa. Sementara sikap Aksa seperti biasa. Datar dan dingin-dingin saja. Tidak seperti reaksi pasangan pada umumnya yang biasanya bahagia luar biasa karena merasa diiperhatikan oleh orang yang paling istimewa di hatinya. Sikap Aksa benar-benar sedatar tembok.Kedua orang tua Raline tampak me
Lia terjaga saat mendengar suara teriakan-teriakan yang saling bersahut-sahutan. Sejenak ia bingung karena terbangun di kamar yang masih asing. Akhir-akhir ini ia sering sekali terbangun di kamar orang lain. Menilik kemaskulinan properti kamar ini, hampir bisa dipastikan bahwa pemiliknya adalah laki-laki. Tapi kamar siapa? Lia mencoba mengumpulkan ingatan. Rumah ayahnya, makan malam, mual dan... kamar Aksa! Ia sudah mengingatnya sekarang.Lia menendang selimut saat suara teriakan makin kuat intensitasnya. Lia yang penasaran, mencari asal suara sumber keributan. Sepertinya dari arah ruang tamu. Lia pun segera mempercepat langkah. Saat tiba di ruang tamu, ia melihat ayahnya, Aksa, Heru dan Bang Erlan!"Bang Erlan, kenapa Abang bisa ada di sini?" Lia bingung melihat Elang ada di tengah-tengah keluarganya."Kan tadi Abang udah bilang rindu kalinya Abang samamu Lia. Jadi mau cerita-cerita lah Abang ke sini. Tapi k
Delapan bulan kemudian."Mas kayaknya nggak usah masuk kantor aja deh hari ini, Sayang. Mas takut nanti kamu mau melahirkan, Masnya malah nggak sempet nungguin. Mas kan mau menyaksikan kamu melahirkan anak kita ke dunia sayang."Aksa mengelus-elus perut buncit Lia. Hari ini tepat sembilan bulan tujuh hari usia kandungan Lia. Dokter memperkirakan kalau ia akan melahirkan besok pagi.Makanya Lia tidak mengizinkan Aksa untuk bolos kerja hari ini. Karena dia kan melahirkannya masih besok pagi. Apalagi hari ini perusahaan akan kedatangan client-client potensial, yang bermaksud untuk bekerjasama dengan perusahaan suaminya. Mereka ingin membangun apartemen-apartemen mewah sesuai dengan permintaan pasar yang sedang tinggi-tingginya. Akhir-akhir ini banyak sekali customer-costumer mereka yang merequest apartemen atau pun condominium. Mereka biasanya membeli sebagai aset investasi jangka panjang."
"Dek, abang ada di pintu belakang rumah ayahmu. Adek ke sini ya? Abang mau kasih kejutan besar di hari bahagia Adek ini.Lia tersenyum membaca SMS dari Erlan. Kemarin ia memang memberi tahu Erlan bahwa hari ini ia akan menikah. Karena semua masalah sudah jelas, Lia pun memberitahu Erlan tentang siapa sebenarnya ayah dari anak yang dikandungnya. Erlan sempat terdiam lama di telepon, saat Lia memberitahukan satu hal yang paling ia rahasiakan selama ini. Yaitu perasaan cintanya pada Aksa.Lia secara terus terang mengatakan pada Erlan bahwa sesungguhnya ia sudah jatuh cinta setengah mati dengan Aksa. Dan ternyata Aksa pun juga memiliki rasa yang sama terhadap dirinya. Lama Lia curhat pada Erlan melalui sambungan telepon. Tapi jujur Lia agak heran saat mendengar suara Erlan yang terasa begitu datar dan hanya diam mendengarkan. Biasanya Erlan paling heboh dan konyol jikalau ia menelepon."Sini, Dek. Ikut Abang ma
