Share

AFTER PARTY.

Penulis: NUR EVA LAILY
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

AFTER PARTY.

Dentingan gelas kaca serta suara alunan musik di ruangan besar itu menjadi penanda bahwa pesta telah dimulai. Usai acara fashion show yang dihadiri model-model ternama serta perancang busana dan tamu undangan yang berasal dari kalangan atas, ratusan orang mulai asyik dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang berdiri di tengah kegelapan bersama pasangannya, melakukan hal-hal menyenangkan seraya menikmati wine. Ada yang berjingkak-jingkrak menikmati alunan music. Ada pula yang hanya menjadi penonton, memandangi orang-orang itu dengan lesu seolah dunia hampir kiamat. Eva contohnya.

“Eva!” seorang pria meneriakkan namanya. Eva menoleh, mendapati Sean dan kekasihnya di tengah kerumunan orang. Sesekali Stella-kekasih Sean menciumi bibir Sean tanpa  malu. Wanita itu setengah mabuk sehingga tidak memperhatikan orang-orang di sekitarnya. “Kemarilah! Apa yang kau lakukan di sana?” seru Sean penuh empati.

Eva mendengus. Ia sudah mulai bosan dengan acara semacam ini. Satu-satunya yang membuatnya bertahan di sini adalah nama baiknya sebagai model ternama. Jika ia meninggalkan pesta ini, orang-orang akan berpikir ia tidak mau bergaul dengan yang lain. “Nikmati malammu!” Eva mengacungkan jempolnya. Sean balik mengacungkan salah satu jempolnya. Pria itu sedikit kesulitan karena Stella lebih dulu menariknya dan membawa Sean menjauh dari keramaian. Eva tahu betul apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Apalagi memangnya kalau bukan berdansa di atas ranjang?

Tiba-tiba seorang pria duduk di sisinya. Eva sedikit terperanjat karena hal itu. Wanita itu menoleh sekilas pada sang pria lalu kembali memusatkan pandangannya pada ponselnya.

“Selamat malam, Nona.” Sapa pria misterius itu.

“Selamat malam, Tuan.” Sahut Eva ramah. Sebelumnya, ia memang belum pernah bertemu dengan pria ini. Namun Eva yakin betul kalau pria itu adalah salah satu pemilik brand fashion ternama di Paris. Eva pernah melihat wajahnya di salah satu majalah fashion.

“Sendirian?” tanya pria itu lagi. Pria misterius itu memakai setelah hitam yang tampak cocok dengan rambutnya yang juga berwarna hitam. Jas hitam serta celana yang melekat pas di tubuh pria itu menambah kesan maskulin yang tentu saja akan membuat wanita seperti Eva jatuh cinta.

“Temanku baru saja pergi.” Dusta Eva. Ia tidak mungkin membohongi pria itu, pura-pura memiliki teman kencan padahal ia memang sendirian di sana.

“Namaku Gale,” pria misterius itu mengulurkan tangannya. “Dan kau? Kau pasti Eva.”

Eva menerima uluran tangan itu dan menjabatnya untuk beberapa saat. Ia sempat menarik tangannya tetapi Gale justru menggengamnya semakin erat. “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Tanya Eva berusaha untuk mengabaikan rasa gugupnya.

“Tidak. Siapa pun yang di sini pasti mengenalimu.”

“Kau berlebihan, Mr-“

“Panggil aku Gale.”

“Gale.” Ulang Eva. Pria seusianya seharusnya lebih pantas dipanggil Pak atau Paman. Namun, Gale justru menolaknya. Eva ingin sekali pergi dari hadapan Gale. Ia sangat muak melihat pria itu terus-menerus memandangi dirinya seperti singa kelaparan. Jika sebagian besar wanita seusianya mengincar pria seperti Gale, Eva justru sebaliknya. Ia menghindari pria hidung belang seperti Gale. Eva sadar betul perilaku Gale pasti tidak jauh berbeda dengan pria-pria yang ia temui setiap harinya.

