Mengapa mencintaimu itu begitu menyesakkan? Apakah aku terlalu mengharapkanmu? Atau mungkin hatimu sudah beku sehingga kamu tidak pernah mau tahu arti sebuah ketulusan cinta , bahkan tak mau menghargainya.
(Fathiyah -- Cahaya Cinta di Langit Pesantren--)***“Pak Rizki, sejak kapan Bapak memperkerjakannya, kenapa Bapak tidak bilang padaku kalau menerima karyawan baru?” tanyanya sedikit membentak. Pak Rizki belum pernah melihat Arza semarah ini padanya.“Sudah satu bulan, Mas Arza. Nak Fathiyah sudah bekerja selama satu bulan ini dan berkat dia kafe dan resto kita sampai ramai,” ungkapnya.“Maksud Bapak apa? Kafe dan resto kita ramai apa dia sering melakukan kesalahan dengan tingkahnya yang bar-bar dan agresif itu?”Pak Rizki semakin tidak mengerti dengan pertanyaan Arza. “Bukannya Mas Arza sendiri yang memuji masakan Nak Fathiyah tadi, bahkan semua keluarga Nak Arza juga menyukai masakan itu,” ungkap Pak Rizki yang seketika membuat Arza terdiam.“Maksud Bapak, dia koki kita yang baru?”“Iya, Mas. Yang membuat kafe dan resto kita semakin ramai.”Arza mengalihkan kegugupannya, karena dirinya sudah salah sangka. Tanpa melihat ke arah Fathiyah lagi yang sejak tadi menunduk takut, Arza mengalihkan pembicaraan dengan membicarakan bonus untuk pegawainya dan disambut senang oleh pegawainya yang lain, terkecuali Fathiyah yang sejak tadi menunduk dan sibuk dengan pemikirannya sendiri.“Ya sudah, terima kasih sekali lagi saya ucapkan pada kalian, karena kerja sama kalian kafe dan resto ini semakin berkembang dan cabang-cabangnya pun mengikuti perkembangannya. Selamat bekerja kembali,” ujarnya meninggalkan aula itu, tanpa meminta maaf atau pun memberi apresiasi pada Fathiyah yang sudah menjadikan kafenya booming.Fathiyah menghela napasnya kasar. Ia sama sekali tidak mengharapkan apresiasi dari Arza setelah tahu tatapan tidak suka yang ditunjukkan Arza padanya.Fathiyah kembali bekerja seperti biasanya. Ia berusaha melupakan kejadian yang baru saja terjadi, tapi tatapan mata Elang Arza, membuatnya tidak bisa melupakan itu.“Sebegitu tidak sukanya Mas tampan padaku? Sampai ia harus membentak dan berteriak pada Pak Rizki,” gumamnya sambil terus memasak.Pak Reno melihat perubahan Fathiyah yang biasanya ceria. Namun, sejak bertemu Arza menjadi pendiam.“Nak Fathiyah ndak apa-apa?” tanyanya.“Owalah, ndak apa-apa, Pak. Memangnya kenapa, Pak?” tanyanya sambil menerbitkan senyum manisnya.“Maaf, apa Nak Fathiyah punya masalah dengan Nak Arza? Selama ini Bapak melihat Nak Arza selalu tenang, serius dan tidak pernah berkata kasar apalagi membentak seperti tadi.”“Aku sendiri tidak tahu, Pak. Aku juga baru mengenalnya tadi. Enggak tahu permasalahannya, kenapa seperti itu padaku,” ucapnya, tentu saja Fathiyah bohong. Namun, Fathiyah pun tidak mengerti apa kesalahannya sehingga Arza tidak menyukainya. Memang di hatinya sudah tumbuh cinta untuk polisi tampan itu, dan apakah dirinya salah mencintai laki-laki itu, meskipun ia tahu cintanya bertepuk sebelah tangan.“Ya sudah, tetap fokus bekerja saja, enggak usah dimasukkan ke hati ucapan Nak Arza tadi,” ucap Pak Reno.“Iya, Pak. O iya, kalau ada acara gini berarti kita harus lembur ya, Pak?”