Share

Luka Masa Kecil

Author: Puri
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Hufts....!"

Diandra mengehela nafas, ia bisa membayangkan rasa sakit dan trauma yang dirasa Andra.

"Ya.. mungkin kamu benar, kamu butuh waktu. Tapi jujur andai bisa memilih mungkin ibumu juga berat memutuskan meninggalkanmu, beliau menaruhmu di panti bukan membuangmu di jalanan, setidaknya itu tanda ia masih mengasihimu. Hidup memang tidak selalu berjalan sesuai ingin kita, tapi semua yang lewaf berhasil membuatmu semakin tangguh, bahkan aku yang dulu tak pernah kagum dan merasa seperti ini bisa luluh dan jatuh hati padamu," terang Diandra.

"Lucu...!"

"Mengasihi hanya karena tidak membuangku di jalanan bukanlah perbandingan, karena tetap saja pada intinya ia meninggalkanku. Aku hanya punya dua pilihan menerima atau membencinya, kini hanya itu pilihan yang ku punya," ucap Andra.

"Jangan membenci!"

"Jika kau membenci kau hanya akan menambah luka di jiwamu, terima semua yang terjadi sebagai takdir. Dan mencoba berdamai dengan diri sendiri, siapa tahu itu bisa mengobati luka yang terl
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Call My Name Is Andra   Second Kiss

    "Apa kau berharap sesuatu?""Apa kencan ini tak sesuai ekspetasimu?" tanya Andra. "Hahahhah.. menurutmu?""Adakah orang berkencan malah berdebat, dan malah merajuk pingin pulang," balas Diandra sembari tersenyum. Andra menatap wajah Diandra sambil ikut tersenyum. "Kenapa tersenyum?" balas gadis itu heran. "Aku bukan tipe romantis dengan sejuta kata manis plus rayuan mematikan. Langsung to the point aja apa yang kamu mau atau ingin katakan," ujar Andra. "Ini bukan seperti kencan jika begitu, ini malah jatuhnya lebih seperti ruang belajar tapi di out door. Menyebalkan!" gerutu gadis itu sambil memperpelan nada suaranya. "Apa.. apa kamu mengatakan sesuatu?" balas Andra. "Tidak aku hanya haus, jangan bilang kamu akan menyuruhku minum air laut ini!" ledek Diandra dengan wajah kesalnya. "Aku tak sekejam itu!""Aku bawa minuman, minumlah!" Andra mengambil sebotol minuman dari dalam tas miliknya. "Sejak kapan barang itu ada disini?" tunjuk gadis itu ke arah tas slempang di pinggang s

  • Call My Name Is Andra   Kelucuan Andra

    Tak lama Andra menarik kembali wajahnya dan menatap wajah sang gadis. "Kamu basah kuyup, lebih baik kita pergi belanja agar kamu tak masuk angin," ajak Andra. "Belanja dengan basah begini, sepertinya bukan ide yang bagus," tolak Diandra. "Kalau begitu kita cari penginapan dekat sini," cetus Andra di sambut raut wajah sang gadis yang nampak terkejut. "Kamu mau apa?""Jangan macam-macam!""Meskipun aku mencintaimu dan memperbolehkanmu menciumku bukan berarti kamu......!" Belum sempat Diandra melanjutkan kalimatnya Andra menutup mulut sang gadis dengan jari telunjuknya. "Stttttttt....!""Apa yang kau fikirkan!""Apa kamu fikir aku serendah itu?""Cari penginapan agar kamu bisa istirahat! Sedang aku akan pergi keluar mencarikanmu pakaian!""Ganti pakaianmu dengan handuk di kamar hotel agar kamu tidak sakit, atau aku akan dapat masalah dari ayahmu," terang Andra. Diandra langsung salah tingkah, gadis itu pun tak sanggup menatap wajah Andra karena malu. "Aduuuuh, kenapa aku malah te

