Share

Bab 15 Masih kecewa

Penulis: Mayamaharani3f
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-02 00:33:36

Selesai solat berjamaah dengan sang istri muda, Akbar kembali masuk ke kamar utama, tempat Bu Nova istri tuanya berada.

"Mama sudah selesai solat ?" tanya Akbar begitu melihat istrinya yang masih tiduran diranjang dan tidak menjawab sedikitpun pertanyaannya.

Kemudian Akbar duduk ditepi ranjang, disamping istrinya itu.

" Ma...memang sulit dan sakit bagi mama untuk menerima Puteri, tapi bagaimanapun bencinya mama dengannya, itu tidak akan merubah statusnya lagi." nasehatnya.

"Apa papa akan terus mempertahankan dia sebagai maduku ?" tanya Nova. Kini diapun ikut duduk disisi suaminya.

"Papa tidak akan menceraikan kalian berdua. Kalian adalah jiwa dan raga papa. Mama adalah raganya papa selama ini." jawab Akbar.

Pria dewasa yang semakin berkharismatik diusianya yang tidak muda lagi itu, menghela nafas berat.

"Bukan mau papa untuk menyakiti mama, dan bukan mau papa untuk melepaskan tanggung jawab papa pada Puteri. Tolong tetaplah berdiri disebelah kanan papa." ucap Akbar penuh kelembutan.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lilis Yan Sutrisno
ceritanya bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 16 Hati yang luka

    " Mas !" ucap Puteri spontan. Dan langsung berdiri, sambil menoleh kearah sang suami yang sedang membungkuk, berbisik dan mencium telinganya.Dengan sigap pak Akbar meraih pinggang Puteri yang tiba-tiba berdiri dihadapannya yang menubruk dada bidangnya." Mas ..." ujar Puteri dengan lirih.Tanpa ragu, Akbar melumat bibir Puteri yang masih mengunyah nasi gorengnya.Puteri sangat terkejut dengan perlakuan Akbar." Mas... Jorok, aahh...! ucapnya setelah berhasil melepaskan lumatan suaminya.Biasanya Puteri hanya diam tanpa melawan, tapi kali ini, Puteri tanpa ragu protes.Akbar yang menyaksikan reaksi istri mudanya, bukannya marah, dia malah tersenyum senang, dan tetap mengeratkan pelukan tangannya dipinggang Puteri."Mau kemana ?" tanya Akbar, menyudahi godaannya."Aku mau izin pergi kekost an ku mas," jawabnya lirih, setelah menelan sisa nasi goreng yang masih ada dimulutnya." Kapan ?" tanya Akbar yang melepaskan pelukannya dan langsung duduk dikursi yang ditempati Puteri tadi, memaka

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 17 Rumah idaman

    Selesai dengan tugas operasinya, Akbar segera bersiap- siap untuk pergi keperusahaan yang selama hampir tiga tahun sudah dikelola sang anak tunggal. Perusahaan yang bergerak dibidang proyek bangunan jangka panjang ini adalah perusahaan peninggalan almarhum ayahnya pak Akbar.Sebagai seorang anak pak Akbar tetap mengambil alih perusahaan papanya, tanpa meninggalkan cita- citanya ingin menjadi seorang dokter ahli syaraf.Dengan kecerdasan dan kemampuan yang diberikan Allah, seorang Akbar mampu memegang perusahaan dan sekaligus menjabat sebagai dosen dan dokter senior yang terkenal dengan kepintarannya.Karena tuntutan pekerjaan yang banyak menyita waktu dan fikirannya, pak Akbar memerlukan seorang pendamping yang bisa menjadi teman, penghibur dan dapat melayaninya dengan baik.Untuk itu dengan pemahaman agama yang baik, seorang Akbar memutuskan untuk nikah muda, pada waktu dulu.Gelora jiwa muda dan nafsu yang dia akui besar dalam dirinya, membuat dia tidak mau sembarangan untuk melamp

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 18 Komunikasi yang baik

    " Mas...aku suka rumahnya," ucap Puteri saat mereka sedang berada didapur, dapur terbuka yang menyatu dengan taman kecil, tidak ada sekat antara dapur dan taman tersebut, sehingga membuat suasana dapur begitu asri.Teras samping rumah sebelah kiri telah disulap menjadi ruang santai, menyatu dengan kolam ikan hias kecil, yang mengeluarkan suara percikan dan pancuran air kecil. Ditambah akuarium besar seperti melihat dasar pemandangan laut yang ada didalam kaca.Ruang tidur yang hanya memiliki empat kamar saja, dan satu diantaranya adalah kamar khusus pelayan.Dalam dua hari semua telah sempurna dilakukan oleh orang suruhan Akbar.Sementara ruang makan, menyatu dengan dapur terbuka namun ada pembatas dinding kaca transparan. Satu kamar utama yang bersebelahan dengan ruang tamu, dua kamar yang lain ada di deretan ruang santai, sedangkan satu kamar lagi da didekat dapur.Teras samping yang sebelah kanan yang memiliki halaman sedikit luas, telah disulap menjadi taman buah cangkokan yang d