“Iya, Nak. Kalau ada acara gini kita bisa pulang hingga pukul 12 malam, Nak.”“Apa Pak Reno enggak capek?”“Bapak ‘kan kerjanya enggak berat Cuma mengomando Nak Fathiyah dan nyiapin bahan. Sangat ringan banget kerjaan Bapak, apalagi sejak ada Nak Fathiyah,” ungkapnya.Fathiyah tersenyum. “Tetap sehat ya, Pak.”“Aamiin ... doakan ya, Nak.”Pukul 12 malam Fathiyah dan pegawai lainnya bersiap pulang. Beberapa dari mereka sudah ada yang menjemput. Hanya Fathiyah yang pulang sendiri.Fathiyah melihat Arza dan beberapa temannya di kepolisian sedang bercanda di meja dekat balkon. Ia berjalan seperti biasa tanpa menyapa. Ia tidak mau melihat Arza semakin marah padanya. Toh, Arza sangat tidak menyukainya.“Bismillah, semoga sepedaku tidak mogok,” lirihnya. Ia pun menstater motornya, tapi motor itu tidak mau menyala. Fathiyah tetap berusaha menyalakannya dengan menyengkak. Namun, hasilnya nihil. Ia celingak-celinguk melihat ke arah kafe berharap ada yang mau menolong. Tanpa sengaja ia melihat Arza yang melihat ke arahnya. Namun, pemuda itu tiba-tiba mengalihkan pandangan. Sama sekali tidak berniat menolongnya. Arza masih fokus bercanda dengan teman-temannya.Fathiyah memutuskan menuntun motornya meninggalkan kafe itu. Berharap di jalan raya ada orang yang berbaik hati menolong. Ia berjalan cukup jauh, tapi tidak satu pun orang menolongnya. Apalagi malam semakin larut, jalanan sudah terlihat sepi.Fathiyah berhenti di trotoar jalan. Ia sudah tidak kuat harus berjalan kaki sambil menuntun motornya lagi. Ia mengelap keringat yang membasahi wajah cantiknya tanpa polesan.Setelah kepergian Fathiyah, Arza memutuskan pulang. Teman-temannya pun juga sudah pulang terlebih dulu. Saat melajukan mobilnya ia melihat Fathiyah yang sedang duduk di trotoar sendirian, terbesit rasa iba di hatinya. Sebenarnya sejak di kafe tadi dirinya ingin menolong Fathiyah. Namun, ia urungkan, karena tidak mau jadi bullyan teman-temannya.“Biar saya bantu,” tawarnya. Fathiyah tercengang melihat kedatangan Arza. Ia mengucek beberapa kali matanya, berharap tidak bermimpi.“Mas tampan ...,” ucapnya lirih.“Sudah saya bilang, saya tidak menyukai panggilan itu,” ujarnya penuh penekanan dan terlihat tidak suka.Arza langsung mencoba menstater motor Fathiyah. lima belas menit Arza baru berhasil menyalakannya.“Sudah bisa, sebaiknya Anda langsung pulang.” Tanpa melihat ke arah Fathiyah, Arza mengatakan itu.“Terima kasih, Mas tampan. Aku enggak nyangka Mas tampan mau menolongku. Aku makin cinta aja deh sama kamu,” ujarnya girang, kepercayaan dirinya muncul kembali.“Sudah saya bilang, saya tidak menyukai Anda memanggilku seperti itu. Saya melakukan semua ini karena rasa kemanusiaan, jadi jangan berpikir macam-macam. Sampai kapan pun saya tidak akan membuka hati saya untuk Anda, seharusnya Anda sadar diri siapa Anda. Kalau pun masih mau bekerja di resto saya, bersikaplah sewajarnya, dan jangan sok kenal atau bersikap bar-bar. Ingat jangan membuat saya semakin jijik pada Anda!” sentaknya, Arza langsung masuk ke dalam mobilnya tanpa melihat ke arah Fathiyah yang menatapnya nanar. Arza tidak peduli kata-katanya akan menyakiti gadis itu.Fathiyah memejamkan mata, air matanya pun menetes membasahi wajah cantiknya. Ia pun menyalakan motor dan segera pulang. Ia hanya bisa tersenyum miris mendapatkan perlakuan itu.Fathiyah mengetuk pintu rumahnya beberapa kali. Namun, Bibi dan Pamannya sama sekali tidak berniat membukakan pintu itu. Fathiyah membaringkan tubuhnya yang lelah di kursi panjang berasal dari rotan depan rumahnya. Rasa lelah membuatnya langsung terlelap tanpa menghiraukan dinginnya angin malam.