  • Call My Name Is Andra   Badai Membuat Kita Sekamar

    Selang beberapa menit berlalu akhirnya Andra sampai kembali di lokasi awal Diandra menginap. Laki-laki itu bergegas masuk sambil menenteng belanjaan yang tadi ia beli. Setelah tiba di depan kamar Andra sempat terdiam sejenak. "Apa yang harus aku katakan?""Apa yang ada di fikiran gadis itu jika aku membelikannya pakaian dalam sebanyak ini?""Sial... ini benar-benar menggelikan!""Aku merasa tampak seperti orang bodoh sekarang!" batin Andra. Andra akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu. "Tok... tok.. tok!" Andra mengambil ponsel di saku celananya. Andra : Ini aku, buka pintunya. Diandra menatap layar ponsel lalu segera berlari menuju pintu kamarnya. Ketika pintu terbuka sosok Andra sudah berdiri tepat di hadapannya dengan wajah lelah. "Maaf.. lama," ucap gadis itu. "Tidak apa-apa.""Ini..!" Andra mengulurkan tentengan yang dibawanya. "Kamu beneran nyari baju?" Diandra tidak menduga kalau seorang Andra akan benar-benar memilih dan membelikan pakaian untuknya. "Sia

  • Call My Name Is Andra   Tantangan MMA

    "Hahahhah... ii.. iya, aku sebelum tidur suka berkeliling di dalam kamar!""I.. itu kebiasaanku," elak gadis itu mencari alasan yang justru terdengar aneh di telinga Andra. "Alasanmu sangat kocak, sudah lupakan yang membuatmu tidak nyaman dan cepat tidur!" titah Andra. "Hm.. iya," balas Diandra sambil bangkit menuju tempat tidur. Lalu gadis itu segera merebahkan tubuhnya sambil meraih selimut dan menyibakkan benda itu hingga seluruh tubuhnyq kini berada di dalam kain tebal tersebut. "Aduh... bodoh.. bodoh.. bodoh!""Kenapa bisa-bisanya aku mempermalukan diriku sendiri!" umpat gadis itu. "Kamu sedang apa?""Apa kamu kedinginan?" tanya Andra mendekati ranjang Diandra. Gadis itu segera keluar dari selimut yang membungkusnya dan seketika kepalanya keluar sepasang mata lurus menatap ke arahnya sambil tersenyum. Lalu tangan berotot dengan lembut membelai kepalanya. "Maaf jika aku membuatmu tidak nyaman, tidurlah!""Selamat malam," ucap Andra sambil berjalan meninggalkan gadisnya. Aka

  • Call My Name Is Andra   Kehilangan Kesadaran

    Diandra hanya terdiam melihat sang kekasih mengambilkan segelas air untuknya.Andra meletakkan minuman di tangannya ke atas meja samping ranjang sang gadis, lalu ia pun kembali ke sofa panjang dan merebahkan tubuhnya di sana. Hingga malam berganti fajar, sang surya pun bersinar cerah hingga cahayanya menembus tirai kamar sepasang kekasih itu. Diandra yang terbangun berjalan mendekat ke tempat Andra tertidur. Gadis itu duduk bersimpuh menatap wajah sang kekasih yang masih terlelap. Cahaya mentari membuat tidur Andra mulai tak pulas hingga Diandra mencoba menutupi sinar cahaya itu dengan tubuhnya. Gadis itu kini membungkuk di atas tubuh yang terbaring di atas sofa. Dan tiba-tiba gadis itu dikejutkan dengan sepasang mata yang tiba-tiba mengarah kepadanya sambil tersenyum simpul. "Ka.. kamu sudah bangun," ucap Diandra terbata sambil beranjak dari posisinya. Akan tetapi tiba-tiba tangan Andra memeluk pinggang ramping dan kembali mendekatkannya pada tubuh tegapnya yang masih terbaring

