~~~***~~~
Ada yang pernah ngalamin kayak Ayu gak? Malemnya mimpi mantan, besoknya jalan ama cowok yang naksir dia?
~~~***~~~
"Neng, Aa cinta sama Neng!"
"Hati-hati atuh, Neng. Jantung Aa kayak mau copot kalau Neng kenapa-napa."
"Neng, Aa janji bakal nikahin Neng !"
"Aa, kok bisa tahu Neng lagi di supermarket?"
"Batin Aa udah konek mau Neng kemana aja, Aa pasti tahu. Ga tahu kenapa begitu. Mungkin karena ikatan batin kita terlalu kuat."
"Gombal ! Aa, naek paralayang, yuk!"
"Boleh. Tapi berdua naeknya biar bisa peluk!"
"Yeee modus aja..!!"
Deg …
Deg …
Deg …
Ayu terlonjak bangun dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah, ia mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Ia masih berada dikamar kostnya. Tak ada Irfan atau siapapun disampingnya. Ayu menghembuskan nafas lelah. Lagi-lagi ia bermimpi yang kesekian k
~~~***~~~Nafas dulu bentar, makin kesana nafasnya makin megap-megap. Hihihi ...Happy reading ...~~~***~~~"Meja no 15 minta billnya ya!""Ini uang dari meja no 21."Ayu sibuk menghitung dan memberikan kembalian. Menjelang siang restoran memang selalu ramai dengan karyawan yang makan siang dari gedung perkantoran sebrang resto. Samuel selaku pengawas mereka, tampak sesekali mondar mandir memberi pengarahan pada bawahannya. Namun seringnya ia berada depan meja kasir, membantu Ayu menghitung uang di laci sembari tak hentinya menggodanya."Hitung yang bener uangnya, jangan sampe kurang atau gaji lo gue potong!" Ujar Samuel tajam tapi anehnya bibirnya tersenyum menggoda. Bahkan sesekali ia menjilat bibirnya sensual berusaha menggoda Ayu.Ayu hanya menjawab ketus." Iya, Pak Samuel,""Bang Sam …" Samuel meralat panggilan Ayu."Iya, bang Sam..!"Ayu mencibir sebal. Anehnya bukannya tersinggung, Sam malah te
~~~***~~~ Susah ye, Bang, jaga mata kalau pacar jauh. ~~~***~~~ Siapa yang tak kenal Zaki? Bahkan sekelas artis pun mengenalnya karena mereka sering membooking restorannya. Namun bukan itu yang membuatnya terkenal. Melainkan ketampanan dan wibawanya lah yang membuatnya terkenal di kalangannya. Selain itu, karena Zaki adalah pria hedonis yang sangat menjaga penampilannya. Tak peduli di kantor, resto atau bahkan sedang di rumahnya sekali pun, ia senantiasa tampil bersih dan wangi. Membuat siapa pun betah berada di sisinya. Selain penampilannya, sikapnya pun akan membuatmu terpesona Saat ia terdiam, kau akan histeris dalam hati. Lalu berandai-andai, seandainya dia menjadi milikmu. Namun saat dia bicara, kamu akan gugup, dan merasa salah tingkah untuk berbuat apapun. Begitulah gambaran Zaki di mata karyawannya. Sayangnya, pria setampan dia seperti kebal dari pesona
~~~***~~~Jalanan ibu kota yang lengang malam ini seolah menjadi saksi bagaimana ngebutnya kendaraan roda dua yang Ayu kendarai supaya bisa cepat sampai ke kosnya. Dengan lincahnya ia menyalip kendaraan didepannya seakan ia sedang mengejar waktu, yang bila terlewat sedikit saja bisa berakibat fatal. Setelah sampai kosnya, ia bergegas menutup pintu pagar, lantas menutup semua jendela dan mengunci pintunya.Setelah yakin semua jendela dan pintu terkunci rapat, Ayu terduduk lemas disamping ranjang. Ia menghembuskan nafasnya frustasi. Benaknya seketika mengenang saat-saat kebersamaannya dengan Irfan selama ini, namun tak lama ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebesar apapun ia mencintai Irfan, ia tidak akan mungkin kembali padanya.Bagaimana bisa Irfan mengatakan kalau ia takkan melepaskannya kali ini? Apa dia lupa dia sudah berumahtangga? Bagaimana nasib rumahtangganya nanti? Apa Desi ikut bersamanya? Apa sekarang mereka sudah punya baby? Apa Desi tahu Irfan m
