Share

Wajah yang Lain

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Selamat pagi Nona. Sudah saatnya anda bangun.”

Seorang wanita berumur akhir empat puluhan menarik gorden yang menutupi jendela besar di kamar Star. Sinar matahari yang masuk, tidak membuat wanita itu terbangun.

“Nona Callista, sudah saatnya anda bangun.” Wanita itu mengguncang pelan bahu Star.

Hanya perlu waktu semenit sampai Star terbangun dari tidurnya. Wanita itu menggosok matanya, kemudian merenggangkan badan dan bangkit untuk duduk. Segera setelah sang nona berada di posisi duduk, wanita tua tadi menyerahkan segelas air putih hangat.

“Hari ini anda mau sarapan di kamar seperti biasa?”

“Hm, bawakan aku yang biasanya saja.” Star membalas wanita itu dengan datar-datar saja.

“Segera Nona Callista,” jawab wanita itu lembut.

Wanita yang sedari tadi memanggil Star dengan nama Callista itu segera undur diri. Meninggalkan Star yang masih duduk dengan malas di ranjang king size miliknya.

Callista Arwen adalah nama asli, sementara nama Star itu hanyalah nama samaran yang digunakannya untuk pekerjaan sambilan yang dilakukannya. Pekerjaan sambilan sebagai sugar baby.

Star bukan gadis kekurangan uang untuk berfoya-foya, sebaliknya dia berasal dari keluarga kaya raya dengan uang yang tidak memiliki nomor seri. Apapun yang diinginkan Star pasti akan terkabul.

Bahkan jika Star mau beli rumah di kawasan paling mahal di dunia, dirinya sanggup. Pekerjaannya sebagai sugar baby hanya untuk bersenang-senang saja, sekalian mencari pria yang mungkin bisa menjadi ayahnya walau hanya sebentar saja.

“Nona, sarapannya sudah siap.”

“Terima kasih, Karin.” Star tersenyum ketika mengatakan itu.

Setelah meja kecil didekat jendela diatur menjadi meja untuknya sarapan, Star beranjak ke sana. Star menatapi makan paginya yang nyaris saja sama setiap harinya.

Hari ini berupa dua butir telur rebus yang berukuran kecil beserta sebuah pisang ukuran sedang. Terkadang pisangnya dibuat jadi jus ditambah dengan roti gandum. Kadang roti gandum dijadikan sandwich dengan isian telur, tomat dan keju. Dilain hari Star hanya akan makan semangkuk kecil smoothies buah.

Star sangat menjaga pola makannya. Bukan untuk diet, tapi demi kesehatan. Dia tidak mau terkena kolesteol atau tekanan darah tinggi seperti pria tua yang biasa dia temani.

Star sebagai sugar baby hanya menerima ajakan kencan dari pria berumur diatas empat puluh dan bukan ajakan tidur. Dia tidak pernah tertarik untuk naik ke atas ranjang pria manapun, sekalipun teman kencannya pria tua yang makin tua makin berkharisma dan masih bertubuh atletis.

Star hanya murni ingin melihat dan dimanjajakan oleh seorang pria tua dengan sifat kebapakan. Singkatnya Star haus kasih sayang dari seorang ayah yang tidak pernah didapatkannya.

“Nona, seragamnya sudah saya siapkan.” Karin menyampaikan.

“Dua minggu depan bisakah kau berkunjung ke sekolahku?” Star bertanya pada wanita yang sudah mengasuhnya dari bayi itu.

“Ah, sudah waktunya kelulusan ya?” Karin bertanya dengan sopan.

“Ya, seperti itulah.” Star mengangguk pelan. “Karin bisa kan datang menggantikan orang tuaku?”

“Tentu saja bisa, Nona. Bukankah saya selalu melakukannya?” Karin tersenyum dengan lembut.

Star membalas senyuman itu dengan sama lembutnya. Rasanya hanya pada Karin lah, Star bisa tersenyum setulus ini. Karena selama dirinya hidup delapan belas tahun ini, hanya Karin saja yang benar-benar peduli padanya tanpa memandang statusnya sebagai bagian dari keluarga Arwen.

Karin selalu berbicara dan berperilaku sopan. Tapi Karin juga tidak segan memarahinya jika Star berbuat salah dan memeluk nonanya ketika sedang bersedih.