  • Call My Name Is Andra   Betapa Aku Mencemaskanmu

    Penjaga itu mencabut pisau yang menancap di punggung Andra secara perlahan, lalu ia membaringkan tubuh Andra yang terluka di atas ranjang tempat tidurnya. "Aku harus segera melaporkan ke tuan!"Penjaga itu bergegas berlari menuju ruangan Angkasa. "Tok.. tok.. tok!"Penjaga itu menggedor ruangan sang tuan dengan keras. "Masuk!" Terdengar jawaban dari dalam ruangan. Penjaga itu pun tanpa fikir panjang mempercepat langkahnya. "Maaf tuan!""Saya ingin menyampaikan bahwa saat ini tuan Andra sedang terkapar di kamarnya, sepertinya ia diserang karena ada pisau tertancap di punggungnya," ucap sang penjaga. "Apa..!!!""Bagaimana sekarang kondisinya?""Kenapa tidak membawanya ke rumah sakit?" Angkasa tampak panik dan bergegas menuju ruangan sang ajudan. "Maaf tuan, tapi beliau meminta saya untuk membawanya ke ruangannya," terang sang penjaga berjalan mengekori Angkasa. Diandra yang mendengar langkah kaki pun akhirnya keluar dari kamarnya untuk memastikan apa yang terjadi. "Kenapa ada

  • Call My Name Is Andra   Ajari Aku Agar Terbiasa

    "Kau benar-benar buas!" ledek Andra sambil tersenyum. "Aku begini karena aku hampir berhenti bernafas karena mencemaskanmu, tahukah kamu betapa takutnya aku melihatmu terluka dan berdarah!" ujar gadis itu kepada kekasih yang hanya tersenyum ke arahnya. "Kamu harus terbiasa, karena mungkin ini bukan yang pertama dan bisa terjadi lagi," celetuk Andra yang tanpa sadar semakin memancing amarah kekasihnya itu. "Apa kamu sama sekali tak perduli kecemasanku?""Bisakah kamu menganggap ini serius, dan lebih hati-hati!""Tak bisakah kau menjauh dari bahaya!" Gadis itu mencecar Andra dengan kalimat emosi yang ia rasakan. "Aku ini dulu bajingan!""Bagaimana bisa aku menjauh dari bahaya jika musuhku saja tak terhitung nona?""Kamu bisa mencari orang lain jika tak ingin jantungan tiap hari, aku akan mengikhlaskanmu. Dari pada kamu tersiksa bersamaku," ucap Andra. "Apa tak ada solusi lain selain memintaku menjauh darimu?""Apa aku tak berarti apa-apa?" ucap Diandra. "Aku malas berdebat, aku b

  • Call My Name Is Andra   Cinta Sepihak Andra Kini Hadir

    "Hm.. rasanya jiwa pembantaiku lenyap ketika berhadapan denganmu," celetuk Andra. "Bagus kalau begitu, aku jadi bisa berbangga karena bisa menjinakkanmu," balas Diandra. "Aku sudah kenyang, taruh saja di makanannya di meja," ujar Andra. "Oh.. ya sudah tapi minum dulu lalu minum obatmu, aku harap kondisimu bisa lekas pulih. Tapi kenapa kamu tidak ke rumah sakit dan malah memilih pulang kemari?" Diandra heran terhadap laki-laki di hadapannya, bukannya saat terluka orang akan memilih bergegas ke rumah sakit tapi Andra justru sebaliknya. "Jika aku ke rumah sakit dan musuhku tahu itu akan jauh lebih buruk untukku. Alexs juga bisa menyerang mu dan ayahmu karena kondisiku ini, aku tak mau itu terjadi," terang Andra. "Ehm.. sepertinya hidup mu jauh dari kedamaian," celetuk Diandra. "Memang seperti itu, apa kau sekarang ingin mundur?" tanya Andra. "Aku bukan gadis pengecut, aku akan tetap bersamamu apapun kondisimu!" Diandra sangat teguh pada pendiriannya dan itu cukup membuat Andra t