~~~***~~~ Zaki baru saja selesai meeting dengan klien yang akan membooking restonya untuk acara ulang tahun. Hasilnya memuaskan, mereka akan memakai jasa restonya. Selesai meeting itu, Zaki bergegas kembali ke restonya karena tak sabar ingin segera bertemu Ayu. Entahlah, sejak melihat penampilan Ayu di pertemuan waktu itu, benaknya seakan tak henti menayangkan adegan saat Ayu berdiri di belakangnya, lalu senyumnya dan tawanya yang malu-malu kucing. Sungguh mempesona! Serasa ada yang hilang kalau sehari tak bertemu. Malam minggu restoran selalu ramai. Entah itu oleh pasangan muda atau pun yang sudah berkeluarga. Suasana restoran yang temaram semakin menambah kesan exotic. Ditambah live musik yang semakin memeriahkan suasana. Tadinya Zaki ingin segera menghampiri Ayu, tapi keadaan resto yang ramai, berimbas pada kesibukan Ayu yang tak jua berakhir. Jadi yang bisa ia lakukan hanya berdiri di sudut ruangan
~~~~***~~~~ Siang bersinar terik sekali memaparkan sinar radiasinya. Dicky pun hanya mengenakan singlet dan celana selutut, lantas membuat kopi untuk dirinya sendiri dan membawa kopinya ke samping rumah, di mana terdapat kursi untuk bersantai. "Ke mana si Desi, Mak? Suaminya ga ada tuh malah main terus. Kadang suka kepergok sama bapak, dia lagi belanja di pasar!" Dicky menggerutu sendiri saat menyadari rumahnya yang besar terasa sepi. Hanya ada dia dan Ambar, istrinya. "Lah emang gitu kelakuannya. Kalau gak makan sama teman-temannya, ya shopping. Pamer kali dia sekarang banyak uang," Sahut Ambar dari dalam rumah. Tak lama ia berjalan menghampiri Dicky dan duduk di sampingnya. Ia juga membawa secangkir kopi hitam pahit, kesukaannya. "Boros banget. Emangnya di rumah ga makan sampai makan di luar terus? Suami kerja susah payah sampai ke luar kota tapi dihambur-hamburin. Istri maca
~~~***~~~ Ditusuk dari belakang itu emang gak enak. ~~~***~~~ Waktu menunjukkan pukul 1.35 wib, siang. Udara cerah dan sejuk meski mentari terselimuti awan biru. Ayu mondar-mandir di kamar Kirana, gelisah. Jujur, ia masih takut menghadapi Samuel setelah apa yang terjadi di ruangan Samuel waktu itu. Apa nanti Samuel akan membalas dendam padanya? Lalu, melakukan hal-hal yang tidak senonoh padanya.Ayu mulai panic, kenapa jadi gini sih, kejadiannya? Aarrgghh .. Belum selesai berurusan dengan Samuel, Irfan kembali hadir. Tapi statusnya yang berbeda sebagai suami orang membuatnya ngeri. Desi akan marah kalau tahu Irfan mendekatinya kembali lalu mengancamnya lalu ... lalu ... aarghhh! Dunianya pasti sudah gila. Aarrggh... "Ayu mesti resign. Mau bagaimana lagi. Hidup Ayu sudah dalam bahaya. Irfan itu selalu mendapatkan apa yang ia mau kal
