Home / Thriller / COMEBACK / Chapter 4

Share

Chapter 4

Author: May Rafani
last update Last Updated: 2021-09-23 21:22:54

Aku berjalan terburu-buru menuju kelas, sepanjang jalan aku terus saja mengumpat. Aku menyesal sekali harus melihat adegan seperti tadi. Sesampainya di kelas, Vanda dan Indi memandangiku dengan tatapan yang aneh. Mungkin mereka menangkap ada yang aneh dari diriku. Tentu saja, napasku terengah-engah. Bagaimana tidak? Aku belum pernah menyaksikan adegan seperti itu sebelumnya bahkan di video seperti yang anak-anak lain bicarakan. Dan hari ini aku harus menyaksikannya secara langsung.

“Ada apa, Ardan?” tanya Indi padaku. Aku masih diam saja, belum sanggup menjawab. Masih berusaha menetralkan napasku. Bahkan jika aku mampu menjawab pun, aku tidak mungkin menceritakan apa yang tadi aku lihat. Apa lagi dengan kenyataan bahwa Vanda pernah menjalin kasih dengan Alex, pasti hal yang baru saja aku lihat akan menyakiti hatinya.

Indi masih penasaran ingin mendengar jawaban dariku, sedangkan Vanda terlihat acuh dan sibuk dengan ponselnya. Pekerjaan kelompok kami kulihat sudah selesai, untuk menghindari Indi aku punya ide untuk meminta anak-anak mengumpulkan tugas saja, lagi pula jam pelajaran Bu Agnes sudah hampir habis. Namun, baru saja aku hendak berdiri sudah terjadi hal yang sama sekali tidak aku inginkan. Alex datang ke kelas bersama dengan Citra, Rachel dan juga Divya. Mereka menghampiri tempat duduk Vanda. Vanda masih tidak memedulikan kedatangan mereka, hanya melirik sekilas kemudian kembali sibuk dengan ponselnya.

“Berdiri kamu!” Perintah Alex, nada suaranya tidak seperti pagi tadi sewaktu pertama bertemu dengan Vanda. Yang pasti ucapan itu ditujukan untuk Vanda.

“Kamu bicara sama siapa? Tolong lebih sopan kalau bicara sama orang lain.” Jawab Vanda masih terlihat santai. Bahkan aku pun sudah gemetar melihat Alex yang mulai marah dan bahkan matanya melotot.

Sedetik kemudian bahkan Alex berani menarik kasar Vanda agar berdiri berhadapan dengannya. Vanda mulai marah dengan sikap Alex padanya. Sedangkan Citra terlihat tersenyum senang. Aku ikut berdiri di samping Vanda. Aku masih khawatir Alex akan melakukan hal yang lebih kasar lagi. Aku sangat mengenal Alex, dia sangat kasar. Sampai sekarang belum ada satu pun yang berani melawan Alex dan teman satu gengnya.

Benar saja, baru aku berhenti memikirkan hal itu Alex sudah mengangkat tangannya hendak menampar Vanda. Aku yang berada di samping Vanda spontan menarik Vanda ke belakang dan alhasil aku yang kena tamparan dari Alex. Tak perlu ditanyakan lagi, tangan kekar Alex memberikan tamparan yang sangat keras. Mungkin wajahku semakin buruk sekarang.

Semua anak hanya ternganga menyaksikannya. Sedangkan Alex berdecak kesal, sudah pasti karena bukan aku target sasarannya.

“Ck, untuk apa membela perempuan ini? Mau jadi pahlawan, hah? Sudah berani kamu melawan saya?” teriak Alex tepat di hadapanku, sangat dekat. Bahkan aku bisa mencium bau rokok dari mulutnya. Aku terdiam, namun aku sempat berpikir, bisa-bisanya Citra mau dicium oleh bibir bau rokok seperti ini.

“Oh, atau jangan-jangan kamu ada rasa dengan perempuan ini? Kamu bermimpi bisa bersanding dengan anak pemilik yayasan sekolah ini? Hey, sadar. Kamu sekolah di sini saja berkat beasiswa dari bapaknya. Dasar tidak tahu malu.” Teriak Alex lagi, kali ini membuat semua teman sekelas tertawa.

