Share

ALEX.

Author: NUR EVA LAILY
last update Last Updated: 2021-02-10 13:55:03

ALEX.

BRUCE baru saja akan membawa mobilnya keluar dari halaman gedung tempat di mana ia menurunkan Eva saat seseorang tiba-tiba mengetuk kaca jendelanya. Matanya memicing dan mengamati sosok di luar jendela. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mengenali siapa sosok itu. Bruce menurunkan kaca jendela mobilnya lalu menegakkan punggung. “Oh, sial! Apakah ini benar-benar kau, Bruce?” suara pria itu terdengar sedikit serat tetapi Bruce masih bisa mengenalinya dengan baik. Delta Montano.

Sembari memutar bola matanya, Bruce berkata. “Ini aku. Apa yang kauinginkan? Kau mabuk berat, sebaiknya jangan dekat-dekat denganku!”

“Astaga! Masih sama seperti dulu. Si Penggerutu. Semakin ke sini kau semakin terdengar seperti nenek-nenek, Bruce!”

“Tutup mulutmu, Montano!” Bruce berkata dengan nada satu oktaf lebih tinggi. Saat ini ia tidak punya stok kesabaran melimpah untuk menghadapi salah satu atau bahkan kedua Montano sekaligus. Ia bersiap menutup jendelanya ketika tiba-tiba Delta memasukkan setengah lengannya ke dalam jendela.

“Jangan buru-buru, Bung!” ucap pria itu santai. “Ngomong-ngomong, apa yang kaulakukan di sini? Aku tidak menyangka mendapati dirimu berada di club malam. Sepagi ini. Kupikir di jam-jam seperti sekarang kau masih sibuk dengan istri komputermu.” Sindir pria itu.

Bruce menghela napas. Montano bersaudara memang menyenangkan. Mereka berteman akrab sejak masih kecil, tetapi mereka berdua jauh lebih menyebalkan saat mabuk. Dan saat ini, Delta tengan berada di bawah pengaruh alcohol. Orang yang terpengaruh alkohol cenderung berbicara melantur. Ia tidak mau menghabiskan waktu untuk meladeni kata-kata Delta. Namun, tiba-tiba… “Tunggu, apa yang kau katakan?”

“Apa?” Delta berkata sembari mengerutkan keningnya.

“Kau barusan mengatakan club malam?” ulang Bruce dengan perasaan cemas.

Delta mengangguk, dari seringai nakalnya Bruce tahu kalau pria itu pasti akan mempermainkannya lagi. “Kau barusan dari club itu, bukan? Apa kau bertemu wanita cantik yang kebetulan cocok untuk kau kencani? Atau kau sudah membawanya sekarang? Di mana dia? Aku penasaran seperti apa pilihanmu-“

“Delta, kau yakin ini sebuah club?” tanya Bruce untuk kedua kalinya. Ia kembali melongok keluar dan mencari tanda-tanda keberadaan Eva. Sudah sekitar setengah jam Eva menghilang di balik pintu masuk. Ia tidak tahu lagi apa yang saat ini dilakukan wanita itu. Kepanikan mulai melandanya. Bruce hanya bisa menelan salivanya kasar. Sebelum ia berpikir terlalu jauh, mungkin ia harus bertanya dulu kepada Delta. Untuk sekali ini, kehadiran Delta merupakan sebuah anugrah dalam hidupnya.

Delta menelengkan kepala, mulai tertarik dengan pertanyaan Bruce. “Ya. Sebuah club malam. Kau tidak tahu?” tanyanya.

Bruce menggeleng. Ia tidak pernah mendatangi tempat seperti itu sebelumnya. Bagaimana ia bisa tahu kalau gedung angkuh itu adalah sebuah klub? Oh, yang benar saja! Bruce menyandarkan punggungnya di kursi, merasa semakin frustasi.

“Kalau kau tidak tahu tempat apa itu, jadi apa yang kaulakukan di sini?”

Dengan amarah yang mulai menguasai dadanya, Bruce meninju stir mobil sambil mengumpat, “Sial!”

Delta sedikit terkejut, “Wow… wow! Ada masalah, Kawan?”

Bruce menatap Delta dengan tatapan elangnya. “Aku baru saja dibohongi oleh seorang gadis licik. Dia bilang tempat ini adalah sebuah tempat tinggal dan bukan sebuah club-“

“Ha? Seorang Bruce Smith dibohongi? Apa aku tidak salah dengar? Kau-“ Delta meneguk salivanya sata Bruce memelototkan mata. Ia mengangkat kedua tangan, menyerah. “Baiklah, tolong lanjutkan.” Ucap pria itu sambil meringis.