Aksa membaringkan tubuh Lia di ranjang king sizenya. Memandangi wajah cantik namun keras kepala yang dulu ia rasa mustahil untuk dapat ia miliki. Ia sudah merasa aneh saat mengetahui bahwa Lia itu adiknya, akan tetapi rasa cintanya sama sekali tidak berubah. Lain dengan adiknya Saka yang memang mencintai Lia dengan cinta murni atas dasar persaudaraan. Tetapi hari ini semua terjawab sudah. Karena ternyata memang hanya Saka lah yang masih memiliki pertalian darah dengan Lia. Sementara dirinya tidak sama sekali.Aksa memandangi wajah wanita yang sangat dicintainya ini dalam diam. Sekarang sudah tidak ada lagi dinding pemisah yang disebut dengan adik seayah. Aksa duduk di sudut ranjang. Perlahan ditelusurinya wajah cantik itu dengan jari telunjuknya. Mata, hidung, pipi dan akhirnya bibir merekah yang seolah-olah memanggil-manggil ingin dikecup. Dan ketika ia melihat bibir merah Lia sedikit terbuka, ia pun segera melumatnya sekali, dua kali, tiga kali,
Ruang keluarga di rumah keluarga besar Abiyaksa tampak hening. Suasana tegang makin terasa saat Pak Surya dan Bu Citra ikut duduk disana sesuai dengan permintaan Aksa. Aksa yang biasanya begitu tenang dan pragmatis bahkan berkali-kali menghela nafas panjang hanya untuk sekedar berusaha mengusir sedikit ketegangan.Dia tahu pengakuannya ini akan membuat keluarga besarnya gempar bahkan mungkin juga berpotensi untuk membuatnya babak belur dihajar ayahnya.Akan tetapi sejak kesepakatan antara dirinya dan Lia kemarin malam, Mereka berdua telah memutuskan untuk mengungkapkan semua rahasia mereka selama ini.Semakin lama mereka menyimpannya, hanya akan mengakibatkan masalahnya semakin membesar. Seperti bola salju yang terus menggelinding ke sana kemari tanpa akhir yang jelas.Aksa telah berjanji pada dirinya sendiri untuk memperjuangkan cintanya pada Lia, walaupun entah bentu
Lia mengikat apron di sekeliling pinggangnya. Mencepol rambut serta mencuci bersih tangannya. Ia bersiap-siap membuka warung nasinya. Jam-jam makan siang seperti ini, biasanya akan ramai pembeli. Ya, dirinya sekarang telah beralih profesi membuka warung nasi kecil-kecilan.Setelah resign dari kantor ayahnya dua minggu lalu, ia memutuskan untuk membuka warung nasi di samping rumahnya. Pekerjaan ini ia nilai paling cocok dengan keadaannya yang saat ini tengah berbadan dua. Ia bisa mencari nafkah tanpa harus keluar dari rumah. Ia berjualan di garasi rumah yang dulunya adalah singgasana si Frank, mobil yang telah ia jual. Dan garasi kosong itu kini ia manfaatkan menjadi warung nasi sederhana yang unik.Adiknya Saka, membantu mendekorasi warungnya dengan ornament yang berbahan dasar kayu dan bambu. Saka membuat warung mungil ini unik dan etnik. Meja dan kursi juga si buat dari bahan dasar kayu. Saka juga menambahkan dua buah bale-bale, bila
"Kamu mau bicara apa Lia? Ayo silakan diungkapkan saja. Mumpung semuanya sudah lengkap ada di sini."Ayahnya mempersilahkannya berbicara setelah kedua orang tua Heru datang berkunjung atas permintaan khususnya. Lia seperti mengalami dejavu disidang seperti ini. Selain kedua orang tua Heru, ayahnya dan Bu Citra, duduk juga Aksa, Heru dan Saka. Mereka semua duduk di ruang tamu.Lia menelan salivanya sendiri saat dua keluarga besar saling duduk berhadapan. Ia tahu kalau keputusannya ini kan mengecewakan banyak pihak, terutama bagi Heru dan ayahnya. Tetapi apa boleh buat, cinta itu memang tidak bisa di paksa bukan?"Saya minta maaf kalau keputusan saya ini akan mengecewakan banyak pihak. Tetapi percayalah bahwa apa yang akan saya katakan nanti sebenarnya adalah demi untuk kebaikan semua orang, dan terutama demi untuk kebaikan Mas Heru sendiri."Lia menghampiri Heru. Dengan posisi tubu