Aku masih terdiam, pipiku rasanya sangat panas. Aku ingin sekali membalas perlakuan Alex tapi aku sadar hanya akan membuatku malu karena aku sangat lemah. Aku memilih untuk mengalah.

“Kamu baik-baik saja, Ardan?” tanya Vanda padaku, dia sekarang sedang berdiri di sampingku bahkan menyentuh pipiku. Mungkin aku berlebihan, namun sentuhan singkat itu serasa menyembuhkan panas dan perih akibat tamparan itu. Aku mengangguk, sebagai jawaban atas pertanyaan Vanda.

Vanda berjalan maju, mendekat ke arah Alex. Tangannya terlihat mengepal.

“Dasar laki-laki pengecut. Asal kamu tahu, sikap kamu tadi membuktikan bahwa derajat kamu jauh di bawah Ardan. Kamu hampir saja memukul seorang perempuan, itu membuktikan bahwa kamu sangat rendah. Laki-laki dengan attitude nol seperti kamu menjadi the most wanted di sekolah ini? Ck, mungkin siswi di sini sudah buta. Kalau mereka sadar dan sehat, mereka justru akan jijik melihat laki-laki dengan attitude yang buruk seperti kamu.” Kata Vanda dengan lantang, wajahnya terlihat merah padam. Sama sekali tidak terlihat ketakutan di sana.

“Wow, bahkan kamu membela laki-laki dekil ini. Seleramu sudah berubah, Vanda? Ingat, dulu kamu juga sangat tergila-gila padaku. Bahkan barusan kamu juga berulah dengan membahas masa lalu kita pada kekasihku, bukan? Berarti kamu masih mencintaiku dan tidak terima ketika mengetahui bahwa aku sudah melupakanmu dan menemukan cintaku. Iya kan?” kata Alex juga semakin mendekat ke arah Vanda. Sepertinya pertengkaran ini akan berbuntut panjang.

“Itu sebelum aku tahu bahwa kamu adalah laki-laki dengan attitude nol besar. Kalau sekarang, tentu aku sangat bersyukur sudah bukan siapa-siapa kamu. Karena pasti aku akan sangat malu mempunyai kekasih yang tidak punya moral sama sekali.” Kata-kata Vanda kembali membuat Alex emosi, lagi-lagi dia hendak menampar Vanda. Namun di luar dugaan, Vanda menepis tangan kekar Alex. Membuat semua yang ada di kelas terperangah menyaksikannya.

“Aku bukan wanita lemah, Alex. Kamu lupa? Aku bahkan pernah mengalahkanmu dalam perlombaan silat sewaktu SMP dulu. Kamu pikir aku seperti kekasihmu yang lemah dan hanya bisa berlindung di bawah ketiak pacarnya? Ck, pasangan paling menyedihkan yang pernah aku lihat. Sangat menyedihkan, kalian sangat cocok. Sama-sama tidak punya moral.” Kata Vanda kemudian berbalik badan dan mendekat ke arahku, jarak kami hanya beberapa jengkal sangat dekat, “kamu tadi menghina Ardan? Bahkan dia jauh lebih baik daripada kamu, asal kamu tahu. Dia bisa mendapatkan perempuan mana pun yang dia mau dengan attitudenya yang luar biasa.” Kata Vanda lagi semakin mendekat.

Aku mundur, namun Vanda menahanku dan yang kemudian terjadi sangat di luar dugaan siapa pun. Ya, Vanda mengecup singkat bibirku. Sungguh, ini adalah kali pertama aku mendapat kecupan dari seorang perempuan. Jantungku rasanya berhenti berdetak selama beberapa detik, namun kemudian berdetak berkali lipat lebih kencang dari biasanya. Seakan mau melompat ke luar dari posisinya. Sial, bahkan Vanda langsung keluar seperti tak pernah terjadi apa pun. Seperti mengecup laki-laki bukan lah hal yang tabu baginya. Vanda keliar di bawah tatapan tak percaya anak-anak yang lain. Aku yakin gosip ini akan menyebar di seluruh sekolah ini.

Alex terlihat sangat kesal dengan kata-kata Vanda dan dengan perlakuan Vanda yang mengecup bibirku di depan kedua matanya. Bahkan dia memukul tembok yang ada di dekatnya sampai menimbulkan memar di tangannya. Setelah itu Alex juga keluar dari kelas diikuti oleh Citra, Rachel dan Divya.