***Pagi menjelang.Byuur! Sang bibi menyiram tubuh yang masih terlelap itu dengan air seember. Fathiyah langsung bangun dengan gelagapan. Rasa lelah membuat Fathiyah telat bangun, bahkan ia harus melewatkan sholat subuh karena kesiangan.“Dasar pemalas! jam segini masih molor, semalam kamu pulang jam berapa? Apa kafe dan restomu itu membuka layanan plus-plus sehingga kamu bekerja di sana sampai larut malam, mungkin saja sambil melayani tamu, hah ...,” ucapnya dengan kasar.“Tidak, Bik. Semalam ulang tahun kafe tempatku bekerja, sehingga ada acara besar di sana. Semua pegawai kafe harus pulang pukul 12 malam. Saat pulang motorku mogok,” ungkapnya jujur.“Kalau kamu berniat menjual diri bilang pada Paman, supaya aku memperkenalkan dirimu pada Bang Edo, bandar judi terbesar, teman Paman,” ucap sang paman ikut menimpali.Fathiyah langsung geleng kepala. “Saya tidak akan melakukan hal sekeji itu, mahkotaku adalah kebanggaanku, dan tidak akan aku berikan kecuali pada suamiku.” Fathiyah langsung berlalu masuk ke dalam rumahnya dengan pakaian yang basah karena ulah sang bibi.Kepalanya sedikit pusing, meresapi hidupnya yang terlalu sulit untuk ia jalani.“Ayah, Ibu. Rasanya aku sudah tidak kuat lagi menghadapi semua ini. Aku baru merasakan cinta, tapi langsung mendapatkan penolakan yang sangat menyakitkan. Apa aku tidak pantas dicintai dan mencintai? Aku berpikir Paman dan Bibi bisa menjadi orang tua bagiku yang akan menyayangiku seperti kalian, tapi nyatanya mereka memperlakukanku dengan buruk. Kenapa kalian tidak membawaku pergi bersama kalian, kenapa ...?” lirihnya. Ia tergugu di dalam kamarnya sambil memeluk lutut.Sebuah kebahagiaan tidak bergantung dari situasi yang kita alami . Namun, bagaimana cara kita mengatasi keadaan dan situasi itu sendiri, oleh karena itu kamu memerlukan masa-masa sulit untuk menjadi lebih kuat, kalau tidak ingin selamanya menjadi lemah.(Fathiyah – Cinta dan Harapan)***Fathiyah mendapatkan libur hari ini. Setelah pesta, kafe tempatnya bekerja diliburkan satu hari.Untuk menghindari ucapan kasar sang bibi setelah mengerjakan pekerjaan rumahnya. Fathiyah langsung kembali ke kamarnya, menutup kamar itu dan menguncinya. Rasa bosan ia rasakan karena di dalam kamar hanya membuatnya berkhayal dengan mencoret-coret buku diarinya, untuk ponsel ia pun tidak punya. ***Saat ini Arza sedang berada di ruangannya. Ia membaca berkas perkara, bandar narkoba dan judi togel yang membuat resah lingkungan ini, dan pastinya sangat memprihatinkan. Apalagi obat haram itu sudah mulai menyasak generasi muda.“Aku tidak akan membiarkan generasi muda di kotaku rusak hanya karena mengonsums