Sambil menghela napas, Bruce melanjutkan ceritanya. “Aku menghadiri sebuah pesta dan menemukan seorang Cinderella yang sepertinya kesulitan menghadapi buaya darat. Jadi aku membantu Cinderella itu dengan membawanya pulang, bahkan mengantarkan hingga ke depan pintu rumahnya. Dia mengatakan itu rumahnya.” Ucap Bruce sambil menunjuk sebuah gedung yang yang lain adalah sebuah club malam. “Ralat. Dia mengatakan itu rumah temannya dan saudara kembarnya ada di sana. Mereka berencana menginap di tempat itu.” Bruce kembali menunjuk club itu dengan gerakan yang sangat dramatis. Bruce menghentikan ceritanya saat Delta menatapnya iba. “Apa kau kau lihat!” bentaknya.

“Kau.” Jawab Delta polos.

Hening selama sesaat. Baik Bruce maupun Delta enggan mengucapkan sepatah kata pun. Terlebih Bruce, ia muak dibohongi seperti sekarang. Ia sama sekali tidak menyangka, Eva berani mempermainkannya seperti sekarang. Atau sebaliknya dirinya lah yang terlalu bodoh selama ini?

“Ngomong-ngomong, Bruce. Aku kurang setuju kau menggunakan kata Cinderella.”

“Apa masalahmu?” sahut Bruce ketus. “Cinderella atau bukan, dia telah mempermainkanku.”

Delta mengangguk, menyetujui kata-kata Bruce. “Siapa dia memangnya? Apa aku mengenalnya?”

“Kau mendengarkan aku?” bukannya menjawab pertanyaan Delta, Bruce justru melempar pertanyaan lain pada pria itu.

“Tentu saja aku mendengarmu!” sahut Delta tak kalah kesal. “Kau pikir aku tuli?”

“Tidak.” Bruce mendengus. “Kau tidak tulis tapi kau mabuk.”

Delta mengeluarkan lengannya dari jendela Bruce. “Aku tidak mabuk, Bruce dan aku masih bisa mendengarmu. Ngomong-ngomong, siapa gadis yang kita bicarakan ini?”

“Eva.”

“Oh…” Delta mengangguk-anggukan kepalanya. Setelah menyadari nama yang barusan disebut oleh rekannya, ia menoleh pada Bruce dan berkata cepat. “Eva? Benarkah?”

Bruce mengangguk, tersenyum puas. “Dia bilang Ava ada di sini. Dan mereka berencana menginap di tempat yang kau maksud club malam itu.” Bruce juga melihat kegelisahan di mata Delta. Ia tahu apa yang saat itu dipikirkan oleh Si Montano keras kepala itu. “Sepertinya kau terkejut?”

Delta menatap Bruce dengan tatapan tidak suka. “Tidak. Elaknya. “Biasa saja.” Pria itu berbalik dan melihat club malam. “Jadi, Si Kembar di dalam?”

“Sepertinya begitu.” Sahut Bruce lebih riang. “Jadi, apa yang harus kita lakukan?”

“Turunlah, Bodoh! Kita masuk dan cari mereka!” ucap Delta dengan nada tinggi.

Puas dengan jawaban Delta yang ternyata memikirkan hal serupa dengannya. Bruce akhirnya membuka pintu dan melangkahkan kakinya keluar dari mobil. Embusan angin malam menerbangkan rambutnya yang mulai panjang. Bruce berharap, ia tidak melihat Eva sedang bercumbu dengan pria hidung belang di dalam. Ia yakin Eva masih di dalam, entah dengan siapa. Yang pasti, ia tidak berharap menemukan Eva dalam keadaan yang tidak baik.

**

“Alex.” Pria itu memperkenalkan dirinya dengan begitu sopan. Eva nyaris tidak mempercayai pendengarannya saat Alex menyebutkan namanya. Ada banyak sekali Alex yang pernah ia temui tetapi hanya Alex yang ini yang menarik. Entah bagian mana dari pria itu yang membuat dirinya ingin mengenal Alex lebih jauh dan lebih dekat.

“Hallo?” Alex melambaikan tangan di hadapan Eva, menghentikan lamunannya.

Eva tertawa, “Maaf. Apa yang barusan kau katakan? Kurasa aku melamun.” Katanya malu-malu.

Alex hanya mengedikkan bahu. “Aku hanya menyebutkan namaku. Kau pasti berpikir kalau namaku pasaran.”

Kepalanya meneleng mendengar ucapan Alex. “Begitulah.” Katanya pada akhirnya.

“Senang berkenalan denganmu.” Ucap Alex sembari menyesap minumannya.

Eva mengikuti gerakan Alex, mengambil gelas yang sudah diisi dan menyesapnya perlahan. Ia sedikit kikuk saat pria itu sama sekali tidak mengalihkan tatapan darinya. Bukannya ia terlalu peercaya diri, tetapi Eva terbiasa ditatap seperti itu oleh laki-laki di luar sana. Kecuali… Bruce. Lagi, nama itu kembali terlintas di benaknya. Eva buru-buru menghapus Bruce dari kepalanya sebelum ia bertindak bodoh. “Aku juga senang berkenalan denganmu.” Katanya seraya meletakkan gelas.