Aku mencoba menetralkan diriku, kemudian menenangkan suasana di kelas. Meminta semuanya mengumpulkan tugas dari Bu Agnes. Indi membantuku mengambil tugas anak-anak, kemudian aku membawanya ke ruang guru lebih tepatnya ke meja Bu Agnes.

Aku melihat jam, sekitar lima menit lagi pelajaran akan berganti tapi Vanda belum kembali ke kelas. Aku mencari Vanda setelah mengumpulkan tugas di meja Bu Agnes. Setelah beberapa menit mencari, aku berhasil menemukan Vanda. Justru dia sedang membeli minuman di kantin dan tersenyum ketika melihatku.

“Hai, Ardan. Bedebah itu sudah keluar dari kelas kita?” tanya Vanda padaku, aku tahu yang ia maksud adalah Alex.

Aku hanya mengangguk, rasanya jantungku tidak bisa berdetak normal ketika berhadapan dengan Vanda. Apalagi dengan kejadian yang baru saja terjadi. Itu semakin membuatku selalu memikirkan Vanda.

“Mari kembali ke kelas. Pelajaran akan segera berganti.” Kataku kemudian berjalan mendahului Vanda.

Aku dapat mendengar Vanda menertawakanku, mungkin aku memang pantas ditertawakan. Aku tidak bisa bersikap biasa pada Vanda. Bagaimana aku bisa menjadi guru les privatnya jika bertemu dengannya saja sudah membuatku sangat gugup. Bahkan membayangkannya saja sudah membuat keringat dingin keluar dari tubuhku.

“Ardan, besok kamu sudah bisa mulai mengajarku. Berikan aku kontakmu agar aku bisa mudah menghubungimu. Aku tidak suka belajar di rumah. Aku akan memberitahumu di mana kita akan belajar.” Kata Vanda menghentikan langkahku.

Aku menyerahkan ponselku yang sudah menunjukkan nomor kontakku yang bisa dihubungi. Vanda segera mencatat nomorku ada ponselnya. Kemudian dia terlihat mengirim sebuah stiker love padaku. Sial, sepertinya Vanda memang sengaja mengobrak-abrik pertahananku.

“Tentang yang tadi, aku minta maaf Ardan. Aku sama sekali tidak bermaksud aap-apa. Aku hanya tidak ingin ada yang merendahkanmu, apalagi yang merendahkanmu adalah orang yang jauh lebih rendah dari kamu seperti Alex itu.” Ucap Vanda.

Mengingat kejadian itu saja aku sudah gemetar.

“Tidak perlu dibahas, lupakan saja.” Kataku berusaha tenang di hadapan Vanda.

Kami berjalan beriringan untuk kembali ke kelas. Kini Vanda berjalan di depanku. Aku memandangi Vanda dari atas sampai bawah. Sungguh, Vanda terlihat begitu elok seperti tak ada kekurangan sama sekali. Mungkin benar kata Alex, aku hanya bermimpi bisa bersatu dengan makhluk Tuhan sesempurna dia. Aku mengingatkan diriku sendiri tentang siapa aku dan siapa Vanda. Agar diriku tidak terlalu menaruh harapan. Karena berharap pada sesuatu yang tidak akan tersampaikan hanya akan menyakiti hati. Aku tidak akan membiarkan hatiku merasakan sakit hati hanya karena yang namanya cinta dan membuat fokus belajarku berkurang. Aku mengingatkan kembali kepada diriku, bahwa tujuan hidupku hanya untuk menjadi orang sukses dan bebas dari belenggu hidup susah dan keras seperti yang selama ini aku alami.

Related chapters

  • COMEBACK   Chapter 5

    Hari ini, aku pulang sekolah seperti biasa. Mungkin mulai besok, aku akan pulang telat karena sudah mulai menjadi guru les privat Vanda. Vanda, mengingat nama itu lagi-lagi membuat jantungku berdetak berkali lipat lebih kencang. Baru hari pertama bertemu saja dia sudah meluluh lantahkan hatiku, apa yang akan terjadi jika aku hampir setiap hati bertemu dengannya? Ah, aku harus bisa menetralkan perasaanku. Lagi pula, berharap terlalu berlebihan hanya akan membuatku sakit. Toh kami juga berasal dari kasta yang berbeda. Ibarat pungguk merindukan rembulan jika aku terlalu menaruh harapan padanya.“Heh, Ardan.” Panggil seseorang dari arah belakangku yang tak lain adalah Indi. Dia berlari tergopoh-gopoh menghampiriku.“Ada apa? Mengapa lari-lari?” tanyaku santai saat dia sudah berdiri di sebelahku.“Sejak kapan kamu tuli, hah? Tanya Indi lagi, “aku memanggilmu sejak tadi, sejak kamu keluar dari gerbang sekolah. Dan lihat, kamu baru m