“Begitu lebih baik.” Gale mengulas senyum malaikatnya. Ia menggeser duduknya hingga nyaris mengikis jarak di antara dirinya dan model cantik bernama Eva itu. “Aku tertarik menjadikanmu salah satu modelku. Aku sangat yakin rancangan busana musim panas akan cocok dan menarik jika kau yang memakainya.”

“Untuk yang satu itu,” Eva meneguk wine di gelasnya. “Kau bisa menghubungi managerku langsung.”

“Pasti,” Gale mengambil wine dari tangan Eva. Ia lalu meneguknya hingga tandas. “Tapi, kurasa tidak ada salahnya jika aku memintamu juga untuk bergabung dengan perusahaanku.”

Eva meneguk salivanya kasar. Ia tahu arah pembiacaraan pria itu. Gale berusia sekitar tiga puluh lima atau mungkin empat puluh tahun. Seroang pengusaha sukses di kalangannnya. Dari tampangnya, pria itu memang tidak terlihat seperti pria berusia lanjut. Wajah yang justru tampak lebih mempesona di usianya. Matang dan berpengalaman. Dan yang terpenting, Gale memiliki banyak uang. Wanita mana pun pasti akan dengan senang hari membuka selangkangannya untuk Gale. “Aku tidak tahu apakah aku bisa atau tidak. Hanya managerku yang tahu semua jadwal yang harus kuselesaikan. Jadi maaf aku tidak bisa memastikannya.” Ucap Eva dengan nada dibuat selembut mungkin.

Gale mendekatkan wajahnya ke wajah Eva. Pria itu berniat mencium Eva, itulah yang selalu ia lakukan pada semua model atau aktris yang menurutnya menarik. Dan mereka selalu memberikan kehangatan kepada Gale. Saat ini, yang ia inginkan adalah Eva. Meski usia Eva tidak muda lagi, Gale yakin wanita itu pasti sangat ahli dalam permainan ranjang. “Aku tidak keberatan jika harus menunggu sampai jadwalmu kosong.”

Eva mengangguk takzim. Udara di sekitarnya mulai memanas. Ia tidak suka situasi seperti ini. Jika sudah seperti ini, ia butuh salah satu teman prianya untuk menyelamatkannya. Namun, Eva sama sekali tidak melihat ada pria yang bisa diajak bekerjasama dengannya. Eva menegakkan punggung, “Kau bisa menghubungi manajerku untuk bertanya mengenai semua jadwalku.”

“Akan segera kuurus. Kau mau minum lagi?” tanya Gale seraya menuang segelas wine lagi.

“Tidak,” tolak Eva halus. Minum dengan gelas bekas Gale? Yang benar saja? “Aku tidak terlalu suka minuman beralkohol.”

“Aku justru berpikir sebaliknya. Kupikir kau menghabiskan sisa malam setelah acara seperti ini dengan minum,”

“Tidak juga.” Eva mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan. Dua pria berbadan mengawasinya dengan tatapan elang. Eva yakin kedua pria itu adalah bodyguard. Entah siapa yang mengajak bodyguard ke acara semacam ini. Di mana kalian? Keluh Eva dalam hati. Ia tidak menemukan satu pun pria yang dikenalintya

“Mencari seseorang?” suara Gale menyadarkan Eva dari fokusnya mencari penyelamat hidup.

“Ya. Aku menunggu temanku. Aku takut dia mencariku,”

“Aku akan menemanimu di sini sampai temanmu itu datang,” Gale merangkul pundak Eva. Sekarang, benar-benar tidak ada jarak di antara keduanya.

“Aku suka aromamu,”

Sungguh bualan yang teramat biasa. Eva bersumpah akan menendang Gale jika ia berani macam-macam. “Parfum yang kupakai bisa dibeli siapa saja.”

“Tidak masalah,” Gale menarik pinggang Eva sehingga dadanya dan dada Eva bertabrakan. Eva geram. Namun ia tidak bisa melakukan apa-apa.

Hanya bisa mendesah pelan dan berdoa semoga seseorang membawanya pergi dari sini.