Latest chapter

  • Call My Name Is Andra   Rencana Pertunangan

    Dua pasangan itu pun berlalu meninggalkan pantai dan berjalan menuju mobil untuk mencari rumah makan. Di dalam mobil pun tak ada perbincangan hingga suasana sangat sunyi. Sampai akhirnya Andra membuka suara. "Maaf anda mau makan dimana, Tuan?" tanya Andra sopan. "Ehm dimana ya, sayang menurut kamu, kita enaknya makan apa?" Dion malah balik bertanya pada Diandra yang asyik melamun. "Terserah kamu saja," balas Diandra lembut. "Kalau begitu di rumah makan terdekat saja, dari pada keburu kelaparan," sahut Dion yang masih menggenggam tangan Diandra. "Baik," jawab Andra. Andra melajukan mobilnya menuju tempat sesuai tujuan sang tuan. Tak butuh waktu lama mobil itu pun terhenti. Kedua pasangan itu turun dari mobil. Mereka berjalan masuk ke dalam restoran dan memesan beberapa menu, Dion mengajak Andra bergabung bersama dalam satu meja dengan dia dan Diandra. Tak berapa lama menu pesanan mereka pun tiba, mereka pun bersiap menikmati hidangan. Andra duduk di depan Diandra sedangkan Dio

  • Call My Name Is Andra   Beri Aku Kesempatan

    Andra menatap ke arah Diandra yang masih mengalungkan kedua tangannya di leher Dion, dan pura-pura tak melihat bodyguardnya tersebut. "Apa kalian sedang menggunakan kami untuk memanas-manasi satu sama lain," bisik Lyli. Andra tersenyum frik kembali. Ia seakan tak ambil pusing dengan sikap mantan kekasihnya tersebut. "Apa menurutmu dia cemburu?" Andra menatap Diandra tanpa ekspresi apapun, laki-laki itu kembali menghisap rokok di tangannya tanpa menoleh ke arah Lyli yang sedari tadi duduk di sampingnya. "Ku rasa ia cemburu," balas Lyli. "Dia terlalu bodoh untuk bersandiwara," sahut Andra. "Ya, dia tak sepertimu yang terlalu ahli sampai seperti tak punya hati!" timpal Lyli. "Hatiku sudah lama mati," sahut Andra seakan tanpa dosa. "Kau bahkan menciumku, aku bisa saja salah mengartikan sikapmu itu. Bagaimana bisa kau melakukannya saat kau tak ada perasaan apapun terhadapku," ujar Lyli sambil mengeryitkan keningnya. "Mudah, aku hanya menganggapmu patung yang bisa aku mainkan sesu

  • Call My Name Is Andra   Tak Sesuai Ekspetasi

    "Maaf ini tujuannya kemana?" tanya Andra. "Ke pantai saja," sahut Diandra"Apa kau tak keberatan?"Diandra memalingkan pandangannya kepada Dion yang duduk di sampingnya. "Tentu saja tidak, aku akan menemanimu kemana pun kamu mau," balas Dion. "Baguslah, kalau begitu cari pantai yang paling bagus pemandangannya!" titah Diandra pada Andra yang sedang fokus mengemudikan mobilnya. "Baiklah!" balas Andra. Tiba-tiba tanpa banyak bicara Lyli mengusap keringat di kening Andra dan itu membuat Diandra yang duduk di belakangnya langsung terperangah. "Kau tidurlah, tak usah repot membasuh keringatku!""Aku tak ingin mengotori tanganmu yang lembut," ucap Andra. Perasaan Lyli makin tidak terkontrol, gadis itu dibuat terus berbunga-bunga seakan ada banyak petasan di dalam dirinya yang siap membuatnya meloncat kegirangan. "Astaga.. untuk sejenak aku ingin melupakan jika ini hanya sandiwara. Andai kata-kata itu nyata untukku, aku akan jadi wanita terbahagia saat ini. Sudah lama aku menantikan