Saat aku berusaha mengubur kecurigaan, maka kamu harus menjaga baik-baik sebuah kepercayaan yang telah hadir di hatiku, karena Saat kepercayaan dibalas dengan kebohongan, jangan berharap kepercayaan itu akan kembali lagi. (Cinta dan Harapan)***Pagi ini Fathiyah bersiap pergi bekerja. Setelah menyelesaikan tugasnya dan sarapan seadanya, ia memanasi motornya dengan wajah ceria. Baginya, hari-harinya harus selalu ceria dengan menebar senyum, meskipun hidupnya tidak jauh dari kesedihan.“Assalamualaikum ...,” sapa seorang pemuda tampan yang suaranya sangat Fathiyah kenali itu. Seketika membuat gadis cantik tomboi itu tercengang dan tak mampu berucap apa-apa.“Hai, Assalamualaikum,” sapanya lagi sambil melambaikan tangan di depan Fathiyah, membuyarkan lamunan gadis itu. “Ma-mas tampan ... eh, Pa-pak Arza ...,” ucapnya segera meralat. Ia tidak mau memantik kemarahan pria itu yang ujungnya pada pemecatan.“Kamu belum menjawab salamku, hukumnya wajib lho menjaw
Aku terjebak dalam pesonanya, di mataku setiap yang ia berikan adalah kebahagiaan. Namun semua itu hanya sampulnya yang lambat laun akan aku sadari di dalamnya hanya berisi penderitaan.(Fathiyah- Cinta dan Harapan)***Arza sudah menceritakan rencananya pada Razdan, Farhan, dan Luna. Ia terlihat sangat bersemangat sekali. Kasus yang ia tangani ini adalah kasus besar. Ia tidak boleh melepaskannya.“Gila kamu, Za. Kamu akan mempermainkan perasaan seorang wanita hanya karena menginginkan misi ini berhasil,” ucap Razdan kurang setuju. “Aku tahu itu, tapi bagaimana pun juga kita harus menyelesaikan tugas ini dengan baik. Aku tidak mau komandan kecewa pada kita. Ini tugas penting, tugas besar yang harus kita selesaikan dengan cepat,” ujar Arza mencoba meyakinkan sahabatnya itu.“Lagian hanya satu hati yang terluka, bukankah itu setimpal dengan apa yang dilakukan pamannya karena sudah merusak generasi penerus bangsa,” ujar Luna antusias. Wanita itu mendukung penuh keputusan Arza. Ia tidak
Orang yang hanya bisa menjatuhkan orang lain, pasti akan terjatuh oleh perangkapnya sendiri. Aku menunggu saat itu, saat di mana kamu akan menyesalinya, sobat.(Razdan putra Alkhalifi – Cinta dan Harapan)***Arza sangat bahagia dengan hasil investigasinya malam ini. Pria tampan berlesung pipi dan mata setajam elang itu tidak berhenti menerbitkan senyumnya.Ia sudah mendapatkan bukti rekaman pembicaraan Syafik padanya. Ia juga bisa masuk ke jaringan itu tanpa bersusah payah, bahkan Syafik sendiri yang akan membawanya.“Tinggal selangkah lagi, aku akan berhasil menyelesaikan kasus ini,” gumamnya. Ia segera menuju ke rumah Luna, untuk menjemput gadis itu dan nonton bersama.Arza melihat wanita cantik itu sudah bersiap menunggu di teras rumah. wajah cantik gadis itu terlihat semakin cantik malam ini. Beruntung Arza masih bisa membatasi diri dan selalu mengingat pesan sang bunda, meskipun berulang kali Luna mencoba menggoda. Rasa cintanya pada Luna, membuat Arza menghormati gadis itu. Ia