~~~**~~~ Setelah mengetahui apa yang mereka pikirkan tentangnya di kamar mandi itu, Ayu berubah waspada saat bersama teman-temannya. Ternyata mereka bermuka seribu wajah alias manis di depan, pahit di belakang. "Yu, gue baru tahu kalau bang Sam maksa nyium lo, omes banget sih dia. Untung lo cepet putus, kalau gak, abis deh lo lama-lama," kata Siska menghampiri Ayu yang sedang gantian makan siang di taman belakang. “Bang Sam naksir lo ya? Jangan mau, Yu. Dia mah play boy akut.” "Iya, hehe ..." Ayu terkekeh lalu melanjutkan kembali makan siangnya dalam diam. Dia berpura-pura menyimak setiap kata-kata Siska, padahal dia sudah tak tahan, ingin buru-buru pergi saja. Kenapa juga makanannya gak abis-abis sih? "Mangkanya Yu, dia dijulukin si biang omes. Dia mah asalkan titelnya cewek pasti dia embat. Gak peduli cantik atau nggak, dia mau aja. Nenek-nenek aja doyan. Payah emang dia, ganteng-ga
~~~***~~~ Emak bapak Ayu histeris saat Ayu mengetuk pintu rumah. Asih bahkan sampai jejeritan saking bahagianya. Ia memeluk Ayu erat seakan mereka tidak pernah bertemu bertahun-tahun. Padahal mereka bertemu tiga bulan lalu saat emak bapaknya main ke rumah Kirana. Lebay emang emaknya, nih! "Aduh si Neng yang cantik, kesayangan emak yang jadi rebutan banyak pemuda desa disini, kenapa pulang gak bilang-bilang. Ema teh kan mau nitip baju daster di tanah abang. Lumayan kan buat dijual lagi ..." Ayu melengos, kesal." Neng itu pulang mau refreshing lihat Emak sama Bapak, bukan mau jualan baju. Tar kapan-kapan kalau Emak ke Jakarta, Ayu ajak ke tanah abang. Belanja deh sepuasnya di sana." Bukannya nanya kabar, malah nanya oleh-oleh. Tega Emak mah ... Emak girang bukan main. Ia mencubit pipi bapau Ayu saking senangnya. "Beneran ya? Awas kalau tar emak ke sono, kamu pura-pura alasan in
~~~***~~~ Flashback on. Beberapa jam sebelum Ayu dan Zaki bertemu, Ayu dan kedua mertuanya tiba menjelang subuh di rumah sakit di mana Irfan dirawat. Namun Ayu auto pingsan saat melihat dari balik kaca, seluruh tubuh Irfan terbungkus perban seperti mummy. Kedua mertuanya panik. Untunglah, petugas rumah sakit dengan sigap membawa Ayu ke ruang pemeriksaan. Menurut salah satu saksi mata yang berada di tempat kejadian, truk bermuatan kosong itu memang sudah oleng dari kejauhan. Dari arah yang berlawanan, mobil carry dengan bak terbuka yang dikendarai Sunar dan Irfan melaju pula dengan kencang. Sehingga saat di belokan, mobil keduanya bertemu dan bertabrakan. Mobil Irfan terseret sampai beberapa meter sebelum akhirnya terguling di samping truk tersebut. Semua pengemudi mobil terluka parah karena benturan berkali-kali yang mengenai kepala mereka. Bahkan kenek supir truk itu meninggal di tempat. Seme
~~~***~~~ “Sudahh berkali-kali Aa bilangin, jangan makan sambal. Lihat kan, akhirnya sekarang lambungmu kena.” “Biarin, suka-suka lah. Ngatur aja.” “Sampai ada yang berani membicarakan Ayu lagi di belakangku, awas kalian!” “Udah Aa, jangan galak gitu. Mereka, kan, cuman ngomongin. Neng gak papa, kok,” “ Biarkan Neng, biar mereka tahu, Aa gak suka kamu jadi bahan gunjingan terus menerus.” “Makanya lain kali pamit kalau mau pergi kemana-mana, gak usah jaim. Jadi kalau kejadian motormu mogok lagi, pulsa habis, dompet hilang, Aa bisa langsung jemput kamu. Main kabur aja. Untung aja Aa pasang gps di ponselmu jadi bisa tahu kamu di mana.” “Kalau bilang dulu, bisa-bisa kamu larang. Males,” “Baru disenyumin aja geer banget. Tuh cowok cuman iseng. Jangan gampangan jadi cewek