  • Call My Name Is Andra   Permainan Berlanjut

    Diandra membalas pelukan Dion sambil melirik ke arah Andra. Tampak wajah Andra datar tak berekspresi mematahkan ekspetasi seorang Diandra yang berharap ia dapat melihat kekesalan di wajah Andra. Tapi pada kenyataannya laki-laki itu sama sekali tak menunjukkan kekesalan yang ada ia tampak acuh, meski dalam hati Andra ia sangat kesal. Laki-laki itu sangat pandai menyembunyikan perasaan amarahnya. "Sial.. dia sama sekali tidak perduli!""Jadi selama ini apa?""Aku benar-benar salah menilai dia!" umpat Diandra dalam hati. Perlahan gadis itu menjauhkan kembali tubuhnya dari Dion. "Ehm.. sudah malam apa kamu tidak ingin pulang?" tanya Diandra yang lelah dengan sandiwaranya. "Apa kau tidak suka aku disini?" tanya Dion. "Bukan begitu, hanya saja ini sudah malam. Besok kita kan bisa ketemu lagi," balas Diandra. "Baiklah.. tapi janji ya besok kita jalan!" cetus Dion. "Hm.. iya," balas Diandra. Andra hanya terdiam mematung berdiri di belakang pasangan baru tersebut. Dion mengusap lembu

  • Call My Name Is Andra   Pembalasan Diandra

    "Keluarlah dari ruangan ini!" usir Andra. "Kau tak perlu terus menerus mengusirku, itu sama sekali tidak sopan.""Apa kau yakin menyuruhku pergi? Aku rasa kau akan membutuhkan bantuanku lagi," kata Lyli sambil tersenyum. "Aku lelah aku butuh istirahat!" sahut Andra. "Oke, jika butuh bantuan hubungi aku!" Gadis itu akhirnya menyerah dan pergi meninggalkan kamar Andra. Di tempat berbeda Diandra menemui sang ayah. "Yah, Dion datang jam berapa?""Aku akan menemaninya berbincang," ucap Diandra. Sontak sang ayah pun terkejut karena belum lama gadis itu ke ruangannya dan menyatakan ketidak setujuannya. "Nanti jam tujuh, tapi kenapa kamu berubah fikiran?" Angkasa mencoba mengulik alasan dibalik perubahan sikap sang putri."Aku menolak karena ada hati yang harus ku jaga, tapi sekarang hati itu telah berpindah tempat," balas Diandra. "Maksud kamu apa?" Angkasa mengeryitkan keningnya tak mengerti arti kalimat sang putri. "Nanti ayah juga akan tahu sendiri," balas gadis itu. Malam pun

  • Call My Name Is Andra   Semua Berakhir Dan Aku Terjebak

    "Andra adalah kekasih Diandra, dan dia sedang terluka. Bagaimana bisa Diandra malah menemani pria lain saat kekasih Diandra dalam kondisi tidak baik-baik saja Yah!""Saat Andra baik-baik saja pun Diandra tak akan mau duduk berbincang dengan pria lain apalagi di saat seperti ini, maaf jika ini yang ayah ingin bicarakan dengan Diandra, ayah tahu betul apa jawabannya. Diandra permisi Yah!" Gadis itu bangkit dan tak memperdulikan reaksi sang ayah sedikit pun. Diandra nampak sangat kesal ia pun memutuskan untuk pergi ke ruangan Andra. Diandra membuka pintu dan langsung masuk ke dalam ruangan Andra. Tapi matanya terbelalak saat melihat Andra yang terbaring sedang ada dalam dekapan seorang wanita. "Ehem..!"Gadis itu berdeham membuyarkan kegiatan di hadapannya. "Ah.. maaf!" ucap Lyli sambil bangkit berdiri menatap sepasang mata yang seakan siap menerkamnya. "Kamu siapa?" tanya Diandra tanpa basa-basi. "Aku Lyli cinta pertama Andra!"Lyli mengulurkan tangan kepada Diandra, tapi gadis