Terkadang manusia harus sampai pada titik kehilangan untuk mengerti arti sebuah kehadiran, kasih sayang, ketulusan dan kesetiaan. Dan mungkin dengan pergi menjauh kita bisa merasakan betapa kita dibutuhkan.(Cinta dan Harapan)***Kamu jangan menangis, Nak. Paman akan semakin bersalah padamu dan Bibimu, Nak. Biarkan Paman mempertanggung jawabkan perbuatan Paman disini, paman tahu hukuman Paman sangat berat, mungkin paman akan menerima hukuman mati atau seumur hidup,” ungkap Syafik menyesal.“Tidak mungkin Paman akan dihukum seberat itu, pasti hukuman Paman paling lama satu tahun,” ucap Fathiyah yang mendapat galengan dari sang paman. Pria itu sudah pasrah dan paham akan konsekuensi pekerjaannya.“Paman menjalankan bisnis haram bersama Bang Edo ini sudah hampir tujuh tahun, Nak. Kami adalah bandar terbesar di kota ini, dan karena kebodohan Paman jugalah bisa berada di sini. Nak Arza cukup cerdik, polisi muda itu berhasil mengelabuhiku dan jaringan paman yang lain, dia menggunakan tekno
Menjauh bukan berarti tidak sanggup lagi menyelesaikan masalah, tetapi dengan menjauh kita bisa lebih menghargai diri kita sendiri supaya orang lain tidak semakin menginjak-injak harga diri kita.(Fathiyah – Cinta dan Harapan)***Pagi ini, setelah kedua sahabatnya pulang ke rumah mereka masing-masing, Fathiyah mencoba melupakan masalahnya dengan menyibukkan dirinya dengan membersihkan rumahnya, mencuci pakaian dan memasak. Ia tidak ingin larut dalam kesedihan dan harus segera bangkit.Di dalam kulkas ia melihat ada bahan makanan yang ia rasa cukup untuk tujuh hari ke depan. Setelah itu ia akan pergi dari rumah peninggalan kedua orang tuanya dan berniat mengontrakkannya. Ia beruntung para tetangganya tidak berhenti menolongnya, dari memberi uang, makanan untuk acara tahlil semua sudah disediakan menggunakan uang patungan warga.Selesai sarapan ia menulis surat pengunduran dirinya. “Aku akan melupakan semua ini, dan hanya dengan pergi dari sini, aku akan lebih tenang dalam menjalani hi
Tahukah kamu hati itu sangat mahal? Kenapa hati itu mahal dan berharga? Karena di situ ‘lah Allah melihat kita bukan rupa kita. Jangan pernah melihat seseorang dari tampilannya, tapi lihatnya kebaikan dan ketulusannya, supaya kamu bisa memberinya cinta bukan hinaan dan cacian(CINTA DAN HARAPAN)***Kondisi kafe dan resto semenjak ditinggal Fathiyah sedikit mengalami penurunan pengunjung. Ya, meskipun kafe dan resto itu tetap ramai, tapi tidak seramai saat Fathiyah bekerja di sana. Rasanya ada yang kurang.Arza masih mengingat ucapan Razdan saat itu. Ingin rasanya ia menemui Fathiyah dan meminta maaf pada gadis itu, tetapi rasa malu dan gengsinya terlalu tinggi, sehingga ia selalu urungkan niatnya. Karena kesibukannya, Arza juga baru tahu tiga hari yang lalu dari Pak Rizki gadis itu mengundurkan diri dari kafe dan restonya.Siang ini Arza bertugas patroli di dekat rumah Fathiyah. Setelah tugasnya selesai, ia berniat mampir ke rumah Fathiyah, mencoba meredam ego dan gengsinya untuk mem
Saat kita berniat untuk berubah menjadi lebih baik semata karena Allah, maka Allah akan mengantarkan kita pada orang-orang yang baik untuk kita. (Fathiyah – Cinta dan Harapan)***Di sudut kota, di sebuah panti asuhan besar seorang gadis sedang menyapu dengan riang. Di sini dirinya mendapat ketenangan batin yang selama ini ia impikan. Kehidupan yang selama ini hanya ada di angannya. Namun, sekarang bisa ia rasakan.“Nak Fathiyah, nanti ikut ibu belanja ke pasar, ya. Yang tahu bahan-bahannya ‘kan cuma Nak Fathiyah,” ujar Bu Elok pemilik panti dengan lembut.