Keduanya terdiam cukup lama. Eva memainkan gelas di tangannya dengan penuh perasaan. Sekilaas, ia melihat jam di tangan Alex. Pukul empat dini hari. Sudah waktunya tidur. Saat ini ia hanya ingin memeluk gulingnya dan bergemul di bawah selimutnya yang hangat. Bukannya terdampar di club malam sendirian. Memikirkan tempat tidurnya, membuat Eva tidak sengaja menguap dan Axel melihatnya dengan jelas. “Kau mengantuk?” pria itu bertanya.

Eva menoleh dengan mata menggelayut. “Begitulah.” Katanya jujur.

“Kenapa kau tidak pulang? Jangan memaksakan dirimu untuk tinggal di sini sampai nanti siang.” Ceramah Alex.

Eva mengangguk, membenarkan. Ia ingin sekali pulang, tapi masalahnya Eva tidak membawa mobil dan harus menggunakan jasa transportasi online. Kedua, jika dia keluar sekarang, mungkin Bruce masih di luar menunggunya. Jika mereka bertemu lagi… Eva tidak tahu apa yang akan terjadi dengan keduanya. “Aku tidak membawa mobil.” akunya.

Alex tampak bersimpatik. “Kebetulan aku membawa mobil. Kau mau aku mengantarmu?”

Berpikir sejenak, tawaran Alex sungguh menggiurkan. Ia bisa saja meminta pria itu untuk mengantarnya pulang sampai ke apartementnya, tetapi bagaimana jika Alex bukan pria baik-baik? Bagaimana jika pria itu berniat jahat padanya? Meskipun, entah bagaimana ia sangat yakin kalau ayahnya masih mengawasinya sampai detik ini dan mustahil ada yang bisa terlepas begitu saja dari mata-mata ayahnya. Namun, Eva tidak mau terlalu sombong dengan berpikir kalau ia bebas dari ancaman dalam bentuk apa pun. Ia ingin tetap waspada. Kapan dan di mana pun. Karena begitulah kedua orangtuanya mendidiknya.

“Aku tahu apa yang kau pikirkan.” Ucap Alex tiba-tiba.

Eva mengerutkan kening, tidak tahu bagaimana harus bereaksi.

“Aku bukan pria jahat seperti yang ada di benakmu. Dan ngomong-ngomong, baguslah kalau kau punya gagasan seperti itu. Gadis seusiamu memang harus selalu waspada.” Ujar Alex panjang lebar.

“Waspada?” ulang Eva.

“Ya.” Alex hanya mengedikkan bahu dan meminta bartender mengisi gelasnya lagi. Setelah menunggu sesaat, ia lalu menyesap minuman beralkohol itu hingga tandas sambil terus menatap lurus ke depan.

“Sebentar, biar kuluruskan. Kurasa aku bukan gadis kecil lagi yang harus selalu waspada dalam menghadapi setiap situasi yang ada di hadapanku. Usiaku saat ini 24 tahun dan aku merasa sudah cukup dewasa dan tahu apa yang harus kulakukan. Jadi, mungkin saja yang kau pikirkan berbeda dengan apa yang saat ini kupikirkan, Alex.” Jelas Eva panjang lebar. Di sisinya, Alex hanya mengangguk-anggukan kepala.

Mereka diam lagi untuk waktu yang cukup lama. Alex kembali mengisi minumannya, pun dengan Eva. Keduanya minum dalam diam. Bukan sesuatu yang buruk. Lalu, setelah sesaat, Alex kembali membuka mulut. “Kalau begitu, tidak masalah kah jika aku mengantarmu?” tanya pria itu sembari menoleh agar bisa menatap Eva.

Eva mengangguk, lalu menggeleng singkat. Sebelum ia sempat berbicara beberapa kata, lagi-lagi Alex mendahuluinya. “Ada masalah? Kau tampak tidak yakin?”

Jika boleh jujur, saat ini ia memang tidak punya banyak pilihan. Ia sempat berikir untuk tidak memberitahu Alex tentang situasinya. Tentang Bruce yang menunggunya di luar dan tentang kebohongannya. Menurut perkiraannya, saat ini Bruce sudah pergi. Jadi, jika Alex mengantarnya pulang sekarang, rasanya itu bukan masalah. “Aku hanya tidak mau merepotkanmu, Alex. Kita bahkan baru saja saling mengenal.”

“Sama sekali tidak.” ucap pria itu. “Dan sebagai catatan, aku sama sekali tidak berniat jahat padamu.” Tambahnya.