**

Bruce baru saja ingin melangkahkan kakinya dari gedung megah itu. Namun urung karena ia melihat seseorang yang sangat dikenalinya. Salah satu model yang sejak beberapa saat lalu menarik perhatiannya. Pandangan Bruce terhenti tatkala ia melihat sang model duduk tenang di salah satu kursi di sudut ruangan. Bruce menyuruh dua bodyguardnya untuk menyediakan kursi di meja bartender. Ia duduk di kursi itu, membelakangi sang model yang tampak tengah menunggu seseorang.

“Ada yang datang,” ucap salah satu bodyguardnya.

“Gale Hamilton. Pemilik Gale’s Style.” Bodyguard lain meninmpali.

“Apa yang dia lakukan di sana?” Bruce mengambil sloki dan menuang wine.

“Anda harus melihatnya sendiri.” sahut salah satu bodyguardnya.

“Merayu Nona Eva sepertinya,”

“Terus awasi mereka. Katakan apa saja yang mereka lakukan.”

Lama Bruce mangamati gawainya. Sejak sepuluh tahun terakhir, Eva adalah satu-satunya wanita yang  ia hindari. Bruce masih ingat bagaimana dulu mereka menghabiskan sebagian besar waktu yang mereka miliki untuk sekedar berkeliling kota dan makan es krim di taman. Semua itu terjadi jauh sebelum kenyataan pahit menghantamnya. Dan terpaksa ia harus meninggalkan semua masa-masa indah yang ia dan Eva miliki.

Bruce menahan sesak di dadanya. Sendaianya saja ia punya kesempatan untuk memiliki Eva lagi.

“Sepertinya Gale berniat mencium Nona Eva.” Suara itu berasal dari salah satu bodyguardnya. Punggung Brue menegang seketika. Ia ingin sekali berdiri dan meninju wajah si tua Gale itu.

“Tuan,” Sim, bodyguard yang berdiri di sisi kanannya angkat bicara. “Mungkin anda ingin melihat ini.”

Dan tanpa pikir panjang, Bruce pun berbalik. Ia mendapati Gale memeluk Eva. Saat itu juga emosinya meluap. Bruce berdiri dan berjalan mendekati mereka. sepertinya Eva tidak melihat kehadirannya. Bisa ia lihat jika sebenarnya Eva sama sekali tidak nyaman dengan posisi mereka. Kedua tangan Bruce mengepal di sisi tubuhnya. Langkahnya semakin cepat dan napasnya juga semakin memburu.

Saat tiba di sofa empuk itu, Bruce segera mendaratkan pantatnya di sisi Eva. Baik Eva maupun Gale terkejut dengan kehadirannya. “Masih menungguku?” Tanya Bruce pada Eva. Wanita itu menatapnya heran, Bruce menarik pinggangnya sebelum Eva berhasil melontarkan protes. “Aku menunggumu di luar. Kupikir kau menyusulku.”

Eva mencoba memahami situasi mereka. Mungkin inilah saat yang tepat untuk kabur dari si tua Gale. “Maaf, aku menunggu Stella dan Sean. Mereka mengatakan akan pulang dengan kita.”

“Mungkin sebaiknya kita menunggu di mobil saja.” Sahut Bruce.

“Ide bagus.” Eva tersenyum lebar, menampakkan gigi-giginya yang berjejer rapi.

Melihat itu, hati Bruce seketika menghangat. Ia lupa kapan terakhir kali ia melihat senyum indah itu. Senyuman yang berhasil mencuri perhatiannya bahkan sejak mereka masih sama-sama memakai popok.

Gale menatap keduanya dengan kesal. Untuk pertama kalinya, misinya mendapatkan gadis incarannya justru digagalkan oleh pria muda seperti Bruce.

“Maaf, Gale. Aku harus pergi. Aku dan kekasihku harus pulang sekarang.” Pamit Eva seraya beranjak dari duduknya.