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 19 Jiwa ragaku

    Hampir jam sembilan malam pak Akbar dan Puteri sampai dirumah utama, berjalan tetap beriringan, Puteri berusaha melepaskan tautan jemari Akbar dijemari- jemarinya. Namun Akbar tidak memberi kesempatan untuk melepaskannya."Ayo...mas antar !" tawar Akbar." Enggak usah mas, aku bisa sendiri, mas masuk saja kekamarnya sana." jawab Puteri."Kamarmu juga kamarnya mas, Ruhi..." ucap Akbar, yang terus menggandeng tangan istri mudanya, keduanya terus menaiki anak tangga menuju kamar Puteri.Sedikitpun mereka tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang sudah banjir dengan air mata, menyaksikan kemesraan Akbar untuk Puteri.Sungguh jelas dipandangan Bu Nova kalau suaminya kini telah memiliki rasa pada Puteri.Penyesalan terus menggerogoti hatinya yang terasa sesak.Setelah melihat drama pasangan beda usia itu tidak nampak lagi, Nova segera melangkah masuk kedalam kamar utama, kamar yang banyak menyimpan kenangan indah antara dia dan suaminya."Mas pergilah, lihat Bu Nova sana, sudah seharian

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 20 Menstruasi

    Pukul setengah tujuh pagi, pak Akbar menyelesaikan sarapan pagi bersama Bu Nova."Papa berangkat dulu ya ma." ucapnya, setelah menghabiskan minuman ginsengnya."Papa akan pamit dulu dengan Puteri," tanpa menunggu jawaban sang istri, Akbar melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju lantai dua.Seperti biasa Akbar membuka pintu dengan memakai kunci cadangan. "Assalamualaikum " ucapnya lirih." Kok gelap." fikirnya."Gorden masih tertutup rapat, tumben lampu mati." Bathinnya.Akbar lalu menghidupkan saklar lampu yang ada disamping pintu kamar mandi." Masih tidur ?" Gumannya." Ruhi...!" Panggilnya lembut, saat dia melihat sang istri masih tidur dengan cara menungging dibalik selimut memegangi perutnya.Perlahan, Akbar duduk ditepi ranjang memegang dahi sang istri yang berkeringat. " Enggak panas " bathinnya."Huuuuh..." suara lenguhan kecil terdengar keluar dari bibir indah Puteri.Puteri memutar posisi wajahnya membelakangi sang suami. Akbar mengernyit heran, semalam baik-baik sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 21 Sangat lelah

    "Puteri sakit ma.." jawab Akbar jujur."Tadi papa masakkan sup untuk Puteri." sambungnya lagi."Ngapain juga papa yang masak, papa bisa bilang sama mama kalau hanya untuk masak sup, banyak pelayan dirumah ini. Untuk apa papa capek- capek urus dapur." ucap Nova, dengan suara naik satu oktaf.Kecemburuan kadang membuatnya lupa untuk tetap menghormati suami surganya.Akbar seketika berhenti mendengar ucapan Nova yang sudah seperti petir, baginya."Memangnya boleh pakai pembantu dirumah ini untuk membantu keperluannya ?" jawab Akbar dengan tenang dan masih dengan suara lembut.Namun tidak dengan wajahnya, wajah itu sudah datar dan menakutkan.Nova terbengong, darimana suaminya tahu tentang batasan yang diberikannya pada Puteri. ucapnya dalam hati. Pasti perempuan itu yang sudah mengadu. Bathinnya.Awas kamu nanti. Ancamnya dalam hati.Akbar langsung melangkah keluar, waktunya untuk pergi kekantor sudah sangat lambat, dia segera masuk kedalam mobil, dengan wajah yang masih datar. Hasan sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 22 Minta cerai