Eva merasa saat itu juga pipinya merona. Betapa bodohnya dirinya karena menganggp Alex bukan pria baik-baik. Alex mungkin memiliki memiliki tampang bak malaikat yang setan yang menjelma bagai malaikat. Dengan hidung lancip, rahang tegas, dada yang sepertinya berotot jika ia boleh menebaknya serta rambut warna merah muda yang kontras dengan kulitnya yang… Eva terdiam selama sesaat. Tunggu, sejak lahir Eva tahu jenis apa kulit penduduk pribumi yang kebetulan berbeda dengannya karena ia bukan pribumi. Tapi, kenapa Alex memiliki warna kulit yang sama persis seperti dirinya? Mungkinkah dia pendatang?

“Apa kau akan terus mengamatiku seperti itu atau kita beranjak sekarang?” tanya Alex yang langsung menghentikan lamunan Eva.

Satu kesalahan lagi. Eva merutuki dirinya sendiri karena memperhatikan Alex dengan begitu detailnya. Ia mengambil napas banyak-banyak dan berkata, “Baiklah, ayo!” wanita itu turun dari kursi dan nyaris terjungkal karena efek alkohol yang ditelannya.

“Wow… wow… wow… hati-hati, Kawan.” Alex menggunakan kedua tangannya untuk menahan punggung Eva. Keduanya sempat oleng selama beberapa saat hingga Alex akhirnya mendapatkan kesadarannya kembali.

“Terima kasih.” Ucap Eva setelah berhasil berdiri tegap dan lepas dari pelukan pria asing di hadapannya.

“Sama-sama.” Sahut Alex ramah. “Aku akan membayar minuman kita. Apa kau bisa menunggu di sini?”

Eva mengangguk. Syukurlah Alex mau membayar minumannya, ia tidak perlu repotl-repot meninggalkan jejak di club itu. Jika nanti Bruce tiba-tiba, entah secara ajaib membongkar kebohongannya, ia tidak perlu mengarang alasan apa pun. Dan apa pun yang menyangkut tentang Bruce memang sungguh memuakkan.

Sesaat kemudian, Alex kembali dengan wajah riang. Karena rasa penasaran yang teramat besar, Eva tidak bisa menahan mulutnyan untuk tidak bertanya. “Ada apa denganmu?”

“Kedua sepupuku sudah pergi sejak lima belas menit yang lalu. Jadi, aku tidak perlu repot-repot meminta ijin kepada mereka.”

“Oh, kukira kau baru saja memenangkan sesuatu. Kau tampak sangat bahagia.” Eva tertawa pelan.

Alex menggeleng seraya mengedikkan bahu. Ia memimpin langkah mereka berdua dan… “Tunggu,” Eva menghentikan langkah mereka.

“Ada apa?” tanya Alex kebingungan.

“Kau yakin ini jalan yang benar?” Eva mengamati sekitarnya. Tadi, saat masuk ke club, ia hanya melewati satu jalur dan langsung bertemu dengan meja bartender. Kini Alex membawanya berbelok setelah dua meter dari meja bartender. Itu memang sebuah jalan, tetapi benarkah ini jalan yang benar? Atau jangan-jangan?

“Aku tahu apa yang kau pikirkan.” Ucap pria itu lagi. “Kukatakan padamu, Eva, yang keras kepala. Ini jalan yang benar. Kau tadi mungkin lewat jalan itu.” Alex menunjuk lorong yang dilewati Eva. Gadis itu mengangguk mantap. “Tapi ada jalan lain untuk masuk dan keluar dari sini. Salah satunya adalah jalan ini.” Katanya seraya menunjuk sebuah lorong yang tidak terlalu lebar di hadapan mereka.

“Aku…” Eva kehilangan kata-katanya. “hanya ingin memastikan kita tidak tersesat.

“Tidak akan.” Alex melangkah melewati Eva. Ia lalu menggandeng tangan gadis itu dan membimbing langkah mereka melewati satu per satu orang-orang yang tengah berciuman di sepanjang lorong.

Tiba-tiba saja Eva merasakan kehangatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya ketika jemarinya dan jemari Alex saling bertautan. Sesuatu yang… sulit dijelaskan.

Related chapters

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS   A STUPID BRUCE.