“Iya, Bu,” jawabnya sambil tersenyum cantik.Ya, hari di mana Fathiyah keluar dari kampungnya. Gadis itu berjalan mencari angkot untuk mengantarkannya ke pasar berbelanja kebutuhannya membuat kue untuk memulai kehidupan baru dan usaha baru pula. Fathiyah memutuskan akan menjual kue lagi seperti waktu dirinya masih sekolah dulu. Setelah membeli bahan-bahan kue ia akan mencari kos-kosan yang akan menampungnya selama menenangkan ha
Susah payah Afni duduk, ia ingin bergegas ke kamar mandi tanpa harus membangunkan sang suami. Tubuhnya sakit semua seperti habis dipukuli. Ia tidak tahu, gerakannya tadi dirasakan Athar karena pria tampan itu hanya pura-pura tidur.Afni dengan menahan sakit di sekujur tubuhnya, bangun dari ranjang. Namun, belum juga ia berdiri Athar kembali menarik tangan wanita cantik itu. Ia kembali mengukung tubuh itu.“Mau ke mana, Hm ...?” tanya Athar sambil membelitkan tangannya.“Mas, aku mau mandi,” jawabnya lembut dengan malu-malu. "Tubuhku capek banget, kayak habis nguli panggul di pasar. atau lebih parahnya kayak habis dipukuli orang," ucapnya mendramatisir sambil mengerucutkan bibirnya mengemaskan.“Apanya yang sakit?” tanyanya sambil menciumi tengkuk wanita cantik itu. Afni menggeliat menatap horor sang suami. Tanpa menunggu lama, Athar langsung berdiri. Membuat Afni berteriak menutup mata, dengan tanpa rasa malu, laki-laki tampan itu menghampirinya. Tubuh Afni diangkat, lalu membawanya
Sesampainya di rumah, Afni dan Athar berkumpul di ruang keluarga sambil membuka oleh-oleh mereka. Niat hati ingin langsung beristirahat harus tertunda. Sang papa dan sang mama ingin mereka bercerita keseruan mereka saat bulan madu. Tentu saja yang ditanyakan adalah kerajaan mereka mengunjungi tempat wisata, bukan saat mereka memadu kasih di apartemen. Kedua orang tua Athar mendengarkan keseruan mereka, hingga terbawa suasana."Jadi pingin liburan ke Turki bersama kalian semua," ucap Syafina sambil melirik sang suami seolah memberi kode."Enggak usah melirik Papa, Ma. Papa sudah paham, kok. Ya, boleh akhir tahun kita habiskan dengan liburan ke Turki," ucap Farhad menatap sang istri sambil mengeringkan matanya. Sungguh, mirip sekali kelakuannya dengan sang putra."Kalau bisa, Papa Luthfi, Ayah Dipta, dan Ibu kita ajak sekalian, pasti makin seru liburan bersama," ucap Syafina yang diangguki antusias oleh sang putra."Iya, aku mendukungmu, Ma. Apa yang dikatakan Mama aku setuju," ucap Ath
Azril menceritakan apa yang diceritakan sang tante pada Arsyi yang saat ini berada di kanar mereka. Salah satu keluarga almarhum Azam mengalami hal yang di luar nalar dan meminta Azril untuk membantunya. Azril yang kebetulan memiliki keahlian menolong orang yang diganggu mahkluk halus pun mau membantu merukyah bersama pakdenya yang lain. Arsyi tercengang dan hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Mereka percaya ada dunia lain, tetapi melakukan cara mistik di zaman modern untuk menggait laki-laki, hampir mereka tidak percaya.Azril sendiri juga pernah menangani pasangan yang hampir terkena sihir itu kalau saja ikatan cinta pasiennya tidak kuat. Entah, apa yang terjadi selanjutnya pada hidup orang tersebut, bahkan orang tersebut tidak sanggup bila istrinya meninggalkannya karena kesalahan itu. “Awal Jumpa, mereka merasakan biasa aja, bahkan mangaku langsung menyukai wanita itu saat itu juga, pasien Azril yang merupakan sepupunya itu pun tidak peduli, tetapi saat berangkat b