Bruce memeluk pinggang Eva, mereka berjalan beriringan melewati kerumunan orang yang masih asyik dengan pesta itu. Sesekali Bruce melirik Eva yang tampak sangat menikmati pesta ini. Hingga beberapa saat kemudian, kerumunan paparazzi mulai mendekati mereka dan mengambil fotonya dan Eva.

“Sial!” umpat Eva pelan.

“Jaga bicaramu, Nona.”

“Aku tidak butuh nasihatmu, Tuan.”

Bruce tahu betul apa yang membuat Eva mengumpat. Public figure seperti Eva pasti menjadi incaran empuk para paparazzi. “Memang. Tapi aku yakin kau membutuhkanku untuk kabur dari sini.”

Eva tersenyum miring. “Huh, percaya diri sekali.”

Kerumunan paparazzi itu semakin gencar mengambil gambar mereka. Bukan hanya Eva, Bruce pun mulai risih dengan kehadiran mereka. “Kalau begitu, akan pergi dengan orang-orangku. Kau bisa tinggal di sini kalau kau mau.” Bruce nyaris melepaskan pinggang Eva. Namun dengan  cepat, Eva menahannya seraya tersenyum manis, senyum palsu.

“Jangan tinggalkan aku!” ucap Eva penuh penekanan.

Dalam hati, Bruce bersorak gembira mendengar permintaan Eva. Tidak sia-sia ia menghadiri acara membosankan ini kalau akhirnya ia bisa bertemu dengan manusia yang paling ia inginkan itu. “Mana mungkin aku meninggalkanmu, Peri cantik.”

Eva memutar bola matanya. Astaga! Tidak tahukah Bruce kalau sekarang mereka sudah beranjak dewasa? Bukan  lagi anak-anak yang gemar mempermainkan permainan peri dan pangeran yang dulu menjadi kegemaran  mereka?

Dulu sekali…

Bab terkait

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    WE WILL MARRIED.

    WE WILL MARRIED.Bruce meminta kedua bodyguardnya untuk menghalau wartawan yang mulai berkerumun di sekitar dirinya dan Eva. Malam ini akan menjadi malam panjang bagi mereka semua. Kenapa demikian? Karena setelah malam ini, media pasti akan gencar menyebar berita mengenai kedekatan dirinya dan model cantik bernama Eva yang kini masih berada di pelukakannya.Eva terlihat lebih santai di banding sebelumnya. Setelah orang-orang Bruce berhasil menyingkirkan wartawan, wanita itu kini berjalan seolah tanpa beban. Kini ia dan Bruce berada di koridor yang letaknya tidak jauh dari ruangan pesta. Mereka hampir sampai di basecamp. Tiba-tiba Eva berkata, “Kau boleh pergi.”Bruce melongo. Pergi? “Apa maksudmu?” tanyanya.“Apa aku kurang jelas?” wanita itu mendengus pelan. “Kau dan dua pengawalmu boleh pergi sekarang.”“Kau mengusir

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS   PONGKY.

    PONGKY.BRUCE sengaja membawa Eva dengan mobilnya sementara mobil wanita itu dibawa oleh kedua pengawalnya. Setelah malam ini, mungkin ia akan memiliki kesempatan lagi untuk bersama wanita itu. Selama sepuluh tahun terakhir, sudah berbagai macam cara ia lakukan untuk kembali bertemu dengan Eva. Namun tak satu pun membuahkan hasil. Eva selalu punya ribuan cara untuk menghindarinya. Harus diakui semua itu memang sepenuhnya salahnya. Dulu ia ter

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    ALEX.

    ALEX.BRUCE baru saja akan membawa mobilnya keluar dari halaman gedung tempat di mana ia menurunkan Eva saat seseorang tiba-tiba mengetuk kaca jendelanya. Matanya memicing dan mengamati sosok di luar jendela. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mengenali siapa sosok itu. Bruce menurunkan kaca jendela mobilnya lalu menegakkan punggung. “Oh, sial! Apakah ini benar-benar kau, Bruce?” suara pria itu terdengar sedikit serat tetapi Bruce masih bisa mengenalinya dengan baik.