    Seperti janjinya pada sang istri, sekitar jam dua Akbar menjemput Puteri untuk pindah rumah.Begitu mobil yang ditumpanginya, berhenti didepan kediamannya, Akbar langsung keluar dari mobil dan langsung melangkahkan kakinya menuju lantai dua."Assalamualaikum" ucapnya setelah pintu kamar dia buka."Waalaikumsalam" jawab Puteri lembut, yang sedang duduk diatas sofa."Sudah siap?" tanya Akbar pada Ruhi nya."Mas..sudah makan ?" bukannya menjawab, Puteri malah bertanya balik."Belum" jawab Akbar jujur. Hari ini hati dan fikiran Akbar sangat letih, tidak ada sedikitpun dia merasakan lapar."Aku tadi masak mas. Mas makan terlebih dahulu ya ?" pinta Puteri.Akbar ingin menolak karena tidak berselera, namun langkah kakinya mengikuti Puteri yang pergi kedapur.Dengan cekatan Puteri melayani Akbar. Akbar yang dilayani bak seperti raja, nasi diambilkan, sayur dan lauknya disendokkan, minum dituangkan, semangatnya muncul kembali, dia makan dengan lahap. Padahal Puteri hanya masak goreng ayam kala

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 23 Tiga hari dan empat hari

    Bersamaan dengan azan magrib, Akbar sampai didepan kediaman yang sudah belasan tahun ia tempati bersama istri pertamanya.Tanpa berkata dengan sang sopir, ia langsung masuk menuju kamar utama."Solat berjamaah kita ma...!" ajaknya, saat dia sudah berada didalam kamar."Papa wudhu lah, biar mama tunggu." jawab Nova yang sudah memakai mukenanya.Selesai solat berjamaah, Akbar melanjutkan ibadahnya dengan zikir dan doa...serta membaca Alquran. Sedangkan Bu Nova, segera keluar kamar untuk membantu bik Sumi untuk menyiapkan makan malam.Selesai dengan bacaan alqurannya, Akbar tidak langsung bangkit dari duduknya.Lama ia termenung dalam kesendirian, menarik ulur semua kejadian, yang terlalu berimbas pada kehidupan pribadinya.Ada rasa nyeri didada saat ini, apabila ia mengingat istri mudanya yang sendiri dirumah baru mereka.Mempunyai dua istri ternyata sesakit ini.Sakit jika jauh dari salah satunya, namun tidak mungkin juga menyatukan dua hati mereka untuk tinggal di satu atap.Tidak mu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08

Bab terbaru

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 47 Menuju Bahagia

    Sudah satu Minggu Puteri kembali kerumah minimalisnya. Seperti biasa sebelum pergi ke rumah sakit Akbar sendiri yang akan mengurus bayi Emran dan istri mudanya. "Ruhi....sayang...? Sudah hampir subuh." Panggil Akbar ditelinga sang istri dengan lembut."Mandilah...lima menit lagi azan subuh." Sambung Akbar saat dilihatnya sang istri sudah bangun dari tidurnya. Tanpa menjawab Puteri segera bergegas mengikuti apa yang diperintahkan sang suami.Solat subuh berjamaah dan mengulang murajaah adalah rutinitas yang mereka lakukan sebelum lengkingan suara Emran menggema dari dalam box bayinya.Jam setengah tujuh Emran telah wangi dengan wajah yang sudah seperti donat tepung, karena ulah sang papa. "Wah...anak papa sudah ganteng...sudah wangi...wangi surga..." Ucap Akbar pada puteranya yang sudah mulai lasak."Kita nenen dulu...? Nenen sama mama..?" Sambungnya lagi sambil menggendong Emran, meletakkannya diatas pangkuan sang istri yang sudah siap duduk diatas sofa."Kuchi....kuchi...anak aku ga

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 46 Ikhlas Dan Tulus

    Puteri terus memangku bayi Emran sampai tertidur pulas, setelah menghabiskan susu botolnya.Akbar hanya diam terpaku melihat keajaiban Allah. Doanya telah di ijabah Allah, tidak ada yang lebih membahagiakan dari itu semua.Perlahan Nova menghampiri Puteri dan berkata."Sini...Emran nya biar saya pindahkan ke boxnya saja." Pinta Nova dengan tulus."Haaaah...i..iya..!" Jawab Puteri gugup. Dengan sedikit gemetar Puteri memberikan bayinya kepada Nova. Rasa lemah dengan tulang yang rasanya kaku membuat Puteri tidak dapat bergerak banyak.Tak lama seorang suster datang membawakan teh panas dan bubur nasi sup ayam kampung.Dengan cekatan Akbar menerima troli makanan tersebut dan membawanya kehadapan sang istri."Makan dulu Ruhi...?" Pinta Akbar lembut.Nova yang merasa canggung dengan situasi mereka bertiga, berfikir untuk keluar dari ruangan tersebut."Pa...mama, mau pulang sebentar, nanti mama datang lagi. Kalau ada sesuatu yang mau dibeli, hubungi mama ya pah?" Ucap Nova lembut.Kemudian