Kumala baru saja keluar dari ruangannya di salah satu rumah sakit di Turki. Ia segera bergegas pulang ke apartemen mewahnya. “Bagaimana malam ini kalau aku menagih janji pada Athar dan mengajaknya makan malam? Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini sebelum Athar kembali ke Indonesia,” ucapnya lirih.Dengan cepat Kumala segera menghubungi Athar untuk mengajaknya makan malam. “Assalamualaikum, Thar,” sapanya lembut.“Wa’alaikumussalam, La. Ada apa ini? Tumben telepon,” jawab Athar di seberang sana. “Aku hanya ingin menagih janjimu padamu. Bisakah kamu mengajakku makan malam hari ini? Aku takut kamu segera kembali ke Indonesia. Itu artinya aku akan menyia-nyiakan kesempatanku untuk bersamamu,” ucapnya manja dengan mengerlingka mata, meskipun Athar tidak bisa melihatnya hanya mendengar suaranya saja.“Tentu saja. Apa kamu punya rekomendasi restoran yang enak dan romantis sambil menghabiskan malam bersama pasangan?” tanya Athar tersenyum di seberang sana, sedangkan di sampingnya ada
Tiga hari dirawat, kondisi Athar semakin membaik. Hari ini ia diperbolehkan pulang. Afni menyambutnya dengan suka cita. Beberapa hari yang lalu, keluarga Afni juga menjenguk Athar di rumah sakit, bahkan Arni dan Afnan diminta untuk menginap. Oleh-oleh yang dibawa Afni dan Athar dari Malang sudah dibongkar Syafina, mereka membawakan oleh-oleh itu untuk Arni dan Afnan saat pulang ke Gresik.Syafina dan Farhad yang mendapatkan kabar dari Afni kalau Athar sudah diizinkan pulang pun menjemput mereka. Awalnya mereka akan menjenguk sepulangnya Farhad dari kantor, tetapi mendapatkan kabar sang putra diizinkan pulang, Farhad menghubungi bawahannya dan mengabarkan kalau dirinya hari ini mengambil libur. Kakek Luthfi juga turut ikut menjemput sang putra, meskipun awalnya menolak, tapi Syafina sedikit memaksa. Sang menantu bilang, selain menjemput Athar, mereka akan mengunjungi panti untuk mengadakan syukuran kecil-kecilan.Athar dan Afni sudah menunggu kedatangan Syafina, Farhad, dan Kakek Lut
Sesuai janjinya pada Farhad, usai mengunjungi pasien dan tugasnya di rumah sakit selesai, Dokter Amri segera menuju ke rumah sang sahabat itu.Tadi siang, setelah meneleponnya, Farhad langsung menghubungi sang adik untuk memintanya memeriksa Athar. Tidak perlu lama, jarak kediaman Farhad dari rumah sakit cukup dekat, sehingga memudahkan Dokter Amri untuk segera sampai rumah tersebut.“Assalamualaikum,” sapa Dokter yang menjadi sahabat Farhad dan Syafina itu ramah saat memasuki rumah itu. Ia melihat Farhad, Syafina, dan Kakek Luthfi duduk di ruang keluarga.“Wa’alaikumussalam, Had," jawab ketiga orang itu serempak.“Akhirnya kamu datang juga. Segera periksa Athar, ya, Am. Panasnya kembali tinggi. Tadi sempat menurun, sekarang panas lagi,” ujar Syafina langsung menyahut dengan wajah penuh kekhawatiran.“Mereka baru pulang dari bulan madu atau gimana, sih?"” tanya Dokter yang sudah menjadi bagian dari keluarga Kakek Luthfi itu.“Bukan bulan madu, Athar dan Afni diperintah kakek neneknya