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS   A STUPID BRUCE.

    A STUPID BRUCE.BRUCE dan Delta melangkah melewati bingkai pintu. Keduanya berjalan dengan sedikit tergesa, mereka nyaris menabrak orang-orang yang hendak masuk dan keluar dari club malam sialan itu. Bruce berkali-kali menggerutu saat sepasang kekasih tidak sengaja menyenggol bahunya. Jika bukan karena Eva, ia mungkin tidak akan mau membawa dirinya masuk ke tempat seperti ini. Bukannya ia membenci kebisingan yang disebabkan oleh musik yang menggema di seluruh ruangan, ia hanya tidak suka bau alkohol, rokok, musik yang terlalu keras dan seksualitas. Yang artinya Bruce memang membenci semua itu. Hanya saja, ia tidak mau mengungkapkan hal tersebut kepada siapa pun. Termasuk Delta yang kini berhenti dan memindai ke seluruh ruangan, mencari Si Kembar.“Aku tidak bisa melihat mereka dari sini. Di mana mereka sebenarnya?” gerutu Delta pada Bruce.Bruce berdeham singkat. “Sama, aku juga.”Mendengar ucapann

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS   GO AWAY, BRUCE!

    EVA terbangun karena sinar mentari menerobos masuk melalui jendela kaca hingga membuatnya terpaksa harus mengambil bantal dan menutup wajah dengan bantal tersebut. Selama sesaat, rasanya tidak ada yang berbeda dari tidurnya. Ia bangun di jam-jam normal, yaitu setelah matahari naik. Itulah yang selalu ia lakukan setelah berpesta selama semalam suntuk. Sejauh ini, tidak ada yang keberatan dengan rutinitasnya itu. Dan memang, faktanya ia tinggal seorang diri di sebuah apartemen yang cukup nyaman hingga tidak ada yang bisa mengusik tidurnya. Namun, sebuah suara gemericik air memaksanya untuk membuka mata lebih lebar dan menyingkirkan bantal dari kepalanya. Ia terperanjat, selama sesaat merasa kebingungan.Dengan perasaan campur aduk, ia menelan salivanya kasar. Eva mengamati sekitar dan menemukan fakta baru bahwa saat ini ia tengah berada di sebuah kamar hotel. Jendela kaca di satu sisi tembok yang tirainya sudah dibuka menampilkan pemandangan kota yang cukup sib

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS   SORRY, I’M BUSY.

    SORRY, I’M BUSY.EVA mengambil napas dalam-dalam sembari bersandar di pintu. Ia tidak habis pikir akan menemui Bruce di apartementnya. Dan yang paling menyebalkan adalah ketika pria itu menuduhnya tidur dengan sembarang pria! Apa Bruce tidak tahu kalau dirinya tidak mungkin melakukan hal itu? Jika ayah dan ibunya tahu, mereka berdua tidak akan segan-segan mencabut kebebasannya di dunia modeling dan akan mengurungnya sampai ada seseorang yang meminangnya. Eva meringis membayangkan semua itu. Selama belasan tahun ia bekerja keras demi menjadi dirinya yang sekarang dan ia tidak mau usahanya sia-sia karena ia tidur dengan laki-laki yang baru saja ditemuinya. Astaga, ia tidak sebodoh itu! Siapa pun yang mengenalnya akan langsung menyadari semua itu, tapi memang dasar Bruce. Laki-laki itu tidak pernah mengenal dirinya. Jadi, wajar saja jika Bruce berpikir demikian.Lama ia berdiri di sana. Setengah hatinya berharap Bruce menggedor pint

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    MY REVENGE!

