Share

Bab 10 Batasan

last update Last Updated: 2024-03-28 21:51:06

"ya Allah, lepaskan hamba dari situasi ini, hamba takut !" sambil membersihkan sisa sarapan mereka tadi Puteri terus berdoa dalam hatinya.

"Lebih baik aku tinggal di kamar hotel saja dari pada harus serumah," ucap Puteri pada dirinya sendiri.

Gadis cantik berwajah teduh itu, duduk disofa sambil termenung. Surai indah miliknya, terbiar dengan sedikit ikatan yang acak. Semakin malas rasa hatinya untuk menunggu sore hari.

"Tapi percuma saja, mengungkapkan isi hatipun takkan didengar sama pak tua itu, dia lebih mengutamakan kata hati istrinya dari padaku, dan aku sadar posisiku." ucapnya pelan. tak terasa air mata kembali menetes.

Tiga hari menginap dan tinggal sendiri, ternyata Puteri melalui hari- harinya dengan bertengkar antara hati dan fikirannya.

Fikirannya menolak itu semua, untuk jadi istri kedua tidak pernah terbesit sedikitpun pada fikirannya, apalagi menikah dengan orang tua, fikirannya terus berontak.

Namun hati yang lembut dan sangat menyayangi ayahnya, membuat Puteri menutup
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
anak kepala sekolah tapi cuma sampai d3. padahal anak semata wayang. dan terlalu patuh jadi terkesan dungu kayak orang idiot dan g bisa mengambil keputusan serta mengeluarkan pendapat sendiri. lebih parah dari babu dan g punya kenerdekaan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 11 Rumah kecil

    Tak ada sedikitpun keinginan Puteri untuk membantah, atau membalas ucapan Bu Nova.Puteri adalah tipe seorang perempuan yang suka memperhatikan tanpa memberi komentar, apalagi masalah tentang hidupnya, dia menyerahkan seluruhnya pada sang ayah.Keceriaan dan keramahannya, hanya sebatas dengan teman- temannya saja. Puteri dapat menjadi seorang yang periang dan pendiam, sesuai dengan siapa dia berinteraksi."Bik, bawa perempuan ini kekamarnya, setelah itu jelaskan semua apa yang aku katakan tadi ?" ucap Bu Nova pada pembantunya."Saya tunggu mas Akbar, Bu ?" "Mas. Eehh suami saya sebaya ayahmu ! Sok istri beneran saja kamu." Bentak Bu Nova yang sudah tersulut emosi karena cemburu.Malas dengan situasi yang ada, Puteri langsung berdiri sambil membawa kopernya, yang sejak tadi ada disampingnya. " Ayo bik ! permisi Bu " Puteri pergi meninggalkan Bu Nova, mengikuti bik Sumi yang sudah berjalan meninggalkan ruang makan.Tanpa melihat sekelilingnya, Puteri berjalan dengan wajah sendu dan me

    Last Updated : 2024-03-28
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 12 Keputusan

    Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar.Puteri seolah menulikan telinga, enggan untuk membukanya."Nyonya...nyonya muda ...!" suara bik Sumi terdengar dari luar memanggil - manggilnya.Sedikitpun Puteri tidak ada niat, untuk beranjak dari pembaringannya, hingga suara itu tak terdengar lagi, Puteri merasa lega."Mana Puteri nya bik ?" tanya pak Akbar yang sudah duduk dimeja makan."Saya sudah memanggilnya tuan, tapi tak ada jawaban." Jawab bik Sumi."Sudahlah pa...! kita makan dulu, nanti kalau lapar dia akan turun sendiri, mama sudah lapar !" ucap Bu Nova dengan gaya judesnya."Mama kalau lapar, makanlah dulu, papa mau lihat Puteri." ujar pak Akbar dan akan bangkit dari duduknya."Jadi mama makan sendiri, gitu..? sementara papa akan makan bersamanya. Adil macam apa itu..!" sarkas Bu Nova tiba-tiba."Kalau begitu, mama tunggulah sebentar, papa akan melihatnya. Mungkin dia masih canggung dengan situasi disini." tutur pak Akbar, kemudian melangkah menuju lantai dua, tempat dimana