    A STUPID BRUCE.BRUCE dan Delta melangkah melewati bingkai pintu. Keduanya berjalan dengan sedikit tergesa, mereka nyaris menabrak orang-orang yang hendak masuk dan keluar dari club malam sialan itu. Bruce berkali-kali menggerutu saat sepasang kekasih tidak sengaja menyenggol bahunya. Jika bukan karena Eva, ia mungkin tidak akan mau membawa dirinya masuk ke tempat seperti ini. Bukannya ia membenci kebisingan yang disebabkan oleh musik yang menggema di seluruh ruangan, ia hanya tidak suka bau alkohol, rokok, musik yang terlalu keras dan seksualitas. Yang artinya Bruce memang membenci semua itu. Hanya saja, ia tidak mau mengungkapkan hal tersebut kepada siapa pun. Termasuk Delta yang kini berhenti dan memindai ke seluruh ruangan, mencari Si Kembar.“Aku tidak bisa melihat mereka dari sini. Di mana mereka sebenarnya?” gerutu Delta pada Bruce.Bruce berdeham singkat. “Sama, aku juga.”Mendengar ucapann

    Last Updated : 2021-02-11
  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS   GO AWAY, BRUCE!

    EVA terbangun karena sinar mentari menerobos masuk melalui jendela kaca hingga membuatnya terpaksa harus mengambil bantal dan menutup wajah dengan bantal tersebut. Selama sesaat, rasanya tidak ada yang berbeda dari tidurnya. Ia bangun di jam-jam normal, yaitu setelah matahari naik. Itulah yang selalu ia lakukan setelah berpesta selama semalam suntuk. Sejauh ini, tidak ada yang keberatan dengan rutinitasnya itu. Dan memang, faktanya ia tinggal seorang diri di sebuah apartemen yang cukup nyaman hingga tidak ada yang bisa mengusik tidurnya. Namun, sebuah suara gemericik air memaksanya untuk membuka mata lebih lebar dan menyingkirkan bantal dari kepalanya. Ia terperanjat, selama sesaat merasa kebingungan.Dengan perasaan campur aduk, ia menelan salivanya kasar. Eva mengamati sekitar dan menemukan fakta baru bahwa saat ini ia tengah berada di sebuah kamar hotel. Jendela kaca di satu sisi tembok yang tirainya sudah dibuka menampilkan pemandangan kota yang cukup sib

    Last Updated : 2021-02-13
  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS   SORRY, I’M BUSY.

    SORRY, I’M BUSY.EVA mengambil napas dalam-dalam sembari bersandar di pintu. Ia tidak habis pikir akan menemui Bruce di apartementnya. Dan yang paling menyebalkan adalah ketika pria itu menuduhnya tidur dengan sembarang pria! Apa Bruce tidak tahu kalau dirinya tidak mungkin melakukan hal itu? Jika ayah dan ibunya tahu, mereka berdua tidak akan segan-segan mencabut kebebasannya di dunia modeling dan akan mengurungnya sampai ada seseorang yang meminangnya. Eva meringis membayangkan semua itu. Selama belasan tahun ia bekerja keras demi menjadi dirinya yang sekarang dan ia tidak mau usahanya sia-sia karena ia tidur dengan laki-laki yang baru saja ditemuinya. Astaga, ia tidak sebodoh itu! Siapa pun yang mengenalnya akan langsung menyadari semua itu, tapi memang dasar Bruce. Laki-laki itu tidak pernah mengenal dirinya. Jadi, wajar saja jika Bruce berpikir demikian.Lama ia berdiri di sana. Setengah hatinya berharap Bruce menggedor pint

    Last Updated : 2021-02-16
  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    MY REVENGE!

    MY REVENGE!MALAM harinya Eva dan Payton masih sibuk membalas pesan yang masuk ke ponsel mereka dan meminta orang-orang jangan terlalu banyak berasumsi mengenai hubungan Eva dan Bruce. Saat ini, mereka berdua masih tidak tahu apa maksud Bruce mengatakan semua itu kepada media. Karena itulah mereka tidak mau gegabah mengambil keputusan. Eva mengesampingkan egonya untuk tidak menyanggah berita tersebut meski sebenarnya ia ingin sekali melakukannya. Setelah Bruce menyelesaikan wawancaranya dengan media di depan apartement Eva pagi ini, pria itu sama sekali tidak mau menerima panggilannya dan justru memblokir nomornya. Hal itu membuat keduanya frustasi.“Eva, ayahmu menghubungiku lagi!” seru Payton dari dapur. Malam ini mereka terpaksa memasak sendiri dan menikmati makanan yang tersisa di kulkas Eva. Rasanya 2x24 jam tidak akan cukup untuk membalas semua pesan dan panggilan yang masuk. Payton juga terpaksa menjadwal ulang pemot

    Last Updated : 2021-02-18
  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    DATE!