    Last Updated : 2021-09-26
  • COMEBACK   Chapter 6

    Aku sudah sampai di halaman rumah sekarang, bahkan bisa kucium bau alkohol dari jarak beberapa meter. Tuhan, sampai kapan aku harus terus hidup dalam keadaan yang sebenarnya sangat aku benci? Siapa lagi yang bisa mengubah nasibku selain diriku sendiri dengan bantuan dari Tuhan. Aku berjalan memasuki ruang tamu, ada banyak orang di sana. Sedang duduk melingkar main domino sambil menikmati minuman beralkohol. Ck, pemandangan yang sangat membosankan. Saat aku masuk, semua mata tertuju padaku. Beberapa orang dari mereka sudah mengenalku, namun rupanya ada beberapa orang baru yang turut bergabung. Bukannya semakin habis justru anggotanya semakin banyak. Jadi memang benar bahwa mencari teman dalam dosa itu lebih mudah daripada mencari teman untuk diajak dalam kebaikan.“Wih, calon presiden sudah pulang rupanya. Ck, kenapa wujudmu mengerikan sekali? Katanya anak sekolah, pulang bukannya bersih namun justru banyak kotoran di seragammu. Kamu habis berenang di got atau bagaimana,

    Last Updated : 2021-09-28
  • COMEBACK   Chapter 1

    Suara ayam berkokok bersahut-sahutan berhasil mengusik tidurku, terpaksa aku membuka mata yang sebenarnya masih sangat mengantuk ini. Ternyata hari sudah pagi. Entah mengapa aku merasa malamku sangat singkat. Bagaimana tidak? Aku sama sekali tidak bisa tidur dengan nyenyak karena ulah ayah dan kakakku yang suka mengajak teman-temannya datang ke rumah untuk berjudi dan mabuk-mabukan. Aku sangat benci kebiasaan yang mereka lakukan itu. Tapi apa yang bisa kuperbuat? Aku hanya bisa diam dan menyaksikan semua itu. Rumahku memang berada di pelosok desa dan melewati gang sempit, sangat aman digunakan untuk segala sesuatu yang melanggar hukum. Itulah mengapa rumahku menjadi tempat favorit untuk judi dan mabuk-mabukan. Aku sempat berpikir untuk pergi dari sini, tapi itu tidak akan mengubah apa pun. Hanya akan membuat ayah dan kakakku semakin leluasa dan terjerumus dalam hal yang tidak baik. Setidaknya, keberadaanku di sini untuk menasihati mereka. Meskipun nasihat itu sama sekali tak pernah

    Last Updated : 2021-09-18
  • COMEBACK   Chapter 2

    “Ardan, Ardan.” Panggil Indi.Aku mendengar panggilan itu, namun aku masih saja terpaku pada gadis pemilik nama Vanda itu. Entah mengapa aku sangat tertarik padanya. Bahkan dia pun tidak memandangku sebagaimana gadis-gadis sombong di sekolah ini memandangku. Vanda menatapku dengan tatapan menghargai, bahkan dengan sekilas senyum yang menambah elok parasnya.“Kamu keberatan, Ardan?” tanya Pak Adam padaku.Kali ini aku mencoba kembali fokus. Dan satu-satunya jalan adalah dengan berhenti memandangi Vanda.“Ti-tidak, Pak. Saya bersedia.” Jawabku gugup.“Baiklah, kamu bisa mulai mengajarinya mulai besok setiap pulang dari sekolah selama 2 jam. Masalah gaji bisa kita bicarakan nanti. Sekarang, ajak Vanda masuk kelas. Saya sengaja menempatkan Vanda untuk satu kelas dengan kamu dan juga Indi. Semoga dia tidak salah pergaulan.” Kata Pak Adam membuat hatiku semakin berbunga-bunga. Aku menganggap hari ini adalah