    Last Updated : 2024-03-28
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 13 Anak kost

    Beberapa hari disibukkan oleh banyak masalah, akhirnya pak Akbar mengambil keputusan, untuk mengambil alih semua pekerjaan yang telah ia berikan dulu kepada puteranya.Berdiri diatas kaki sendiri itu lebih baik. Terlalu kecewa dengan perbuatan sang istri dan sang anak, namun dia tidak bisa menghukum, hanya bisa pasrah dan ikhlas atas takdir Allah. Semoga diusianya yang tidak muda lagi, Allah selalu memberi kesehatan padanya. Itu doa yang selalu dia panjatkan."Kenapa papa bisa secepat itu mengambil keputusan, bukankah papa ingin fokus pada bisnis kesehatan saja." tutur Bu Nova setelah beberapa saat mereka saling diam."Mungkin papa akan melepaskan jabatan sebagai dosen dan akan mengurangi jam terbang operasi. Sudah banyak para dokter syaraf yang jenius dan sudah berpengalaman untuk menggantikan jam kerja papa." jawab Akbar menjelaskan rencananya pada istri pertamanya.Bu Nova hanya mendesah pelan, dengan keputusan sang suami. Walaupun dia kecewa tentang keputusan Akbar yang membelokir

    Last Updated : 2024-03-28
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 14 Tidur bersama

    Menahan sesuatu yang telah bergelora, pak Akbar perlahan mendekati sang istri yang tengah terlelap.Pandangan Akbar terhadap Puteri yang sedang terlelap ibarat seekor singa yang tengah kelaparan, namun iman dan akal sehat selalu ada di gerbang terdepan hati dan fikirannya.Puas dengan penglihatannya, pak Akbar mengambil ponsel dari genggaman istrinya yang masih memutar film Hindia romantis, "ternyata kamu pecinta film romantis juga Ruhi..!" ucapnya lirih.Sangat penuh hati- hati Akbar mengangkat membenarkan posisi tidur sang istri yang menurutnya telah berputar arah dari kepala tempat tidur.Menyibakkan anak rambut yang selalu berjuntai di dahi dan telinga istrinya. Membelai wajah, dan mencium sekilas bibir gadis yang sudah hampir satu minggu ini telah menjadi istri sahnya.Tak lama pak Akbar membuka kaus rumahan yang dia pakai, kini dia hanya menggunakan celana training panjang dan bertelanjang dada. Sudah menjadi kebiasannya kalau tidur selalu bertelanjang dada.Sekitar jam sebelas

    Last Updated : 2024-03-28
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 15 Masih kecewa

    Selesai solat berjamaah dengan sang istri muda, Akbar kembali masuk ke kamar utama, tempat Bu Nova istri tuanya berada."Mama sudah selesai solat ?" tanya Akbar begitu melihat istrinya yang masih tiduran diranjang dan tidak menjawab sedikitpun pertanyaannya.Kemudian Akbar duduk ditepi ranjang, disamping istrinya itu." Ma...memang sulit dan sakit bagi mama untuk menerima Puteri, tapi bagaimanapun bencinya mama dengannya, itu tidak akan merubah statusnya lagi." nasehatnya."Apa papa akan terus mempertahankan dia sebagai maduku ?" tanya Nova. Kini diapun ikut duduk disisi suaminya."Papa tidak akan menceraikan kalian berdua. Kalian adalah jiwa dan raga papa. Mama adalah raganya papa selama ini." jawab Akbar.Pria dewasa yang semakin berkharismatik diusianya yang tidak muda lagi itu, menghela nafas berat."Bukan mau papa untuk menyakiti mama, dan bukan mau papa untuk melepaskan tanggung jawab papa pada Puteri. Tolong tetaplah berdiri disebelah kanan papa." ucap Akbar penuh kelembutan.