Usai memanjakan sang istri dengan menjekajahi kuliner, Athar mengajak Afni untuk melanjutkan perjalanan. Wanita cantik yang sangat ia cintai itu terlihat lega sambil terus mengusap perutnya."Kenapa dielus, Sayang? Emangnya di dalam sana Athat junior, 'kah?" tanyanya tersenyum menggoda."Hadeeh, Mas. aku baru tiga Minggu selesai kedatangan tamu bulanan, bagaiman bisa secepat itu," ujar Afni dengan polosnya. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil mereka."Bisa saja, Yang. Kalau Allah sudah berkehendak, mengapa tidak. Kun fayakun," ucap Athar tersenyum bijak."Aamiin, semoga apa yang kita harapkan benar-benar diijabah oleh Allah," ucap Afni tersenyum lembut. Keduanya sudah dalam mode serius dan tidak selengean lagi.Athar segera melajukan mobilnya kembali melanjutkan pulang. Tidak sabar mengajak sang istri pulang. Bukan karena tidak ingin menghabiskan waktu berlama dengan sang istri di luaran, tetapi rasa capek setelah perjalanan jauh dan beberapa hari yang lalu berusaha kuat untuk
Afni sudah membereskan barang-barangnya di lemari dan memasukkannya ke dalam koper. setelah semua dirasa tidak ada yang ketinggalan, ia tersenyum lega. Hal sama dilakukan Athar yang turut membantu sang istri. Athar ditugaskan Afni merapikan ranjang dan melipat selimut. Seperti keberangkatan mereka saat ke sini, mereka juga akan meninggalkan Malang selepas salat Subuh. Hal itu mereka lakukan supaya tidak terjebak kemacetan, apalagi ini musim liburan. Athar juga tidak memilih lewat tol karena Afni yang meminta. Wanita cantik itu ingin mampir-mampir dan bisa menikmati pemandangan.Usai membereskan semua dan membawanya keluar untuk diletakkan di bagasi. Afni dan Athar mengerjakan salat subuh terlebih dahulu.Afni sempatkan untuk mengaji sebentar setelah berdoa dan berzikir. Athar tersenyum pada sang istri yang sudah siap untuk pulang.Nenek Murni tidak membiarkan sang cucu dan cucu menantunya kembali ke Surabaya dengan perut kosong. Sebelum salat Subuh, wanita cantik di usia senja itu sud
Fathiyah tersenyum sambil menyuapi sang buah hati, kala terdengar sayup suara mobil sang suami kembali masuk ke dalam halaman rumah. Pria tampan yang berprofesi sebagai abdi negara itu ternyata menepati janjinya untuk tidak berlama-lama setelah mengerjakan tugasnya karena akan membawa keluarga kecilnya jalan-jalan.“Assalamualaikum, Sayang,” ucapnya sambil mencium kepala sang istri dari belakang. Wanita cantik itu tersenyum mendapatkan perlakuan manis dari sang suami.“Wa’alaikumussalam. Akhirnya datang juga,” serunya sambil menghadap ke arah sang suami.“Pantang bagiku untuk mengingkari janjiku pada istri tercintaku,” balasnya tersenyum lembut sambil duduk di samping sang istri.“Hai, kesayangannya Ayah. Lagi makan apa ini?” sapa Arza pada sang putra yang makin hari makin gemuk dan mengemaskan.“Makan udang,” jawab si kecil Arnav yang terlihat semakin menggemaskan dengan pipi gembulnya.“Sini dipangku Ayah,” ucapnya sambil menepuk pahanya. Bocah tampan itu tersenyum sambil berjalan t