    MY REVENGE!MALAM harinya Eva dan Payton masih sibuk membalas pesan yang masuk ke ponsel mereka dan meminta orang-orang jangan terlalu banyak berasumsi mengenai hubungan Eva dan Bruce. Saat ini, mereka berdua masih tidak tahu apa maksud Bruce mengatakan semua itu kepada media. Karena itulah mereka tidak mau gegabah mengambil keputusan. Eva mengesampingkan egonya untuk tidak menyanggah berita tersebut meski sebenarnya ia ingin sekali melakukannya. Setelah Bruce menyelesaikan wawancaranya dengan media di depan apartement Eva pagi ini, pria itu sama sekali tidak mau menerima panggilannya dan justru memblokir nomornya. Hal itu membuat keduanya frustasi.“Eva, ayahmu menghubungiku lagi!” seru Payton dari dapur. Malam ini mereka terpaksa memasak sendiri dan menikmati makanan yang tersisa di kulkas Eva. Rasanya 2x24 jam tidak akan cukup untuk membalas semua pesan dan panggilan yang masuk. Payton juga terpaksa menjadwal ulang pemot

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    DATE!

    DATE!BRUCE tersenyum puas saat menatap ponselnya. Selama ini tidak ada yang pernah membuat dirinya merasa bahagia seperti sekarang. Akhirnya, setelah tiga hari memutus komunikasi dengan Eva, ia kembali membuka blokir nomor wanita itu. Yang terjadi sebenarnya adalah Bruce tidak benar-benar memblokir nomor Eva. Ia selalu bisa menerima panggilan atau pesan apa pun yang Eva kirim kepadanya. Ia meminta Romeo mengakali ponsel dan nomornya. Semua itu mudah dilakukan di tangan yang tepat. Ia hanya ingin memberi pelajaran pada Eva. Ini satu-satunya yang ia punya untuk membawa gadis itu kembali ke kehidupannya.Ia selalu menganggap pesan-pesan yang dikirim Eva adalah sebuah hiburan yang sangat menarik di tengah kesibukannya bekerja. Eva yang merengek dengan cara elegan membuatnya ingin tertawa dan tersanjung di saat yang bersamaan. Meski begitu, masih ada yang mengganjal di benaknya. Bruce masih tidak bisa mengenyahkan bayang-bayang laki-laki yang tempo hari tidu

Bab terbaru

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    A PRANK.

    A PRANK.BRUCE masih menggenggam erat tangan Eva saat mereka hampir sampai di townhouse. Yang akan mereka hadapi setelah ini bukanlah sesuatu yang mudah. Saat ini hubungan keduanya bukan hanya tentang Peri Hutan dan Pangeran Pongky. Lebih dari itu, ada keluarga yang setia memisahkan mereka Bruce dan Eva dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah perjodohan. Tenggorokan Bruce tercekat mengingat fakta itu. Ia masih tidak percaya di era seperti sekarang masih saja ada orangtua kolot seperti ayah dan ibunya. Benar-benar menyebalkan!Eva beringsut dari duduknya. “Kau melamun.” Gumam wanita itu.Antara iya dan tidak. Bruce tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari sosok yang amat sangat ia puja di sisinya. Namun di sisi lain, ia juga memikirkan perjodohan sialan itu. Haruskah ia mengatakan kepada Eva apa yang sebenarnya direncakan oleh keluarganya?“Pongky…” Eva memaksa

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    OUR PARENTS.

    OUR PARENTS.BRUCE menatap gadis anggun berambut pirang yang saat ini duduk di atas punggung Romeo. Dia, Eva dan Romeo sama-sama tidak percaya kalau kemenangan mereka ternyata hanya akan bertahan beberapa menit saja. Semula Bruce yakin bisa membawa Andrew kembali ke rumahnya di New York dan mempermalukan pria itu. Atau bahkan menyiksa Andrew sebelum mengembalikan pria itu kepada keluarganya. Sayang, sepertinya kali ini Dewi Fortuna tidak memihak kelompoknya. Terlebih saat gadis itu berkata, “Aku telah membunuh Christoper. Kurasa melenyapkannya tidak akan butuh waktu lama. Aku hanya perlu menarik pelatuk ini dan… kalian semua tahu apa yang akan terjadi.”Pernyataan yang terlalu terang-terangan itu menimbulkan kepanikan yang cukup besar di dalam kepala Bruce. Jika memang itu yang terjadi, dan sepertinya ucapan gadis itu bukanlah sebuah kebohongan. Gadis tanpa itu berkata jujur, terlihat dari keyakin

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS   LADY OF THE WOODS.