    DATE!BRUCE tersenyum puas saat menatap ponselnya. Selama ini tidak ada yang pernah membuat dirinya merasa bahagia seperti sekarang. Akhirnya, setelah tiga hari memutus komunikasi dengan Eva, ia kembali membuka blokir nomor wanita itu. Yang terjadi sebenarnya adalah Bruce tidak benar-benar memblokir nomor Eva. Ia selalu bisa menerima panggilan atau pesan apa pun yang Eva kirim kepadanya. Ia meminta Romeo mengakali ponsel dan nomornya. Semua itu mudah dilakukan di tangan yang tepat. Ia hanya ingin memberi pelajaran pada Eva. Ini satu-satunya yang ia punya untuk membawa gadis itu kembali ke kehidupannya.Ia selalu menganggap pesan-pesan yang dikirim Eva adalah sebuah hiburan yang sangat menarik di tengah kesibukannya bekerja. Eva yang merengek dengan cara elegan membuatnya ingin tertawa dan tersanjung di saat yang bersamaan. Meski begitu, masih ada yang mengganjal di benaknya. Bruce masih tidak bisa mengenyahkan bayang-bayang laki-laki yang tempo hari tidu

    Last Updated : 2021-02-22
  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    LIKE IT USED TO BE.

    LIKE IT USED TO BE.BERENDAM adalah salah satu hal kesukaan Eva. Dengan aroma mawar dari buble bath, air hangat yang menyapu seluruh tubuhnya dan segelas wine serta alunan musik dengan ditemani pemandangan langit cerah serta bintang-bintang dan bulan yang seolah tengah bercengkerama melengkapi kebahagiaannya malam ini. Tentunya, setelah kencan pertamanya dengan Alex. Kencan yang datang tanpa sebuah rencana besar. Sekali lagi, senyumnya mengembang membayangkan betapa pria itu… sangat sempurna.Alex. Pria dengan perawakan tinggi, rambut gelap sempurna, hidung layaknya perosotan dan tubuh kekar seperti Dewa Romawi. Eva merasa senang saat berada di dekat pria itu. Apalagi, Alex yang datang dari negeri antah berantah sepertinya belum menyadari siapa dirinya. Itu artinya, mereka memang dipertemukan karena sesuatu. Ia sama sekali tidak mengenal Alex dan begitu juga dengan pria itu. Alex datang bukan karena na

    Last Updated : 2021-02-26
  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS   THE PANTIES.

    THE PANTIES.EVA membuka matanya perlahan saat merasakan sesuatu yang cukup berat menindih perutnya. Ia menggerakkan tangannya untuk menyentuh benda itu dan saat kedua matanya benar-benar terbuka, betapa terkejutnya ia mendapati laki-laki yang sangat dibencinya tengah memeluknya begitu erat. Tanpa banyak bicara, Eva beringsut menjauh dari Bruce, ia lupa tentang kejadian semalam. Satu hal yang pasti, instingnya selalu mengatakan ia harus menjaga jarak dari pria bernama Bruce Spencer Smith-pria yang selalu membuat harinya buruk.“Hai, ada apa?” Bruce menahan dirinya, berkata dengan nada paling lembut yang pernah ia dengar. Di satu sisi, Eva merasa saat ini ia tengah benar-benar bermimpi. Jarang sekali ia mendengar Bruce berkata selembut itu. Namun, sinar mentari yang menerobos masuk melalui kaca jendela kamarnyaa mengingatkan Eva kalau saat ini ia sedang tidak dalam keadaan tidur. “Aku tahu kau marah padaku. Tapi tolong

    Last Updated : 2021-02-28
  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS   A DEAL.

    A DEAL.“KITA HARUS BICARA”. Tiga kata itulah yang Eva ingat sejak pertama kali Bruce mengacaukan hidupnya. Bruce masih berdiri di belakangnya, memandangi dirinya yang tengah memilih baju mana yang akan ia pakai siang ini. “Bruce, tolong beri aku waktu lima menit untuk memakai baju. Setelah itu kita bisa bicara.” Pintanya pada pria paling mneyebalkan yang pernah Eva temui.Bruce mengedikkan bahu. Eva sempat berpikir kalau Bruce akan menolak mentah-mentah permintaan itu. Sampai pria itu berbalik sambil berkata, “Baiklah. Aku akan mandi dulu kalau begitu. Aku tunggu di kamarmu untuk sarapan bersama.”Sepeninggal Bruce, Eva segera mengambil sepasang Victoria Secreet yang tergantung rapi di rak-rak khusus pakaian dalam. Hari ini ia memilih warna hitam. Kebanyakan laki-laki menyukai warna itu. Dan meskipun Bruce tidak melihat pakaian dalamya, Eva merasa Bruc

    Last Updated : 2021-03-02

Latest chapter

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    A PRANK.