~~~***~~~ Semilir angin yang sejuk berhembus menerbangkan dedaunan pohon mangga yang banyak tertanam di depan rumah. Malam menjelang, namun suara deru kendaraan yang hilir mudik di depan rumah besar berhalaman luas itu tak jua berhenti. Sesekali orang yang lewat menyapa sang pemilik rumah yang sedang merokok sambil menatap kolam ikan miliknya. Setelah rokoknya tinggal sedikit, ia membuang puntung itu. Lalu ia memasuki rumahnya menuju ke ruanh makan. Perutnya sudah merintih minta diisi. Sesampainya di meja makan, ia membuka tudung saji itu dengan kening mengernyit. “Neng ..!” lelaki berkulit sawo matang itu memanggil sang pujaan hati. Perempuan cantik berambut sepinggang yang dipanggil Neng itu mendekat dari arah kamar. Ditangannya menggenggam ponsel berwarna perak. Raut wajahnya merengut karena tidak suka kesenangannya terganggu. “Apa sih? Ganggu aja.” “Maen ponsel m
~~~***~~~ Ayu tiba di kampungnya nyaris menjelang tengah malam di saat semua orang sudah tertidur lelap. Rasanya ia ingin cepat masuk kamar tapi Irfan menahannya di depan rumah. Katanya dia ingin berduaan dengannya. Huh, Ayu segan rasanya menghabiskan waktu hanya berdua saja dengannya meskipun itu hanya semenit. Irfan memilin-milin rambut Ayu di jarinya pelan, imbuhnya," kamu aku pingit. Jangan keluar rumah atau pergi kemana pun. Kalau aku tahu kamu pergi keluar rumah, kamu aku pingit di rumahku. Mau?" Ayu memalingkan wajahnya jengah.Lihat kan, dia selalusaja seperti ini dari dulu. Bagaimana ia menjalani hidupnya dengannya nanti? Bisa-bisa ia gila. "Kamu denger Aa gak Neng?" bahkan dalam keadaan tubuhnya penuh memar, akibat perkelahiannya tadi, tak mengurangi sedikitpun sifat posesifnya. Dasar laki-laki gelo! Bukannya memikirkan sakitnya, malah mikirin Ayu dan melarangnya ini itu.
~~~***~~~ Udara pagi itu bersinar cerah. Tak biasanya hari itu tidak turun hujan. Setelah seminggu berturut-turut hujan, pagi ini mentari tersenyum cerah. Menyapa insan dibumi yang sedang sibuk menjalankan aktivitasnya. Di sebuah bangunan sederhana, di mana terdapat enam pintu kost, kesibukan terlihat nyata disana. Satu persatu penghuni kos itu pergi. Ada yang mengenakan seragam kantor, sedang menaiki ojek online pesanannya, ada yang sudah pergi menaiki kendaraannya sendiri, dan ada yang mengenakan seragam kampus, yang dijemput temannya untuk pergi ke kampus bersama. Hingga kini hanya tersisa satu pintu terbuka. Sebuah mobil lossbak berhenti di depan koss Ayu yang sepi. Dua orang pria turun dari sana. Mereka tampak mengobrol dan mengetuk pintu pagar. Tak lama penghuni kos yang terakhir keluar dan membukakan pintu pagar koss. Penghuni kos terakhir itu adalah Wina, tetangga samping kos Ayu. Wina dan oran
~~~***~~~ Siang ini bersinar terik dan sinar radiasinya menusuk kulit. Beberapa orang yang sedang berada di luar ruangan mengeluhkan panasnya terik mentari yang belakangan ini sering sekali mereka alami. Sehinggga mereka bergegas mencari tempat untuk berlindung dari sengatan mentari tersebut. Di salah satu resto dalam mal, tampak Desi sedang menyantap makanannya itu dengan hati dongkol. Bagaimana ia tidak dongkol, Sudah 2 jam ia menunggu notif di ponselnya, berharap ada pemberitahuan uang masuk dari Dicky. Siang ini Dicky berjanji akan mentransfer uang 100 juta supaya dia tidak menyebarkan fhoto-fhoto tidak senonoh Irfan dan Ayu. Namun sampai ia selesai makan pun, tak jua ada pesan masuk. Awas saja kalau sampai mereka ingkar, dia akan menyebarkan foto itu di sosmed juga. Batinnya dalam hati. Desi menggeram kesal saat kembali menelpon mantan mertuanya tapi selalu tulalit. Ia kesal. Apa mantan m