    Last Updated : 2024-04-02
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 16 Hati yang luka

    " Mas !" ucap Puteri spontan. Dan langsung berdiri, sambil menoleh kearah sang suami yang sedang membungkuk, berbisik dan mencium telinganya.Dengan sigap pak Akbar meraih pinggang Puteri yang tiba-tiba berdiri dihadapannya yang menubruk dada bidangnya." Mas ..." ujar Puteri dengan lirih.Tanpa ragu, Akbar melumat bibir Puteri yang masih mengunyah nasi gorengnya.Puteri sangat terkejut dengan perlakuan Akbar." Mas... Jorok, aahh...! ucapnya setelah berhasil melepaskan lumatan suaminya.Biasanya Puteri hanya diam tanpa melawan, tapi kali ini, Puteri tanpa ragu protes.Akbar yang menyaksikan reaksi istri mudanya, bukannya marah, dia malah tersenyum senang, dan tetap mengeratkan pelukan tangannya dipinggang Puteri."Mau kemana ?" tanya Akbar, menyudahi godaannya."Aku mau izin pergi kekost an ku mas," jawabnya lirih, setelah menelan sisa nasi goreng yang masih ada dimulutnya." Kapan ?" tanya Akbar yang melepaskan pelukannya dan langsung duduk dikursi yang ditempati Puteri tadi, memaka

    Last Updated : 2024-04-02
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 17 Rumah idaman

    Selesai dengan tugas operasinya, Akbar segera bersiap- siap untuk pergi keperusahaan yang selama hampir tiga tahun sudah dikelola sang anak tunggal. Perusahaan yang bergerak dibidang proyek bangunan jangka panjang ini adalah perusahaan peninggalan almarhum ayahnya pak Akbar.Sebagai seorang anak pak Akbar tetap mengambil alih perusahaan papanya, tanpa meninggalkan cita- citanya ingin menjadi seorang dokter ahli syaraf.Dengan kecerdasan dan kemampuan yang diberikan Allah, seorang Akbar mampu memegang perusahaan dan sekaligus menjabat sebagai dosen dan dokter senior yang terkenal dengan kepintarannya.Karena tuntutan pekerjaan yang banyak menyita waktu dan fikirannya, pak Akbar memerlukan seorang pendamping yang bisa menjadi teman, penghibur dan dapat melayaninya dengan baik.Untuk itu dengan pemahaman agama yang baik, seorang Akbar memutuskan untuk nikah muda, pada waktu dulu.Gelora jiwa muda dan nafsu yang dia akui besar dalam dirinya, membuat dia tidak mau sembarangan untuk melamp

    Last Updated : 2024-04-05
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 18 Komunikasi yang baik

    " Mas...aku suka rumahnya," ucap Puteri saat mereka sedang berada didapur, dapur terbuka yang menyatu dengan taman kecil, tidak ada sekat antara dapur dan taman tersebut, sehingga membuat suasana dapur begitu asri.Teras samping rumah sebelah kiri telah disulap menjadi ruang santai, menyatu dengan kolam ikan hias kecil, yang mengeluarkan suara percikan dan pancuran air kecil. Ditambah akuarium besar seperti melihat dasar pemandangan laut yang ada didalam kaca.Ruang tidur yang hanya memiliki empat kamar saja, dan satu diantaranya adalah kamar khusus pelayan.Dalam dua hari semua telah sempurna dilakukan oleh orang suruhan Akbar.Sementara ruang makan, menyatu dengan dapur terbuka namun ada pembatas dinding kaca transparan. Satu kamar utama yang bersebelahan dengan ruang tamu, dua kamar yang lain ada di deretan ruang santai, sedangkan satu kamar lagi da didekat dapur.Teras samping yang sebelah kanan yang memiliki halaman sedikit luas, telah disulap menjadi taman buah cangkokan yang d