    A PRANK.BRUCE masih menggenggam erat tangan Eva saat mereka hampir sampai di townhouse. Yang akan mereka hadapi setelah ini bukanlah sesuatu yang mudah. Saat ini hubungan keduanya bukan hanya tentang Peri Hutan dan Pangeran Pongky. Lebih dari itu, ada keluarga yang setia memisahkan mereka Bruce dan Eva dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah perjodohan. Tenggorokan Bruce tercekat mengingat fakta itu. Ia masih tidak percaya di era seperti sekarang masih saja ada orangtua kolot seperti ayah dan ibunya. Benar-benar menyebalkan!Eva beringsut dari duduknya. “Kau melamun.” Gumam wanita itu.Antara iya dan tidak. Bruce tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari sosok yang amat sangat ia puja di sisinya. Namun di sisi lain, ia juga memikirkan perjodohan sialan itu. Haruskah ia mengatakan kepada Eva apa yang sebenarnya direncakan oleh keluarganya?“Pongky…” Eva memaksa

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    OUR PARENTS.

    OUR PARENTS.BRUCE menatap gadis anggun berambut pirang yang saat ini duduk di atas punggung Romeo. Dia, Eva dan Romeo sama-sama tidak percaya kalau kemenangan mereka ternyata hanya akan bertahan beberapa menit saja. Semula Bruce yakin bisa membawa Andrew kembali ke rumahnya di New York dan mempermalukan pria itu. Atau bahkan menyiksa Andrew sebelum mengembalikan pria itu kepada keluarganya. Sayang, sepertinya kali ini Dewi Fortuna tidak memihak kelompoknya. Terlebih saat gadis itu berkata, “Aku telah membunuh Christoper. Kurasa melenyapkannya tidak akan butuh waktu lama. Aku hanya perlu menarik pelatuk ini dan… kalian semua tahu apa yang akan terjadi.”Pernyataan yang terlalu terang-terangan itu menimbulkan kepanikan yang cukup besar di dalam kepala Bruce. Jika memang itu yang terjadi, dan sepertinya ucapan gadis itu bukanlah sebuah kebohongan. Gadis tanpa itu berkata jujur, terlihat dari keyakin

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS   LADY OF THE WOODS.

    LADY OF THE WOODS.ROMEO menepuk pundak Bruce dan meremasnya. Sebagai sahabat yang baik, ia ingin memberi sedikit kekuatan pada pria itu. Keduanya telah gagal menyelamatkan Eva. Bruce terduduk sambil menangis tersedu. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain meratapi kepergian Eva. Di tengah isak tangis Bruce, tiba-tiba terdengar suara jeritan. Keduanya langsung waspada. Bruce bangkit hanya untuk mendengar sekali lagi apakah dia salah dengar atau itu hanya imajinasinya semata.“Aku mendengarnya, Bruce. Kurasa orang itu membawa Eva ke dalam hutan.” Romeo berkata dengan amarah yang tersirat dalam suara pria itu. “Sebaiknya kita menyusu mereka.”“Kau yakin?” Bruce bangkit, pria itu menyeka air matanya.“Apakah menurutmu jeritan itu bukan pertanda kalau Eva sedang memberi kita kode agar kita bisa menemukannya?” tanya Rome

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    HOPELESS.

    HOPELESS.BRUCE melihat mobil Christoper keluar dari pintu gerbang istana. Ia segera memberi kode kepada Romeo untuk mengikuti Christoper sebelum pria itu bersembunyi dan menunggu Eva. Setelah berhasil mengejar sang dokter muda, Romeo menghentikan mobilnya tepat di sisi Christoper. “Aku akan turun dan menemuinya.”Romeo mengangguk dan mengawasi Bruce dari kejauhan. Bagaimana pun, mereka berdua tidak tahu apakah Christoper layak di jadikan teman atau tidak.Perlahan, Bruce mengetuk jendela mobil Christoper. Ia menunggu beberapa saat hingga pria itu bersedia membuka jendelan untuknya. “Hai,” sapa Bruce.Sebelah alis Christoper terangkat, tak lama setelah itu ia membuka mulut. “Maaf, ada yang bisa kubantu?”“Tentu. Bisa kita bicara?” pinta Bruce. “Kau tidak perlu turun dari mobil dan perlu kujelaskan kalau aku tidak berniat buruk padamu.”

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    CHRISTOPER.

    CHRISTOPER.ANDREW melangkah keluar dari mobil dengan menggendong Eva ala bridal style. Ia menatap wajah damai gadis itu, ujung bibirnya terangkat mendapati keberadaan mereka di Glamis Castle. Mereka hanya perlu melangkah lebih dalam ke kastil tersebut, mengeluarkan microchip dan semuanya selesai. Perang yang sudah ia mulai sejak berhari-hari yang lalu akhirnya dimenangkan oleh dirinya berkat Julliet dan ayah mereka. Tiba-tiba ia rasa sayang terhadap keluarganya meningkat dua kali lipat. Dalam hati Andrew berjanji tidak akan mengabaikan keluarganya lagi setelah ini.“Sebaiknya kita masuk sekarang.” Suara Julliet memaksa Andrew keluar dari lamunannya.Andrew mendongak, menatap adiknya penuh penghargaan. “Baiklah.” Ujarnya parau. Ia lalu membawa kedua kakinya menuju bangunan kastil tua itu. Sekilas Andrew melihat batapa indahnya Glamis Castle. Tamannya yang hijau dan luas mem

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS   THE GLAMIS CASTLE.