“Nah, sekarang Nona harus segera bersiap. Kalau tidak anda akan terlambat ke sekolah. Irish juga akan datang sebentar lagi. “

Star mengangguk setuju dan segera beranjak ke kamar mandi, mengikuti Karin yang sudah duluan membukakan pintu kamar mandi besar yang berada di dalam kamar.

“Nona, Callista. Aku sudah datang.” Seorang wanita berteriak dari luar kamar mandi. Membuat Star yang sedang mandi terlonjak kaget.

Star hanya menggeleng pelan dan melanjutkan mandinya. Sama sekali tidak peduli pada teriakan salah satu pelayannya yang centil itu. Star heran bagaimana Irish dan Irina yang bersaudara itu punya sifat yang berbeda.

“Tidak bisakah kau tidak berteriak?” Star keluar dari kamar mandi hanya dengan bathrobe.

“Suaraku kan memang secempreng itu , Nona. Sekarang duduklah kalau tidak mau telat.” Irish menepuk kursi di depan cermin besar dengan lampu bohlam menyala disekitar cermin itu.

“Aku heran untuk apa ke sekolah lagi sih kalau sudah tak ada yang dikerjakan?” Irish bercoleteh sambil mengeringkan rambut sang nona yang basah dengan hair dryer.

Irish bertugas untuk mendandani Star sebelum ke sekolah dan sebelum bertemu customer. Wanita itu hanya lebih muda dua tahun dari Irina dan lebih tua tiga tahun dari Star. Mereka bertiga juga dibesarkan bersama-sama oleh Karin.

Ya. Sedari lahir, Callista Arwen tidak pernah diurus langsung oleh kedua orang tuanya. Karin lah yang mengurus Star dan membesarkan nonanya itu bersama dua anaknya yang lain, disebuah mansion besar.

Kedua orang tua Star bahkan nyaris tidak pernah memperlihatkan wajah di mansion besar itu. Selama delapan belas tahun, bisa dihitung jari berapa kali orang tua Star datang berkunjung. Bisa dikatakan, Star adalah anak yang dibuang dan tidak diinginkan.

Callista Arwen memang lahir dari hasil hubungan semalam yang tidak direncanakan. Zeus dan Hera Arwen, terpaksa menikah karena kesalahan dan menelantarkan anak mereka begitu saja. Belum lagi hubungan kedua orang ini yang tidak pernah akur, membuat hubungan keluarga Arwen menjadi makin hancur.

Masing-masing dari dua orang itu bahkan punya simpanan. Untungnya tidak ada anak haram yang lahir dari hubungan gelap masing-masing.

Perceraian juga tidak pernah diungkit karena masalah nama baik kedua keluarga. Tidak ada yang mengizinkan dua orang itu bercerai demi menjaga nama baik keluarga. Tak ada seorang pun juga dari dua keluarga besar yang peduli pada Callista Arwen. Hanya uang saja yang lancar mengalir ke mansion yang ditinggali Star beserta beberapa pelayan.

Awalnya pengelolaan keuangan diberikan pada Karin dan diperiksa secara rutin oleh orang kepercayaan Zeus. Karin pada dasarnya adalah orang baik yang merasa kasihan pada Callista kecil yang tidak tahu apa-apa. Maka dari itu Karin tidak pernah mengambil uang itu tanpa izin.

Ketika Callista Arwen sudah cukup umur untuk mengelola sendiri, pengelolaan uang mansion diberikan padanya. Ketika Star sudah punya tanda pengenal untuk membuat rekening, semua uang itu dipindahkan ke rekening Star. Dia sudah melakukan semua itu sejak umur lima belas tahun.

Selain itu saking terlupakannya, nama Callista Arwen sebagai anak salah satu keluarga terkaya di dunia, nyaris tidak ditemukan di mesin pencari internet. Dia amat sangat jarang muncul di depan publik, karena tidak ada dari kekuarganya berminat untuk memperkenalkannya.

Karena hal itu pula lah, Callista Arwen bisa berkeliaran sebagai sugar baby tanpa ketahuan. Juga itulah alasan untuk menyamarkan sosok aslinya di sekolah dan lingkungan pergaulannya. Bahkan di lingkungan sugar baby sekalipun, Star masih berusaha sedikit menutupi identitas aslinya.