~~~***~~~Ruangan itu kembali sepi setelah Ayu memberikan jawabannya tadi. Sejam yang lalu orang tua Irfan memilih pulang ke apartemen Irfan ditemani Irfan. Entah apa reaksi mereka melihat foto-foto kebersamaan mereka di apartemen itu nanti. Ayu sudah tak mau peduli. Hidupnya sudah tak berarti lagi. Ia hanya akan mengikuti kemana air mengalir. Ia sudah mati semenjak tak ada yang mempedulikan perasaannya lagi.Orangtuanya sendiri sedang makan di kantin sembari sembahyang isya. Ayu tak masalah ditinggal sendiri, toh ada tombol darurat untuk memanggil perawat kalau ia membutuhkan apapun.Lagipula kalau terjadi apapun padanys ya tidak masalah. Hidupnya sudah tidak berharga lagi. Ia sudah hancur.Hiikksss...Kreeet ... suara pintu kamarnya terbuka. Ayu menatap tajam ke arah pintu yang menampilkan sosok Desi dengan senyum sinisnya. Dulu, mungkin Ayu takut Desi yang terkenal paling Bengal di kelompoknya itu, melabraknya atau berbuat ses
~~~***~~~ Irfan terbangun dengan malas karena perutnya berteriak meminta makan. Refleks tangannya meraba tubuh Ayu yang tertidur disampingnya namun tangannya hanya menyentuh tempat kosong. Meski tangannya mulai bergerak kasar menepuk sana sini namun tak jua meraba tubuh Ayu. Sontak ia menoleh kesamping tempat tidurnya yang ternyata memang kosong. Panik, Irfan melonjak bangun sambil berteriak memanggil Ayu. "Neng ... kamu di mana Neng?" Terdengar suara gemericik air dari kamar mandi. Irfan menghela nafas lega. Ayunya ada di kamar mandi. Ia pun turun menuju kamar mandi dan mengetuk pintunya. "Neng, udah belum? Aa mau mandi juga." Hening. Tak ada jawaban. Dengan sabar Irfan mengetuk lagi lebih keras, berharap kali ini Ayu mendengarnya. "Neng, masih lama, gak? Aa mau mandi juga. Bukain dong..!" Hening, kembali tak ada jawaban. Tapi suara air yang terus bergemericik membuat Irfan yakin Ayu sedang mandi di dalamnya. Mendadak Irfan me
~~~***~~~ Setelah pulang dari karaoke itu, Irfan memaksa Ayu berkemas, ia akan mengajaknya pulang kampung besok. Ia berencana melamar Ayu setibanya mereka di kampung. Tak peduli orangtua mereka merestui atau tidak, ia akan tetap menikahi Ayu. Bahkan ia akan memberitahu kedua orangtua masing-masing kalau ia dan Ayu sudah berhubungan jauh. "Setibanya di kampung, Aa bakal langsung lamar kamu lalu kita nikah." Kata Irfan sebelum Ayu keluar dari mobil untuk mengambil baju-bajunya di kos. Ayu hanya mengangguk pasrah. Benaknya malah membayangkan apa reaksi Zaki kalau tahu Irfan memaksanya menikahinya padahal mereka sudah berpacaran. Apa Zaki akan kecewa padanya, menganggapnya perempuan jahat, atau mungkin membencinya. Kalau saja Zaki nekad mengajaknya kawin lari, Ayu bersedia. Sepertinya hidup bersama Zaki lebih menentramkan batinnya daripada hidup bersama Irfan. Tapi Irfan benar, Zaki bisa saja hanya i