    Last Updated : 2024-04-05

Latest chapter

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 47 Menuju Bahagia

    Sudah satu Minggu Puteri kembali kerumah minimalisnya. Seperti biasa sebelum pergi ke rumah sakit Akbar sendiri yang akan mengurus bayi Emran dan istri mudanya. "Ruhi....sayang...? Sudah hampir subuh." Panggil Akbar ditelinga sang istri dengan lembut."Mandilah...lima menit lagi azan subuh." Sambung Akbar saat dilihatnya sang istri sudah bangun dari tidurnya. Tanpa menjawab Puteri segera bergegas mengikuti apa yang diperintahkan sang suami.Solat subuh berjamaah dan mengulang murajaah adalah rutinitas yang mereka lakukan sebelum lengkingan suara Emran menggema dari dalam box bayinya.Jam setengah tujuh Emran telah wangi dengan wajah yang sudah seperti donat tepung, karena ulah sang papa. "Wah...anak papa sudah ganteng...sudah wangi...wangi surga..." Ucap Akbar pada puteranya yang sudah mulai lasak."Kita nenen dulu...? Nenen sama mama..?" Sambungnya lagi sambil menggendong Emran, meletakkannya diatas pangkuan sang istri yang sudah siap duduk diatas sofa."Kuchi....kuchi...anak aku ga

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 46 Ikhlas Dan Tulus

    Puteri terus memangku bayi Emran sampai tertidur pulas, setelah menghabiskan susu botolnya.Akbar hanya diam terpaku melihat keajaiban Allah. Doanya telah di ijabah Allah, tidak ada yang lebih membahagiakan dari itu semua.Perlahan Nova menghampiri Puteri dan berkata."Sini...Emran nya biar saya pindahkan ke boxnya saja." Pinta Nova dengan tulus."Haaaah...i..iya..!" Jawab Puteri gugup. Dengan sedikit gemetar Puteri memberikan bayinya kepada Nova. Rasa lemah dengan tulang yang rasanya kaku membuat Puteri tidak dapat bergerak banyak.Tak lama seorang suster datang membawakan teh panas dan bubur nasi sup ayam kampung.Dengan cekatan Akbar menerima troli makanan tersebut dan membawanya kehadapan sang istri."Makan dulu Ruhi...?" Pinta Akbar lembut.Nova yang merasa canggung dengan situasi mereka bertiga, berfikir untuk keluar dari ruangan tersebut."Pa...mama, mau pulang sebentar, nanti mama datang lagi. Kalau ada sesuatu yang mau dibeli, hubungi mama ya pah?" Ucap Nova lembut.Kemudian

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 45 Usaha Emran

    Hari ini rencananya Akbar akan memindahkan perawatan untuk Puteri dirumah minimalis mereka. karena bagaimana pun rumah sakit bukan tempat yang bagus untuk tumbuh kembang puteranya yaitu Emran. Tanpa diminta oleh suaminya, pagi- pagi sekali Nova sudah sampai dirumah sakit, tepatnya diruangan Puteri dirawat."Ada apa ma?" Tanya Akbar setelah menjawab salam dari istri pertamanya."Ada apa?" Tanya Akbar lagi, dia merasa heran karena masih terlalu pagi bagi tamu untuk menjenguk pasien."Aku hanya ingin bersama kalian pa..?" Jawab Nova jujur.Pak Akbar yang mendengar hanya menautkan alisnya saja, tanpa berkomentar."Oke...sudah selesai..! Anak papa sudah ganteng, sudah wangi...wangi surga...!" Ucap Akbar pada sang putera yang baru selesai ia mandikan.Dengan memakai pakaian anak enam bulan keatas, Emran nampak lebih besar dari usianya.Dengan menggendongnya sebelum diberikan susu, Akbar ingin anaknya memanggil Puteri dengan jeritan tangisan seperti biasanya. "Mas selalu berdoa, kamu pulang