    LADY OF THE WOODS.ROMEO menepuk pundak Bruce dan meremasnya. Sebagai sahabat yang baik, ia ingin memberi sedikit kekuatan pada pria itu. Keduanya telah gagal menyelamatkan Eva. Bruce terduduk sambil menangis tersedu. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain meratapi kepergian Eva. Di tengah isak tangis Bruce, tiba-tiba terdengar suara jeritan. Keduanya langsung waspada. Bruce bangkit hanya untuk mendengar sekali lagi apakah dia salah dengar atau itu hanya imajinasinya semata.“Aku mendengarnya, Bruce. Kurasa orang itu membawa Eva ke dalam hutan.” Romeo berkata dengan amarah yang tersirat dalam suara pria itu. “Sebaiknya kita menyusu mereka.”“Kau yakin?” Bruce bangkit, pria itu menyeka air matanya.“Apakah menurutmu jeritan itu bukan pertanda kalau Eva sedang memberi kita kode agar kita bisa menemukannya?” tanya Rome

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    HOPELESS.

    HOPELESS.BRUCE melihat mobil Christoper keluar dari pintu gerbang istana. Ia segera memberi kode kepada Romeo untuk mengikuti Christoper sebelum pria itu bersembunyi dan menunggu Eva. Setelah berhasil mengejar sang dokter muda, Romeo menghentikan mobilnya tepat di sisi Christoper. “Aku akan turun dan menemuinya.”Romeo mengangguk dan mengawasi Bruce dari kejauhan. Bagaimana pun, mereka berdua tidak tahu apakah Christoper layak di jadikan teman atau tidak.Perlahan, Bruce mengetuk jendela mobil Christoper. Ia menunggu beberapa saat hingga pria itu bersedia membuka jendelan untuknya. “Hai,” sapa Bruce.Sebelah alis Christoper terangkat, tak lama setelah itu ia membuka mulut. “Maaf, ada yang bisa kubantu?”“Tentu. Bisa kita bicara?” pinta Bruce. “Kau tidak perlu turun dari mobil dan perlu kujelaskan kalau aku tidak berniat buruk padamu.”

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    CHRISTOPER.

    CHRISTOPER.ANDREW melangkah keluar dari mobil dengan menggendong Eva ala bridal style. Ia menatap wajah damai gadis itu, ujung bibirnya terangkat mendapati keberadaan mereka di Glamis Castle. Mereka hanya perlu melangkah lebih dalam ke kastil tersebut, mengeluarkan microchip dan semuanya selesai. Perang yang sudah ia mulai sejak berhari-hari yang lalu akhirnya dimenangkan oleh dirinya berkat Julliet dan ayah mereka. Tiba-tiba ia rasa sayang terhadap keluarganya meningkat dua kali lipat. Dalam hati Andrew berjanji tidak akan mengabaikan keluarganya lagi setelah ini.“Sebaiknya kita masuk sekarang.” Suara Julliet memaksa Andrew keluar dari lamunannya.Andrew mendongak, menatap adiknya penuh penghargaan. “Baiklah.” Ujarnya parau. Ia lalu membawa kedua kakinya menuju bangunan kastil tua itu. Sekilas Andrew melihat batapa indahnya Glamis Castle. Tamannya yang hijau dan luas mem

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS   THE GLAMIS CASTLE.