“Nah, sudah selesai.” Irish menatap bangga pada hasil karyanya pada wajah Star.

Rambut Star yang kecoklatan berubah hitam dan matanya dilapisi lensa kontak hitam. Irish menambahkan sedikit warna hitam samar di bawah mata Callista. Dan yang paling terlihat adalah lingkaran hitam dibawah sudut bibir kirinya.

Tahi lalat mungil yang awalnya ada di sana, digambar menjadi lebih besar. Menyerupai tanda lahir besar yang tidak bisa hilang.

“Perfect seperti biasanya,” gumam Star puas.

***To be continued***

Bab terkait

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ganti Rugi

    “Callista.” Seorang perempuan dengan rambut sebahu, berlari mendekati Star yang sedang bejalan menuju ke gerbang sekolahnya. Gadis itu segera merangkul Star dengan erat. “Hari ini busnya penuh gak?” tanya gadis berambut pendek itu dengan ceria. Bukan tanpa alasan, sahabat dari Star ini bertanya. Pasalnya untuk menutupi dirinya yang berasal dari keluarga Arwen, Star benar-benar berusaha hidup seperti orang biasa. Termasuk dengan naik bus untuk ke sekolah. Biasanya Irina akan menurunkan Star di dekat halte bus dan dari situ Star akan berangkat sendiri. Sementara Irina akan mengikuti dari kejauhan dan juga menggunakan GPS untuk memantau Star. “Memangnya apa yang kau harapkan dari bus Hillary Wilson? Pasti penuh lah. Apalagi di jam seperti ini.” Star menoyor Hillary lumayan keras, membuat gadis itu mengaduh. “Untuk apa juga sih kita disuruh tetap ke sekolah? Padahal kita tidak melakukan apa-apa. Kita kan termasuk dalam kelompok bawah yang tidak akan disibukkan dengan prom.” Hillar

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Pacar Bayangan

    “Dasar perempuan kurang ajar.” Harvie membanting ponselnya ke atas meja. Dia baru saja menelepon perempuan yang menumpahkan teh ke kemeja dan jas miliknya yang berharga ribuan dollar itu. Menurut pihak laundry, nodanya mungkin tidak akan hilang dengan sempurna. Karena itulah, dia menelepon perempuan dengan nama Star untuk meminta ganti rugi. Asisten pribadinya, untuk menyelidiki tentang Star berdasar kartu nama sana. Sayang, yang bisa dia dapatkan hanyalah data-data yang terdapat di aplikasi sugar dady terkenal, tempat Star terdaftar. Dia adalah sugar baby termahal dengan segudang syarat dan ketentuan berlaku. Termasuk tidak menerima ajakan ‘tidur’ bersama. “Omong kosong. Tidak mungkin dia tidak pernah tidur dengan seorang pria pun,” gumam Harvie dengan sangat kesal. Yang membuat Harvie makin kesal, Star meminta dirinya yang menentukan waktu janjian karena dia sedang sekolah. “Masih sekolah saja sudah jual diri. Dengan generasi muda bobrok, bagaimana masa depan bumi ini ke

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Pedofil

    “Ini siapa Vie?” tanya wanita yang ada di depan pintu pada Harvie. “Maaf saya… “ Star menghentikan kata-katanya ketika sebuah tangan mendarat di bahunya. Star perlu mendonggak untuk melihat siapa pemilik tangan itu. Sesuai dugaan itu adalah tangan Harvie. “Karena Mama udah tahu, sekalian kenalan saja deh. Ini pacar aku. Mama bisa panggil dia Star,” Harvie menjelaskan dengan santai. Penjelasan singkat dari Harvie membuat Star cukup terkejut. Wanita yang dipanggil Harvie sebagai Mama lebih terkejut lagi. Dia bahkan menatap gadis mungil di sebelah Harvie dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dan dilihat berkali-kali sekalipun gadis itu terlihat seperti anak junior high school. Wanita paruh baya itu menganga sambil menatap anaknya dan anak kecil di sebelah Harvie secara bergantian. Apakah anaknya ini pedofil? “Biar saya jelas…” “Karena Mama sudah kenalan. Biar Harvie antar Star ke lobi dulu ya, Ma. Jemputannya sudah datang.” “Tapi saya…” “Ayo sayang.” Harvie sama sekali tid

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Kontrak?