  • Call My Name Is Andra   Cinta Sepihak Andra Kini Hadir

    "Hm.. rasanya jiwa pembantaiku lenyap ketika berhadapan denganmu," celetuk Andra. "Bagus kalau begitu, aku jadi bisa berbangga karena bisa menjinakkanmu," balas Diandra. "Aku sudah kenyang, taruh saja di makanannya di meja," ujar Andra. "Oh.. ya sudah tapi minum dulu lalu minum obatmu, aku harap kondisimu bisa lekas pulih. Tapi kenapa kamu tidak ke rumah sakit dan malah memilih pulang kemari?" Diandra heran terhadap laki-laki di hadapannya, bukannya saat terluka orang akan memilih bergegas ke rumah sakit tapi Andra justru sebaliknya. "Jika aku ke rumah sakit dan musuhku tahu itu akan jauh lebih buruk untukku. Alexs juga bisa menyerang mu dan ayahmu karena kondisiku ini, aku tak mau itu terjadi," terang Andra. "Ehm.. sepertinya hidup mu jauh dari kedamaian," celetuk Diandra. "Memang seperti itu, apa kau sekarang ingin mundur?" tanya Andra. "Aku bukan gadis pengecut, aku akan tetap bersamamu apapun kondisimu!" Diandra sangat teguh pada pendiriannya dan itu cukup membuat Andra t

  • Call My Name Is Andra   Ajari Aku Agar Terbiasa

    "Kau benar-benar buas!" ledek Andra sambil tersenyum. "Aku begini karena aku hampir berhenti bernafas karena mencemaskanmu, tahukah kamu betapa takutnya aku melihatmu terluka dan berdarah!" ujar gadis itu kepada kekasih yang hanya tersenyum ke arahnya. "Kamu harus terbiasa, karena mungkin ini bukan yang pertama dan bisa terjadi lagi," celetuk Andra yang tanpa sadar semakin memancing amarah kekasihnya itu. "Apa kamu sama sekali tak perduli kecemasanku?""Bisakah kamu menganggap ini serius, dan lebih hati-hati!""Tak bisakah kau menjauh dari bahaya!" Gadis itu mencecar Andra dengan kalimat emosi yang ia rasakan. "Aku ini dulu bajingan!""Bagaimana bisa aku menjauh dari bahaya jika musuhku saja tak terhitung nona?""Kamu bisa mencari orang lain jika tak ingin jantungan tiap hari, aku akan mengikhlaskanmu. Dari pada kamu tersiksa bersamaku," ucap Andra. "Apa tak ada solusi lain selain memintaku menjauh darimu?""Apa aku tak berarti apa-apa?" ucap Diandra. "Aku malas berdebat, aku b

  • Call My Name Is Andra   Betapa Aku Mencemaskanmu

    Penjaga itu mencabut pisau yang menancap di punggung Andra secara perlahan, lalu ia membaringkan tubuh Andra yang terluka di atas ranjang tempat tidurnya. "Aku harus segera melaporkan ke tuan!"Penjaga itu bergegas berlari menuju ruangan Angkasa. "Tok.. tok.. tok!"Penjaga itu menggedor ruangan sang tuan dengan keras. "Masuk!" Terdengar jawaban dari dalam ruangan. Penjaga itu pun tanpa fikir panjang mempercepat langkahnya. "Maaf tuan!""Saya ingin menyampaikan bahwa saat ini tuan Andra sedang terkapar di kamarnya, sepertinya ia diserang karena ada pisau tertancap di punggungnya," ucap sang penjaga. "Apa..!!!""Bagaimana sekarang kondisinya?""Kenapa tidak membawanya ke rumah sakit?" Angkasa tampak panik dan bergegas menuju ruangan sang ajudan. "Maaf tuan, tapi beliau meminta saya untuk membawanya ke ruangannya," terang sang penjaga berjalan mengekori Angkasa. Diandra yang mendengar langkah kaki pun akhirnya keluar dari kamarnya untuk memastikan apa yang terjadi. "Kenapa ada

DMCA.com Protection Status