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 45 Usaha Emran

    Hari ini rencananya Akbar akan memindahkan perawatan untuk Puteri dirumah minimalis mereka. karena bagaimana pun rumah sakit bukan tempat yang bagus untuk tumbuh kembang puteranya yaitu Emran. Tanpa diminta oleh suaminya, pagi- pagi sekali Nova sudah sampai dirumah sakit, tepatnya diruangan Puteri dirawat."Ada apa ma?" Tanya Akbar setelah menjawab salam dari istri pertamanya."Ada apa?" Tanya Akbar lagi, dia merasa heran karena masih terlalu pagi bagi tamu untuk menjenguk pasien."Aku hanya ingin bersama kalian pa..?" Jawab Nova jujur.Pak Akbar yang mendengar hanya menautkan alisnya saja, tanpa berkomentar."Oke...sudah selesai..! Anak papa sudah ganteng, sudah wangi...wangi surga...!" Ucap Akbar pada sang putera yang baru selesai ia mandikan.Dengan memakai pakaian anak enam bulan keatas, Emran nampak lebih besar dari usianya.Dengan menggendongnya sebelum diberikan susu, Akbar ingin anaknya memanggil Puteri dengan jeritan tangisan seperti biasanya. "Mas selalu berdoa, kamu pulang

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 44 Merindukanmu

    Assalamualaikum" terdengar suara ketukan pintu dan ucapan salam dari luar ruangan. Akbar yang baru selesai mengaji disisi sang istri, segera membuka pintu untuk melihat siapa yang datang." "Waalaikumsalam" jawab Akbar. Saat tahu siapa yang datang ia menghela nafas dengan berat."Kamu bisa pulang ma?" Tanya Akbar heran. Tanpa menerima uluran tangan Nova yang ingin menyalaminya."Jadi papa enggak suka nengok mama pulang ya?" Tanya Bu Nova sedikit tersinggung. "Bukannya gak suka, tapi mama sendiri yang bilang, kemungkinan mama disana sampai menantu mama siap melahirkan." Jawab Akbar, berlalu meninggalkan istri tuanya yang masih berdiri di pintu."Masuklah kalau mau masuk." Ucap Akbar yang telah duduk disisi Puteri. Sedangkan Putera mereka sedang tidur nyenyak didalam box Beby."Sudah berapa lama dia seperti ini pah?" tanya Nova yang sudah berdiri di dekat Akbar."Hampir sebulan." Jawab Akbar datar. Sambil mengecek beberapa berkas kantor dan rumah sakitnya. Merasa dicuekin, Nova berja

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 43 Lebih Baik Berpisah

    Sekitar pukul delapan malam pak Yusuf sampai ke Jakarta dan langsung menuju rumah sakit tempat anak semata wayangnya melahirkan."Assalamualaikum" ucap pak Yusuf ketika ia telah sampai didepan pintu kamar pasien tempat Puteri berada.Akbar yang baru selesai menunaikan shalat isya, menoleh kearah suara."Waalaikumsalam" jawabnya dan segera menghampiri sahabat karib sekaligus bapak mertuanya.Kedua lelaki itu berjabatan tangan, dan kemudian berpelukan."Aku takut Yusuf...aku takut kalau istriku pingsannya lama." Ucap Akbar dengan suara bergetar."Berdoalah untuk yang terbaik" jawab Yusuf dengan menepuk- nepuk pundak sahabatnya dan melepaskan pelukan mereka.Yusuf menghampiri anaknya yang sudah lama tidak ia kunjungi."Sayang...?" Panggil Yusuf dengan suara bergetar. Diraihnya jemari Puteri digenggamnya erat."Kenapa belum mau bangun sayang....?" Panggilnya pada sang anak yang tertidur dengan damai."Kasian cucu ayah kalau tidak minum ASI, bangunlah. Hadapi semua, menghindar untuk tetap