    THE GLAMIS CASTLE.BRUCE mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan untuk bangkit. Kepalanya yang masih berdenyut membuat ia nyaris tersungkur. Untungnya seseorang membantunya bangkit sebelum ia tubuhnya benar-benar ambruk ke lantai. “Astaga, apa yang kau lakukan di sini!” gerutu sebuah suara yang sangat dikenali oleh Bruce.Ujung bibir Bruce terangkat hingga membentuk sebuah senyuman getir. “Apa yang kaulakukan di sini?” bisiknya pada Romeo.Romeo mendesah sembari membantu Bruce berdiri dengan baik. “Mencarimu, memmastikan kau baik-baik saja. Kau pikir apa? Aku tahu sesuatu padamu.”“Aku tertidur, Romeo. Tidak ada yang terjadi padaku.”“Kau pingsan.” Ralat Romeo. “Kita tidak perlu berbisik-bisik. Tidak aka nada yang mendengar kita di sini.”Bruce melihat sekeliling, mereka berada di tengah salah satu sudut kastil yang dibungkus

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    ESCAPE PLAN.

    ESCAPE PLAN.BRUCE mengambil napas dalam-dalam saat mobil yang dikendarai oleh Huxley menepi. Keduanya turun untuk membeli tiket seperti pengunjung lain. Sialnya, antrian cukup panjang sehingga memaksa Bruce dan Huxley untuk berlama-lama berdiri bersama orang-orang yang penasaran dengan tempat bersejarah tersebut. “Apa kau yakin dengan rencana ini?” tanya Huxley yang kulitnya mulai memerah akibat sengatan matahari.“Kita mungkin tidak bisa menemukan Eva sekarang, tapi setidaknya kita tahu seperti apa tempat dia disekap.” Sahut Bruce acuh.Siang itu pertama kalinya Bruce pergi ke sebuah tempat yang cukup ramai hanya berdua dengan Huxley. Sepanjang hidupnya, ia selalu berada di bawah bayang-bayang bodyguard yang dipekerjakan sang ayah untuk menjaganya. Situasi yang terbilang baru dan berbahaya ini memicu adrenalinnya. Jika biasasanya dia hanya perlu memerintah jika menginginkan sesuat

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS   THE EDINBURGH CASTLE.

    THE EDINBURGH CASTLE.ANDREW menemui Julliet pada pagi harinya saat Eva belum membuka mata. Ia perlu berbicara dengan sang adik perihal kedatangan mereka berdua ke Kastil Edinburgh. Apakah ada yang curiga dengan kehadiran Andrew yang tiba-tiba atau tidak ada satu pun yang peduli padanya. Meskipun rasanya semua itu mustahil mengingat betapa terkenalnya dirinya. Saat tiba di kamar sang adik yang sedikit nyeleneh, Andrew melihat gadis itu masih sibuk dengan berbagai macam computer di ruang kerjanya. Julliet memang terbilang gadis yang cukup unik, jika orang lain menyibukkan diri mereka dengan berbelanja barang-barang mewan, berbeda sekali dengan adiknya yang satu ini.“Ada masalah?” tanya Andrew saat tiba di sisi adiknya.“Aku masih harus memastikan kalau mereka tidak menemukan lokasi kita. Benda kecil pengintai itu tidak lagi bisa kuretas. Ternyata, kemarin hanyalah sebuah keberuntungan bel

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    JULLIET.

    JULLIET.ANDREW hanya bisa melihat kepergian Eva dan pria yang ia ketahui bernama Bruce. Ia menatap geram mereka berdua. Beraninya Bruce mempermalukan dirinya. Beraninya pria itu membawa kabur wanita yang sangat diinginkannya itu. Andrew meninju tembok dengan kepalan tangan yang cukup kuat. Seandainya saja ia punya kekuatan super, tembok dan seluruh gedung itu pasti sudah runtuh dalam sekali pukulan. Sayang, dia bukanlah Thor yang bisa menghancurkan gedung pencakar langit hanya dengan satu pukulan dari palunya.Segera setelah punggung mereka berdua menghilang, ia bergegas kembali ke rumah. Keinginannya untuk menghabiskan satu malam penuh dengan Eva telah kandas, ia membutuhkan pelampiasan untuk menyalurkan hasrat yang sejak beberapa saat lalu menderanya. Andrew mengambil ponsel lalu menghubungi Sabrina, seorang model papan atas yang entah berapa kali tidur dengannya. Mereka memang kerap menghabiskan malam hanya untuk bers

DMCA.com Protection Status