Seminggu kemudianLia mengangkat kardus yang berisi semua barang-barang pribadinya di kantor. Buku-buku, alat-alat tulis, photonya bersama sang ibu, hingga mug hello kitty kesayangannya. Semua telah ia susun rapi ke dalam kardus. Setelah Aksa pulih dan kembali masuk kantor, ia memutuskan untuk resign saja dari kantor ayahnya.Jujur walaupun ia sakit hati atas semua kata-kata Aksa kemarin, tetapi mau tidak mau Lia harus mengakui bahwa semua kata-kata yang dilontarkan Aksa itu memang benar adanya. Ibunya memang masuk ke dalam rumah tangga orang lain. Ibunya memang salah.Sedari kecil dia telah diajari oleh ibunya untuk bisa bersikap lapang dada dan juga berbesar hati untuk mengakui kesalahan dan sekaligus juga menerima kebenaran sekalipun itu rasanya menyakitkan.Jangan membenarkan hal yang biasa, tapi biasakanlah melakukan hal yang benar. Itu adalah kata-kata wajib ibu nya yang
"Lo nyetirnya serem amat sih, Sa? Pelanan dikit dong. Gue belum pengen mati juga kali, Sa? Belum kawin gue soalnya."Arimbi berusaha memperingati Aksa yang sepertinya emosi luar biasa setelah melihat Heru membawa Lia dalam acara reuni akbar sekolah mereka. Aksa yang sebelumnya terlihat ceria dan terus saja tertawa-tawa dengan para pentolan gangster lainnya, saat membicarakan semua kenakalan luar biasa mereka saat masih sekolah dulu, mendadak bungkam. Ternyata Aksa kesal saat Heru datang bergabung dengan adik Aksa, Camelia dalam gandengannya. Saat itu raut wajah Aksa berubah tidak enak untuk dipandang. Lima belas menit kemudian Aksa bahkan sudah berjalan menuju ke parkiran dengan alasan masih ada pekerjaan yang belum dia selesaikan. Alasan yang terlalu di buat-buat menurut Arimbi.Aksa diam seribu bahasa dan tidak menanggapi sedikit pun umpatannya. Pikirannya sepertinya sedang tidak ada dicsini dan dan pandangan matanya hanya lurus kede
Meeting telah selesai sekitar lima belas menit lalu dengan hasil yang sama-sama memuaskan bagi kedua kedua belah pihak. Hari ini Aksa dan teamnya sukses mempresentasikan rancangan-rancangan brilliantnya. Dan itu semua tidak terlepas dari peran serta Erlan Atmajaya sebagai arsiteknya. Tidak sia-sia Erlan bertahun-tahun kuliah di luar negeri, kalau memang seperti inilah hasil dari menimba ilmunya.Lia merasa tubuhnya remuk redam. Tulang-tulangnya pun seolah-olah dilolosi semua dari tubuhnya. Sekarang saja ia masih belum beranjak dari ruang rapat dan masih terduduk lemas dengan kepala yang diletakkan di atas meja. Matanya mulai terpejam karena rasanya berat sekali untuk dibuka. Lia masih lemas dan mengantuk sebenarnya."Kamu ini kenapa sih calon istri? Semua karyawan sudah mulai sibuk mengisi perut, eh kamu malah masih bermalas-malasan di sini. Kamu kenapa, Sayang? Tidak enak badan hmm?"Tiba-tiba