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 44 Merindukanmu

    Assalamualaikum" terdengar suara ketukan pintu dan ucapan salam dari luar ruangan. Akbar yang baru selesai mengaji disisi sang istri, segera membuka pintu untuk melihat siapa yang datang." "Waalaikumsalam" jawab Akbar. Saat tahu siapa yang datang ia menghela nafas dengan berat."Kamu bisa pulang ma?" Tanya Akbar heran. Tanpa menerima uluran tangan Nova yang ingin menyalaminya."Jadi papa enggak suka nengok mama pulang ya?" Tanya Bu Nova sedikit tersinggung. "Bukannya gak suka, tapi mama sendiri yang bilang, kemungkinan mama disana sampai menantu mama siap melahirkan." Jawab Akbar, berlalu meninggalkan istri tuanya yang masih berdiri di pintu."Masuklah kalau mau masuk." Ucap Akbar yang telah duduk disisi Puteri. Sedangkan Putera mereka sedang tidur nyenyak didalam box Beby."Sudah berapa lama dia seperti ini pah?" tanya Nova yang sudah berdiri di dekat Akbar."Hampir sebulan." Jawab Akbar datar. Sambil mengecek beberapa berkas kantor dan rumah sakitnya. Merasa dicuekin, Nova berja

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 43 Lebih Baik Berpisah

    Sekitar pukul delapan malam pak Yusuf sampai ke Jakarta dan langsung menuju rumah sakit tempat anak semata wayangnya melahirkan."Assalamualaikum" ucap pak Yusuf ketika ia telah sampai didepan pintu kamar pasien tempat Puteri berada.Akbar yang baru selesai menunaikan shalat isya, menoleh kearah suara."Waalaikumsalam" jawabnya dan segera menghampiri sahabat karib sekaligus bapak mertuanya.Kedua lelaki itu berjabatan tangan, dan kemudian berpelukan."Aku takut Yusuf...aku takut kalau istriku pingsannya lama." Ucap Akbar dengan suara bergetar."Berdoalah untuk yang terbaik" jawab Yusuf dengan menepuk- nepuk pundak sahabatnya dan melepaskan pelukan mereka.Yusuf menghampiri anaknya yang sudah lama tidak ia kunjungi."Sayang...?" Panggil Yusuf dengan suara bergetar. Diraihnya jemari Puteri digenggamnya erat."Kenapa belum mau bangun sayang....?" Panggilnya pada sang anak yang tertidur dengan damai."Kasian cucu ayah kalau tidak minum ASI, bangunlah. Hadapi semua, menghindar untuk tetap

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 42 Melahirkan

    Satu jam berlalu setelah Akbar membuat penyatuannya dengan sang istri. Jalan lahir sudah memasuki pembukaan tiga, kini Puteri tengah berjalan dan terkadang jongkok kalau rasa mulas menggerayangi perutnya, dan pak Akbar dengan setia terus berada didekat istrinya walau kadang Puteri menyuruhnya untuk istirahat.Sambil berjalan Puteri merasakan perutnya mulas kembali, dan ia meringis lagi"Kita operasi saja, ya sayang...? Kalau operasi, satu jam mendatang kamu tidak merasakan sakit seperti ini lagi." Rayu Akbar kembali.Puteri hanya diam, tak menanggapi ucapan suaminya, Puteri bosan mendengarnya."Mas....? Air kencingnya keluar sendiri." Ucapnya tiba-tiba, dengan melihat lantai yang sudah banjir air yang merembes dari kemaluannya.Akbar yang mendengar ucapan sang istri, segera membawa Puteri kekamar mandi."Itu bukan air kencing sayang, itu air ketubannya sudah pecah, tukar dulu bajunya. Dengan dibantu perawat wanita, Puteri membersihkan tubuhnya yang basah oleh rembesan air ketuban.Sem