    THE GLAMIS CASTLE.BRUCE mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan untuk bangkit. Kepalanya yang masih berdenyut membuat ia nyaris tersungkur. Untungnya seseorang membantunya bangkit sebelum ia tubuhnya benar-benar ambruk ke lantai. “Astaga, apa yang kau lakukan di sini!” gerutu sebuah suara yang sangat dikenali oleh Bruce.Ujung bibir Bruce terangkat hingga membentuk sebuah senyuman getir. “Apa yang kaulakukan di sini?” bisiknya pada Romeo.Romeo mendesah sembari membantu Bruce berdiri dengan baik. “Mencarimu, memmastikan kau baik-baik saja. Kau pikir apa? Aku tahu sesuatu padamu.”“Aku tertidur, Romeo. Tidak ada yang terjadi padaku.”“Kau pingsan.” Ralat Romeo. “Kita tidak perlu berbisik-bisik. Tidak aka nada yang mendengar kita di sini.”Bruce melihat sekeliling, mereka berada di tengah salah satu sudut kastil yang dibungkus

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    ESCAPE PLAN.

    ESCAPE PLAN.BRUCE mengambil napas dalam-dalam saat mobil yang dikendarai oleh Huxley menepi. Keduanya turun untuk membeli tiket seperti pengunjung lain. Sialnya, antrian cukup panjang sehingga memaksa Bruce dan Huxley untuk berlama-lama berdiri bersama orang-orang yang penasaran dengan tempat bersejarah tersebut. “Apa kau yakin dengan rencana ini?” tanya Huxley yang kulitnya mulai memerah akibat sengatan matahari.“Kita mungkin tidak bisa menemukan Eva sekarang, tapi setidaknya kita tahu seperti apa tempat dia disekap.” Sahut Bruce acuh.Siang itu pertama kalinya Bruce pergi ke sebuah tempat yang cukup ramai hanya berdua dengan Huxley. Sepanjang hidupnya, ia selalu berada di bawah bayang-bayang bodyguard yang dipekerjakan sang ayah untuk menjaganya. Situasi yang terbilang baru dan berbahaya ini memicu adrenalinnya. Jika biasasanya dia hanya perlu memerintah jika menginginkan sesuat

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS   THE EDINBURGH CASTLE.

    THE EDINBURGH CASTLE.ANDREW menemui Julliet pada pagi harinya saat Eva belum membuka mata. Ia perlu berbicara dengan sang adik perihal kedatangan mereka berdua ke Kastil Edinburgh. Apakah ada yang curiga dengan kehadiran Andrew yang tiba-tiba atau tidak ada satu pun yang peduli padanya. Meskipun rasanya semua itu mustahil mengingat betapa terkenalnya dirinya. Saat tiba di kamar sang adik yang sedikit nyeleneh, Andrew melihat gadis itu masih sibuk dengan berbagai macam computer di ruang kerjanya. Julliet memang terbilang gadis yang cukup unik, jika orang lain menyibukkan diri mereka dengan berbelanja barang-barang mewan, berbeda sekali dengan adiknya yang satu ini.“Ada masalah?” tanya Andrew saat tiba di sisi adiknya.“Aku masih harus memastikan kalau mereka tidak menemukan lokasi kita. Benda kecil pengintai itu tidak lagi bisa kuretas. Ternyata, kemarin hanyalah sebuah keberuntungan bel

  • CURSED BY THE DEMON PRINCESS    JULLIET.

    JULLIET.ANDREW hanya bisa melihat kepergian Eva dan pria yang ia ketahui bernama Bruce. Ia menatap geram mereka berdua. Beraninya Bruce mempermalukan dirinya. Beraninya pria itu membawa kabur wanita yang sangat diinginkannya itu. Andrew meninju tembok dengan kepalan tangan yang cukup kuat. Seandainya saja ia punya kekuatan super, tembok dan seluruh gedung itu pasti sudah runtuh dalam sekali pukulan. Sayang, dia bukanlah Thor yang bisa menghancurkan gedung pencakar langit hanya dengan satu pukulan dari palunya.Segera setelah punggung mereka berdua menghilang, ia bergegas kembali ke rumah. Keinginannya untuk menghabiskan satu malam penuh dengan Eva telah kandas, ia membutuhkan pelampiasan untuk menyalurkan hasrat yang sejak beberapa saat lalu menderanya. Andrew mengambil ponsel lalu menghubungi Sabrina, seorang model papan atas yang entah berapa kali tidur dengannya. Mereka memang kerap menghabiskan malam hanya untuk bers

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status