    "Nona, ponsel anda berdering." Irina memberitahu Star. Yang empunya ponsel, hanya melirik sekilas benda yang diletakkannya di kursi sebelahnya. Star tidak menyimpan nomor yang tertera, tapi dia tahu siapa yang menelepon. Itu adalah nomor yang tadi pagi meneleponnya. Nomor milik pria pemarah yang baru saja dia temui. "Blokirkan nomor ini." Star menyerahkan ponselnya pada Irina dengan malas. Star tidak ingin lagi berurusan dengan pria seperti itu, bikin sakit kepala. Baru baju yang dibeli di luar negeri saja ributnya minta ampun. Bukan tidak mampu, tapi menyebalkan. "Apa Nona akan langsung pulang ke rumah?" Irina bertanya sambil melakukan tugas yang baru saja diberikan Star. "Ya, kalau bisa aku ingin dipijat dan spa juga. Irish hari ini free kan?" "Akan saya tanyakan," Irina menjawab sambil menyerahkan ponsel nonanya. Kemudian Irina mengambil ponselnya sendiri dan menelepon saudariya. Sementara Irina sibuk dengan ponselnya, Star memilih untuk menatap keluar jendela mobil. Memi

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Duda

    "Pacar? Bukan teman tidur kan? Saya tidak ...." "Pacar saja." Harvie memotong kalimat perempuan di depannya. Star menaikkan sebelah alisnya mendengar permintaan yang menurutnya absurd itu. Kenapa pula harus pura-pura jadi pacar? Pria ini kan bisa menarik siapa saja, kenapa harus dirinya? Tidak mungkin tidak ada perempuan di sekitar Harvie. "Kenapa harus seperti itu?" tanya Star tidak mengerti. Bukan karena Star bodoh, tapi dia tidak bisa mengerti sikap Harvie. "Apa omonganku tadi kurang jelas? Aku tidak mau dijodohkan," balas Harvie sedikit kesal. "Anda kan tinggal menolak saja." Star makin bingung saja mendengar pernyataan pria di depannya itu. Apa susahnya menolak? "Ini tidak segampang yang kau pikirkan bodoh." Harvie menggeram kesal. "Mamaku itu orangnya pantang menyerah sudah berkali-kali kutolak, tapi tetap saja dia ngotot. Lagipula. aku tidak bisa terus-terusan menolaknya. Jadi hal yang harus kulakukan adalah membawa seorang wanita ke hadapannyai." "Maaf, saya masih

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Mahal

    "What the ...." Harvie nyaris saja mengumpat, ketika melihat Star keluar dari ruang ganti.Ini sudah baju yang kelima, tapi Harvie masih kesulitan menentukan gaun yang tepat, semua terlihat bagus dipakai Star. Padahal Harvie sudah sengaja memilih butik yang biasa saja, tapi tetap saja Star terlalu sempurna. Niatnya menghemat uang, karena biaya kontrak sudah mahal. Eh, malah rasanya kini Harvie merasa tawaran yang dia berikan terlihat murah. "Pilihlah yang mana saja," Harvie berucap dengan helaan napas frustasi. "Kalau begitu, aku mau dress off shoulder selutut berwarna merah, dengan desain rok berbentuk huruf a itu." Pemilihan yang sangat bagus sebenarnya. Warna merah menyala membuat Star yang putih jadi makin bersinar. Star mengangguk melihat penampilannya dicermin. Dia menyukai pilihannya. Harganya tidak mahal. Hanya sekitar sejutaan, tapi bahan dan jahitannya cukup bagus. Dan terlihat cocok dengannya. Sebaliknya, Harvie malah mengumpat dalam hati begitu melihat pilihan S

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Pertemuan Kembali

    "Tidak mungkin," gumam Helena dengan mata melotot melihat penampilan Star yang jelas-jelas terlihat mahal itu. Paling sedikit juga sepuluh juta. "Nih, kalau Mama mau lihat notanya." Harvie yang sudah menduga ini, telah menyiapkan nota pembelian tadi dan menyerahkannya pada sang ibu. Helena menyambar kertas-kertas itu dengan kasar dan melihat jumlah yang tertera di sana. Beberapa detik kemudian dia ternganga, tidak percaya dengan angka-angka yang dilihatnya itu. Benda-benda yang dipakai Star memang tidak semahal kelihatannya. "Pacarku ini memang masih muda, Ma. Tapi dia gak matre. Bahkan tadi kami sempat bertengkar mempermasalahkan siapa yang harus membayar." Helena mendelik ke arah anaknya itu. Jelas terlihat diamerasa marah dan juga malu, tapi yang namanya emak-emak tidak akan pernah mau disalahkan. "Pada akhirnya kan tetap kamu yang bayar. Lagi pula Yvonne belum tentu suka padanya," sergah Helena ketus. "Helena, bisa gak sih kamu lebih sopan pada tamu?" Isaac yang sedari