    Last Updated : 2021-09-20
  • COMEBACK   Chapter 3

    Bel masuk sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu tapi belum juga ada guru yang masuk ke dalam kelas. Aku sebagai ketua kelas hendak melapor ke ruang guru tapi seperti biasa selalu mendapat respons tidak baik dari teman-teman sekelasku“Mau ke mana kamu, Cupu?” tanya seorang teman sekelas laki-laki yang bernama Andre, dia satu geng dengan Alex. Sama-sama suka membully diriku“Sejak tadi bel sudah berbunyi tapi Bu Agnes belum masuk juga. Aku harus melapor ke ruang guru. Mungkin ada tugas untuk kita.” Kataku menjelaskan.“Seperti biasa, mau cari muka dia. Kita lempar pakai kertas saja wajah polos itu.” Imbuh Roy, juga masuk kelompok Alex.Satu kelas kompak menyobek kertas dan membentuknya bulat lalu melempariku yang masih berdiri di depan kelas.“Dasar kampungan, jadi seperti ini perilaku anak-anak di sekolah ini? Benar-benar kekanak-kanakan. Seharusnya kalian kembali saja ke taman kanak-kanak.” U

    Last Updated : 2021-09-22

Latest chapter

  • COMEBACK   Chapter 6

    Aku sudah sampai di halaman rumah sekarang, bahkan bisa kucium bau alkohol dari jarak beberapa meter. Tuhan, sampai kapan aku harus terus hidup dalam keadaan yang sebenarnya sangat aku benci? Siapa lagi yang bisa mengubah nasibku selain diriku sendiri dengan bantuan dari Tuhan. Aku berjalan memasuki ruang tamu, ada banyak orang di sana. Sedang duduk melingkar main domino sambil menikmati minuman beralkohol. Ck, pemandangan yang sangat membosankan. Saat aku masuk, semua mata tertuju padaku. Beberapa orang dari mereka sudah mengenalku, namun rupanya ada beberapa orang baru yang turut bergabung. Bukannya semakin habis justru anggotanya semakin banyak. Jadi memang benar bahwa mencari teman dalam dosa itu lebih mudah daripada mencari teman untuk diajak dalam kebaikan.“Wih, calon presiden sudah pulang rupanya. Ck, kenapa wujudmu mengerikan sekali? Katanya anak sekolah, pulang bukannya bersih namun justru banyak kotoran di seragammu. Kamu habis berenang di got atau bagaimana,

  • COMEBACK   Chapter 5

    Hari ini, aku pulang sekolah seperti biasa. Mungkin mulai besok, aku akan pulang telat karena sudah mulai menjadi guru les privat Vanda. Vanda, mengingat nama itu lagi-lagi membuat jantungku berdetak berkali lipat lebih kencang. Baru hari pertama bertemu saja dia sudah meluluh lantahkan hatiku, apa yang akan terjadi jika aku hampir setiap hati bertemu dengannya? Ah, aku harus bisa menetralkan perasaanku. Lagi pula, berharap terlalu berlebihan hanya akan membuatku sakit. Toh kami juga berasal dari kasta yang berbeda. Ibarat pungguk merindukan rembulan jika aku terlalu menaruh harapan padanya.“Heh, Ardan.” Panggil seseorang dari arah belakangku yang tak lain adalah Indi. Dia berlari tergopoh-gopoh menghampiriku.“Ada apa? Mengapa lari-lari?” tanyaku santai saat dia sudah berdiri di sebelahku.“Sejak kapan kamu tuli, hah? Tanya Indi lagi, “aku memanggilmu sejak tadi, sejak kamu keluar dari gerbang sekolah. Dan lihat, kamu baru m