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 42 Melahirkan

    Satu jam berlalu setelah Akbar membuat penyatuannya dengan sang istri. Jalan lahir sudah memasuki pembukaan tiga, kini Puteri tengah berjalan dan terkadang jongkok kalau rasa mulas menggerayangi perutnya, dan pak Akbar dengan setia terus berada didekat istrinya walau kadang Puteri menyuruhnya untuk istirahat.Sambil berjalan Puteri merasakan perutnya mulas kembali, dan ia meringis lagi"Kita operasi saja, ya sayang...? Kalau operasi, satu jam mendatang kamu tidak merasakan sakit seperti ini lagi." Rayu Akbar kembali.Puteri hanya diam, tak menanggapi ucapan suaminya, Puteri bosan mendengarnya."Mas....? Air kencingnya keluar sendiri." Ucapnya tiba-tiba, dengan melihat lantai yang sudah banjir air yang merembes dari kemaluannya.Akbar yang mendengar ucapan sang istri, segera membawa Puteri kekamar mandi."Itu bukan air kencing sayang, itu air ketubannya sudah pecah, tukar dulu bajunya. Dengan dibantu perawat wanita, Puteri membersihkan tubuhnya yang basah oleh rembesan air ketuban.Sem

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 41 Penyatuan di rumah sakit

    Ambulans yang membawa Puteri sampai dilobi rumah sakit bersamaan dengan sampainya Akbar ditempat itu. Pihak rumah sakit yang sudah standby menunggu istri dari bos besar mereka, segera menyambut kedatangan ambulansPintu belakang mobil ambulans segera dibuka, terlihat Puteri yang tengah terpejam.Dua orang perawat laki- laki langsung menurunkan brankar ambulans tersebut."Ruhi....?" Panggil Akbar cemas.Sedangkan Yani juga mengikuti kemana Puteri dibawa tim medis. Ruang persalinan dilantai empat sudah disiapkan sejak tadi, dokter Mira yang sudah standbye menunggu kedatangan Puteri, istri dari atasannya itu segera menyambut dan memeriksa kondisi wanita hamil tersebut."Dokter, saya tidak mau operasi," ucap Puteri lemah."Kita akan usahakan yang terbaik ya Bu...kalau tidak memungkinkan untuk normal terpaksa harus operasi juga, karena kondisi ibu tidak begitu sehat." Ucap dokter Mira. Sedangkan Akbar yang ada disamping Puteri hanya diam mendengarkan dua orang wanita itu berbicara.Selang

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 40 Merasa hidup sendiri

    "Ruhi...?" Panggil Akbar dengan suara yang cukup kuat. Buru- buru ia menghampiri sang istri yang sedang tertidur pulas di dalam bathtub.Tanpa berfikir panjang, Akbar segera mengangkat Puteri yang tanpa memakai pakaian sehelai pun dan membawanya masuk kedalam kamar tidur, meletakkan dengan lembut dan membungkus tubuh sang istri dengan handuk berukuran besar.Puteri yang merasa tubuhnya terangkat dan tidak merasakan dinginnya air lagi, segera membuka matanya."Ada apa? Kenapa?" Tanya Puteri heran melihat Akbar yang kalang kabut dengan ekspresi wajah yang cemas."Sayang....?" Kamu mau buat mas kena serangan jantung, hhhmmmm...? kenapa kamu tidur dikamar mandi didalam bethup lagi...!" Tanya Akbar lembut namun tegas.Puteri hanya mendesah, sedikit kesal. Perlahan Puteri bangkit, dan berniat untuk mengambil pakaiannya."Mau kemana?" tanya Akbar lagi dengan rasa sabar dan sayangnya."Mau pakai baju," jawab Puteri datar, sedikitpun tidak ada lagi sifat manja yang Puteri tunjukkan kepada Akba

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 39. Aku orang ketiga

    "aku pengen makan dengan piring sendiri mas..?" ucap Puteri saat Akbar akan menghidangkan makan sepiring berdua untuk mereka seperti biasanya."Kenapa?" tanya Akbar heran."Lagi malas aja...!" Jawab Puteri datar.Akbar tidak lagi bertanya, ia mengambil satu lagi piring untuk Puteri."Biar aku buat sendiri mas..?" pinta Puteri sopan pada suaminya yang akan menyendokkan nasi untuknya.Selesai makan, Puteri langsung masuk kedalam kamar, perutnya sering jadi sebah atau seperti kram setiap selesai makan.Sambil meringis membelai perut besarnya Puteri berguman sendiri."Kamu yang sehat ya nak, harus kuat pintar dan soleh seperti papah kamu."Terlalu banyak tertekan perasaan yang tidak bisa ia ungkapkan membuat Puteri dilanda stres yang berkepanjangan ternyata berpengaruh pada kandungannya. Pernyataan dokter yang menyarankan Puteri untuk caecar pada persalinannya nanti, sungguh membuat Puteri takut. Dan ia tetap diam tidak memberitahukan pada sang suami.Sedangkan Akbar yang sudah lama du

DMCA.com Protection Status