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ketahuan

    Star bergeming mendengarkan jawaban dari Hera. Jangankan diakui, wanita itu bahkan tidak mengenali dirinya sama sekali. Seorang ibu yang sangat luar biasa. "Apa yang kamu harapkan Star?" bisiknya pada diri sendiri. Star kembali menghadap ke arah cermin untuk memperbaiki ekspresi wajah nelangsanya. Star menepuk pelan kedua pipinya beberapa kali, sebelum beranjak keluar dari toilet. Baru saja beberapa langkah berjalan menjauhi toilet, Star sudah menabrak seseorang. Star bisa merasakan dress barunya basah. Bisa dipastikan, minuman orang itu tertumpah. "Astaga, maafkan saya! Apakah anda tidak apa-apa Nona?" suara bariton seseorang terdengar. "Ah, iya. Saya tidak apa-apa. Hanya sedikit basah," jawab Star datar. "Anda boleh membersihkan dress anda dengan ini." Lelaki itu mengulurkan sapu tangan yang terlihat mahal. Star tidak langsung menerima saputangan itu. Dirinya memilih untuk melihat wajah orang yang menabraknya dan menunggu reaksi pria itu selanjutnya. Begitu Star menatap

Bab terbaru

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Suatu Saat Nanti (TAMAT)

    Tidak ada satu manusia pun yang tahu apa yang direncanakan oleh Tuhan. Semisal tentang jangka waktu hidup seorang manusia. Setelah kematian Ronald Arwen yang sudah diprediksi. Berita duka yang lain datang dua tahun kemudian. Secara tiba-tiba Peter Carlton meninggal dalam kecelakaan kerja, saat sedang meninjau lokasi pembangunan. Tepat di saat cucu keempatnya lahir. Anak itu kemudian diberi nama Peter Carlton Jr. Ada juga kejadian tak terduga lain ditahun yang sama. Ketika Marvel Leonard Carlton masuk rumah sakit karena ada masalah pada jantungnya. Lubang di jantung yang dulu membuatnya harus masuk NICU, nyatanya tidak berhasil menutup sempurna. Hal itu baru diketahui ketika berumur tujuh tahun. Untungnya, tidak ada yang membuat nyawanya terancam. Marvel hanya perlu operasi untuk menyumbat lubang tersebut, setelahnya Marvel bisa hidup normal. Hal lain yang perlu dirawat dari Marel hanya matanya. Dari usia enam tahun dia sudah harus menggunakan kacamata tebal. Itu terjadi bukan

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Semua Ada Hikmahnya

    Marvel menunduk dengan wajah terpesona. Matanya dan bibirnya membuka dengan lucunya, saking terpesonanya dia pada adik bayinya yang baru lahir. Marvel tiap hari bertemu dengan adiknya, tapi tetap saja berekspresi seperti itu. "Eh, Marvel. Pipinya adiknya jangan ditusuk-tusuk gitu dong, Nak." Star mengambil tangan anaknya dengan lembut, agar tidak lagi menjahili si kecil July. Dilarang menggunakan jarinya, kini Marvel kembali mengganggu adiknya dengan cara lain. Kali ini si kecil marvel mengecup pipi July dengan gemas. "Astaga, kecil-kecil sudah ada bibit playboynya." Gumaman asal Helena membuat semua orang tertawa. Helena kembali mengadakan acara syukuran kecil-kecilan untuk cucu ketiganya yang cantik, tepat sebulan setelah kelahirannya. Seperti biasa, bukan hanya Carlton dan Arwen saja yang datang. Keluarga besar Langton juga datang. "Ma, tolong jangan didoaiin yang aneh-aneh dong." Harvie langsung protes mendengar Helena berkata seperti itu. Harvie mengakui kalau dulu dia m