  • COMEBACK   Chapter 4

    Aku berjalan terburu-buru menuju kelas, sepanjang jalan aku terus saja mengumpat. Aku menyesal sekali harus melihat adegan seperti tadi. Sesampainya di kelas, Vanda dan Indi memandangiku dengan tatapan yang aneh. Mungkin mereka menangkap ada yang aneh dari diriku. Tentu saja, napasku terengah-engah. Bagaimana tidak? Aku belum pernah menyaksikan adegan seperti itu sebelumnya bahkan di video seperti yang anak-anak lain bicarakan. Dan hari ini aku harus menyaksikannya secara langsung.“Ada apa, Ardan?” tanya Indi padaku. Aku masih diam saja, belum sanggup menjawab. Masih berusaha menetralkan napasku. Bahkan jika aku mampu menjawab pun, aku tidak mungkin menceritakan apa yang tadi aku lihat. Apa lagi dengan kenyataan bahwa Vanda pernah menjalin kasih dengan Alex, pasti hal yang baru saja aku lihat akan menyakiti hatinya.Indi masih penasaran ingin mendengar jawaban dariku, sedangkan Vanda terlihat acuh dan sibuk dengan ponselnya. Pekerjaan kelompok kami kulihat

  • COMEBACK   Chapter 3

    Bel masuk sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu tapi belum juga ada guru yang masuk ke dalam kelas. Aku sebagai ketua kelas hendak melapor ke ruang guru tapi seperti biasa selalu mendapat respons tidak baik dari teman-teman sekelasku“Mau ke mana kamu, Cupu?” tanya seorang teman sekelas laki-laki yang bernama Andre, dia satu geng dengan Alex. Sama-sama suka membully diriku“Sejak tadi bel sudah berbunyi tapi Bu Agnes belum masuk juga. Aku harus melapor ke ruang guru. Mungkin ada tugas untuk kita.” Kataku menjelaskan.“Seperti biasa, mau cari muka dia. Kita lempar pakai kertas saja wajah polos itu.” Imbuh Roy, juga masuk kelompok Alex.Satu kelas kompak menyobek kertas dan membentuknya bulat lalu melempariku yang masih berdiri di depan kelas.“Dasar kampungan, jadi seperti ini perilaku anak-anak di sekolah ini? Benar-benar kekanak-kanakan. Seharusnya kalian kembali saja ke taman kanak-kanak.” U

  • COMEBACK   Chapter 2

    “Ardan, Ardan.” Panggil Indi.Aku mendengar panggilan itu, namun aku masih saja terpaku pada gadis pemilik nama Vanda itu. Entah mengapa aku sangat tertarik padanya. Bahkan dia pun tidak memandangku sebagaimana gadis-gadis sombong di sekolah ini memandangku. Vanda menatapku dengan tatapan menghargai, bahkan dengan sekilas senyum yang menambah elok parasnya.“Kamu keberatan, Ardan?” tanya Pak Adam padaku.Kali ini aku mencoba kembali fokus. Dan satu-satunya jalan adalah dengan berhenti memandangi Vanda.“Ti-tidak, Pak. Saya bersedia.” Jawabku gugup.“Baiklah, kamu bisa mulai mengajarinya mulai besok setiap pulang dari sekolah selama 2 jam. Masalah gaji bisa kita bicarakan nanti. Sekarang, ajak Vanda masuk kelas. Saya sengaja menempatkan Vanda untuk satu kelas dengan kamu dan juga Indi. Semoga dia tidak salah pergaulan.” Kata Pak Adam membuat hatiku semakin berbunga-bunga. Aku menganggap hari ini adalah

  • COMEBACK   Chapter 1

    Suara ayam berkokok bersahut-sahutan berhasil mengusik tidurku, terpaksa aku membuka mata yang sebenarnya masih sangat mengantuk ini. Ternyata hari sudah pagi. Entah mengapa aku merasa malamku sangat singkat. Bagaimana tidak? Aku sama sekali tidak bisa tidur dengan nyenyak karena ulah ayah dan kakakku yang suka mengajak teman-temannya datang ke rumah untuk berjudi dan mabuk-mabukan. Aku sangat benci kebiasaan yang mereka lakukan itu. Tapi apa yang bisa kuperbuat? Aku hanya bisa diam dan menyaksikan semua itu. Rumahku memang berada di pelosok desa dan melewati gang sempit, sangat aman digunakan untuk segala sesuatu yang melanggar hukum. Itulah mengapa rumahku menjadi tempat favorit untuk judi dan mabuk-mabukan. Aku sempat berpikir untuk pergi dari sini, tapi itu tidak akan mengubah apa pun. Hanya akan membuat ayah dan kakakku semakin leluasa dan terjerumus dalam hal yang tidak baik. Setidaknya, keberadaanku di sini untuk menasihati mereka. Meskipun nasihat itu sama sekali tak pernah

DMCA.com Protection Status