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 41 Penyatuan di rumah sakit

    Ambulans yang membawa Puteri sampai dilobi rumah sakit bersamaan dengan sampainya Akbar ditempat itu. Pihak rumah sakit yang sudah standby menunggu istri dari bos besar mereka, segera menyambut kedatangan ambulansPintu belakang mobil ambulans segera dibuka, terlihat Puteri yang tengah terpejam.Dua orang perawat laki- laki langsung menurunkan brankar ambulans tersebut."Ruhi....?" Panggil Akbar cemas.Sedangkan Yani juga mengikuti kemana Puteri dibawa tim medis. Ruang persalinan dilantai empat sudah disiapkan sejak tadi, dokter Mira yang sudah standbye menunggu kedatangan Puteri, istri dari atasannya itu segera menyambut dan memeriksa kondisi wanita hamil tersebut."Dokter, saya tidak mau operasi," ucap Puteri lemah."Kita akan usahakan yang terbaik ya Bu...kalau tidak memungkinkan untuk normal terpaksa harus operasi juga, karena kondisi ibu tidak begitu sehat." Ucap dokter Mira. Sedangkan Akbar yang ada disamping Puteri hanya diam mendengarkan dua orang wanita itu berbicara.Selang

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 40 Merasa hidup sendiri

    "Ruhi...?" Panggil Akbar dengan suara yang cukup kuat. Buru- buru ia menghampiri sang istri yang sedang tertidur pulas di dalam bathtub.Tanpa berfikir panjang, Akbar segera mengangkat Puteri yang tanpa memakai pakaian sehelai pun dan membawanya masuk kedalam kamar tidur, meletakkan dengan lembut dan membungkus tubuh sang istri dengan handuk berukuran besar.Puteri yang merasa tubuhnya terangkat dan tidak merasakan dinginnya air lagi, segera membuka matanya."Ada apa? Kenapa?" Tanya Puteri heran melihat Akbar yang kalang kabut dengan ekspresi wajah yang cemas."Sayang....?" Kamu mau buat mas kena serangan jantung, hhhmmmm...? kenapa kamu tidur dikamar mandi didalam bethup lagi...!" Tanya Akbar lembut namun tegas.Puteri hanya mendesah, sedikit kesal. Perlahan Puteri bangkit, dan berniat untuk mengambil pakaiannya."Mau kemana?" tanya Akbar lagi dengan rasa sabar dan sayangnya."Mau pakai baju," jawab Puteri datar, sedikitpun tidak ada lagi sifat manja yang Puteri tunjukkan kepada Akba

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 39. Aku orang ketiga

    "aku pengen makan dengan piring sendiri mas..?" ucap Puteri saat Akbar akan menghidangkan makan sepiring berdua untuk mereka seperti biasanya."Kenapa?" tanya Akbar heran."Lagi malas aja...!" Jawab Puteri datar.Akbar tidak lagi bertanya, ia mengambil satu lagi piring untuk Puteri."Biar aku buat sendiri mas..?" pinta Puteri sopan pada suaminya yang akan menyendokkan nasi untuknya.Selesai makan, Puteri langsung masuk kedalam kamar, perutnya sering jadi sebah atau seperti kram setiap selesai makan.Sambil meringis membelai perut besarnya Puteri berguman sendiri."Kamu yang sehat ya nak, harus kuat pintar dan soleh seperti papah kamu."Terlalu banyak tertekan perasaan yang tidak bisa ia ungkapkan membuat Puteri dilanda stres yang berkepanjangan ternyata berpengaruh pada kandungannya. Pernyataan dokter yang menyarankan Puteri untuk caecar pada persalinannya nanti, sungguh membuat Puteri takut. Dan ia tetap diam tidak memberitahukan pada sang suami.Sedangkan Akbar yang sudah lama du

DMCA.com Protection Status