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Kembar Tiga

    "Mari kita dengar sambutan dari siswa paling berprestasi kita." Seseorang diatas podium mempersilakan Star bergabung. Star berdiri dari tempatnya duduk di barisan paing depan. Dia tersenyum lebar dan berjalan pelan ke atas podium dengan perutnya yang sudah mulai membuncit. "Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih pada Tuhan Yang Maha Esa." Star memulai pidatonya dengan ucapan terima kasih pada berbagai pihak. "Terakhir terima kasih untuk keluargaku. Papa, Mama, adik-adik, Mertua, serta suami dan anak-anakku." Star tersenyum penuh haru ke arah keluarganya duduk. Hanya ada Harvie dan kedua orang tua Star di sana, tapi itu saja sudah lebih dari cukup. Lagi pula akan sangat merepotkan kalau anak-anak juga ikut ke acara wisudanya, jadi Helena dan Peter yang mendapat jatah menjaga anak-anak. "Mungkin banyak yang bingung bagaimana saya membagi waktu jadi ibu rumah tangga dan kuliah, tapi ... Saya bisa jadi seperti ini karena keluarga saya. Karena punya suami yang mendukung ser

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Di Atas Mobil

    "Star ada diatas main sama anak-anak." Hera memberitahu ketika melihat Harvie. "Thank you, Ma." Harvie segera berlari ke lantai atas, tempat anak-anak biasa bermain. Ini sudah hari ketiga sejak Star menginap di rumah orang tuanya dan dia sudah amat sangat rindu dengan keluarga kecilnya. "Star?" Harvie membuka pintu ruang bermain dengan pelan dan menemukan kalau semua penghuninya tengah tertidur di atas karpet tebal. Star tertidur dengan laptop yang terbuka, dikelilingi oleh Yvonne, Marvel, Amora dan Benedict. Pemandangan yang sangat manis dan Harvie sungguh berharap bisa punya keluarga besar seperti ini. Tidak ingin mengganggu istirahat mereka, Harvie mengendap-ngendap untuk mematikan laptop Star. Dan dia mulai memindahkan satu persatu manusia itu ke kamar masing-masing. *** "Sudah bangun?" Star mengerjap perlahan mendengar suara Harvie yang sudah dia rindukan. Star pikir dia masih bermimpi dan mengeratkan pelukannnya pada Harvie. "Masih ngantuk ya?" Harvie bertanya de

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Pak Dosen

    Star mengetukkan kaki ke teras rumah dengan wajah amat kesal. Irina yang berdiri di sebelahnya dengan memegang setumpuk kertas, tidak berani menatap bosnya itu. "Daddy ke mana sih?" tanya Star dengan ketus. "Biar saya teleponkan." Irina segera bergerak cepat mengambil ponselnya dan menyerahkannya pada Star untuk bicara. "Daddy tahu sudah berapa lama aku nungguin?" tanya Star dengan luar biasa ketusnya. "Maaf, Sayang. Rapatnya selesai lebih lama dar ..." "I don't care. Kan aku sudah bilang berhenti kerja dan suruh Brian yang urus semuanya. Susah banget ya gak kerja selama beberapa bulan?" "Gak bisa gitu, Sayang. Soalnya ini proyek be ...." "Lebih penting proyek atau anakmu? Datang dalam lima menit atau aku pulang ke rumah Mama." Star mematikan sambungan secara sepihak. Setelah penolakan yang dilakukan Star tempo hari, dia akhirnya melakukan test kehamilan karena merasa khawatir. Tentu saja hasilnya positif, dan membuat Star mengamuk. Sekali lagi, Star bukannya tidak mau punya

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Adik Baru

    "Mami. Mami." Marvel berlari-lari untuk menghampiri ibunya yang sedang mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Star yang sedang sakit kepala pun refleks tersenyum melihat bocah empat tahun itu. "Kenapa sayang?" Star mengangkat Marvel dan mendudukkan anak yang kini sudah membulat itu di pangkuannya. "Vel mo ade." Usia Marvel sudah empat tahun lebih, tapi belum bisa bicara lancar seperti Yvonne dulu. Dia memang terlambat mulai bicara, jadi kosakatanya masih minim. "Marvel mau adek?" tanya Star dengan ekspresi sedikit horor. "Maksudnya mau punya adek?" Ekspresi Star terlihat makin horor saja ketika anak bungsunya ini mengangguk. Kenapa juga si Marvel bisa tiba-tiba minta adek? "Kenapa Marvel mau minta adek?" tanya Star penasaran. "Lion punya ade," jawab Marvel dengan senyum mengembang. Sepertinya pria kecil Star itu mulai memikirkan indahnya punya adik lagi. “Rion?” Star mengumpat dalam hati. Lain kali Star tidak akan membiarkan Marvel main dengan Rion. “Kakak Von uga.” "Ka

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Minta Adik

    “DONI.” Doni menggeram kesal mendengar suara ayahnya yang menggelegar. Dengan sangat terpaksa, dia meninggalkan permainan game onlinenya dan menghampiri sang ayah. “Kamu ini sebenranya ngapain sih?” tanya sang ayah dengan wajah terlihat sedikit kesal. “Maksud Ayah apaan sih?” tanya Doni bingung. Tapi tiba-tiba saja ayahnya tersenyum. “Kita sekeluarga diundang untuk grand opening mal. Kerjasama Olympus Grup dan Constate Enterprise.” Ayah Doni berteriak riang sambil memeluk anaknya. Bagi para pengusaha, diundang oleh perusahaan kondang saja merupakan suatu kebanggaan. Apalagi yang mengundang ini merupakan perusahaan kelas dunia. “Lalu? Hubungannya denganku apa?” tanya Doni makin bingung. “Katanya pimpinan Constate dan anak tertua dari Olympus Grup mengenalmu secara pribadi, makanya mereka mau mengundang. Ini kesempatan yang sangat baik Doni.” “Apanya?” tanya Doni makin bingung. “Kamu ini gimana sih? Kuliah bisnis, tapi tidak tahu apa-apa soal bisnis. Katanya pemimpin Olympus,

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Pantang Menyerah

    Waktu bergulir dengan cepat. Tidak terasa ujian semester pertama sudah dekat dan Star mah didera banyak masalah yang membuatnya tidak fokus. Marvel terserang flu berat dan menulari Yvonne. Karena Marvel punya masalah pada jantungnya, dia terpaksa harus diinapkan di rumah sakit. Lalu karena Yvonne juga merengek ingin menginap di rumah sakit, dia juga terpaksa dirawat. Kata dokter sih tidak ada masalah karena Star dan Harvie membawa mereka ke rumah sakit tepat waktu, tapi tetap saja Star khawatir dan mempengaruhi fokusnya untuk kuliah. Belum lagi gosip-gosip yang mulai bermunculan. Sama seperti dulu, banyak yang menggosipkannya sebagai wanita panggilan, hamil diluar nikah, peliharaan om-om dan lain sebagainya. Kehadiran Yvonne dan Marvel yang selalu datang menjemput jadi pemicunya. Bukan berarti Star menyalahkan anak-anak. Dia dulu juga sudah digosipkan seperti itu dan kebetulan saja kemunculan anak-anak seolah jadi pembenar gosip itu. Selain itu, Doni yang sudah lama tidak me

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Kejutan

    "Kok sedari tadi kamu cemberut sih?" Harvie yang baru pulang langsung mengecup puncak kepala Star yang masih menemani anak-anak main. Dua anak kecil itu juga ikut-ikutan minta dikecup oleh ayah mereka. Hanya dikecup, tidak di peluk apalagi digendong karena Harvie belum mandi. "Tante Nadine udah mau balik ke Inggris." Star menjawab dengan jujur. "Terus?" "Terus aku jadi gak punya teman ngobrol seasik dia lagi. Jadinya kalau lagi pusing urusin anak-anak, gak ada teman curhat." Bibir Star maju sedikit, membuat wajahnya makin cemberut saja. "Kalau cuma curhat kan ada banyak orang yang bisa ditemani curhat. Lagi pula kan masih bisa saling telepon atau chat. Beda waktu Indonesia - Inggris kan tidak terlalu jauh." "Oh, iya juga ya. Baru sadar." Cengiran Star membuat Harvie menggeleng pelan. "Tapi kalau kamu memang butuh pengalihan ketika merasa lelah dengan anak-anak, Daddy punya ide yang bagus untuk itu." Harvie tersenyum melihat wajah bingung Star yang selalu membuatnya gemas

DMCA.com Protection Status